Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KONDISI PECAHNYA KETUBAN DAN USIA KEHAMILAN SAAT

LAHIR DENGAN RESIKO TERJADINYA IKTERUS DI RSU. BEN MARI MALANG


Vivin Yuni Astutik1, Nisa’I Daramita2
Program Studi Diploma IV Kebidanan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi
vivinyuniastutik@gmail.com, nisaidaramita@gmail.com

ABSTRAKSI

Menurut World Health Organization (WHO) di negara berkembang, kematian maternal berkisar
antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan negara maju, kematian maternal
berkisar antara 5-10 perkelahiran hidup ( Hartono, 2010 )
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hubungan Kondisi Pecahnya Ketuban Dan Usia
Kehamilan Saat Lahir Dengan Resiko Terjadinya Ikterus di RSU. Ben Mari Malang. Metode dalam
penelitian ini menggunakan deskriptif analitik. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30. Analisa data
dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.
Nilai thitung untuk variable Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) sebesar 2,881 < -t0,05 (1,701) artinya
terdapat hubungan antara Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) dengan Resiko Terjadinya Ikterus (Y)
dengan signifikan 0,008 < 0,05. Nilai thitung untuk variable Usia Kehamilan Saat Lahir (X2) sebesar
2,679> t0,05 (1,701) artinya ada hubungan yang signifikan antara variable Usia Kehamilan Saat Lahir
(X2) dengan Resiko Terjadinya Ikterus (Y) dengan signifikan sebesar 0,012< 0,05. Nilai Fhitung sebesar
47.275> F0,05 (3,34) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan
antara Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) Dan Usia Kehamilan Saat Lahir (X2) Dengan Resiko Terjadinya
Ikterus. Adanya persamaan antara hasil penelitian yang telah dilakukan dengan teori yang telah ada
serta penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain.

Kata Kunci: Kondisi Pecahnya Ketuban, Usia Kehamilan Saat Lahir, Resiko Terjadinya
Ikterus

PENDAHULUAN sehingga seringkali terjadi rupture perineum.


Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan
Persalinan dan kelahiran merupakan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture
kejadian fisiologis pada wanita hamil. perineum karena perineum tidak cukup kuat
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, menahan regangan kepala bayi dengan berat
dan selaput ketuban yang telah cukup bulan badan bayi yang besar, sehingga terjadi rupture
atau dapat hidup di luar kandungan melalui ( Wiknjosastro, 2010 ). Paritas adalah klasifikasi
jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan wanita berdasarkan banyaknya mereka
( Manuaba, 2010 ). Persalinan seringkali melahirkan bayi yang usia gestasinya lebih dari
menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. 24 minggu. Paritas merupakan salah satu
Perineum merupakan bagian penting pada saat penyebab terjadinya rupture perineum pada ibu
proses persalinan pervaginam, yang sangat bersalin. Paritas mempunyai pengaruh
sensitif terhadap sentuhan dan cenderung terhadap kejadian rupture perineum ( Sofian,
mengalami rupture. Berat badan janin dengan 2011 ). Pada ibu dengan paritas satu atau ibu
berat badan melebihi 4000 gram pada primipara memiliki resiko lebih besar untuk
umumnya dapat menyebabkan distosia mengalami rupture perineum daripada ibu
32
dengan paritas lebih dari satu. Hal ini lapisan spongiosa. Oleh karena daerah ini tidak
dikarenakan jalan lahir yang belum pernah termasuk dalam daerah sisi rupture, daerah ini
dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot dapat muncul sebelum selaput ketuban pecah
perineum belum meregang akan terjadi dan menjadi titik awal pecahnya selaput
penekanan otot-otot yang berada di sekitar ketuban (Krisnandi dkk, 2009). Tanda dan
perineum oleh kepala janin sehingga gejala saat terdapat ketuban pecah dini yaitu
mengakibatkan terjadi rupture perineum ( sebagai berikut:
Manuaba, 2010 ). 1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh,
Ketuban adalah suatu membran yang jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit
membungkus fetus, termasuk golongan - sedikit atau sekaligus banyak.
membran ekstra-embrional, strukturnya tipis, 2. Dapat disertai demam apabila sudah
namun cukup kuat untuk melapisi korion dan terdapat infeksi.
berisi embrio yang kelak akan tumbuh menjadi 3. Janin mudah diraba, pada pemeriksaan
fetus, dengan cairan amnion di sekitarnya dalam selaput ketuban tidak ada, air
(Harjono, 1996). Air ketuban sendiri berwarna ketuban sudah kering.
putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang 4. Pada pemeriksaan inspekulo tampak selaput
khas, agak amis dan manis. Cairan ini ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
mempunyai berat jenis 1,008, yang akan kering atau tampak air ketuban mengalir
menurun seiring bertambahnya usia kehamilan. (Sukarni, 2013).
Air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya terdiri 5. Keluarnya cairan ketuban merembes
atas garam anorganik serta bahan organik dan melalui vagina dengan bau manis dan tidak
bila diteliti benar, terdapat rambut lanugo seperti bau amoniak.
(rambut halus berasal dari bayi), sel-sel epitel, 6. Bercak vagina yang banyak.
dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit 7. Nyeri perut.
bayi). Protein ditemukan rata-rata 2,6% gram 8. Denyut jantung janin bertambah cepat yang
per liter, sebagian besar sebagai albumin merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Wiknjosastro, 2005). Dari mana cairan ini (Norma, 2013).
berasal belum diketahui secara pasti, masih Muslihatun (2011) menyatakan bahwa usia
diperlukan penelitian lebih lanjut. Telah banyak kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak
teori yang dikemukakan mengenai hal ini. terjadinya konsepsi sampai dengan saat
Pecahnya selaput ketuban sewaktu inpartu kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
merupakan kelemahan secara umum akibat terakhir (mesntrual age of pregnancy).
kontraksi uterus dan tegangan yang berulang- Kehamilan cukup bulan (term/ aterm adalah
ulang. Kekuatan regangan selaput ketuban usia kehamilan 37 – 42 minggu (259 – 294 hari)
