Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN

POST OPERASI LAPARATOMI DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Faisal Asdar

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat korespondensi :(faisalasdaredm@yahoo.co.id/081342549550)

ABSTRAK

Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan, dilakukan di ruang operasi


rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan
pasca pembedahan membutuhkan waktu yang lebih lama. Nyeri setelah pembedahan merupakan
keluhan yang paling ditakuti oleh pasien setelah pembedahan. Perawatan dan manajemen nyeri yang
tidak adekuat dapat menimbulkan ganguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien post operasi laparatomi di RSUD
Labuang Baji Makassar. Desain penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional. pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling didapatkan 30 responden
sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk
mengukur kualitas tidur dan observasi dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) untuk
mengukur skala nyeri. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program komputer. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Hasil
analisis bivariat menunjukkan nilai p = 0,659 dan ɑ = 0,05 yang berarti nlai p > ɑ. Ho diterima dan Ha
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur
pada pasien post operasi laparatomi di RSUD Labuang Baji Makassar. Berdasarkan hasil penelitian,
disarankan bagi Rumah Sakit dan tenaga kesehatan diharapkan dapat mengevaluasi dan
mengajarkan pasien cara mengatasi dan menghilangkan rasa nyeri sehingga tidur pasien tidak
terganggu.

Kata Kunci: Intensitas Nyeri, Kualitas Tidur, Post Operasi Laparatomi

PENDAHULUAN 1.281 kasus pada tahun 2007. Komplikasi


Laparatomi merupakan salah satu pada pasien laparatomi adalah nyeri yang
pembedahan mayor, dengan melakukan hebat, perdarahan, bahkan kematian. Post
penyayatan pada lapisan–lapisan dinding operasi laparatomi yang tidak mendapatkan
abdomen untuk mendapatkan bagian organ perawatan maksimal setelah pacsa bedah
yang mengalami masalah (hemoragi, dapat memperlambat penyembuhan dan
perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi menimbulkan komplikasi (Depkes, 2010)
dilakukan pada kasus–kasus apendisitis Menurut World health Organization
perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, (WHO, 2009), diperkirakan setiap tahun ada
kanker colon dan rektum, obstruksi usus, 230 juta pembedahan utama yang dilakukan di
inflamasi usus kronis, kolestisitis dan seluruh dunia. Laparatomi merupakan salah
peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005). satu jenis pembedahan yang memiliki
Perawatan dan manajemen nyeri yang prevalensi tinggi. Menurut National Emergency
tidak adekuat dapat menimbulkan efek yang Laparotomy Audit (NELA, 2014) telah terjadi
besar bagi pasien, seperti ganguan tidur, terjadi sekitar 30.000 tindakan laparatomi di
kesulitan dalam mobilisasi, kegelisahan, dan Inggris dan Wales. Paden (2010)
agresif. Selain itu, manajemen nyeri post menambahkan jumlah pembedahan yang
operasi yang tidak adekuat dapat juga dilakukan di Royal United Hospital, Inggris
menimbulkan efek psikologis bagi pasien, pada tahun 2009 dengan persentase 53,7%.
komplikasi dan menghambat penyembuhan, Berdasarkan laporan Departemen
meningkatkan denyut jantung dan tekanan Kesehatan RI (2011) tindakan pembedahan
darah, pengosongan lambung yang lambat menempati urutan ke–10 dari 50 pertama pola
sehingga menyebabkan mual dan muntah, penyakit di rumah sakit se–Indonesia dengan
serta terjadi perubahan sistem endokrin yang presentase 15,7% yang diperkirakan 45%
meningkatkan produksi adrenalin diantaranya merupakan tindakan laparatomi.
Laporan Depkes RI (2007) menyatakan Data Rekam Medis Rumah Sakit
laparatomi meningkat dari 162 pada tahun Labuang Baji Makassar diperkirakan jumlah
2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan keseluruhan pasien yang melakukan operasi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
509
laparatomi dari tahun 2014 berjumlah 987 data yang terdiri atas beberapa kategori.
orang dan Data post operasi laparatomi tahun Pemberian kode ini sangat penting bila
2015 berjumlah 927 orang. Sedangkan data pengolahan dan analisis data
laparatomi dari tahun 2016 berjumlah 478 menggunakan komputer. Biasanya dalam
orang. pemberian kode dibuat juga daftar kode
Gangguan tidur yang dialami oleh dan artinya dalam satu buku (code book)
pasien post operasi, disebabkan oleh rasa untuk memudahkan kembali melihat lokasi
nyeri pada luka operasi. Mengingat kualitas dan arti suatu kode dari suatu variabel.
tidur dapat mempengaruhi proses 3. Entri data
kesembuhan pasien post operasi, maka Data entri adalah kegiatan
peneliti ingin mengetahui dan mengkaji lebih memesukkan data yang telah dikumpulkan
lanjut tentang “Hubungan intensitas nyeri ke dalam master tabel atau database
dengan kualitas tidur pada pasien post operasi komputer, kemudian membuat distribusi
laparatomi”. frekuensi sederhana atau bisa juga dengan
membuat tabel kontigensi.
BAHAN DAN METODE 4. Melakukan teknik analisa
Lokasi, Populasi, Sampel Dalam melakukan teknik analisa,
Penelitian ini telah dilaksanakan di khususnya terhadap data penelitian akan
RSUD Labuang Baji Makassar selama bulan menggunakan ilmu statistik terapan yang
Mei–Juni tahun 2017. Populasi dalam disesuaikan dengan tujuan yang hendak
penelitian ini adalah seluruh pasien post dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif,
operasi laparatomi di RSUD Labuang Baji maka akan menggunakan statistik
Makassar dengan jumlah sampel pada deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan
penelitian ini sebanyak 30 sampel. menggunakan statistika inferensial
1. Kriteria inklusi:
a. Pasien berusia ≥ 17 tahun. Analisis data
b. Pasien dengan keadaan umum 1. Analisis Univariat
komposmentis. Analisis univariat digunakan untuk
c. Pasien > 48 jam pasca operasi menjabarkan secara deskriptif mengenai
laparatomi. distribusi frekuensi dan proporsi masing-
d. Pasien yang bersedia menjadi masing variabel yang diteliti, baik variabel
responden. bebas maupun variabel terikat
e. Pasien yang tidak mengkonsumsi obat 2. Analisis bivariat
tidur. Analisis bivariat dilakukan terhadap
2. Kriteria eksklusi: dua variabel yang diduga berhubungan
a. Pasien dengan riwayat penyakit syaraf, atau berkorelasi yang digunakan untuk
misalnya migrain. menguji hipotesis dengan menentukan
b. Pasien yang tidak dapat diajak hubungan variabel bebas dan variabel
berkomunikasi. terikat melalui uji statistik Kolmogorov-
Smirnov.
Pengumpulan Data
1. Data sekunder adalah data yang diperoleh HASIL PENELITIAN
dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh 1. Analisis Univariat
pihak lain yang biasanya dalam bentuk Tabel 1 Distribusi Karakteristik responden
publikasi. di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun
2. Data primer adalah data yang dikumpulkan 2017. (n=30)
dan diolah sendiri oleh suatu organisasi Karakteristik n %
atau perorangan langsung dari objeknya Usia 11 36,7
(Saryono 2014). 18-30 tahun 6 20,0
31-40 tahun 6 20,0
Pengolahan data 41-50 tahun 5 16,7
1. Editing 51-60 tahun 2 6,7
Editing adalah upaya untuk >60 tahun
memeriksa kembali kebenaran data yang Jenis kelamin
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat Laki-Laki 12 40,0
dilakukan pada tahap pengumpulan data Perempuan 18 60,0
atau setelah data terkumpul. Pendidikan
2. Coding SD 5 16,7
Coding merupakan kegiatan SMP 4 13,3
pemberian kode numerik (angka) terhadap SMA 20 66,7

