Anda di halaman 1dari 43

8

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan proses yang alamia. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,

bukan patologis. Kehamilan didefenikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan menurut kalender

internasional(Walyani, 2015)

B. Tanda-tanda kehamilan

Menurut Walyani (2015), tanda-tanda pasti kehamilan yaitu:

a. Tanda pasti hamil

1) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada

orang gemuk lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonik (Dopler). DJJ

dapat didengarkan lebih awal lagi sekitar minggu ke 12. Melakukan

auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain,

seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.

2) Gerkan Janin dalam rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12

minggu, tetapi baru dirasakan oleh pada usia kehamilan 16-20 minggu,
9

karena diusia kehamilan tersebut ibu hamil dapat merasakan gerakan

halus hingga tendangan kaki bayi diusia kehamilan 16-18 minggu.

3) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (Kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (Lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir), bagian janin ini

dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

4) Kerangka janin

Kerangaka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

b. Primi atau multigravida

Perbedaan antara primigravida dan multigravida adalah:

1) Primigravida

Buah dada tegang, puting susu runcing, perut tegang dan menonjol

kedepan, striae lividae, perinium utuh, vulva tertutup, hymen

perforatus, vagina sempit dan teraba rugae,dan porsio runcing.

2) Multigravida

Buah dada lembek, menggantung, puting susu tumpul, perut lembek

dan tergantung, striae lividae dan striae albicans, perinium erparut,

vulva menganga, carunculae myrtiformis, vagina longgar, selaput

lendir licin, porsio tumpul dan berbagi dalam bibir depan dan bibir

belakang.
10

3) Tuanya kehamilan

Tuanya kehamilan dapat diduga dari lamanya amenore, dari tingginya

fundus uteri, dari besarnya anak terutama dari besarnya kepala anak,

misalnya diameter biparietal dapat diukur secara tepat dengan

ultrasound, dari saat mulainya terasa pergerakan anak, dari saat

mulainya terdengar bunyi jantung anak, dari masuk atau tidak

masuknya kepala kedalam rongga panggul, dengan pemeriksaan

amniocentesis.

4) Janin hidup atau mati

a) Tanda-tanda anak mati adalah denyut jantung janin tidak terdengar,

rahim tidak membesar dan fundus uteri turun, palpasi anak menjadi

kurang jelas, dan ibu tidak merasakan pergerakan anak.

b) Tanda-tanda anak hidup adalah denyut jantung janin terdengar

jelas, rahim membesar, palpasi anak menjadi jelas, dan ibu merasa

ada pergerakan anak.

5) Anak/ Janin tunggal atau kembar

a) Tanda-tanda anak kembar adalah perut lebih besar dari umur

kehamilan, meraba 3 bagian besar/lebih (Kepala dan bokong)

meraba 2 bagian besar berdampingan, mendengar denyut jantung

janin pada 2 tempat, dan USG nampak 2 kerangka janin.

b) Tanda-tanda anak tunggal adalah perut membesar sesuai umur

kehamilan, mendengar denyut jantung janin pada 1 tempat, dan

USG nampak 1 kerangka janin


11

6) Letak janin (letak kepala)

Istilah letak anak dalam rahim mengandung 4 pengertian di

antaranya adalah:

a) Situs (letak)

Letak sumbuh panjang anak terhadap sumbuh panjang ibu

misalnya: letak bujur, letak lintang dan letak serong.

b) Habitus (sikap)

Sikap bagian anak satu dengan yang lain, misalnya: fleksi

(letak menekur) dan defleksi (letak menengadah). Sikap anak

yang fisiologis adalah badan anak dalam kyphose, kepala

menekur, dagu dekat pada dada, lengan bersilang di depan

dada, tungkai berlipat pada lipatan paha, dan lekuk lutut rapat

pada badan.

c) Position (kedudukan)

Kedudukan salah satu bagian anak yang tertentu terhadap

dinding perut ibu/jalan lahir misalnya: punggung kiri,

punggung kanan.

d) Presentasi (bagian terendah)

Misalnya: presentasi kepala, presentasi muka, presentasi dahi.

7) Intra uterine atau ekstra uterine

a) Intra uterine (kehamilan dalam rahim), tanda-tandanya yaitu

palpasi uterus berkontraksi ( Braxton Hicks) dan terasa ligamentum

rotundum kiri kanan.


