Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

PEMERIKSAAN TAMBAHAN KEKERASAN SEKSUAL

Pembimbing :

dr. Tutik Purwanti Sp.F

Disusun Oleh :

Rio Nizal Ivani (201910401011069)

Naafi Sabbah (201910401011)

Shinta Dewi Triandiny (201910401011)

Ratu Hanny Anggorowati (201910401011)

Adiningtyas Kurniawati (201910401011)

SMF FORENSIK RS BHAYANGKARA KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

i
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulisan referat forensik ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga,

para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Referat yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai

“Pemeriksaan Tambahan Kekerasan Seksual”. Penulisan referat ini diajukan untuk

memenuhi tugas kelompok stase forensik.

Dengan terselesaikannya referat ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada dr. Tutik Purwanti, Sp.F selaku pembimbing kami, yang telah

membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan referat ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya,

semoga referat ini dapat bermanfaat.

Kediri, 19 November 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1. Latar Belakang ......................................................................................4

1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................5

1.3. Manfaat Penulisan.................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................6

2.1. Definisi Persetubuhan ...........................................................................6

2.2. Pemeriksaan Tambahan Kekerasan Seksual .........................................6

2.2.1. Pemeriksaan Spermatozoa .............................................................6

2.2.2. Analisis Semen ..............................................................................10

2.2.3. Pemeriksaaan Penyakit Kelamin ...................................................14

2.2.4. Pemeriksaan Kehamilan ................................................................14

2.2.5. Pemeriksaan Toksikologi...............................................................14

2.2.6. Penentuan Golongan Darah ...........................................................15

2.2.7. Pemeriksaan Pelaku .......................................................................16

BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................19


4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kejahatan seksual adalah salah satu bentuk kejahatan yang menyangkut tubuh,

kesehatan, dan nyawa manusia. Kejahatan seksual mempunyai kaitan erat dengan ilmu

kedokteran forensik, yaitu dalam upaya pembuktian bahwasannya kejahatan itu

memang benar telah terjadi. Dalam upaya pembuktian secara kedokteran forensik,

faktor keterbatasan di dalam ilmu kedokteran itu sendiri dapat sangat berperan,

demikian halnya dengan faktor waktu serta faktor keaslian dari barang bukti, maupun

faktor-faktor dari pelaku.

Dengan demikian upaya pembuktian secara kedokteran forensik pada setiap

kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas dalam pembuktian ada tidaknya tanda-

tanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur serta

pembuktian apakah seseorang tersebut sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawin

atau tidak. Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana ini,

hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan bukti-

bukti yang ditemukannya karena tidak adanya kesempatan untuk melakukan

pemeriksaan ulang guna memperoleh banyak bukti.

Oleh kalangan hukum, persetubuhan didefinisikan sebagai perpaduan 2 alat

kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi kebutuhan biologis yaitu kebutuhan

seksual. Perpadauan tersebut tidak harus sedemikian rupa sehingga seluruh penis

masuk ke dalam vagina.


5

1.2 Tujuan Penulisan

Mengetahui pemeriksaan tambahan pada kekerasan seksual.

1.3 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca

khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih mengetahui dan

memahami mengenai pemeriksaan tambahan pada kekerasan seksual.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Persetubuhan

Oleh kalangan hukum, persetubuhan didefinisikan sebagai perpaduan 2 alat

kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi kebutuhan biologis yaitu kebutuhan

seksual. Perpadauan tersebut tidak harus sedemikian rupa sehingga seluruh penis

masuk ke dalam vagina. Penetrasi yang paling ringan, yaitu masuknya ujung penis

diantara kedua labium mayor sudah dapat dikategorikan sebagai senggama, baik

diakhiri atau tidak diakhiri dengan ejakulasi.

Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh

Undang-Undang, dapat dilihat pada pasal-pasal yang tertera pada BAB XIV Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu Bab tentang kejahatan terhadap kesusilaan,

yaitu meliputi hubungan persetubuhan didalam perkawinan dan persetubuhan diluar

perkawinan.