berkurang pada preparat histology yang lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm)
diperoleh setelah intaprtu dibandingkan adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu (259
dengan yang diperoleh dari persalinan sesar hari). Dan kehamilan lewat waktu (postterm)
tanpa inpartu. Kelemahan umum selaput adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu (294
ketuban lebih sulit ditentukan antara ketuban hari).
pecah dini dan selaput ketuban yang a. Metode Penilaian Usia Kehamilan
dipecahkan secara buatan selama proses Menentukan usia kehamilan yang akurat
persalinan. Selaput ketuban yang pecah dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu :
sebelum waktunya, lebih sering tampak karena a) Metode Rumus Neagle Metode Rumus
kelemahan local saja daripada kelemahan Neagle digunakan untuk menghitung
umum. Daerah sisi dekat rupture disebut ‘’zona usia kehamilan berdasarkan hari pertama
retrikasi’’ yang ditandai oleh daerah haid 18 terakhir (HPHT) hingga tanggal
pembengkakan dan kerusakan fibrin jaringan saat anamnese dilakukan. Rumus Neagle
kolagen antara jaringan padat, fibroblas, dan memperhitungkan usia kehamilan
33
berlangsung selama 280 hari (40 usia kehamilan dengan USG
minggu). Usia kehamilan ditentukan menggunakan 3 cara yaitu:
dalam satuan minggu. Selain umur 1. Mengukur diameter kantong
kehamilan, dengan rumus Neagle dapat kehamilan pada kehamilan 6-12
diperkirakan pula hari perkiraan minggu.
persalinan/lahir (HPL). Namun rumus 2. Mengukur jarak kepala bokong pada
ini hanya bisa digunakan untuk ibu yang kehamilan 7-14 minggu.
siklus haidnya teratur. 3. Mengukur diameter biparietal (BPD)
Cara menghitung Hari Perkiraan Lahir pada kehamilan lebih 12 minggu.
(HPL) : d) Gerakan pertama Fetus
1. Apabila HPHT pada bulan Januari dan Gerakan pertama fetus dapat dirasakan
pertengahan Maret (Sebelum dari tanggal pada umur kehamilan 16 minnggu.
25) menggunakan rumus = +7 +9 +0 e) Palpasi Abdomen
Contoh : HPHT : 6 Januari 2013 Palpasi Leopold merupakan teknik
= 6 / 1 / 2013 pemeriksaan pada perut ibu untuk
= +7 +9 +0 menentukan posisi dan letak janin
Jadi HPLnya = 13 / 10 / 2013 (13 dengan melakukan palpasi abdomen.
Okt 2013) Palpasi Leopold terdiri dari 4 langkah
2. Apabila HPHT lebih dari pertengahan (Beaty, 2011) :
Maret (Dari tanggal 25 dan selebihnya) 1. Leopold 1 yaitu untuk menentukan
dan bulan seterusnya sampai akhir letak fundus uteri dan bagian apa
Desember menggunakan rumus = +7 -3 terdapat di fundus.
+1 2. Leopold II yaitu untuk menentukan
Contoh : HPHT : 8 Juli 2013 dimana letaknya punggung janin atau
= 8 / 7 / 2013 dan dimana letak bagian-bagian kecil
= +7 -3 +1 janin dan mendengarkan djj.
Jadi HPLnya = 15 / 4 / 2014 3. Leopold III yaitu untuk menentukan
(15 Apr 2014) apa yang terdapat dibagian bawah
b) Metode Pengukuran TFU Metode janin dan apakah bagian bawah janin
pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) sudah masuk pintu atas panggul atau
dapat dilakukan dengan menggunakan belum.
pita ukur. Titik nol pita pengukur 4. Leopold IV yaitu untuk menentukan
diletakkan pada tepi atas simfisis pubis seberapa jauh bagian terdahulu sudah
dan pita pengukur ditarik melewati garis masuk pintu atas panggul.
tengah abdomen sampai puncak. 19 f) Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran 1. Mempergunakan TFU
yang terukur sebaiknya diperkirakan Perkiraan tinggi fundus uteri
sama dengan jumlah minggu kehamilan dilakukan dengan palpasi fundus dan
setelah 22-24 minggu kehamilan. membandingkan dengan patokan.
c) Metode Pemeriksaan Ultrasonografi Tabel 1 Perhitungan Usia Kehamilan
(USG) Ultrasonografi (USG) merupakan berdasarkan Fundus Uteri
salah satu imaging diagnostic (pencitraan Umur kehamilan Tinggi fundus
diagnostik) untuk pemeriksaan bagian- uteri
bagian dalam tubuh manusia, dimana 12 minggu 1/3 diatas simpisis
dapat mempelajari bentuk, ukuran 16 minggu ½ simpisis- pusat
anatomis, gerakan serta hubungan 20 minggu 2/3 diatas simpisis
dengan jaringan sekitarnya. Penentuan 24 minggu Setinggi pusat

