Anda di halaman 1dari 83

Proposal

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN


KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL
TAHUN 2020”

Penelitian Manajemen Keperawatan

OLEH :
SRI LOVIANA
NIM. 1802027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
Proposal

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN


KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL
TAHUN 2020”

Penelitian Manajemen Keperawatan

OLEH :
SRI LOVIANA
NIM. 1802027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN


KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL
TAHUN 2020”

Proposal ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan tim penguji
Proposal Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Syedza Saintika Tanggal : Juli 2020

Oleh

SRI LOVIANA
NIM. 1802027

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Andika Herlina, M.Kep ) (Ns. Ibrahim, M.Biomed)

Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

(Ns. Weni Sartiwi, M.Kep)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Komunikasi SBAR

saat Overan Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital

Taun 2020 ”. Shalawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk untuk keselamatan

umat di dunia dan akhirat.

Dalam penyusunan proposal ini telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Terhormat Bapak Ns. Andika Herlina, M.Kep sebagai dosen

pembimbing I dan Bapak Ns. Ibrahim, M.Biomed sebagai dosen pembimbing II,

yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan sarannya sampai skripsi ini

selesai. Pada kesempatan ini perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. DR. H Syamsul Amar, MS, Pembina Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatera Barat.

2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM, Ketua Stikes Syedza Saintika

Padang.

3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep, Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Stikes
Syedza Saintika Padang.
4. Bapak Direktur Kol. Purn Farhaan Abdullah, Sp.THT-KL beserta staf yang

telah memberi izin untuk penelitian ini.

ii
5. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf di STIKES SYEDZA SAINTIKA yang

telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

6. Suami dan anak – anak serta papa dan mama saya yang telah banyak

memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun materil selama ini,

serta kasih sayang dan doa yang tak terhingga sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini.

7. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat setia yang selalu membantu,

memberikan informasi, masukan dan saran dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih belum

sempurna, karena itu melalui kesempatan ini peneliti mengharapkan kritikan dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga proposal ini

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Padang, Juli 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR HALAMAN JUDUL


PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................... 11

A. Manajement Pasien Safety ................................................................ 11

B. Komunikasi SBAR............................................................................ 12

1. Pengertian .................................................................................... 12

2. Tujuan Komunikasi SBAR........................................................... 12

3. Teknik Komunikasi SBAR........................................................... 14

4. Kelebihan Dokumentasi SBAR.................................................... 18

5. Manfaat dan Keuntungan Dokumentasi SBAR............................ 18

C. Overan................................................................................................. 19

D. Faktor yang mempengaruhi Penerapan SBAR..................................... 24

E. Kerangka teori ..................................................................................... 45

iv
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 46

A. Desain Penelitian .............................................................................. 46

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 46

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 46

D. Jenis dan Teknik pengambilan data ................................................... 49

E. Teknik Pengolahan Data..................................................................... 50

F. Analisa Data ...................................................................................... 51

G. Kerangka Konsep............................................................................... 52

H. Defenisi Operasional.......................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Distribusi Sampel pada Tiap Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital
Tahun2020................................................................................................ 48

Tabel 3.2 Defenisi Operasional................................................................................. 52

vi
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................... 45
Bagan 3.1 Kerangka Konsep........................................................................... 52

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 : Permohonan kepada Responden

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Informed Consent

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuisioner

Lampiran 6 : Observasi Penilaian Hasil Pelaksanaan Komunikasi SBAR

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari suatu

pihak ke pihak lain. Komunikasi elektif merupakan salah satu kunci untuk

mencapai mutu keselamatan pasien, karena komunikasi efektif merupakan

salah satu sasaran keselamatan pasien dalam program pasien safety dalam

pelayanan dirumah sakit. Komukiasi efektif dalam praktek keperawatan

profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal (Riesenberg, 2010).

Komunikasi efektif penting dilaksanakan khususnya oleh perawat

seperti saat melakukan timba

ng terima. Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Tujuan

dari timbang terima adalah menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum

pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh

perawat yang dins berikutnya, dan tersusunya rencana kerja berikutnya.

Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan

menjelaskan secara lengkap, singkat dan jelas tentang tindakan mandiri

perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dn perkembangan

pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan ddengan sempurna. Oleh

sebab itu kemampuan perawat untuk melakukan penerapan komunikasi

1
efektif SBAR sangat penting dilakukan untuk meningkatkan keselamatan

pasien (Nursalam, 2009).

Upaya untu menjaga mutu pelayanan keperawatan disarana kesehatan

yang berhubungan keselamatan pasien, banyak faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang pelaksaaan tindakan, termasuk pelaksanaan perawat dan

keselamatan pasien (patien safety) dalam berkomunikasi efektif salah satunya

pada saat perawat melakukan overan dengan menerapkan komunikasi

Situation Background Assesment Recomendation (Suhriana, 2012).

Komunikasi Situation Background Assesment Recomendation (SBAR)

dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar pasien Safety dari Kaiser

Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter

dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam

situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat

digunakan untuk berbagai bentuk overan tugas, misalnya overan antara

perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan

untuk overaan tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh

pimpint unit kerja dalam membuat laporan atau melakukan timbang terima

(JCI, 2010).

Overan dengan menggunakan SBAR adalah sebagai rincian, S

( situation) mengandung komponen tentang identitas pasien , masalah saat ini

dan hasil diagnosa medis. B (Background) menggambarkan riwayat penyakit

pasien atau situasi saat ini. A (Assesment) merupakan kesimpulan masalah

yang terjadi pada pasien sebagai hasil analisa terhadap situasi dan

2
background. R (Recomendation) adalah rencana atau usulan yang akan

dilakukan untuk mengenai permasalahan yang ada saat pelaksanaan overan

(Permnente, 2011).

Pelaksanaan overan yang tidak sesuai dengan standar SBAR dan tidak

efektif mengakibatkan insiden dalam keselamatan pasien berupa kejadian

yang tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC). Laporan

insiden keselamatan pasien tidak dilakukan dengan baik maka mutu layanan

rumah sakit akan menjadi buruk sehingga rumah sakit tidak dapat

berkembang dengan baik (Yudianto, 2010).

Perawat melakukan overan dengan berjalan bersama dengan perawat

lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat pasien. Cara

ini akan efektif dari pada menghabiskan waktu orang lain untuk membaca dan

akan membantu perawat dalam menerima timbang terima secara nyata

(Nursalam, 2009).

overan selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift jaga,

namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara

konfrehensif, meliputi : isi timbag terima (masalah keperawatan pasien lebih

fokus pada diagnosa medis), dilakukan secara lisan tanpa ada

pendokumentasian, sehingga masih ada yang terlewati untuk disampaikan

pada shift berikutnya. Selain itu mekanisme timbang terima belum sesuai

dengan standar baku (Nursalam, 20019).

