0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
366 tayangan13 halaman
Pemeriksaan visus dan segmen anterior dan posterior mata dilakukan untuk mengetahui tingkat penglihatan dan kelainan pada bagian depan dan belakang mata. Teknik pemeriksaan meliputi pengukuran visus naturalis dan koreksi, evaluasi kelopak mata, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan fundus menggunakan oftalmoskop. Pemeriksaan otot ekstraokuler dan tes tambahan seperti tonometri dan kompresi kantung air mata dilakukan
Pemeriksaan visus dan segmen anterior dan posterior mata dilakukan untuk mengetahui tingkat penglihatan dan kelainan pada bagian depan dan belakang mata. Teknik pemeriksaan meliputi pengukuran visus naturalis dan koreksi, evaluasi kelopak mata, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan fundus menggunakan oftalmoskop. Pemeriksaan otot ekstraokuler dan tes tambahan seperti tonometri dan kompresi kantung air mata dilakukan
Pemeriksaan visus dan segmen anterior dan posterior mata dilakukan untuk mengetahui tingkat penglihatan dan kelainan pada bagian depan dan belakang mata. Teknik pemeriksaan meliputi pengukuran visus naturalis dan koreksi, evaluasi kelopak mata, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan fundus menggunakan oftalmoskop. Pemeriksaan otot ekstraokuler dan tes tambahan seperti tonometri dan kompresi kantung air mata dilakukan
Pemeriksaan Visus 15. Cuci tangan sesuai prosedur.
16. Apabila pinhole maju, lepas pinhole dan lakukan pemasangan lensa Visus Naturalis spheris +0.25 17. Bila pasien dapat melihat lebih jelas, lanjutkan pemasangan lensa 1. Cuci tangan sesuai prosedur naik +0.25 hingga mencapai visus 6/6 2. Pasien duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari kartu snellen 18. Bila pasien mengeluh lebih kabur, ganti dengan lensa spheris -0.25 3. Apabila pasien berkacamata, mintalah untuk melepas kacamatanya dan lanjutkan hingga mencapai visus 6/6. 4. Tutup mata yang tidak diperiksa dengan telapak tangan 5. Minta pasien untuk membaca huruf atau simbol yang tertera pada kartu snellen 6. Contoh hasil pemeriksaan : Pasien hanya dapat membaca pada baris huruf-huruf yang berkode 20 meter dan jarak pasien ke kartu 6 meter. Maka visusnya 6/20. 7. Untuk mengetahui adanya kelainan refraksi atau tidak, dilakukan pemasangan pinhole. Disebut pinhole maju apabila dapat membaca 2 baris di bawah huruf yang dibaca (PH +). 8. Bila huruf paling besar tidak terbaca, minta pasien menghitung jari yang anda acungkan mulai dari jarak 1 meter kemudian mundur hingga 6 meter. 9. Normalnya hitung jari dapat dilihat dengan jarak 60 meter. 10. Bila pasien tidak dapat melihat jari, lambaikan tangan anda dengan jarak 1 meter dari pasien dan minta pasien mengatakan arah lambaiannya (vertikal/horizontal). 11. Normalnya lambaian tangan dapat dilihat dengan jarak 300 meter. 12. Bila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan, nyalakan lampu senter dan minta pasien mengatakan apakah senter menyala atau tidak. 13. Bila pasien dapat melihat cahaya, minta pasien menentukan arah datangnya cahaya. Gambar Kartu Snellen 14. Normalnya cahaya dapat dilihat dengan jarak tak terhingga. Pemeriksaan Segmen Anterior