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
510
Akademi/Universitas 1 3,3 kualitas tidur baik ada 14 orang (46,7%).
Pekerjaan Sedangkan responden dengan nyeri berat
Petani 4 13,3 dan kualitas tidur kurang sebanyak 2
IRT 14 46,7 (6,7%), sedangkan nyeri berat dengan
wiraswasta 10 33,3 kualitas tidur baik ada 7 orang (23,3%).
Lainnya 2 6,7 Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
Agama smirnov diatas dapat diketahui bahwa
Islam 29 96,7 variabel intensitas nyeri dengan kualitas
Kristen 1 3,3 tidur, diperoleh hasil nilai p=0.659 (p>ɑ). Ho
Suku diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan
Bugis 13 43,3 antara itensitas nyeri dengan kualitas tidur
Makassar 14 46,7 pada pasien post operasi laparatomi di
Lainnya 3 10,0 RSUD Labuang Baji Makassar.

Dari tabel 1 menunjukkan dari 30 PEMBAHASAN


responden lebih banyak responden yang Hubungan intensitas nyeri dengan kualitas
berada pada rentang usia 18-30 tahun, tidur pada pasien post operasi laparatomi di
yaitu sebanyak 11 orang (36,7%), paling RSUD Labuang Baji Makassar.
sedikit responden berusia >60 tahun yaitu Berdasarkan penelitian yang telah
sebanyak 2 orang (6,7%). Berdasarkan dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar
jenis kelamin yang paling banyak adalah dapat diidentifikasi bahwa hasil penelitian dari
berjenis kelamin laki-laki, yaitu dengan 30 responden menunjukkan tidak ada
jumlah 12 orang (40,0%), dan jenis kelamin hubungan antara intensitas nyeri dengan
perempuan yaitu berjumlah 18 orang kualitas tidur pada pasien post operasi
(60,0%). Berdasarkan tingkat pendidikan laparatomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai p =
paling banyak SMA yaitu 20 orang (66.7%) 0,659 > dari ɑ = 0,05 yang berarti Ho diterima
paling sedikit lulusan akademik yaitu 1 dan Ha ditolak.
orang (3.3%). Berdasarkan agama islam 29 Hasil penelitian dari 30 responden
orang (96.7%) sedangkan Kristen 1 orang menunjukkan tidak ada hubungan antara
(3.3%). Berdasarkan suku Responden intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada
paling banyak berasal dari suku makassar pasien post operasi laparatomi. Hal ini dapat
yang berjumlah 14 orang (46,7%), dan dilihat dari nilai p = 0,659 > dari ɑ = 0,05 yang
paling sedikit responden berasal dari suku berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Lainnya yang berjumlah 3 orang (10,0%). Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Indri, Karim dan
2. Analisis Bivariat Elita (2014) tentang hubungan antara nyeri,
Tabel 2 Hubungan Intensitas Nyeri dengan kecemasan dan lingkungan dengan kualitas
Kualitas Tidur pada pasien Post Operasi tidur pada pasien post operasi apendisitis.
Laparatomi di RSUD Labuang Baji Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 54
Makassar responden menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara nyeri dan
Kualitas Tidur kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien
Intensitas Total post operasi apendisitis.
Kurang Baik
Nyeri Ada beberapa faktor yang dapat
n n % n % mempengaruhi kebutuhan tidur, baik dari segi
%
Ringan 0 0 3 10,0 3 10,0 kuantitas maupun kualitasnya, yaitu: status
kesehatan, lingkungsn, diet, obat-obatan dan
Sedang 4 13,3 14 46,7 18 60,0 gaya hidup. Status kesehatan individu baik
Berat 2 6,7 7 23,3 9 30,0 kondisi kesehatan fisik maupun kesehatan
Total 6 20,0 24 80,0 30 100,0 psikologis sangat mempengaruhi kebutuhan
ρ = 0,659 tidurnya. Setiap penyebab fisik yang
menyebabkan ketidaknyaman fisik dapat
Pada tabel 2 Responden dengan menyebabkan masalah tidur dan istrahat.
nyeri ringan dan kualitas tidur kurang tidak Menurut Wong dan Baker respon
ada yaitu 0. Responden dengan nyeri fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain :
ringan dan kualitas tidur baik ada 3 orang Respon simpatik (Peningkatan frekuensi
(10,0%). Sedangkan responden yang pernapasan, dilatasi saluran bronkiolus,
mengalami nyeri sedang dengan kualitas peningkatan frekuensi denyut jantung, pucat,
tidur kurang sebanyak 4 orang (13,3%), peningkatan tekanan darah, Peningkatan
responden dengan nyeri sedang dan kadar glukosa darah, Diaforesis, Peningkatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
511
tegangan otot, dilatasi pupil, penurunan golongan opioid, non-opioid dan anestetik.
motilitas saluran cerna. Respon parasimpatik Anastesi lokal yang bekerja dengan memblok
(Pucat, ketegangan otot, penurunan denyut konduksi saraf, dapat diberikan langsung ke