WHO collaborating center for patient safety menyusun dalam sebuah

buku nine live saving patient safety atau disebut juga degan cara komunikasi

3
efektif SBAR. Data WHO tahun 2015 bahwa perawat telah melaksanakan

handover di dunia sudah mulai meningkat menjadi 70% sehingga

meningkatkan patient safety dibanding tahun 2013 hanya 40% hal ini dapat

dilihat karena terjadi peningkatan pengetahuan perawat dalam melakukan

komunikasi SBAR dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan rumah

sakit di dunia (WHO, 2015).

Indonesia sesuai dengan yang dilaporkan tahun 2014 insiden

keselamatan pasien sangat penting dipelayanan kesehatan, bahwa perawat

profesional baru mencapai 50% dari jumlah perawat yang ada. Sedangkan di

Filiphina, perawat profesional telah mencapai 60%, dengan tingkat

pengetahuan yang tinggi sangat berhubungan dengan tata cara komunikasi

efektif SBAR sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan terutama patient

safety dirumah sakit (Kemenkes RI, 2015).

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dalam laporan

Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di Indonesia menuju pasien safety, jumlah

laporan IKP setiap tahun meningkat, diantaranya tahun 2018 untuk KNC

mencapai 33%, untuk KTC mencapai 37% dan untuk KTD mencapai 30%

Tahun 2019 untuk KNC mencapai 38%, untuk KTC mencapai 31% dan KTD

mencapai 31%.(kemenkes RI, 2019)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan komunikasi SBAR saat

overan antara lain pada perawat diperlukan peran dan fungsi perawat,

pengetahuan/ilmu, perawat, kedisplinan perawat, komunikasi antar perawat,

pendokumentasian, sikap perawat. Pada alat diperlukan buku laporan dan

4
format overan kemudian juga dibutuhkan manajement waktu (Nursalam,

2009).

Pengetahuan perawat sangat mempengaruhi tentang penerapan perawat

dengan teknik SBAR karena semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang

pelaksanaan komunikasi SBAR dan peningkatan keselamatan patient safety

maka pelaksanaan timbang terima teknik SBAr akan berjalan dengan baik

dan sempurna dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit

(Suryadi, 2012).

Sikap merupakan tangggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek

tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya dowujudkan dalma

bentuk rasa suka atau tidak suka, etuju atau tidak setuju. Sikap perawat dalam

pelaksanaan timbang terima dengan teknik SBAR sangat mendukung tentang

patient safety di rumah sakit karena dengan sikap yang positif tentang cara

time overan yang benar dengan teknik SBAR akan menyampaikan overan

antara shift yang berdinas dengan shift selanjutnya berjalan dengan baik

(Nursalam, 2011).

Motivasi seorang perawat dalam overan sangat dianggap penting karena

sangat mempengaruhi terhadap pasien safety. Berjalannya hand over dengan

baik santara shift satu dengan shift selanjutnya akan meningkatkan mutu dan

pelayanan pasien dirumah sakit tersebut. Motivasi yang baik tentang cara

komunikasi SBAR tersebut sangat efektif dalam pelaksanaan timbang terima

(Nursalam, 2010).

5
Penelitian Anggun (2012) tentang faktor yang berhubungan dengan

penerapan timbang terima di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Daerah

Temangung tahun 2012 didapatkan data tingkat pengetahuan perawat rendah

sebanyak (67,3%) dengan sikap yang kurang baik sebanyak (58,3%).

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan

penerapan komunikasi SBAR saat overan dengan nilai p=0,001.

Penelitian Fajri (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

penerapan komunikasi SBAR dalam pelaksanaan overan di RSUD dr. Zainul

Abidin diperoleh hasil (63,4%) pengetahuan perawat masih rendah tentang

penerapan komunikasi SBAR saat overan dan (58,7%) sikap perawat masih

kurang baik terhadap pelaksanaan penerapan komunikasi SBAR. Terdapat

hubugan antara pengetahuan , sikap dan pengawasan kepala ruangan dengan

penerapan komunikasi SBAR dengan nilai p=0,000.

Penelitian Susanti (2015) tentang hubungan pengetahuan dan motivasi

perawat dalam penerapan komunikasi SBAR saat overan didapatkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara tigkat pengetahuan dengan penerapan

komunikasi SBAR saat overan dengan nilai p=0,002. Hubungan bermakna

antara motivasi perawat dengan penerapan komunikasi SBAR saat overan

dengan nilai p=0,000.

Semen Padang Hospital adalah rumah sakit swasta yang bertaraf

internasional yang memiliki unit rawattan 4 lantai dengan jumlah tempat tidur

146 tempat tidur yang terdiri dari ruang rawat inap kelas 1, 2, 3, VIP dan

VVIP dengan jumlah perawat 102 orang.

6
Survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Mei 2020 dengan

wawancara dengan 6 orang perawat mengatakan belum memahami tentang

cara overan dengan teknik SBAR sehingga perawat melakukan overan

dengan dengan teknik biasa saja. 4 perawat di Semen Padang Hospital

didapatkan data bahwa sosialisasi metode SBAR pada saat overan dinas

sudah dilakukan, tetapi masih bayak perawat yang belum mengerti tentang

penerapan komunikasi SBAR secera efktif.

Perawat di Semen Padang Hospital juga belum semuanya mendapatkan

pelatihan tentang komunikasi SBAR, pelatihan komunikasi SBAR yang

diberikan hanya secara garis besar saja dengan jumlah waktu 2 jam, sehingga

perawat mengatakan masih belum memahami terntang penerapan komunikasi

SBAR saat overan itu dengan baik dan benar. Sementara disaat overan teknik

SBAR tersebut harus dilakukan dengan teman shift karena sesuai dengan

sasaran keselamatan pasien safety. Pengetahuan tentang SBAR yang kurang

akan mempengaruhi cara overan yang benar dan tidak sesuai dengan standar

komunikasi SBAR. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku perawat dalam

menerapkan prosedur tindakan pendokumentasian SBAR masih belum

dilaksanakan dengan baik.

Pelaksanaan overan di Semen Padang Hospital saat ini hanya

membacakan status pasien yaitu nama pasien, lama rawatan dan melaporkan

terapi pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien

tersebut. Perawat tidak melaporkan konsisi pasien saat ini dan apa yang telah

7
dilakukan dari shift sebelumnya kepada pasien serta rekomendasi untuk shift

selanjutnya tidak ada disampaikan saat overan.