Berdasaran pasal 133 KUHAP penyidik berwenang meminta bantuan dokter

untuk memeriksa korban. Disini diperlukan pemeriksaan yang teliti guna menemukan

beberapa hal yang menjadi unsur tindak pidana, yaitu unsur persetubuhan dan

kekerasan. Pemeriksaan medis untuk korban pada umumnya dilakukan secara

berurutan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan

2.2 Pemeriksaan Tambahan Kekerasan Seksual

2.2.1 Pemeriksaan Spermatozoa


7

 Tanpa pewarnaan / pemeriksaan langsung

Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa

yang bergerak.Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling

bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya

persetubuhan.Umumnya disepakati bahwa dalam 2-3 jam setelah

persetubuhan, masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak

dalam vagina.

Cara pemeriksaan:

1. Satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca objek, lihat di

bawah mikroskop

2. Perhatikan adanya sperma/pergerakan

Bahan dari swab/bilas vaginal:

1. Buat ekstrak dalam tabung reaksi + garam fisiologis

2. Sentrifuge 1000 rpm selama 2 menit

3. Endapan diperiksa di bawah mikroskop


8

Gambar 1. Sperma pada Pemeriksaan Langsung

 Dengan pewarnaan (pulasan Malachite green 1 %)

Interpretasi : pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat

gambaran sperma dengan kepala sperma tampak berwarna ungu

menyala dan lehernya merah muda, sedangkan ekornya berwarna

hijau.

Cara pemeriksaan:

1. Bahan diletakkan pada kaca objek, biarkan mengering di

udara, atau fiksasi dengan api kecil

2. Pulas dengan larutan Malachite green 1% selama 10-15 menit,

lalu cuci dengan air

3. Pulas lagi dengan larutan Eosin yellowish 1% selama 1 detik,


9

keringkan

4. Lihat dengan mikroskop

Gambar 2. Sperma dengan pewarnaan Malachite Green

 Pewarnaan Baecchi

Prinsip kerja nya yaitu asam fukhsin dan metilen biru merupakan zat

warna dasar dengan kromogen bermuatan positif. Asam nukleat pada

kepala spermatozoa dan komponen sel tertentu pada ekor membawa

muatan negatif, maka akan berikatan secara kuat dengan kromogen

kationik tadi. Sehingga terjadi pewarnaan pada kepala spermatozoa.

Reagen:

1. Asam fuschin 1% 1 tetes

2. Biru methylen 1% 1 tetes


10

3. Asam klorida 1% 40 tetes

Cara pemeriksaan:

1. Gunting pakaian yang mengandung bercak sebesar 5 mm x 5

mm, lalu dimasukkan ke dalam reagen selama 3-5 menit,

masukkan ke dalam HCl 1% sebentar

2. Dehidrasi berturut dalam alkohol 70%, 85%, dan absolut,

jernihkan dengan Xylol sebanyak 2 kali

3. Ambil 1-2 helai benang dan uraikan menjadi serabut halus

4. Lihat dengan mikroskop

Interpretasi : Kepala spermatozoa berwarna merah, ekor merah muda,

menempel pada serabut benang.

2.2.2 Analisis Semen

Mata dan lensa merupakan metode skrining yang dapat

mengidentifikasi noda mencurigakan pada pakaian, kulit, dan rambut

pubis. Cairan semen yang terdapat pada vagina ataupun anus dapat

terlihat jelas meskipun dapat terjadi kesalahan mengira sekret vagina

merupakan cairan semen. Semen yang kering lebih kaku dan bervariasi

tergantung dari bahan dan warna kain yang mereka pakai. Pada kulit

tampak lebih menyala dan mudah hilang jika tidak diangkat hati-hati

dengan mess atau jarum ke dalam wadah. Noda kering pada rambut

harus diambil sekaligus dengan potongan rambut tempat noda semen itu
11

ada. Smear pada kulit dapat dilakukan dengan gosokan lembut pada

kulit menggunakan cotton-wool swab yang dilumuri air atau saline.

Semua material harus segera diperiksa setelah diambil

Lokasi Pencarian noda semialis

 Pakaian: Pakaian dalam, Sprei, Karpet, Handuk, Sarung bantal.

 Tubuh: Perineum, paha, Vagina, dan rambut kemaluan.