jantung atau tekanan darah, Pernapasan tempat yang cedera, atau langsung ke serabut
cepat dan tidak teratur, mual dan muntah, saraf melalui suntikan atau saat pembedahan.
kelemahan atau kelelahan. Sedangkan respon Golongan opioid (narkotik) dapat diberikan
psikologi nyeri yaitu: Gejala kegelisahan dan melalui berbagai rute, yang karenanya efek
kecemasan, sering dikaitkan dengan rasa samping pemberian harus dipertimbangkan
nyeri, walaupun sebenarnya belum tentu dan diantisipasi, diantaranya adalah depresi
berkaitan langsung, nyeri pada pasien yang pernafasan, sedasi, mual dan muntah,
cemas sebenarnya berasal dari keadaan konstipasi, pruritus dan peningkatan risiko
hipoksia. toksik pada penderita hepar atau ginjal. Jenis
Menurut hasil Penelitian yang opioid diantaranya adalah morfin, kodein,
didapatkan, peneliti menyimpulkan tidak meperidine. Sedangkan golongan non-opioid
terdapat hubungan antara intesitas nyeri diantaranya adalah obat-obatan antiinflamasi
dengan kualitas tidur pada pasien post operasi non steroid (NSAID) yang menurunkan nyeri
laparatomi di RSUD Labuang Baji Makassar. dengan menghambat produksi prostaglandin
Dimana pada sebagian orang, rasa nyaman dari jaringan yang mengalami trauma atau
nyeri tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur inflamasi. Jenis NSAID diantaranya adalah ibu
karena persepsi masing – masing pasien yang profen. Selain farmakoterapi, Ada beberapa
berbeda – beda dan tingkat kebutuhan akan tindakan keperawatan pada pasien post
tidur yang bervariasi kepada setiap individu operasi laparatomi untuk menigkatkan
yang dipengaruhi oleh lingkungan, stres penyembuhan, yaitu: meningkatkan intake
emosional dan dukungan keluarga. makanan tinggi protein dan vitamin C,
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur menghindari obat-obat anti radang seperti
berpengaruh penting pada kemampuan untuk steroid, pencegahan infeksi, pengembalian
tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi
adalah esensial untuk tidur yang tenang. dengan latihan napas, batuk efektif, latihan
Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur dan mobilisasi dini dan monitor cairan infus yang
tingkat cahaya dapat mempengaruhi terpasang.
kemampuan untuk tidur. Beberapa klien Dengan demikian, intensitas nyeri tidak
menyukai ruangan yang gelap. Sementara mempengaruhi kualitas tidur, karena tingkat
yang lain menyukai cahaya remang yang tetap kebutuhan tidur yang bervariasi kepada setiap
menyala selama tidur. Kemampuan seseorang individu dipengaruhi oleh lingkungan, stres
untuk relaks sebelum memasuki tidur emosional dan dukungan keluarga. Tindakan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi keperawatan disertai farmakoterapi pada
kemampuannya untuk jatuh tidur. Seorang pasien post operasi laparatomi akan
yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap menurunkan nyeri dengan menghambat
dan mudah mengatisipasi nyeri dari pada produksi prostaglandin dari jaringan yang
individu yang mempunyai sedikit pengalaman mengalami trauma atau inflamasi.
tentang nyeri. Selain itu, dukungan keluarga
juga dapat mempengaruhi kualitas tidur. KESIMPULAN
Individu yang mengalami nyeri sering kali Tidak terdapat hubungan antara
membutuhkan dukungan, bantuan, intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada
perlindungan dari keluarga lain atau teman pasien post operasi laparatomi di RSUD
terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan Labuang Baji Makassar
oleh klien, kehadiran orang terdekat akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan. SARAN
Pada sebagian orang, rasa nyaman Diharapkan bagi pihak rumah sakit dan
nyeri tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur. tenaga kesehatan agar dapat mengevaluasi
Sebagian besar responden dengan nyeri dan mengajarkan pasien cara mengatasi dan
sedang memiliki kualitas tidur yang baik. Hal menghilangkan rasa nyeri sehingga tidur
ini dipengaruhi oleh terapi farmakologis. pasien tidak terganggu. Untuk peneliti lainnya
Penggunaan obat-obatan sebagai cara untuk yang ingin membuat penelitian mengenai hal
mereduksi nyeri merupakan alternatif terakhir yang sama dengan peneltian ini, maka
apabila nyeri yang dirasakan menjadi semakin disarakan untuk sebaiknya diteliti pula faktor-
berat, penderita tidak tahan lagi menghadapi faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian
nyeri ataupun nyeri berlangsung lama. Pereda ini.
nyeri farmakologis dibagi menjadi tiga yakni