Bersasarkan latar belakang diatas, maka perlu diadakan penelitian

tentang Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Komunikas

SBAR Saat Overan di Semen Padang Hospital Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan overan yang tidak sesuai dengan standar SBAR dan tidak

efektif dapat mengakibatkan insiden dalam keselamatan pasien. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan penerapan komunikasi SBAR saaat overan di Ruang Rawat Inap

Semen Padang Hopital tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan

penerapan komuniasi SBAR saat overan di ruang Rawat Inap Semen

Padang Hospital tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penerapan komunikasi

SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hopital

tahun 2020.

8
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

perawat tentang komunikasi SBAR saat overan di Ruang Rawat

Inap Semen Padang Hopital tahun 2020

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap perawat tentang

komunikasi SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap Semen

Padang Hopital tahun 2020

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi motivasi perawat tentang

komunikasi SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap Semen

Padang Hopital tahun 2020

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

penerapan komunikasi SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap

Semen Padang Hopital tahun 2020

f. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan penerapan komunikasi

SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hopital

tahun 2020

g. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan penerapan

komunikasi SBAR saat overan di Ruang Rawat Inap Semen

Padang Hopital tahun 2020

9
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Semen Padang Hospital

Memberikan masukan bagi direrktur rumah sakit untuk meningkatkan

kinerja perawat di Ranap Inap Semen Padang Hopital khususnya dalam

penerapan komunikasi SBAR saat timbang terima.

b. Bagi Stikes Syadza Saintika

Sebagai bahan bacaan diperpustakaan oleh mahasiswa keperawatan

sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa tentang ilmu

keperawatan khususnya tentang penerapan komunikasi SBAR saat

overan di rumah sakit.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi untuk meneliti selanjutnya yang berhubungan

dengan penerapan komunikasi SBAR dan dapat meneliti dengan variabel

lain.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan penerapan komunikasi SBAR saat overan di Rawat Inap Semen

Padang Hospital tahun 2020. Variabel penelitian ini adalah variabel

Independen ( pengetahuan, sikap dan motivasi) dan variabel Dependent

(penerapan komunikasi SBAR). Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik

dengan desain Cross Sectional Study untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan penerapan komunikasi SBAR saat overan di Ruang

10
Rawat Inap Semen Padang Hospital. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan Juli 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat ruangan

yang ada di Semen Padang Hospital sebanyak 102 orang. Teknik

pengambilan sampel yaitu secara Random Sampling. Data dikumpulkan

menggunakan lembar kuisioner dan angket, kemudian dianalisa dengan

analisa univariat dan bivariat menggunakan Chi-Square.

11
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pasien Safety

1. Pengertian

Manajemen keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan

merupakan serangkaian konsep yang akan memberikan pemahaman

kepada peawat mengenai hal-hal yang perlu diketahui agar dapat

berperan dalam melakukan manajemen keselmatan pasien secara lebih

baik.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari suatu

pihak ke pihak lain. Komunikasi efektif merupakan salah satu kunci

untuk mencapai mutu keselamatan pasien, karena komunikasi efektif

merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien dalam program pasien

safety dalam pelayanan dirumah sakit. Komunikasi efektif dalam praktek

keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keparewatan dalan mencapai hasil yang optimal

(Riesenberg, 2010).

2. Enam Sasaran Keselamatan Pasien

a. Ketepatan identifikasi pasien

b. Peningkatan komunikasi efektif

c. Pengurangan resiko jatuh

d. Pengurangan resiko infeksi

12
e. Pengurangan obat high alert

f. Kepastian tepat lokasi dan prosedur operasi

B. Komunikasi SBAR

1. Pengertian Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR adalah suatu teknik yang menyediakan

kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang

kondisi pasien. SBAR adalah mekanisme komunikasi yang kuat, mudah

diingat berguna untuk membingkai setiap percakapan, terutama yang

kritis, yang membutuhkan perhatian segera terhadap klinis dan tindakan.

Hal ini memungkinkan cara yang mudah dan berfokus untuk menetapkan

harapan tentang apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana

komunikasi antara anggota tim, yang sangat penting untuk

mngembangkan kerja tim dan meningkatkan budaya keselamatan pasien

(Permanente, 2013).

Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi

yang dipakai oleh tim pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun

menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat. Komunikasi

SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover),I pindah ruang

rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan

lain (Tim KP- RS RSUP Sanglah, 2011).

Michel Leonard, MD, adalah seorang dokter yang mempolopori

kelematan pasien, bersama dengan rekannya Doug Bonacum dan

13
Suzanne Graham di Kaiser Permanente Colorado (Evergreen,

Colorado,USA) mengembangkan teknik SBAR. Teknik SBAR ini telah

banyak diterapkan pada sistem pelayanan tentang apa yang akan

dikomunikasikan dan bagaimana komunikasi antara anggota tim, yang

sangat penting untuk mengembangkan kerja tim dan meningkatkan

budaya keselamatan pasin (Permanente, 2013).

Kerangka komunikasi SBAR memuat informasi pasien tentang

Situation, Background, Assesment, dan Recomendation. Komunikasi

SBAR adalah cara sederhana yang secara efektif telah mengembangkan

komunikasi dalam setting lain dan efektif pula digunakan pada pelayanan

kesehatan (Ohio’s Medicare, 2010).

Kerangka komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi

yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan

dalam menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan

tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas

mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga

medis (klinis), mengajak semua anggota tim pelayanan kesehatan untuk

memberikan masukan pada situasi / kondisi pasien termasuk

rekomendasi. Fase pemeriksaaan dan rekomendasi memberikan

kesempatan untuk diskusi diatara tim pelayanan kesehatan. Metede ini

mungkin agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi

(Leonard, 2014).

14
2. Tujuan Komunikasi SBAR

SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas

perawatan untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk

serah terima pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan

telepon. Ini menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima

informasi sehingga kelematan pasien dapat tercapai.

Menggunakan SBAR, laporan menjadi lebih akurat dan efesien.

Teknik komunikasi SBAR ini sederhana namun sangat efektif dan dapat

digunakan ketika seorang perawat memanggil dokter (laporan pasien),

perawat melakukan serah terima pasien.

Komunikasi yang efektif antara penyedia layanan kesehatan sangat

penting untuk keselamatan pasien. Kebanyakan perawat kurang

pengalaman dalam berkomunikasi dengan dokter dan penyedia layanan

kesehatan lainnya. Teknik komunikasi SBAR merupakan teknik

komunikasi yang memberikan urutan logis, terorganisir dan

meningkatkan proses komunikasi untuk memastikan keselamatan pasien,

serta perawat mentransfer pasien ke fasilitas kesehatan lain atau tingkat

perawatan yang lain.