Gambar Pemeriksaan COA
13. Amati bentuk, warna, corakan iris.
14. Amati bentuk dan ukuran pupil. 1. Cuci tangan sesuai prosedur. 15. Periksa refleks cahaya langsung dan tidak langsung pada pupil 2. Ruangan dibuat agak gelap, lakukan pemeriksaan dengan senter. pasien. 3. Evaluasi palpebra superior dan inferior. 16. Periksa kejernihan lensa. 4. Periksa lebar rima okuli. 5. Lakukan palpasi permukaan palpebra 6. Amati arah pertumbuhan silia dan margo palpebra. 7. Amati konjungtiva palpebra superior dengan cara meminta pasien melirik ke bawah dan membalikkan palpebra superior. 8. Amati konjungtiva palpebra inferior dengan cara meminta pasien melirik ke atas dan menarik palpebra inferior ke bawah. 9. Amati warna dan corakan pembuluh darah pada konjungtiva bulbi. 10. Amati sklera. 11. Amati kejernihan, bentuk, kecembungan pada kornea. 12. Periksa kedalaman COA dengan cara mengarahkan sinar dari depan maupun samping mata. 11. Minta pasien melihat ke arah sinar, sehingga anda dapat melihat Pemeriksaan Segmen Posterior makula. 12. Pada pusat makula, tampak reflek cahaya yang disebut reflek fovea.
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan dilakukan di ruangan setengah gelap. 3. Aturlah oftalmoskop sesuai ukuran refraksi. 4. Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur lensa. Pemeriksaan TIO 5. Minta pasien duduk dengan tenang, pandangan difiksasi pada satu Palpasi titik. 6. Apabila memeriksa mata kanan pasien, maka pemeriksa 1. Cuci tangan sesuai prosedur. memegang oftalmoskop dengan tangan kanan dan melihat dengan 2. Minta pasien untuk melirik ke mata kanan. Demikian pula sebaliknya. bawah 7. Fokuskan sinar pada pupil sampai terlihat fundus penderita. 3. Dengan menggunakan jari 8. Apabila terdapat kekeruhan pada corpus vitreus, maka reflek telunjuk kanan dan kiri, fundus terlihat suram atau hilang palpasi mata pada palpebra 9. Amati pembuluh darah, lalu ikuti ke arah proksimal hingga terlihat superior sehingga papil N. II. mendapatkan kesan tentang 10. Perhatikan warna, bentuk dan tekanan bola mata. tegas atau tidaknya batas papil 4. Bandingkan tekanan bola mata dengan mata yang normal. tersebut. 5. Tekanan yang diatas normal ditulis TN +, sedangkan dibawah normal ditulis TN -. Tonometer Schiotz 6. Pastikan jarum penunujuk mencapai angka 0 ketika dikalibrasi. Pemeriksaan Otot Ekstra Okuler 7. Pastikan tonometer dalam keadaan bersih. Posisi Bola Mata 8. Cuci tangan sesuai prosedur. 9. Minta pasien untuk berbaring. 1. Nyalakan senter dari jarak 60 cm di depan penderita. 10. Teteskan anestesi lokal (pantocain 0,5%) 2. Apabila kedua mata sejajar, maka tampak pantulan pada tengah 11. Gunakan beban 5,5 gram. Apabila menunjukkan angka dibawah 4, pupil. ulangi dengan beban 7,5 gram 12. Minta pasien memandang ibu jarinya yang diacungkan ke depan. 13. Buka palpebra pasien. 14. Letakkan tonometer pada permukaan kornea.. 15. Bacalah angka yang ditunjuk oleh jarum dan lihat tabel besarnya tekanan intra okuler Gerakan Bola Mata 3. Gerakan satu mata (duksi) diperiksa dengan salah satu mata yang tidak diperiksa ditutup. 4. Gerak dua mata (versi) diperika dengan kedua mata terbuka. 5. Minta pasien mengikuti gerakan ujung jari atau pensil tanpa menggerakkan kepala (melirik saja). 6. Arahkan pandangan pasien ke 6 arah utama : o Kanan lurus o Kanan atas o Kanan bawah o Kiri lurus o Kiri atas o Kiri bawah 7. Perhatikan adanya deviasi, nistagmus dan hambatan gerakan bola mata. 8. Minta pasien mengikuti gerakan pensil ke arah hidungnya untuk memeriksa kemampuan konvergensi. 