12

b) Ekstra uterine (kehamilan di luar rahim)

Kehamilan di luar rahim disebut juga kehamilan ektopik, yaitu

kehamilan di luar tempat yang biasa. Tanda-tandanya yaitu:

pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu, anak lebih mudah

terabah, kontraksi Braxton Hicks negative, rontgen bagian terendah

anak tinggi, saat persalinan tidak ada kemajuan, dan VT kavum

uteri kosong.

8) Keadaan jalan lahir (normal/CPD)

Apakah keadaan luarnya dalam keadaan normal.

9) Keadaan umum penderita (sehat/tidak)

Keadaan umum ibu sangat mempengaruhi proses persalinan. Ibu yang

lemah atau sakit keras tentu tidak diharapkan menyelesaikan proses

persalinan dengan baik. Sering dapat kita menduga bahwa adanya

penyakit pada wanita hamil, dari keadaan umum penderita atau dari

anamnese.

C. Tinjauan Umum ANC pada Ibu Hamil

Kehamilan adalah penyatuan antara spermatozoa dan ovum yang

selanjutnya terjadi implantasi atau proses menempel embrio ke bagian dalam

uterus. Masa gestasi dihitung dari hari pertama haid terakhir yang berlangsung

40 minggu atau 280 hari (Syaiful & Fatmawati, 2019). Kehamilan normal dari

ovulasi hingga persalinan adalah 40 minggu atau tidak lebih dari 43 minggu

(300 hari). Selama kehamilan, ibu hamil perlu melakukan deteksi dini terkait

masalah, penyakit, komplikasi terkait kehamilan seperti mual berlebihan,


13

pusing, sakit kepala hebat, perdarahan, gerakan janin, perilaku perubahan

selama kehamilan (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan kesehatan ibu selama

masa kehamilan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan (Suarayasa, 2020). Pelayanan antenatal dilakukan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan, adapun yang melaksanakan pelayanan antenatal

yaitu tenaga kesehatan yang kompeten seperti dokter spesialis kebidanan,

dokter umum, perawat dan bidan (Made et al., 2018). Pelayanan antenatal care

terpadu ialah sistematis pelayanan antenatal dengan program lain yang

membutuhkan perencanaan selama kehamilan (Maternity et al., 2017).

Untuk meningkatkan hasil perinatal dan kepuasan ibu maka WHO

menganjurkan minimal 8 kunjungan selama kehamilan yaitu kunjungan ANC

pertama harus dilakukan pada trimester pertama, dua kali kunjungan

dilakukan pada trimester kedua, dan lima kali pada trimester ketiga. Hal

tersebut untuk menampakkan partisipasi aktif ibu hamil dengan penyedia

layanan (Maternal and Reproductive Health Division, 2018). Konsultasi teknis

WHO merumuskan 39 rekomendasi terkait dengan lima intervensi yaitu

intervensi nutrisi, penilaian ibu dan janin, tindakan pencegahan, intervensi

untuk gejala fisiologis umum, dan intervensi sistem kesehatan untuk

meningkatkan pemanfaatan dan kualitas perawatan antenatal (WHO, 2016a).

Berbeda dengan hal tersebut, kunjungan ANC di Indonesia sebaiknya

dilakukan minimal 4 kali, sebagai berikut : kunjungan pertama (K1) pada

trimester 1 merupakan hubungan ibu hamil dengan petugas kesehatan pertama


14

kali untuk pemeriksaan kehamilan. Pada kunjungan ini, petugas kesehatan

berkesempatan membagi informasi mengenai faktor resiko ibu dan janin

kepada ibu hamil. Kunjungan kedua (K2) pada trimester 2, disarankan

memeriksakan kehamilan 1 bulan sekali hingga usia kehamilan 28 minggu.

Kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4), ibu hamil dianjurkan setiap 2

minggu melakukan pemeriksaan kehamilan (Ekasari & Natalia, 2019).

Pelayanan standar antenatal care setelah dikembangkan menjadi 14 T

yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, tekanan darah, tinggi fundus

uteri, Tetanus Toxoid (TT), tablet zat besi (minimal 90 tablet selama

kehamilan), test terhadap penyakit menular seksual/VDRL, temu wicara atau

konseling, pemeriksaan Hb, pemeriksaan urin protein, reduksi urin, perawatan

payudara (tekan pijat payudara), pemeliharaan tingkat kebugaran (senam

hamil), terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok), dan terapi obat

malaria (Setiyaningrum & Sugiarti, 2017).