3. Teknik Komunikasi SBAR

The Joint Commision (2012), telah menambahkan “komunikasi

Standar” untuk tujuan keselamatan pasien. Laporan kondisi pasien yang

15
dilakukan perawat ke dokter, sebelum menghubungi dokter maka

perawat melakukan :

a. Kaji kondisi pasien

b. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan

dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan

c. Pastikan diagnosa pasien

d. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil

pengkajian perawat shift sebelumnya

e. Siapkan : medical record pasien, riwat alergi, obat-obatan /

cairan infus yang digunakan saat ini

Menuut Leonard (2014), adapun prinsip-prinsip bagaimana

menggunakan SBAR dan apa saja yang harus dikomunikasikan adalah

sebagai berikut :

1. S (Situation) mengandung informasi tentang identitas pasien,

masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis seperti :

menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir pasien, secara singkat

permasalahan pasien saat ini, kapan mulai terjadi dan seberapa

berat situasi dan keadaan pasien yang teramati saat itu.

2. B (Background) menggambarkan riwayat / data sebelumnya yang

mendukung situasi saat ini seperti :

a. Riwayat penyakit / kondisi sebelumnya

b. Riwayat pengobatan

16
c. Riwayat tindakan medis atau perawatan yang sudah

dilakukan

d. Riwayat alergi

e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung

f. Vital sign terakhir

Penyampaian latar belakang klinis atau keadaaan yang

melatarbelakangi permasalahan, meliputi catatan rekam medis

pasien, diagnosa masuk RS, informasi hal-hal penting terkait :

kulit/ ekstermitas, pasien memakai / tidak oksigen, obat-obatan

terakhir, catatan alergi, cairan IV line dan hasil laboratorium

terbaru. Hasil-hasil laboratorium berikut tanggal dan jam masing-

masing test dilakukan. Hasil-hasil sebelumnya sebagai

pembanding. Informasi klinik lainnya yang kemungkinan

diperlukan.

3. A (Assesment) mendukung tentang hasil pemeriksaan pasien

terkini. Penyampaian penilaian (Assesment) terhadap situasi dan

keadaaan pasien yang dapat diamati saat itu, berdasarkan

pengakajian dan observasi saat itu.

4. R (Recomendation) mengandung informasi tentang :

Recomendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan ?

Lanjut terhadap kondisi / keadaaan permasalahan kesehatan

pasien saat ini seperti :

17
a. Tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah

yang terjadi

b. Solusi apa yang ditawarkan ke dokter

c. Solusi / tindakan apa yang direkomendasikan ke dokter

d. Kapan dan dimana dilakukan

Kemudian dari rekomendasi yang telah diberikan tersebut

baik dalam timbang terima perawat akan dilakukan pencatatan

sebagai berikut :

a. Write : tulis rekomendasi pemberi perintah / informasi

kedalam dokumen medik

b. Read Back : baca ulang tulisan tersebut dan eja obat-obat

hight alert

c. Confirmation : tanyakan kebenaran ucapan atau tulisan

atau ada rekomendasi lain, baca ulang secara keseluruhan

isi rekomendasi

Dari beberapa laporan dan penelitian yang dilakukan disimpulkan

bahwa teknik SBAR efektif dalam mencegah terjadinya kesalahan

pelayanan yang dilakukan oleh penyedia layanan. Komunikasi tidak

efektif merupakan akar penyebab tertinggi dari sentinel event (Amato-

Vealey, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh The Joint Commission

Organizations tentang Sentinel event didapatkan data bahwa kejadian

total sentie event terjadi karena masalah komunikasi sebesar 70%

(Mikos, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah komunikasi

18
adalah hal yang penting dalam pelayanan keperawatan karena kesalahan

komunikasi dapat mengakibatkan insiden keselamatan pasien.

4. Kelebihan Dokumentasi SBAR (Rogers, 2007)

a. Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan

informasi dan timbang terima

b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan

menggunakan element komunikasi SBAR

c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima

pasien

d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima

5. Manfaat dan Keuntungan Dokumentasi SBAR (Rodgers, 2007)

a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan

lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai

informasi mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2010)

d. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif

e. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat

paham akan kondisi pasien

19
C. Overan

1. Pengertian

Overan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaaan pasien.

Harus dilakukan seefektif mungkin dengan cara singkat, jelas dan lengkap

tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah

dilakukan / belum dan perkembangan saat itu, informasi yang

disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat

primer (PP) keparawatan kepada penanggung jawab dinas sore atau dinas

malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2009).

Pada saat overan diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang

kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan itervensi dan yang

belum, serta respon pasien yang terjadi karena komunikasi merupakan

unsur yang penting dalam aktifitas menejer keparawatan dan sebagai

bagian yang selalu ada didalam proses menejemen keperawatan.

Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan dan pendapat dan

memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih yang

bekerja sama. Komunikasi juga dapat diartikan suatu seni yang menyusun

dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang sehinggga

orang lain dapat mengerti dan menerima (Suarli& Bathiar, 2009).

Perawat melakukan overan dengan berjalan bersama dengan

perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat

20
pasien. Cara ini akan efektif daripada meghabiskan waktu orang lain

membaca, dan akan membantu perawat dalam menerima timbang terima

secara nyata (Nursalam, 2009).

Prosedur overan selama ini sudah dilakukan pada pasien setiap

pergantian shift jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum

terungkap secara komprehensif, meliputi : isi overan (masalah

keperawatam pasien lebih fokus pada diagnosa medis), dilakukan secara

lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga masih ada yang terlewati

untuk disampaikan pada shift berikutnya. Selain itu mekanisme timbang

terrima belum sesuai dengan standar baku (Nursalam, 2009).

2. Tujuan Overan

a. Tujuan Umum

1) Mengkomunikasikan keadaaan pasien dan menyampaikan

informasi yang penting saat overan

b. Tujuan Khusus

1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien saat it (data fokus)

2) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien

3) Menyampaikan hal yang penting dan harus ditindaklanjuti oleh

perawat dinas berikutnya

4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

21
3. Prosedur Overan

Prosedur dalam melakukan timbang terima antara shift dengan

shift selanjutnya antara lain sebagai berikut :

a. Overan dilakukan setiap pergantian shift

b. Dari nurse station perawat berdiskusi untk melaksanakan overan

dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang

masalah keperawatan, rencana yang sudah / belum dilakukan serta

hal penting lainnya

c. Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan kepada perawat

jaga berikutnya

d. Perawat melakukan timbang terima saat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang

jelas

e. Penyampaiak kata pada saat timbang terima secara singkat dan

jelas

f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari lima

menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan

yang lengkap dan rinci

g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada

buku laporan ruangan oleh perawat (Budiartha, 2009)

22
Menurut Nursalam (2009) prosedur overan adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

1) Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift

2) Prinsip overan, semua pasien baik yang baru masuk maupun yang

sudah lama harus dilakukan overan khususnya pasien yang

memiliki permasalahan yang belum / dapat teratasi serta

membutuhkan observasi lebih lanjut

3) PP menyampaikan overan pada PP berikutnya, hal yang perlu

disampaikan dalam timbang terima :