34
28 minggu 1/3 diatas pusat hyperbilirubinemia yang merupakan suatu
32 minggu ½ pusat- prosesus keadaan meningkatnya kadar bilirubindi dalam
xifoideus jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva,
36 minggu Setinggi prosesus kulit, dan mukosa akan berwarna kuning.
xifoideus (Ridha, 2014). Tanda dan gejala :
40 minggu ½ pusat- 1. Ikterus fisiologis
prosesus 1) Warna kuning akan timbul pada hari
xifoideus kedua atau ketiga setelah bayi lahir dan
2. Menggunakan alat ukur kapiler tampak jelas pada hari kelima sampai
Kapiler digunakan dengan keenam dan menghilang sampai hari
meletakan satu ujung pada tepi atas kesepuluh.
simpisis pubis dan ujung yang lain pada 2) Kadar billirubin indirek tidak lebih dari
puncak fundus. Kedua ujung diletakan 10 mg/dlpada neonatus cukup bulan dan
pada garis tengah abdominal. Ukuran 12,5 mg/dl pada neonatus kurang bulan.
kemudian dibaca pada skala cm yang 3) Kecepatan peningkatan kadar billirubin
terletak ketika dua ujung kapiler tidak lebih dari 5mg/dl per hari.
bertemu. Ukuran diperkirakan sama 4) Kadar billirubin direk tidak lebih dari 1
dengan minggu kehamilan sekitar 22-24 mg/dl.
minggu 5) Tidak memiliki hubungan dengan
3. Menggunkan Pita Ukur keadaan patologis yang berpotensi
Pita ukur merupakan metode akurat menjadi kern ikterus (ensefalopati
kedua dalam pengukuran tinggi fundus billiaris adalah suatu kerusakan otak
uteri setelah 22-24 minggu kehamilan. akibat perlengketan billirubin indirek
Titik nol pita pengukur diletakan pada pada otak). (Ridha, 2014)
tepi atas simpisis pubis dan pita 2. Ikterus patologis
pengukur ditarik melewati garis tengah 1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
abdomen sampai pucak. Hasil baca 2) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada
dalam skalacentimeter, ukuran yang neonatus cukup bulan atau melebihi
terukur sebaiknya diperkirakan sama 12,5% pada neonatus kurang bulan.
dengan jumlah minggu kehamilan 3) Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg%
setelah 22-24 minggu kehamilan. per hari.
Ikterik neonatus atau penyakit kuning 4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu
adalah kondisi umum pada neonatus yang pertama.
mengacu pada warna kuning pada kulit dan 5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
sklera yang disebabkan terlalu banyaknya 6) Mempunyai hubungan dengan proses
bilirubin dalam darah (Mendri, 2017). hemolitik (Arief, 2009)
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar
bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg/dl METODE PENELITIAN
pada 24 jam pertama yang ditandai dengan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tampaknya ikterik pada kulit, sklera, dan organ kuantatif dimana penelitian yang datanya
lain. Hyperbilirubinemia adalah suatu keadaan merupakan data kuantitatif sehingga
pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin analisisdatanya menggunakan analisis kuantitaif
serum total lebih dari 10 mg/dl pada 24 jam yaitu dalam bentuk angka. Metode yang
pertama kehidupan dengan ditandai adanya digunakan adalah deskriptif korelatif dengan
ikterik, keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir rancangan penelitian cross sectional yakni
yang disebut ikterik neonatus yang bersifat pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat
patologis atau yang lebih dikenal dengan saja, pada saat pengumpulan data dilakukan
berdasarkan analisis data untuk mengetahui
35
hubungan antara variabel independen ( lama NO UMUR JUMLAH PRESENTASE
pecahnya ketuban dan usia kehamilan saat lahir 1 20-25 15 50 %
) dengan variabel dependen ( Resiko terjadinya tahun
asfiksia)( Nursalam, 2008). Penelitian ini 2 26-30 8 27%
dilaksanakan di RSU. Ben Mari Kelurahan tahun
Kendalpayak Kota Malang dilaksanakan pada 3 > 7 23%
bulan Febuari 2020 sampai April 2020. 30tahun
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Berdasarkan Tabel 2 berikut maka dapat
independen adalah Kondisi Pecahnya Ketuban diketahui bahwa dari 30 ibu bersalin 15 orang
(X1), Usia Kehamilan Saat Lahir (X2),dan berusia 20-250 tahun (50%), 8 orang berusia
variabel terikat adalah Ikterus Neonatorum 26-30 tahun (27%), 7 orang berusia >30 tahun
(Y). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu (23%). Dari data di atas dapat disimpulkan
bersalin di RSU. Ben Mari. Jumlah populasi bahawa paling banyak usia ibu yang di jadikan
dalam penelitian ini adalah 50 ibu bersalin. responden adalah berkisar 20-25 tahun.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan
ibu bersalin. Teknik sampel yang digunakan pekerjaan
dalam penelitian ini menggunakan random atau NO JENIS JUMLAH PRESENTASE
acak. PEKERJAAN
Pada penelitian ini langkah-langkah analisa 1 Tidak bekerja 6 20%
yang dilakukan adalah data dikumpulkan, 2 Wiraswasta 9 30%
kemudian diberikan penelitian pada data sesuai 3 Pegawai 8 27%
variabel masing-masing kemudian swasta
ditabulasikan, selanjutnya dianalisa secara 4 ASN 7 23%
kuantitatif. Dalam penelitian ini data diolah Berdasarkan Tabel 3 berikut dapat dilihat
dengan bantuan SPSS (Statistical Program For dari 30 responden terdapat 6 orang tidak
Social Science) for windows dengan tujuan untuk bekerja (6%), 9 orang sebagai wirasawasta
mempermudah dalam proses analisis data. (30%), 8 orang berprofesi sebagai pegawai
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan swata (27%),7 orang sebagai pegawai negeri
perhitungan regresi linear berganda. sipil (23%). Sehungga dapat di simpulkan
bahawa jenis pekerjaan responden paling
HASIL DAN PEMBAHASAN banyak yaitu sebagai wiraswasta.
A. Karakteristik Subyek penelitian Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan
Penelitian ini mendeskripsikan jumlah anak
mengenai Hubungan Kondisi Pecahnya NO JUMLAH JUMLAH PRESENTASE
Ketuban dan Usia Kehamilan Saat Lahir ANAK
dengan Resiko Terjadinya Ikterus di RSU.
1 1 10 33%
Ben Mari. Berdasarkan hasil wawancara
2 2 8 27%
yang telah dilakukan kepada 30 responden
3 3 6 20%
yaitu ibu yang akan bersalin didapatkan
beberapa data tentang karateristik 4 >3 6 20%
responden , yaitu umur, pekerjaan ibu, Berdasarkan Tabel 4 berikut dapat dilihat
jumlah anak, jenis persalinan. Berdasarkan dari 30 responden memiliki anak satu yaitu 10
hasil tersebut maka karateristik responden orang (33), 8 orang ( 27 %) memiliki 2 anak, 6
dapat diuraikan sebagai berikut : orang ( 20%) memepunyai tiga orang anak,
Tabel 2. Karakteristik responden dan 6 orang ( 20%) memepunyai lebih dari
berdasarkan umur tiga orang anak. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa paling banyak responden