Menurut (Dartiwen & Nurhayati, 2019), terdapat asuhan antenatal

terfokus yang terbagi atas beberapa hal sebagai berikut :

a. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui pendidikan

dan konseling, pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan

menghadapi persalinan komplikasi serta penyediaan Tetanus Toxoid

(TT)

b. Deteksi dini penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan

janin
15

c. Perencanaan yang tepat waktu untuk pengobatan penyakit atau

komplikasi

d. Peningkatan kesehatan dan komunikasi personal misalnya ibu hamil

dilibatkan secara aktif dan kesiapan dalam proses melahirkan dan

mengasuh anak.

e. Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat seperti

rencana persalinan terkait tempat, penolong, transportasi dan kesiapan

perlengkapan.

Adapun tujuan antenatal care (ANC) yaitu menyiapkan sebaik

mungkin fisik dan mental selama masa kehamilan, proses persalinan dan masa

nifas sehingga memperoleh ibu dan anak yang sehat (Pratiwi & Nawangsari,

2020).

Menurut (Wagiyo & Putrono, 2016), tujuan utama dari pelayanan

antenatal care di Indonesia yaitu: memonitor kemajuan kehamilan untuk

menilai kesehatan ibu dan bayi, meningkatkan dan menjaga kesehatan baik

fisik, mental maupun sosial, mendeteksi dini adanya keabnormalan selama

masa kehamilan, mempersiapkan persalinan yang matur dan selamat,

menyiapkan masa nifas ibu berjalan dengan baik, pemberian ASI eksklusif

serta menyiapkan keluarga untuk kelahiran bayi. Menurut Pelayanan antenatal

care (ANC) mempunyai 7 manfaat diantaranya yaitu : membuktikan

kehamilan melalui ultrasonografi (USG), mengetahui posisi kehamilan,

menilai usia kehamilan, menilai perkembangan janin, mendeteksi kelainan


16

janin, mengenali posisi bayi serta mengenali penyakit kehamilan (Lombogia,

2017).

D. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang dapat hidup ke dunia luar rahim melalui jalan lahir atau jalan lain

(Diana, 2019). Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

(37-42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim pada ibu. Prosedur secara

ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari rahim melalui proses yang dimulai

dengan terdapat kontraksi uterus yang menimbulkan terjadinya dilatasi serviks

atau pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad, 2019)

Persalinan adalah suatu kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yangh cukup bulan atau hampirh cukup bulan yang kemudian, disusul

dengan pengeluaran placenta dan selaput janin. Dalam proses persalinan dapat

terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan

perut bahkan sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-

perubahan psikis yaitu merasa takut kalau apabila terjadi bahaya atas dirinya

pada saat persalinan, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah

lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu (Rinata, 2019).
17

E. Tujuan Asuhan Persalinan

Menurut Kusnawati (2013) tujuan dari asuhan persalinan antara lain

sebagai berikut:

1) Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu

dan keluarga selam persalinan

2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani

komplikasi komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini

selama persalinan dan kelahiran.

3) Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri

untuk mendapat asuhan spesialis jika perlu.

4) Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu sesuai dengan intervensi

minimal tahap persalinannya.

5) Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi

yang aman.

6) Selalu memberitahu kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,

adanya penyulit maupun intervensi dalam persalinan.

7) Memberitahu asuhan yang tepat untuk bayi setelah lahir.

F. Jenis-jenis Persalinan

Menurut Kusumawardani (2019) jenis-jenis persalinan dibagi menjadi

tiga, diantaranya:

1. Persalinan yang spontan adalah suatu proses persalinan secara langsung

menggunakan kekuatan ibu sendiri.


18

2. Persalinan buatan adalah suatu proses persalinan yang berlangsung dengan

bantuan atau pertolongan dari luar, seperti: ekstraksi forceps (vakum) atau

dilakukan operasi section caesaerea (SC).

3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi sudah cukup

mampu bertahan hidup diluar rahim atau siap dilahirkan. Tetapi, dapat

muncul kesulitan dalam proses persalinan, sehingga membutuhkan

bantuan rangsangan dengan pemberian pitocin atau prostaglandin

(Kusumawardani, 2019).

G. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

proses persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power,

Passage, Passenger, Psikis ibu bersalin, dan Penolong persalinan yang

dijelaskan dalam uraian berikut.

1. Power (tenaga)

Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin untuk

lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga, yaitu primer

dan sekunder.

a. Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang

berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan hingga

pembukaan lengkap.

b. Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah

pembukaan lengkap.

2. Passenger (janin)
19

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus),

serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan dengan

passenger antara lain: janin bersikap fleksi dimana kepala, tulang

punggung, dan kaki berada dalam keadaan fleksi, dan lengan bersilang di

dada. Taksiran berat janin normal adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal

yaitu 120-160x/menit.

3. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan dimulai.

4. Psikis ibu bersalin

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang

menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan

dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan

terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa.

Nyeri merupakan fenomena yang subjektif, sehingga keluhan nyeri

persalinan setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang

samapun tingkat nyeri persalinannya tidak akan sama dengan nyeri

persalinan yang sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat penting


20

dalam menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami

proses persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas

kesehatan yang akan menolong persalinannya.

Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu

yang disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus

meyakini bahwa ia mampu menjalani proses persalinan dengan lancar.

Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan positif maka keyakinan

tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat besar saat berjuang

mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak semangat atau mengalami

ketakutan yang berlebih maka akan membuat proses persalinan menjadi

sulit.

5. Penolong persalinan

Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah petugas

kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan, antara

lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan petugas kesehatan yang

mempunyai kompetensi dalam pertolongan persalinan, menangani

kegawataruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas

kesehatan yang memberi pertolongan persalinan dapat menggunakan alat

pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk mencegah terjadinya

penularan infeksi dari pasien.

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga professional di

masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang


21

diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang

menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman (Nurhapipa,

2015).

H. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

1. Penurunan kadar progesterone

Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot-otot rahim,

sedangkan hormon progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-otot

rahim. Selama masa kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar

progesterone dan esterogen di dalam darah. Namun, pada akhir kehamilan

kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Hal inilah yang

menandakan sebab-sebab mulainya persalinan (Fitriana dan Widy, 2020).

2. Teori oxytocin

Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah sehingga

menimbulkan kontraksi otot-otot rahim (Fitriana dan Widy, 2020).

3. Ketegangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka terjadi kontraksi

untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya. Demikian pula dengan rahim,

maka dengan majunya kehamilan atau bertambahnya ukuran perut

semakin teregang pula otot-otot rahim dan akan menjadi semakin rentan

(Fitriana dan Widy, 2020).


22

4. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena anencephalus kehamilan sering lebih lama dari

biasanya (Fitriana dan Widy, 2020).

5. Teori prostaglandin

Protaglandin yang dihasilkan oleh decidua, di duga menjadi salah

satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan

bahwa prostaglandin F2 dan E2 diberikan secara intravena, dan extra

amnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.

Hal ini juga di dukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi,

baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama persalinan (Fitriana dan Widy, 2020)

I. Tanda-tanda Persalinan

Menurut (Rosyati, 2017) tanda dan gejala persalinan yaitu sebagai berikut.

1. Ibu merasa ingin meneran atau menahan napas bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada bagian rectum dan

vagina.

3. Perineum mulai menonjol.

4. Vagina dan sfingter ani mulai membuka.

5. Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin meningkat.


23

J. Tanda – Tanda Inpartu

1. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur. Sifat his pada persalinan :

a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.

c) Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks.

d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi

servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,

berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan.

Bloody show adalah pengeluaran dari mukus.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran

yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12%

wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan

dalam 24 jam.

4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara

dan multipara.

a. Nulipara.

Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan

pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya


24

ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian mulai

terjadi pembukaan.

b. Multipara.

Pada multipara seringkali serviks tidak menipis pada awal

persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara

serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.

5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

K. Fase-Fase Dalam Persalinan

1. Fase persalinan kala I

Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan ditandai

adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan

mendorong janin keluar melalui jalan lahir normal. Persalinan kala satu

disebut juga sebagai proses pembukaan yang dimulai dari pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap (10cm) (Girsang, 2017).

Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut.

a. Fase Laten

Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang regular

sampai terjadi dilatasi serviks yang mencapai ukuran diameter 3 cm.

Fase ini berlangsung selama kurang lebih 6 jam. Pada fase ini dapat

terjadi perpanjangan apabila ada ibu yang mendapatkan analgesic atau


25

sedasi berat selama persalinan. Pada fase ini terjadi akan terjadi

ketidaknyamanan akibat nyeri yang berlangsung secara terus- menerus.

b. Fase Aktif

Selama fase aktif persalinan, dilatasi serviks terjadi lebih cepat,

dimulai dari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi serviks

dengan diameter kurang lebih 4 cm sampai dengan 10 cm. Pada

kondisi ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena kebanyakan

ibu merasakan ketidaknyamanan yang berlebih yang disertai

kecemasan dan kegelisahan untuk menuju proses melahirkan.

2. Fase persalinan kala II

Kala dua disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini berlangsung

selama kurang lebih 2 jam pada ibu primigravida dan kurang lebih 1 jam

pada ibu multigravida. Adapun tanda dan gejala yang muncul pada kala

dua adalah sebagai berikut: a) Kontraksi (his) semakin kuat, dengan

interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik; b) Menjelang akhir kala

satu, ketuban akan pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara

mendadak dan tidak bisa dikontrol; c) Ketuban pecah pada pembukaan

yang dideteksi lengkap dengan diikuti rasa ingin mengejan; d) Kontraksi

dan mengejan akan membuat kepala bayi lebih terdorong menuju jalan

lahir, sehingga kepala mulai muncul kepermukaan jalan lahir, sub occiput

akan bertindak sebagai hipomoklion, kemudian bayi lahir secara berurutan

dari ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka, dan seluruhnya.


26

3. Fase persalinan kala III

Kala tiga disebut juga kala persalinan plasenta. Lahirnya plasenta

dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: a)

Uterus menjadi bundar; b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas

ke segmen bawah Rahim; c) Tali pusat bertambah panjang; d) Terjadi

perdarahan (adanya semburan darah secara tiba-tiba); e) Biasanya plasenta

akan lepas dalam waktu kurang lebih 6-15 menit setelah bayi lahir.

4. Fase persalinan kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan

plasenta lahir yang bertujuan untuk mengobservasi persalinan terutama

mengamati keadaan ibu terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada

kondisi normal tidak terjadi perdarahan pada daerah vagina atau organ

setelah melahirkan plasenta.

L. Perubahan Fisiologis pada Masa Persalinan

Menurut Sulistyawati (2017), Selama proses persalinan beberapa

perubahan fisiologis yang dapat terjadi yaitu:

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan

pembukaan serviks serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi

uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakan

kontraksi yang menimbulkan rasa yang sangat sakit.

b. Serviks
27

Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah kontraksi uterus

yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik keseluruh

selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila

selaput ketuban sudah pecah, bagian bawah janin dipaksa langsung

mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sabagai akibat kegiatan

daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar, yaitu pendataran dan

dilatasi pada serviks yang sudah melunak. Mungkin tidak terdapat

penurunan kepala janin selama pendataran serviks, tetapi paling sering

bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai pada kala II

persalinan, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas agak

lambat pada nulipara. Namun pada multipara khususnya paritas tinggi,

penurunan bisa berlangsung sangat cepat (Saifuddin, 2018).

c. Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol

meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg.

Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti sebelum

persalinan.

Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring dapat

mengurangi peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan darah

ini juga dapat disebabkan oleh rasa takut dan khawatir.


28

b) Suhu

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini

terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan

suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-2 ◦F (0,5-1◦C).

c) Pernafasan

1. Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal,

hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.

Hiperventilasi yang terjadi dalam waktu yang lama

menunjukan kondisi tidak normal dan bisa menyebabkan

alkalosis. Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang

akurat mengenai pernapasan karena angka dan iramanya

dipengaruhi oleh rasa tenggang, nyeri, khawatir serta

penggunaan teknik-teknik bernapas.

2. Observasi pernapasan ibu dan bantu dalam mengendalikan

pernapasannya untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu

lama.

d) Denyut Jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung

secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi detak

jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

a. Hematologi

1) Hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama

persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada


29

hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan

darah yang abnormal.

2) Waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi

peningkatan plasma. Sel-sel darah putih secara progesif

akan meningkat selama kala I persalinan sebesar 5.000-

15.000 WBC pada pembukaan lengkap.

3) Gula darah akan berkurang, kemungkinan besar disebabkan

karena peningkatan kontraksi ueterus dan otot-otot tubuh.

b. Gastrointestinal

Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara

substansial berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain

itu, pengeluaran getah lambung berkurang menyebabkan

aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan

lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan

meninggalkan perut dalam waktu yang biasa. Selama

persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan

waktu pengosongan lambung menjadi lambat.

c. Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun

anaerob akan meningkat secara terus-menerus. Kenaikan ini

sebagian besar disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot

tubuh.
30

M. Asuhan Persalinan Normal.

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkan

kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengontaminasi tabung suntik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menekannya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau

anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di

dalam larutan dekontaminasi).

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput


31

ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan

kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di

dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan

(seperti di atas).

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 - 180 kali/menit).

11. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,

12. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-

hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

13. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

14. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia

merasa nyaman).

15. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.

16. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

17. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
32

18. Membuka partus set.

19. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

20. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang

lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat

kepala lahir.

21. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau

kasa yang bersih.

22. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

23. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke

arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian

dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

25. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan

lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku


33

dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah

untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi

saat keduanya lahir.

26. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat

punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki

27. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di

atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya

(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

28. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu - bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

29. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

30. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

31. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,

ambil tindakan yang sesuai.


34

32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

33. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

34. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

35. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10

unit I.M. di gluteus atau atas paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

36. Memindahkan klem pada tali pusat.

37. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas

tulang pubis. dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi

kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

38. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke

arah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan

arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas

dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 - 40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut

mulai.

39. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali

pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan

lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.


35

40. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua

tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

41. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

menjadi keras).

42. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selapur ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput

ketuban lengkap dan untuh meletakkan plasenta di dalam kantung plastik

atau tempat khusus.

43. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

44. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

45. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut

dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain

yang bersih dan kering.

46. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling

tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.


36

47. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

48. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

49. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan

handuk atau kainnya bersih atau kering.

50. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

51. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

52. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

53. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pasca persalinan.

54. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan

yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan

larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.


37

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin

0,5 % selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60. Melengkapi partograf (Prawirohardjo, 2014)

N. Konsep Dasar BBL Normal

a. Pengertian

Menurut Wahyuni (2013) bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang

lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir

dari 2500 gram sampai dengan 4000 gram. Menurut Saifuddin (2014)

neonatus adalah suatu keadaan di mana bayi baru lahir dengan umur

kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi

kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara

spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterine. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan

pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang lahir saat umur kehamilan 37-

42 minggu, dengan berat lahir 2500-4000 gram dan harus dapat

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.

b. Ciri-ciri BBL Normal

Menurut Dewi (2013) ciri-ciri bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1) Lahir aterm antara 37-42 minggu

2) Berat badan 2500-4000 gram


38

3) Panjang badan 48-52 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Lingkar dada 30-38 cm

6) Lingkar lengan 11-12 cm

7) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit

8) Pernapasan ± 40-60 x/ menit

9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup

10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna

11) Kuku agak panjang dan lemas

12) Nilai APGAR > 7

13) Gerak aktif

14) Bayi lahir langsung menangis kuat

15) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16) Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

17) Refleks morro (gerakan memeluk ketika dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik.

18) Refleks grasping (menggengam) dengan baik

19) Genitalia

Beberapa refleks pada bayi di antaranya:

1. Refleks Mengisap
39

Benda menyentuh bibir disertai refleks meneln. Tekanan

pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul

isapan yang kuat dan cepat. Bisa dilihat saat bayi menyusu.

2. Refleks Mencari

Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi,

misalnya: mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi

menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka

mulutnya.

3. Refleks Genggam

Letakan jari pada palmar, tekanan dengan gentle, normalnya

bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan

bayi ditekan, bayi mengepalkan.

4. Refleks gores jari-jari kaki

Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral

telapak kaki ke arah atas kemudian gerakan jari sepanjang

telapak kaki. Bayi akan menunjukan respon berupa semua

jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.