1. Jumlah pasien

2. Identitas klien dan diagnosis medis

3. Data ( keluhan / subjektif dan objektif)

4. Masalah keperawatan yang masih muncu

5. Intevensi keperawatan yang sudah / belum dilaksanakan

(secara umu)

6. Intervensi kolaboratif dan dependent

7. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain)

4) Persiapan dilakukan oleh PP dan perawat associate (PA)

b. Pelaksanaan

1) Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

3) Kepala ruangan membuka overan

23
4) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal

yang kurang jelas

5) Kepala ruangan / PP menanyakan kebutuhan dasar pasien

6) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

7) Perawat yang melakukan overan mengkaji secara penuh terhadap

masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah / belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan

8) Hal-hal yang sifatnya khususnya untuk kemudian diserahterimakan

kepada petugas berikutnya

9) Lama overan setiap pasie tidak lebih dari lima menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

10) Pelaksanaan dilakukan selama 20 menit oleh kepala ruangan

(KARU), PP dan PA

c. Kesimpulan

1) Diskusi

2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada

format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat

itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruangan

3) Ditutup oleh kepala ruangan

4) Dilakukan selama lima menit oleh KARU, PP dan PA

24
D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Komunikasi Overan

SBAR

Menurut Nursalam (2009) beberapa faktor yang berhubungan dengan

keefektifan timbang terima SBAR :

1. Kedisplinan

Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari

kata ini timbul kata disclipna pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang

kata disiplin mengalami perkembangan makna dan beberapa pengertian

diantaranya disiplin adalah tindakan kepatuhan atau tunduk pada

pengawasan dan pengendalian, disiplin juga diartikan sebagai

pengembangan diri agar dapat berperilaku tertib.

Dalam dunia perawat disiplin dapat diartikan sikap penuh

kerelaan dalam mematuhi norma yang ada dalam melaksanakan

tugasnya sebagai seorang perawat sebagai bentuk tanggung jawab

terhadap pelayanan kesehatan.

Macam-macam kedisplinan :

a. Disiplin dalam menggunakan waktu

Maksudnya perawat harus bisa membagi waktunya dengan baik.

Karena disamping sangat berharga waktu adalah salah satu kunci

kesuksesan dalam melaksanakan tugas dengan baik.

25
b. Disiplin diri

Kunci disiplin pada lingkungan yang lebih luas dan bertanggung

jawab

c. Disiplin sosial

Disiplin yang berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat agar

tercipta masyarakat yang asri dan bertanggung jawab

d. Disiplin aturan

Taat kepada seluruh aturan yang berlaku disetiap institusi atau

ditempat kerja

2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat

dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang

bekerjasama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat

menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah

sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan

pemberi pesan.

a. Model Komunikasi

1) Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.

Dalam mencapai setiap kebutuhan invidu / staf, setiap organisasi telah

mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan

pelaksanaan pengelolaan, misalnya : surat menyurat ke staf

26
pembayaran dan jurnal. Menejer harus terlibat dalam komunikasi

tertulis, khusunya kepada staf. Komunikasi tertulis dalam suatu

organisasi meliputi :

1. Apa saja yang akan disampaikan

2. Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan

dampaknya

3. Gunakan kata aktif

4. Tulis kata yang sederhana

5. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan

temukan cara untuk menggambarkan inti tulisan agar mudah

dimengerti

6. Tulis kalimat dibawah 20 kalimat

7. Berikan pembaca petunjuk konsistensi penggunaan isitilah dan

pesan

8. Atur isi penulisan secara sistematis

9. Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca

10. Komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus

2) Komunikasi Secara Langsung

Menejer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan

dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga

melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik

dalam individu dalam kelompok dan presentasi secara formal

27
3) Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan

ekspresi wajah, gerakkan tubuh dan sikap tubuh (body language)

4) Komunikasi Tidak Langsung

Komunikasi yang dilakukan dengan perantara atau alat yang

bisa menyampaikan pesan. Pada eras ekarang banyak sekali perantara

komunikasi tidak langsung, misalnya handphone, internet dan lain-lain

yang menjaga komunikasi bisa berjalan dengan baik.

3. Pendokumentasian

Suatu dokumentasi atau catatan yang berisi data tentang keadaan

pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan aka tetapi juga

dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang telah

diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Ali, 2009).

Tujuan pendokumentasian :

a. Sebagai media mendefenisikan keperawatan bagi klien dan

kelompok

b. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan anggota

kesehatan lainnya

c. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang

telah dilakukan

d. Sebagai data yang diperlukan sevara administratif dan legal formal

e. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan

28
4. Pengetahuan

Pengetahuan perawat sangat mempengaruhi komunikasi efektif

dengan teknik SBAR karena semakin tinggi pengetahuan seseorang

tentang pelaksanaan patien safety maka pelaksanaan komunikasi SBAR

dalam handover akan berjalan dengan baik dan sempurna dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit (Suryadi, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek terterntu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoadmojo, 2010).

Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan adalah informasi yang

dapat merubah sesorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi

dasar dalam bertindak atau pengetahuan itu menjadikan seorang

individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam melakukan

tindakan yang benar. Lebih jauh Achterbergh & Vriens (2009) menulis

bahwa pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar

belakang dalam menganalisa sesuatu hal, mempersepsikan dan

menginterpretasikannya, yang kemudian dilanjutkn dengan keputusan

tindakan yang dianggap perlu. Kedua, peran pengetahuan dalam

mengambil tindakana yang perlu adalah menjadi latarbelakang dalam

mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat

29
dilakukan, memilih salah satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan

mengimplementasikan pilihan.

Pengetahuan lebih menekankan pengamatan dan pengalaman

inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan

aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan

pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.

Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi

pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan

menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada pada objek

empiris tersebut.

Menurut Notoadmojo (2012), sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakana

(reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau

objek.

Menurut Green dalam Notoadmojo (2012) mengatakan bahwa

sikap menentukkan perilaku seseorang. Sikap yang positif diharapkan

menjadi motivasi yang kuat dalam usaha melakukan pendokumentasian

asuhan keperawatan. Keperawatan merupakan tolak ukur mutu

pelayanan rumah sakit secara umum. Perawat sebagai pemberi jasa

merupakan ujung tombak pelayanan dirumah sakit, karena perawat

30
berada 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung

jawab yang demikian beratnya kadang belum ditunjang oleh sumber

daya manusia yang memadai sehingga kinerja perawat menjadi sorotan

baik oleh profesi lain maupun pasien atau keluarganya (Nursalam,

2011).