9. Normalnya konvergensi dapat dipertahankan pada jarak 5 sampai 8 cm dari hidung. Pemeriksaan Tambahan LAKRIMAL SAC COMPRESSION 1. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita untuk dilakukan pemeriksaan 2. Cuci tangan sesuai prosedur Tes Konfrontasi 3. Letakkan contton buds atau ujung jari diatas fosa lakrimal disamping inferomedial 1. Minta pasien menutup orbita satu mata yang tidak 4. Lalu tekan fosa lakrimal (bukan menekan tulang nasal) diperiksa tanpa 5. Catat material yang keluar dari kanalikuli atau pungtum lakrimalis menekannya. (mucus atau mukopurulen), jika ada terjadi refluks 2. Duduk di depan pasien 6. Apabila terjadi refluks berarti terdaat obstruksi total duktus 3. Tutup mata pemeriksan nasolakrimalis yang tepat berada di 7. Jika tidak terjadi refluks dilanjutkan dengan dye disapperent test depan mata pasien yang (DDT) yaitu dengan meneteskan flouresein ke mata apakah masuk ditutup (bila pasien menutup mata kiri, maka pemeriksa menutup ke hidung atau tidak mata kanan). 4. Gerakkan pensil atau obyek kecil lainnya dari perifer ke tengah dari kedelapan arah. TES HIRSBERG 5. Minta pasien memberi tanda tepat ketika pasien melihat obyek. 6. Jaga agar obyek berjarak sama dari mata pasien dan mata 1. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta pemeriksa agar dapat membandingkan lapang pandang pasien dan persetujuan penderita untuk dilakukan pemeriksaan lapang pandang pemeriksa. 2. Cuci tangan sesuai prosedur 3. Menghedapkan senter sebagai fiksasi dengan jarak 30cm setinggi mata pasien 4. Menyalakan senter dan melihat reflek sinar pada kedua kornea mata secara bersamaan 5. Menilai jatuhnya reflek sinar pada kornea, menggambar dan TES COVER UNCOVER menginterpretasikan Ortoforia Normal (cahaya jatuh tepat di pupil) Eksotropia jika Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil nasi 15O Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbul nasal 30O Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian nasal 45O
1. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta
persetujuan penderita untuk dilakukan pemeriksaan Eksotropia jika 2. Cuci tangan sesuai prosedur Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil temporal 15O 3. Pasien duduk berhadapan didepan pemeriksa dengan jarak Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbus temporal sejangkauan lengan 30O 4. Meminta pasien untuk fiksasi jauh Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian temporal 45O 5. Tutup mata yang fiksasi (sehat) dengan okluder atau telapak tangan kemudian lihat pergerakan pada mata yang tidak ditutup. Catat arah pergerakannya 6. Buka okluder dan biarkan kedua mata terbuka selama 3 detik 7. Mata yang sebelahnya bergantian ditutup kemudian catat pergerakan mata yang tidak ditutup 8. Pastikan pasien berfiksasi pada obyek yang tetap (tidak melirik lirik) 9. Lakukan pemeriksaan diatas tetai dengan obyek yang dekat 10. Ulangi pemeriksaan jarak jauh dan jarak dekat dengan menggunakan koreksi kacamata jika didapatkan refraksi eror TES SENSASI KORNEA 1. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita untuk dilakukan pemeriksaan 2. Cuci tangan sesuai prosedur 3. Meminta pasien untuk melirik ke arah kanan/kiri 4. Sentuh kornea(limbus) tanpa menyentuh bulu mata dengan arah yang berlawanan dari arah lirikan menggunakan cutton bud, tisu wajah atau hembusan udara dari spuit 5. Sensasi kornea turun jika tidak terjadi reflek berkedip dan normal SCHIRMER TEST I (TANPA ANASTESI) jika terjadi kedipan 1. Terangkan yang akan kita lakukan pada pasien dan minta persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan AMSLER GRID 2. Cuci tangan 6 langkah 3. Dudukan pasien dalam ruangan redup dengan kepala bagian 1. Terangkan yang akan kita lakukan pada pasien dan minta belakang difiksasi pada meja pemeriksaan persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan 4. Bersihkan margo palpebra menggunakan tissue kering atau lidi 2. Cuci tangan 6 langkah kapas jangan menggunakan cairan 3. Pasien memakai kacamata baca atau lensa koreksi jarak dekat 5. Tekuk kertas strip 4. Meminta pasien untuk melihat lurus pada kertas tes dengan jarak 6. Buka kertas schirmer jangan sampai menyentuh tangan 30 cm 7. Meminta pasien untuk melihat ke atas kemudin buka palpebra 5. Meminta pasien berfiksasi pada titik inferior 6. Meminta pasien menyebutkan hal-hal yang ditemukan seperti : 8. Letakkan kertas strip pada 1/3 fornix lateral bagian mana yang tertutup bayangan hitam, apakah terdapat 9. Meminta pasien untuk menggerakkan bola mata ke atas dan bawah distorsi bentuk kemudian pasien dapat menggerakkan bola mata seperti biasa 10. Biarkan kertas strip selama 5 menit 11. Ukur jarak terjauh air mata membasahi kertas 12. Catat hasil pemeriksaan : OD : X mm/5 menit, OS : X mm/5 menit FLORESIN TEST 1. Terangkan yang akan kita lakukan pada pasien dan minta persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan 2. Cuci tangan 6 langkah 3. Teteskan pantokain 0,5% pada mata 4. Tunggu selama 3 menit atau pasien sudah tidak merasa perih 5. Basahi kertas floresin strip dengan aquades 6. Letakkan kertas floresin pada cul-de-sac atau jika menggunakan floresin tetes dapat diteteskan langsung pada mata 7. Lihat warna kehijauan sudah mewarnai semua bagian mata 8. Kemudian bilas mata dengan aquades 9. Amati pewarnan yang terjadi menggunakan senter atu sinar cobalt 10. Hasil : Staining : jika terdapat defek pada epitel (contoh : keratitis SCHIRMER TEST II (DENGAN ANASTESI) eitel) 1. Terangkan yang akan kita lakukan pada pasien dan minta Pooling : jika terdapat defek epitel sampai stroma (contoh : ulkus kornea) persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan 2. Cuci tangan 6 langkah 3. Dudukan pasien dalam ruangan redup dengan kepala bagian belakang difiksasi pada mejapemeriksaan 4. Teteskan pantokain 0,5% pada kedua mata 5. Tutup kedua mata selama 1 menit 6. Bersihkan cul – de – sac dengan tissue atau lidi kapas 7. Tekuk kertas strip 8. Buka kertas schirmer jangan sampai menyentuh tangan 9. Meminta pasien untuk melihat ke atas kemudin buka palpebra inferior 10. Letakkan kertas strip pada 1/3 fornix lateral 11. Meminta pasien untuk menggerakkan bola mata ke atas dan bawah kemudian pasien dapat menggerakkan bola mata seperti biasa 12. Biarkan kertas strip selama 5 menit 13. Ukur jarak terjauh air mata membasahi kertas 14. Catat hasil pemeriksaan : OD : X mm/5 menit, OS : X mm/5 menit SEIDEL TEST 2. Letakkan Plate (Ishihara) dengan jarak 75 cm dari pasien yang ingin 1. Terangkan yang akan kita lakukan pada pasien dan minta diperiksa persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan 3. Perintahkan pasien untuk membaca angka yang ada dalam setiap 2. Cuci tangan 6 langkah 3. Teteskan pantokain 0,5% pada mata plate 4. Tunggu selama 3 menit atau pasien sudah tidak merasa perih 5. Tetesi mata dengan floresin tetes 6. Pencet palpebra dengan cotton but pelan-pelan 7. Amati aliran floresin pada bola mata menggunakan senter + lup atau dengan slitlamp 8. Bersihkan floresin dengan aquades