5. Refleks morro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala

tiba-tiba digerakan atau dikejutkan dengan cara bertepuk

tangan.
40

6. Refleks Tonik Leher “Fencing”

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan

ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila

kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istrahat.

c. Asuhan bayi baru lahir

1. Jagalah bayi tetap kering dan hangat

Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibu, ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan

selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik

untuk mencegah keluarnya panas tubuh, pastikan bayi tetap hangat

dengan memeriksa telapak bayi 15 menit dan bila suhu bayi < 36,50 C

segera hangatkan bayi.

2. Kontak dini antar ibu dan bayi

Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir,

ikatan batin dan pemberian ASI untuk menyusui bayinya.

3. Pemeriksaan fisik

Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapatkelainan

pada bayi. Resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam

kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat

dianjurkan untuk tetap tinggal.

4. Pencegahan infeksi mata


41

Salep atau tetes mata diberikan segera setelah IMD (1 jam setelah

lahir). Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata

antibiotik tetrasiklin 1%.

O. Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu nifas

1. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Menurut Priwirohardjo (2013) masa nifas atau puerperium

adalah masa yang dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu(42 hari) setelah itu. Menurut Maritalia (2014) masa

nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara

perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil>

Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Berdasarkan

pengertian di atas maka dapat disimpulkan masa nifas adalah masa

setelah bayi dan plasenta lahir hingga 42 hari atau enam minggu yang

disertai dengan kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Rukiyah, dkk (2013) tujuan diberikannya asuhan pada

ibu selama masa nifas antar lain untuk:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting

dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu

dan bayi selalu terjaga.


42

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa

nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif

maupun penunjang.

3. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat

mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

4. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung

masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan di atas dapat

dilaksanakan.

5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga

berencana.

c. Peran dan tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Purwanti (2013), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa

nifas antara lain:

1) Teman dekat

Awal masa nifas kadang merupakan masa sulit bagi ibu. Oleh

karenanya ia sangat membutuhkan teman dekat yang dapat diandalkan

dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Pola hubungan yang

terbentuk antara ibu dan bidan akan sangat ditentukan oleh ketrampilan
43

bidan dalam menempatkan diri sebagai teman dan pendamping bagi ibu.

Jika pada tahap ini hubungan yang terbentuk sudah baik maka tujuan dari

asuhan akan lebih mudah tercapai.

2) Pendidik

Masa nifas merupakan masa yang paling efektif bagi bidan untuk

menjalankan perannya sebagai pendidik tidak hanya ibu sebagai ibu, tetapi

seluruh anggota keluarga melibatkan keluarga dalam setiap kegiatan

perawatan ibu dan bayi serta dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu teknik yang baik

untuk memberikan pendidikan kesehatan.

3) Pelaksanaan asuhan

Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, bidan sangat

dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu dan pengetahuan yang

paling terbaru agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pasien. Penguasaan bidan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat

mengenai kondisi pasien sangatlah penting, terutama menyangkut

penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar komplikasi dapat

dicegah.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut Nugroho, dkk (2014), masa nifas dibagi menjadi tahapan yaitu:

1. Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan. Pada saat ini ibu

sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.


44

2. Puerperium Intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih 6 minggu.

3. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama ibu, bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi

P. Pengertian KB

Upaya peningkatan kepedulian rakyat dalam mewujudkan keluarga

yang bahagia dan sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). Keluarga

berencana (Family planning, planned parenthood) ialah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah serta jarak kehamilan memakai

kontrasepsi. Berdasarkan dari WHO (2018) bahwa Keluarga Berencana (KB)

iala tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk menerima objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, menerima kelahiran

yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan serta memilih jumlah

anak dalam keluarga.

a. Tujuan KB

Tujuan program KB ialah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan menjadi dampak pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma tersebut. Tujuan program KB dibedakan menjadi 2

segi, yaitu :
45

a. Tujuan Umum

Tujuan umum yaitu untuk membangun keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

pengaturan kelahiran anak, sehingga tercapai keluarga bahagia

serta sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yaitu untuk memperbaiki kesehatan serta

kesejahteraan ibu, anak, keluarga, bangsa, mengurangi angka

kelahiran untuk meningkatkan taraf 15 hidup masyarakat serta

bangsa, memenuhi permintaan masyarakat terhadap pelayanan KB

yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka

kematian ibu, serta anak, penganggulangan persoalan kesehatan

reproduksi, dan memperbaiki penggunaan KB pasca persalinan di

Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan.