Menurut Winkel (2010), pengetahuan mencakup akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu meliputi

fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan

yang disimpan dalam ingatan, digali saat dibutuhkan melalui bentuk

ingatan, mengingat (recall) atau mengenal kembali ( recogntion).

Berdasarkan pengertian diatas, pengetahuan perawat dalam

pendokumentasian proses keparawatan adalah hal-hal yang diketahui

oleh perawat tentang proses keparawatan yang kemudian digunakan

untuk pendokumentasian sebagai bukti dari pelaksanaan asuhan

keparawatan di rumah sakit.

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu sebagai berikut :

a) Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telh

dipelajari sebelumnya (recall) dan merupkan tingkat pengetahuan yang

paling rendah

b) Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpreasikan materi tersebut secara benar.

31
c) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pad situasi atau kondisi rill (sebenarnya)

d) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkn materi

atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintasis (Synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru

f) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmojo,

2003)

5. Sikap

sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap objek

tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan

dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Sikap

perawat dalam pelaksanaan handover dengan teknik SBAR sangat

mendukung tentang pasien safety dirumah sakit karena dengan sikap

yang positif tentang cara handover yang benar dengan teknik SBAR

akan menyampaikan handover antara shif yang berdinas dengan shift

selanjutnya berjalan dengan baik.

Pelayanan komunikasi SBAR merupakan kegiatan dinamis berupa

membantu menyiapkan, menyediakan dan memproses serta membantu

32
perawat dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pasien si

rumah sakit (Soetomo, 2003). Sedangkan sikap perawat dalam

pelaksanaan adalah setiap upaya yang diselenggarakan bagi petugas

untuk melakukan timbang terima overan dinas dengan petugas

selanjutnya sehingga komunikasi tersebut bisa berjalan dengan baik dan

terlaksana, mencegah terjadinya kesalahan pemberian pelayanan

kesehatan kepada pasien baik perseorangan, keluarga, kelompok dan

atau masyarakat.

Salah satu defenisi juga menyatakan bahwa kualitas pelayanan

kesehatan bisanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi

pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat

diterima oleh pasiennya. Kualitas pelayanan kesehatan adalah yang

menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam

menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna

kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.

Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan

dirumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan

penting. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian

kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya

asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus

melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas dirumah sakit.

Sedangkan menurut Karsinah (dalam Wirawan, 2008) perawat

adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit. Perawat, dokter dan

33
pasien merupakan satu kesatuan yang paling membutuhkan dan tidak

dapat dipisahkan. Tanpa perawat tugas dokter akan semakin berat

dalam menangani pasien. Tanpa perawat pelayanan kepada pasien juga

terabaikan karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama

dengan pasien mengingat pelayanan keperawatan berlangsung terus

menerus selama 24 jam sehari.

Tim pelayanan keperawatan dirumah sakit memberikan pelayanan

kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan satandar yang

ditetapkan dengan penerapan komunikasi SBAR. Hal ini ditujukan agar

pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan

yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Disisi

lain perawat diharapakan perannya untuk selalu berada disamping

tempat tidur klien, siap setiap saat ketika diperlukan, cepat tanggap

terhadap berbagai keluhan, dan turut merasakan apa yang klien sedang

alami.

Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat

yang memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien

yang sedang menjalani proses penyembuhan dimana sikap ini

merupakan kompensasi sebagai pemberi pelayanan dan diharapkan

menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.

Berdasarkan uraian diatas, sikap perawat dalam pendokumentasian

proses keperawatan adalah respon atau penilaian emosional atau

34
pandangan perawat tentang komunikasi SBAR saat overan

keperawatan.

Berbagai tingkatan dalam sikap menurut Notoadmojo (2003)

adalah sebagai berikut :

a. Menerima (receiving),diartikan bahwa orang (subyek) mau

dan memperhatikan stimulus.

b. Merespon (responding) adalah memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan meyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab

terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan ssegala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap menurut Notoadmojo (2012), sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi

tertutup. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang

terhadap sesuatu stimulus atau obyek, menurut Green dalam Notoadmodjo (2012)

mengatakan bahwa sikap menetukan perilaku seseorang. Sikap yang positif

diharapkan menjadi motivasi yang kuat dalam usaha melakukan

pendokumentasian asuhan keperawatan.

35
Sikap adalah suatu pola perilaku, tedensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederahana,

sikap adalah respon terhadapat stimulsi sosial yang telah terkondisikan. Salah

seorang ahli psikologi sosial Newcomb, dikutip Notoadmojo (2012) menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan tidakan atau

perilaku/peran. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, ukan merupakan reaksi

terbuka, merupakan reaksi terhadap objek dilingkugan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Dalam bagian lain Allport dikutip Notoadmojo, 2012 menyatakan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ini

pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

a. Tingkatan Sikap

1) Menerima ( Receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

36
Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2) Merespon ( Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

meyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang petugas mengajak peetugas

yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk ikut

melaksanakan pendokumentasian yang lengkap atau

mendiskusikan tentang hal-hal terkait tentang cara

pendokumentasian yang lengkap, adalah suatu bukti bahwa si

petugas tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap

pentingnya dokumentasi.

4) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap

mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa,

pandangan, lembaga norma dan nilai.

37
b. Ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat dipelajari dan

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat dan syarat tertentu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap

suatu obyek. Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa

berkenan dengan suatu obyek yang dapat dirumuskan secara jelas.

4) Obyek sikap dapat merupakan satu hasl tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulam dar hal-hal tersebut.

Sikap mempunyai segi motivasi dan perananan. Sifat inilah yang

membedakan sikap dari kecepatan atau pengetahuan yang dimiliki orang. Sikap

merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu

pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak

sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan mengenai suatu obyek

baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak

sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap dapat dibentuk atau

berubah melalui 4 macam cara :

38
a) Adopsi

Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus,

lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri invidu dan

mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b) Deferensisi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,

sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi

dianggap ejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

Terdapat obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

c) Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d) Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan

mendalam pada jiwa orang bersangkutan pengalaman-pengalaman

yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Pembetukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui

suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara

individu lain disekitarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah :

a) Faktor Intern : yaitu yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan

seperti selektifitas.

39
b) Faktor Ekstern yang merupakan faktor diluar manusia yaitu :

1) Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap

tersebut.

4) Media komuikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoadmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap

itu mempunyai 3 komponen yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek

dan kecenderungan untuk bertindak (ternd to behave).

Sikap merupakan respon seseorangyang berhubungan dengan nilai, interes

(perhatian), apresiasi (penghargaan), persepsi (perasaan), (Suryabrata, 2010).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional. New Comb pada tahun 1967 menyatakan sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu.sikap sebelum melakukan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

predisposisi melalui suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek

(Notoatmodjo, 2002)

40
6. Motivasi

Motivasi seorang perawat dalam hand over atau overan sift sangat

dianggap penting karena sangat mempengaruhi terhadap pasien safety.