 Tempat kejadian : Di lantai atau rumput dll

Metode pemeriksaan noda seminalis

 Penyinaran UV

Bahan yang digunakan : Pakaian, karpet, sprei, lantai

Metode : bahan yang akan diperiksa diletakkan ditempat gelap

dan disinari sinar UV, bila ada bercak air mani maka akan

tampak fluoresensi

Pemeriksaan dibawah cahaya sinar UV menyebabkan

noda semen berpendar menjadi cahaya abu kebiruan, tetapi

beberapa cairan biologis dan jus sayuran dapat memberikan

hasil yang false positif. Beberapa bubuk detergen pencuci juga

dapat membuat rancu hasil. Metode ini berguna sebagai

screening tetapi tidak dapat digunakan sebagai bukti pasti

adanya semen.
12

 Reaksi Enzim

Meskipun bukan merupakan bukti absolut, tapi dapat

menjadi dugaan kuat adanya semen. Ini didasarkan pada

dideteksi adanya konsentrasi asam fosfatase yang tinggi yang

berasal dari sekresi prostat. Reaksi asam fosfatase pada semen

500-1000 kali lebih kuat dibanding cairan tubuh lainnya. Dan

juga,sekret vagina mengandung asam fosfatase endogen yang

memiliki variasi banyak dipengaruhi dari berbagai faktor, yang

dapat membuat sulit interpretasi temuan.

 Reaksi dengan asam fosfatase

Kertas saring yang sudah dibasahi dengan aquades

diletakkan pada pakaian atau bahan yang akan diperiksa selama

5-10 menit, kemudian kertas saring diangkat dan dikeringkan.

Semprot dengan reagensia, jika timbul warna ungu berarti

pakaian atau bahan tersebut mengandung air mani

 Inhibisi asam fosfatase dengan L (+) asam tartrat

Pakaian yang diduga mengandung bercak mani dipotong

kecil dan ekstraksi dengan beberapa tetes aquades. Pada dua

helai kertas saring diteteskan masing-masing satu tetes ekstrak;

kertas saring pertama disemprot dengan reagens 1, yang kedua

disemprot dengan reagensia 2. Bila pada kertas saring pertama

timbul warna ungu dalam waktu menit sedangkan pada kedua


13

tidak terjadi warna ungu,maka dapat disimpulkan bahwa bercak

pada pakaian yang diperiksa adalah bercak air mani.

 Pemeriksaan substansi golongan darah pada cairan semen

Menggunakan teknik absorbsi inhibisi atau absorbsi eliminasi.

Bahan pemeriksa : cairan vaginal yang berisi air mani dan darah

Metode :

- Serologi (ABO grouping test)

- Hasil yang diharapkan : golongan darah dari air mani berbeda

dengan golongan darah korban

- Pemeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka pelaku

kejahatan termasuk golongan “secretor”

 Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA)

PSA merupakan glikoprotein yang diproduksi oleh

kelenjear prostat dan dapat ditemukan pada cairan semen, urin

laki-laki dan darah. Akan tetapi tidak ditemukan pada jaringan

atau cairan pada wanita. Sehingga hasil positif pada lokasi

pencarian dapat menjadi bukti adanya temuan cairan semen


14

2.2.3 Pemeriksaan Penyakit Kelamin

Dilakukan dengan pemeriksaan smear dari cairan vulva vagina, dan

cervix yang kemudian dicat dengan pewarnaan Gram. Maka dicari adanya

kuman Nasseria Gonorhea dengan membuat sediaan kemudian dilakukan

pemeriksaan melalui dark field microscope kita cari adanya kuman Treponema

Pallidum.

Bahan pemeriksaan : Secret urethra dan secret cervix uteri

Metode : pewarnaan gram

Hasil yang diharapkan : Kuma N. Gonorrhea

2.2.4 Pemeriksaan Kehamilan

Untuk mengetahui adanya kehamilan dilakukan dengan memeriksa

adanya HCG dalam urin. Setelah persetubuhan membutuhkan waktu yang lama

agar kadar HCG dapat memberikan hasil reaksi yang positif. Tujuannya adalah

mengetahui apakah korban hamil sebelum/sesudah terjadi persetubuhan.

Bahan pemeriksaan : Urine

2.2.5 Pemeriksaan Toksikologi

Tujuan: Pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui apakah korban

sebelum terjadi pemerkosaan telah diberi obat-obatan yang dapat menurunkan

atau menghilangkan kesadaran.