36
mempunyai anak satu yaitu sejumlah 10 Persamaan regresi linier berganda dari
orang(33%). persamaan tersebut dapat dilihat dibawah
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan ini :
jenis persalinan Y=β0+ β1x1+ β2x2+€
NO JENIS JUMLAH PRESENTASE Y= 5,14 + 0,159 (X1) + 0,210 (X2)
PERSALINAN Pada persamaan regresi linier berganda
1 Persalinan 13 43% tersebut, diketahui koefisien regresi
normal variabel X1 positif Artinya setiap kenaikan
2 Section sesarea 17 57% satu skor Kondisi Pecahnya Ketuban (X1)
Berdasarkan Tabel 5 berikut dapat dilihat akan menurunkan Resiko Terjadinya
dari 30 responden yang mengalami persalinana Ikterus (Y) sebesar 0,159. Sedangkan
secara normal yaitu 13 orang (43%), 8 dan 17 koefisien regresi variable X2 positif artinya
orang ( 57%) melahirkan secara section setiap kenaikan satu skor Usia Kehamilan
sesarea. Dari data tersebut dapat disimpulkan Saat Lahir (X2) akan menurunkan resiko
bahwa paling banyak responden melahirkan terjadinya Asfiksia Neonatorum (Y)
secara sectiosesarea yaitu sejumlah 17 sebesar 0,210.
orang(57%). Tabel 7. Analisis Statistik Koefisien Regresi
B. DATA KHUSUS dan Thitung Hubungan Kondisi Pecahnya
Analisis statistik dan pengujian penelitian Ketuban (X1) Dan Usia Kehamilan Saat
Hubungan Kondisi Pecahnya Ketuban Dan Lahir (X2) Dengan Resiko Terjadinya
Usia Kehamilan Saat Lahir Dengan Resiko Ikterus di RSU. Ben Mari Malang
Terjadinya Ikterus di RSU. Ben Mari Malang. Variabel R Square Thitung Sig. t0,05