Berjalannya hand over dengan baik antara shift satu dengan sift

selanjutnya akan meningkatkan mutu dan pelayanan pasien di rumah

sakit tersebut. Motivasi yang baik tentang cara komunikasi SBAR

tersebut sangat efektif dalam penatalaksanaan hand over (Nursalam,

2013).

Menurut kamus Bahsasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali,

motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan, dasar

pikiran dan pendapat seserang atau sesuatu yang menjadi pokok. Pengertian

motivasi yang diturunkan dari pengertian motif tersebut diatas adalah sesuatu

yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja (Arep, dkk,

2010).

Berdasarkan uraian diatas, motivasi perawat dalam pelaksanaan

komunikasi SBAR satt overan adalah dorongan atau keinginan perawat untuk

bertindak/berperilaku ke arah tujuan yang lebih baik yaitu untuk dapat melakukan

komunikasi SBAR dengan benar dan baik.

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah

kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan

dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan dapat diselesaikan sesuai

41
standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang

akan senang melakukan pekerjaan (Arep,dkk, 2010).

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan

membuat orang senang melakukannya. Orangpun akan merasa diakui atau

dihargai. Hal ini terjadi karena pekerjaannya betul-betul berharga bagi orang yang

termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang

begitu tinggi untuk menghasilkan sesuatu target yang mereka tetapkan.

Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan

membutuhkan terlalu banyak pengawasan, semangat juang nya akan tinggi. Hal

ini memberikan susasana bekerja yang bagus disemua bagian (Nursalam, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kinerja perawat adalah :

a. Harga Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sesorang

karyawan. Faktor internal terdiri dari persepsi mengenal diri sendiri,

harga diri, prestasi, harapan, kebutuhan, pembawaan indiviu, tingkat

pendidikan dan pengalaman masa lalu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yng berasal dari luar diri karyawan.

Faktor ini terdiri dari faktor lingkungan kerja, pemimpin dan gaya

kepemimpinannya, tuntutan perkembangan organisasi dan dorongan

atasan, (Winardi, 2011).

42
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja adalah faktor internal dan eksternal. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan faktor harga diri yang terdapat dalam

faktor internal, sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi kerja. Pemilihan

faktor harga diri didasari oleh pemikiran bahwa harga diri merupakan hal

penting yang harus dimiliki oleh setiap individu.

Winardi (2011) menyatakan bahwa harga diri sangat mempengaruhi

motiasi kerja seseorang. Harga diri merupakan persepsi seseorang mengenai

dirinya sendiri apakah dirinya mampu dan layak dalam melakukan sesuatu.

Ketika seseorang merasa mampu dan layak, maka seseorang tersebut

akan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam mengerjakannya. Hal

ini diperkuat dalam hasil penelitian yang dilakukan Noordjanah (2015)

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara harga diri dengan

motivasi. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki oleh individu, maka akan

semakin tinggi motivasinya. Semakin rendah harga diri yang dimiliki individu,

maka akans emakin rendah motivasnya.

7. Unsur- Unsur Motivasi

a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya

memerlukan rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.

b. Motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi

c. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian

tujuan

43
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.

8. Ciri Motivasi

Nursalam (2011) berpendapat, bahwa motivasi yang tinggi dari setip orang itu

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghdapi kesulitan karena kuatnya motivasi instrintik

c. Tidak cepat puas dengan hasil yang dicapai

d. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah

e. Lebih senang bekerja sendiri

f. Cepat bosan pada tugas-ugas rutin

g. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu

h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu

i. Senang mencari dan memecahkan masalah

44
E. Kerangka Teori

Perawat :

1) Kedisiplinan
2) Komunikasi
3) Pendokumentasian
4) Pengetahuan Perawat :
5) Sikap
6) Motivasi 7) Kedisiplinan
8) Komunikasi
Alat/Kelengkapan :
9) Pendokumentasian
1) Buku laporan 10) Pengetahuan
2) Format Overan 11) Sikap
12) motivasi

Waktu :

1) Manajemen Waktu

Bagan 2.1
Faktor –faktor yang berhubunga dengan penerapan komunikasi SBAR saat
overran

45
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan desain Cross

Sectional Study untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

penerapan komunikasi SBAR saat overan oleh perawat di ruang rawat inap

Semen Padang Hospital tahun 2020. Variabel idependen yaitu pengetahuan,

sikap dan motivasi dengan variabel dependen penerapan komunikasi SBAR

saat overan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat Inap Semen Padang

Hospital pada bulan Agustus 2020 sampai September 2020. Pengumpulan

data kuisioner penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus sampai

dengan September 2020 di ruang rawat Inap lantai 3, lantai 4, lantai 5 dan

lantai 6.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perwat di Rawat Inap Semen

Padang Hospital tahun 2020 sebanyak 82 orang.

46
2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus

estimasi sebagai berikut:

α
N . Z ² 1− . P(1−P)
2
n=
α
( N −1 ) . d ²+ Z ²1− . P(1−P)
2

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

N = Besar populasi

α
Z ² 1− = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu = 1,96
2

P = Harga proporsi di populasi = 0,50

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi = 10%=0,1

Jadi jumlah sampel yang diambil

α
N . Z ² 1− . P(1−P)
2
n=
α
( N −1 ) . d ²+ Z ²1− . P(1−P)
2

82 .1 , 96² . 0,50(1−0,50)
n=
( 82−1 ) . 0 , 1²+1 , 96² .0,50 (1−0.50)

78,7528
n=
1,7704

n = 44,48 orang dibulatkan menjadi = 44 orang

47
48
Cara pengambilan sampel :

Cara pengambilan sampel disetiap ruangan dengan cara sistem Random

Sampling yaitu dengan cara melakukan undian dengan mneggunakan kertas kecil-

kecil dituliskan nomor subyek (perawat) kemudian kertas digulung dan diambil

nomor subyek penelitian disetiap unit dan setelah itu dilakukan observasi sesuai

dengan lembar observasi, sampel diambil sesuai dengan perhitungan rumus

sebagai berikut :

Perhitungan rumus :

jumlahtotal perawat perlantai


Jumlah sampel = x total sampel
jumlah populasi keseluruhan

Tabel 3.1
Distribusi Sampel pada Tiap Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital
Tahun 2020

NO Ruangan Jumlah Perawat Perhitungan Sampel


1 Lantai 3 27 27/82 x 44 14

2 Lantai 4 27 27/82 x 44 14

3 Lantai 5 10 10/82 x 44 5

4 Lantai 6 18 18/82 x 44 10

Total 82 orang 43 orang

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria penelitian sebagai berikut :

48
Kriteria Inklusi :

a. Bersedian menjadi responden

b. Perawat yang telah mendapat pelatihan komunikasi SBAR

c. Perawat rawat inap Semen Padang Hospital

d. Mampu berkomunikasi dengan baik

Kriteria Eksklusi :

a. Sudah 3 kali kunjungan tidak ada

b. Perawat yang dinas diruangan unit Intesive (ICU, OK)

D. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dengan cara angket dan

menggunakan kuisioner pada perawat yang bertugas di ruang rawat inap

Semen Padang Hospital untuk mendapatkan data tentang pengetahuan,

sikap, motivasi dan penerapan komunikasi SBAR saat overan.