Pemeriksaan toksikologi ini sangat dipengaruhi oleh lama waktu ketika

korban meminum obat atau alkohol hingga melapor ke rumah sakit. Semakin

lama durasi korban melapor sesudah meminum obat atau alkohol maka semakin
15

kecil pula zat – zat yang dapat ditemukan dalam darah akibat proses dari

metabolisme tubuh.

Bahan pemeriksaan: darah dan urin

Metode: Thin Layer Chromatograph (TLC), mikordifusi, dsb

Hasil yang diharapkan: adanya obat yang dapat menurunkan atau

menghilangkan kesadaran.

Thin Layer Chromatograph (TLC)

2.2.6 Penentuan Golongan Darah

Tujuan: Penetuan golongan darah A,B,O pada pelaku maupun korban

dari darah dan cairan vagina yang berisi air mani.

Bahan pemeriksaan: darah dan cairan vagina yang berisi air mani.

Metode: Serologi (A-B-O grouping test)

Hasil yang diharapkan: golongan darah dari darah dan air mani berbeda

anatara pelaku dan korban


16

2.2.7 Pemeriksaan Pelaku

Pemeriksaan tubuh Untuk mengetahui apakah seorang pria baru

melakukan persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel

vagina pada glans penis dengan bahan yang digunakan adalah cairan disekitar

corona glandis. Dengan cara objek glass ditempelkan mengelilingi corona

glandis lalu sediaan di lakukan pewarnaan dengan menggunakan lugol

kemudian diamati dengan mikroskop. Positif bila di temukan bentukan

hexagonal tampak coklat atau coklat kekuningan.

Gambar. Ephitel dinding vagina

Perlu juga dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan

adanya penyakit kelamin. Bahan pemeriksaan sekret uretrae dengan

menggunakan metode sediaan langsung dengan pewarnaan gram hasil yang

diharapkan ditemukan kuman yang mengakibatkan penyakit menular seksual

salah satu contohnya ditemukan bakteri Neisseria gonorrhoeae


17

Gambar . Neisseria gonorrhoeae

Gambar. ilustrasi mikroorganisme penyebab Penyakit Menular Seksual

Pemeriksaan pakaian Pada pemeriksaan pakaian, catat adanya bercak

semen, darah, dan sebagainya. Bercak semen tidak mempunyai arti dalam

pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. Darah mempunyai nilai karena

kemungkinan berasal dari darah deflorasi. Di sini penentuan golongan darah

penting untuk dilakukan. Trace evidence pada pakaian yang dipakai ketika

terjadi persetubuhan harus diperiksa. Bila fasilitas untuk pemeriksaan tidak ada,

kirim ke laboratorium forensik di kepolisian atau bagian Ilmu Kedokteran


18

Forensik, dibungkus, segel, serta dibuat berita acara pembungkusan dan

penyegelan.

BAB 3
KESIMPULAN
19

Kejahatan seksual adalah salah satu bentuk kejahatan yang menyangkut tubuh,

kesehatan, dan nyawa manusia. Kejahatan seksual mempunyai kaitan erat dengan ilmu

kedokteran forensik, yaitu dalam upaya pembuktian bahwasannya kejahatan itu

memang benar telah terjadi. Dalam upaya pembuktian secara kedokteran forensik,

faktor keterbatasan di dalam ilmu kedokteran itu sendiri dapat sangat berperan,

demikian halnya dengan faktor waktu serta faktor keaslian dari barang bukti, maupun

faktor-faktor dari pelaku.

Berdasaran pasal 133 KUHAP penyidik berwenang meminta bantuan dokter

untuk memeriksa korban. Disini diperlukan pemeriksaan yang teliti guna menemukan

beberapa hal yang menjadi unsur tindak pidana, yaitu unsur persetubuhan dan

kekerasan. Pemeriksaan medis untuk korban pada umumnya dilakukan secara

berurutan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan. Ada

beberapa pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan, yaitu pemeriksaan

spermatozoa, analisis semen, pemeriksaan penyakit kelamin, pemeriksaan kehamilan,

pemeriksaan toksikologi, penentuan golongan darah, dan pemeriksaan pelaku.

Anda mungkin juga menyukai