Tabel 6. Nilai Rata – Rata, Nila Terkecil, Nilai X1 dengan 0,882 2,881 0,008 1,701
Terbesar Dari Variabel Kondisi Y
Pecahnya Ketuban (X1) Dan Usia X2 dengan 2,679 0,012
Kehamilan Saat Lahir (X2) Dengan Y
Resiko Terjadinya Ikterus di RSU. Ben
Mari Malang Berdasarkan tabel 7 diatas dapat
N Rata -Terkecil Terbesar Std. diketahui bahwa nilai thitung untuk variable
Rata Deviation Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) sebesar 2,881
Kondisi 30 8,349 0,46 0,272 0,477 < -t0,05 (1,701) artinya terdapat hubungan antara
Pecahnya Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) dengan
Ketuban Resiko Terjadinya Ikterus (Y) dengan
(X1) signifikan 0,008 < 0,05. Nilai thitung untuk
Usia 30 0,177 0,49 0,371 0,443 variable Usia Kehamilan Saat Lahir (X2)
Kehamila sebesar 2,679> t0,05 (1,701) artinya ada
n Saat hubungan yang signifikan antara variable Usia
Lahir (X2) Kehamilan Saat Lahir (X2) dengan Resiko
Berdasarkan Tabel 6 untuk variabel Terjadinya Ikterus (Y) dengan signifikan
Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) mempunyai sebesar 0,012< 0,05.
nilai rata – rata 8,349 dengan nilai terbesar Berdasarkan hasil analisis tersebut
0,272 dan nilai terkecil 0,46 dengan standar didapatkan nilai R Square dari variable
deviasi 0,477, sedangkan untuk variabel Usia Hubungan Kondisi Pecahnya Ketuban (X1)
Kehamilan Saat Lahir (X2) mempunyai nilai Dan Usia Kehamilan Saat Lahir (X2)yaitu
rata – rata 0,17 dengan nilai terbesar 0,371 dan sebesar 0,882 yang artinya Hubungan Kondisi
nilai terkecil 0,49 dengan standar deviasi 0,443. Pecahnya Ketuban (X1) Dan Usia Kehamilan