Menurut (Al-fauzi, 2017) bahwa program KB memiliki beberapa

tujuan yang dicermati akan membawa kemaslahatan serta mencegah

kemudaratan, baik bagi keluarga yang bersangkutan ataupun bagi negara

yang mengalami persoalan kependudukan. Khususnya kependudukan di

Indonesia, Tujuan program KB bisa dibedakan dari segi demografis dan

normatif, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Demografis

Tujuan demografis yaitu hasil pembangunan serta

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara semakin dapat


46

dirasakan, tidak sekedar memenuhi kebutuhankebutuhan yang

konsumtif seperti pangan, pelayanan kesehatan dan persoalan

sosial lainnya, namun mempertinggi kesejahteraan dan

kemakmuran negara serta membangun sarana-sarana yang lebih

produktif. Dan juga untuk mewujudkan penduduk tumbuh

seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera.

b. Tujuan Normatif

Tujuan normatif yaitu membangun suatu norma ke

tengah-tengah rakyat agar muncull kesamaan untuk menyukai

keluarga kecil dengan motto “2 anak lebih baik, 3 orang stop,

cewek cowok sama saja” sehingga melembaga serta merasa bangga

dengan jumlah keluarga yang cukup kecil yaitu Catur Warga atau

Panca Warga.

b. KB suntik 3 Bulan

Menurut Maryunani (2016), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu:

a) KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi

progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di

daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali.

b) Cara kerja :

1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.

2) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak

dapat masuk dalam rahim.

3) Menipiskan endometrium.
47

c) Keuntungan :

1) Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.

2) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

3) Sedikit efek samping

4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause

5) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

d) Kerugian :

1) Gangguan haid.

2) Pusing, mual kenaikan berat badan.

3) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian

Q. Manajemen asuhan kebidanan

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali

bertemu pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian

adalah karena metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis

yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan,

metoda SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses

penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan

pendokumentasian asuhan, dan denga n SOAP dapat membantu bidan dalam

mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh (Subiyanti, 2018).

S : Subjektif
48

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien

atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.

O : Objektif

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan /

observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data objektif

meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, atapu

pemeriksaan diagnostik lainnya.

A : Assesment

Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif dan

data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan guna

pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.

P : Planning

Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa.

Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang (Subiyanti,

2018).
49

R. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan

konsep atau teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Pembuatan

kerangka konsep mengacu pada masalah-masalah yang akan diteliti atau

berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram(Hidayat &

Misbahuddin, 2016). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Predisposing factors
1. Karakreristik Ibu Bersalin
(pendidikan, pekerjaan)
2. Sikap Ibu Bersalin
3. Adat kebiasaan

Reinfoncing factors
Pemeriksaan kesehatan
1. Dukungan Petugas
ibu bersalin
kesehatan
2. Dukunan Suami

Enabling factors
Ketersediaan sarana

Keterangan :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian Ibu bersalin


50

S. Kerangka Teori

Kerangka teori dibuat berdasarkan sumber yaitu : (Prawirohardjo,

2014) Kerangka kerja penelitian kasus pada ibu bersalin dengan persalinan

normal di Puskesmas Pekkabata.

Faktor yang mempengaruhi


persalinan: Power (Tenaga
Mengedan), Passage (Panggul),
Passager (Fetus)

Tanda-Tanda Persalinan : Lightening,


Perubahan Serviks, Persalinan Palsu,
Ketuban Pecah, Bloody Show,
Lonjakan Energi.

KALA I (Kala KALA II (Pengeluaran


Pembukaan): Fase Laten Janin).
dan Fase Aktif.

Mekanisme Persalinan :
Engagement, Fleksi, Rotasi
Dalam, Ekstensi, Putaran Paksi
Luar, Ekspulsi.

KALA III
(Pengeluaran Uri).

KALA IV
(Pengawasan).

Gambar 2.2. Kerangka kerja penelitian kasus pada ibu bersalin

dengan intrapartal normal (Prawirohardjo, 2014)

Anda mungkin juga menyukai