PEMERIKSAAN BUTA WARNA DENGAN ISHIHARA
Buta warna adalah suatu kelaian yang disebabkan ketidakmampuan sel sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetik. Tes yang paling umum digunakan untuk tes buta warna adalah Ishihara. Tes dengan menggunakan Ishihara adalah tes yang cepat dan akurat untuk mendeteksi buta warna. Caranya adalah:
1. Lakukan pemeriksaan pada ruangan dengan pencahayaan yang
cukup. PEMERIKSAAN NEAR REFLEX TEST PEMERIKSAAN DIPLOPIA BINOCULAR 1. Meminta penderita untuk berfiksasi jauh dengan ruangan yang 1. Seperti pemeriksaan gerak bola mata, pemeriksaan duduk sejajar terang. dengan pemeriksa 2. Letakkan obyek didepan penderita kemudian obyek digerakan 2. Pemeriksa meletakkan obyek didepan pasien kemudiann mendekati mata penderita dan meminta pasien melihat obyek menggerakan dalam 9 posisi. dengan detail. 3. Kemudian penderita diminta untuk menyebutkan apakah obyek 3. Amati kontraksi pupil saat obyek digerakan mendekati mata tampak tunggal atau ganda (dobel) pendertita. 4. Catat hasil pemeriksaan dalam diagram. 4. Selama pengamatan pupil jangan menggunakan senter]ulangi langkah 1-4 beberapa kali 5. Catat hasil kontraksi pupil. Normal jika terjadi kontraksi pupil dan 0 jika tidak terjadi reaksi pupil. INSISI HORDEOLUM PENATALAKSANAAN BENDA ASING DI KONJUNGTIVA 1. Cuci tangan sesuai prosedur. Alat dan Bahan 2. Teteskan anestesi lokal dengan tetes mata pantokain 2%. 3. Pada hordeolum interna, insisi dilakukan vertikal untuk 1. Lidi kapas 1 buah menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang terkena. 2. Jarum suntik ukuran 23G 1 buah 4. Pada hordeolum eksternum insisi dilakukan horizontal sesuai 3. Kaca pembesar/lup 1 unit lipatan kulit. 4. Tetes mata Pantocain 2% 1 botol 5. Povidon iodine 10 % 1 botol 5. Setelah insisi, lakukan kuretase dengan kuret hordeolum untuk 6. Antibiotik topikal (tetes mata kloramfenikol 0,5%) 1 botol mengeluarkan pus dengan cara memutar kuret. 6. Kuretase sampai keluar darah segar Prosedur 7. Oleskan salep antibiotik pada bekas insisi. 1. Berikan tetes mata Pantocain 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata 8. Tutup dengan kasa steril. yang terkena benda asing. 2. Gunakan kaca pembesar/lup dalam pengambilan benda asing. 3. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G. 4. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi. 5. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadin pada tempat bekas benda asing. 6. Kemudian, berikan antibiotik topikal (salep atau tetes mata) seperti kloramfenikol tetes mata, 1 gtt setiap 2 jam selama 2 hari.
TATALAKSANA TRAUMA KIMIA
1. Berikan anastetik pantokain untuk meredakan nyeri dan menetralisir blefarospasme. 2. Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan fisiologis atau air bersih 2000 ml, irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama. paling sedikit 15-30 menit. 3. selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata. hal ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk menentukan sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat hal ini penting dilakukan karena dalam tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan Trauma kimia yang parah memerlukan perawatanatan yang lama dan intensif di rumah sakit serta kunjungan rawat jalan yang juga berlangsung lama, Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan waktu.