37
Saat Lahir (X2) berpengaruh terhadap Resiko ada serta penelitian yang telah dilakukan
Terjadinya Ikterus sebesar 88,2% sedangkan oleh pihak lain.
11,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti. UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada pimpinan dan staf RS Ben Mari
Tabel 8. Analisis Ragam Regresi dan Fhitung dari Malang, seluruh responden dan mahasiswi atas
Hubungan Kondisi Pecahnya Ketuban partisipasinya dalam penelitian ini.
(X1) Dan Usia Kehamilan Saat Lahir (X2)
Dengan Resiko Terjadinya Ikterus di
RSU. Ben Mari Malang DAFTAR PUSTAKA
N Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Fhitung Ftabel(
o Variasi Kuadrat Bebas Tengah 0,05) Arief,ZR.2009.Neonatus dan Asuhan
1 Regresi 16.698 2 8.349 47.275 3,34 Keperawatan Anak.Yogyakarta:Nuha
2 Galat 4.768 27 0,177 Medika
3 Total 21.467 29 Dewi, Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan
Berdasarkan table 8 diatas untuk hasil Neonatus Bayi dan Anak
analisis ragam regresi didapatkan nilai Fhitung Balita.Jakarta: Salemba Medika
sebesar 47.275> F0,05 (3,34) dengan nilai Chrisna H.2010.Asosiasi Tingkat
signifikan sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada Kekeruhan Adanya Sterkobilin dan
hubungan yang signifikan antara Kondisi Bilirubin Pada Air Ketuban Keruh
Pecahnya Ketuban (X1) Dan Usia Kehamilan dengan Terjadinya Sindrom
Saat Lahir (X2) Dengan Resiko Terjadinya Aspirasi Mekonium.Program
Ikterus. Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik
dan Program Pendidikan Dokter
KESIMPULAN Spesialis-I Ilmu Kesehatan Anak
Universitas di Ponegoro Semarang
1. Nilai thitung untuk variable Kondisi Pecahnya Gita.Kostania, 2014.Kelainan Air Ketuban
Ketuban (X1) sebesar 2,881 < -t0,05 (1,701) Polihidramnion dan
artinya terdapat hubungan antara Kondisi Oligohidramnion.
Pecahnya Ketuban (X1) dengan Resiko Oshigita.Wordpress
Terjadinya Ikterus (Y) dengan signifikan Kementrian Kesehatan Republik
0,008 < 0,05. Nilai thitung untuk variable Usia Indonesia.2015.Profil Kesehatan Indonesia
Kehamilan Saat Lahir (X2) sebesar 2,679> Kevin Adrian.2018.Memahami Air Ketuban
t0,05 (1,701) artinya ada hubungan yang dan Fungsinya
signifikan antara variable Usia Kehamilan Kosim, 2010.Buku ajar Neonatologi.1 st
Saat Lahir (X2) dengan Resiko Terjadinya ed.Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Ikterus (Y) dengan signifikan sebesar Manuaba, 2009. Kapita Selekta
0,012< 0,05 Penatalaksanaan Rutin Obstetri
2. Nilai Fhitung sebesar 47.275> F0,05 (3,34) dan Giinekologi. Jakarta : FKUI.
dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 Marni dan Kukuh rahardjo.2012.Asuhan
artinya ada hubungan yang signifikan antara Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Kondisi Pecahnya Ketuban (X1) Dan Usia Prasekolah.Yogyakarta:Pustaka
Kehamilan Saat Lahir (X2) Dengan Resiko Pelajar
Terjadinya Ikterus. Marmi, dkk,.Asuhan Kebidanan Patologi.
3. Adanya persamaan antara hasil penelitian Yogyakarta : PustakaPelajar, 2016.
yang telah dilakukan dengan teori yang telah Mendri dan Prayogi, S.2017. Asuhan
Keperawatan Pada Anak Sakit dan

38
Bayi Resiko
Tinggi.Yogyakarta:Pustaka Baru
Nugroho, T. (2011). Kasus Emergency
Kebidanan untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2010.Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014.
Ridha N.2014.Buku Ajar Keperawatan Pada
Anak.Jakarta:Pustaka Pelajar
Rokan Hulu. ”Jurnal Maternity and
Neonatal.” Vol. 1 no. 3
(2011).http://ejournal.upp.ac.id/index
.php/akbd/article/download/1103/8
04 ( Diakses tanggal 06 Juni 2017 ).
Rukiyah, Yulianti,2010. Asuhan Neonatus
Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info
Medika
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT.
Bina Pustaka.
Sastrawinata,S.2004,Ilmu Kesehatan
Reproduksi : Obstetri Patologi.Ed-2
Jakarta : EGC
Sholeh Kosim.2016. Pemeriksaan
Kekeruhan Air Ketuban. Jurnal
Bagian Ilmu Kesehatan. Volume 11

39

Anda mungkin juga menyukai