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
512
DAFTAR PUSTAKA

Faridah, N, V. (2014). Penanganan Gangguan Kebutuhan Tidur Pada Pasien Post Operasi Laparotomi Dengan
Pemberian Aromaterapi Lavender. http://stikesmuhla.ac.id, Vol.02, No.XVIII, Juni 2014.

Hartati, S, & Maryunani, A. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu PostPartum Seksio Sesarea. CV. Trans Info Media.
Jakarta Timur

Hidayat A, A. A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta.

Jitowiyono S, & Kristiyanasari W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Nuha
aMedika. Yogyakarta.

Nursalam, 2016. Metodologi Ilmu Keperawatan. Salemba medika, Jakarta.

Prasetyo, N. S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rahman A. (2015). Hubungan Antara Nyeri Dan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post
Laparatomi Di Irna Ruang Bedah RSUP. Dr. M. Djamil. Tidak Di Terbitkan. Padang. Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas. http://repository.unand.ac.id.. juli 2015

Rustiananawati Y, Karyati S & Hamiwan R. (2013). The Effectiveness of Early Ambulation to degradation of
Pain Intensity at the Pasca Laparatomy Surgery Patient in The District Governmant Hospital of
Kudus.http://download.portalgaruda.org. JIKK. Vol. 4, No 2, Juli 2013.

Soewadji J & MA, 2012. Pengantar Metode Penelitian. Mitra Wacana Medis, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 5 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
513

Anda mungkin juga menyukai