2. Data Sekunder

Data jumlah perawat yang diperoleh dari SDM Semen Padang

Hospital tentang jumlah perawat.

49
E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data menggunakan komputerisasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Menyunting Data (Editing)

Peneliti memeriksa terlebih dahulu kelengkapan yang diisi oleh

responden mulai dari identitas responden sampai ke isi kuisioner sebelum

data dimasukkan kedalam microsoft ecel, hal ini bertujuan untuk melihat

apakah semua catatan tentang variabel sudah lengkap.

2) Pengkodean Data (Coding)

Semua kuisioner yang telah diisi oleh responden kemudian diberi

skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah, untuk pertanyaan sikap dan

motivasi positif, jika dijawab sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor

3, tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1. Untuk

pertanyaan negatif, jika dijawab sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi

skor 2, tidak setuju diberi skor 3, sangat tidak setuju diberi skor 4. Data

dari jawaban responden dipindahkan kedalam bentuk kode, untuk kategori

pada variable penerapan komunikasi SBAR saat (overan) jika diterapkan

skor 1, jika tidak diterapkan diberi skor 0.

3) Memasukkan Data ( Entry)

Peneliti kemudian memasukan data yang telah diberi kode ke

dalam master tabel yang sudah di isi ke dalam program komputer.

50
4) Pembersihan Data (Cleaning)

Peneliti melihat data yang telah di entry dan diperiksa kembali

untuk memastikan bahwa data bersih dari kesalahan dalam pengkodean

ataupun membaca kode sehingga siap dianalisa.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (pengetahuan, sikap dan motivasi).

Analisis yang dilakukan dalah statistik deskriptif berupa distribusi

frekuensi dan presentase darri tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Data dianalisa dengan

menggunakan chi-square. Untuk melihat batas kemaknaan perhitungan

statistik digunakan batas kemaknaan α = 0,05 sehimgga bila nilai p < 0,05

maka hasil statistik berhubugan dan bila nilai p ≥ 0,05 maka hasil statistik

tidak berhubungan (Notoatmodjo, 2010).

51
G. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Penerapan
sikap komunikasi SBAR
saat overan

motivasi

Bagan 3.2
Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Komunikasi SBAR
saat Overan di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun 2020

H. Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

N Variabel Defenisi operasional Alat Cara Hasil ukur Skala


o ukur ukur ukur

1 Variabel Segala sesuatu yang di Kuesioner 1. Kurang baik : Ordinal


Dependen lakukan perawat saat Observasi jika nilai
Penerapan overan sesuai dengan jawaban
komuikasi SBAR saat melakukan responden ≤
SBAR. overan : 60%dari total
skor
a. S : Situasion yang 2. Baik: jika
mengambarkan nilai jawaban
kondisi pasien saat responden >
akan pergantian sift 60% dari total
b. B: Backround atau skor
gambaran riwayat
pasien yang (Nurusalam,
berhubungan 2009)
dengan kondisi
dan masalah pasien

52
saat ini
c. A. Assessment atau
kesimpulan dari
analisa yang
didapatkan sesuai
dengan pasien saat
ini
d. R: Rekomendasi
atau usulan tentang
alternatif tindakan
yang akan
dilakukan sesuai
dengan kondisi
yang dialamipasien
saat ini

1 Variabel Segala sesuatu yang di


Independen ketahui oleh perawat Kuesioner Angke 1. Rendah Ordinal
Pengetahuan di ruangan rawat inap t 2. Tinggi
dalam pelaksanaan
penerapan komunikasi
SBAR saat overan
meliputi:
a. Pengertian
SBAR
b. Tujuan komunikasi
SBAR
c. Mamfaat dari
komunikasi SBAR
d. Pelaksanaan dari
komunikasi SBAR
e. Teknik komunikasi
SBAR
2 Sikap Segala sesuatu yang Kuisione 1. Positif,
Angket Ordinal
dilakukan oleh r Jika hasil ≥ mean
perawat penerapan atau media
komunikasi SBAR 2. Negatif (-)
saat overan sehingga Jika hasil < mean
komunikasi SBAR atau media
bisa dilakukan dengan
baik sehingga
penerapan komunikasi
SBAR dapat di
terapkan dengan baik.

53
3 Motivasi Segala sesuatu yang Kuesioner Angket 1. Positif, Ordinal
menimbulkan Jika hasil ≥ mean
dorongan atau atau media
semangat bagi 2. Negatif (-)
perawat dalam Jika hasil < mean
penerapan komunikasi atau media
SBAR saat overan sift
dengan metode SBAR
dan dapat berjalan
dengan baik

I. Hipotesa

Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap penerapan komunikasi SBAR saat

overan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun

2020

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap penerapan komunikasi SBAR

saat overan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun

2020

Ha : Ada hubungan sikap terhadap penerapan komunikasi SBAR saat overan oleh

perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun 2020

Ho : Tidak ada hubungan sikap terhadap penerapan komunikasi SBAR saat

overan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun

2020

Ha : Ada hubungan motivasi terhadap penerapan komunikasi SBAR saat overan oleh

perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun 2020

54
Ho : Tidak ada hubungan motivasi terhadap penerapan komunikasi SBAR saat

overan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Semen Padang Hospital Tahun

2020

55
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono & Yudianto (2010) membenagun Budaya Keselamatan Pasien Dalam


Praktek Kedokteran. Yogjakarta: Penerbit kanisius
Fajri Hermad (2015) Hubungan pengetahuan dan motivasi perawat dalam
penerapan Komunikasi efektif SBAR
Joint Commision Internasional (2010) Standar Akreditasi Rumah sakit. Enam
Sasaran Keselamatan Pasien. Edisi 1
Joint Commision Internasional (2011) Standar Akreditasi Rumah sakit. Enam
Sasaran Keselamatan Pasien. Edisi 2
Kemenkes RI, (2015) Standar Manejemen Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan. Menuju pasient safety Jakarta ; Penerbit Direktorat Yan.
Kep. Dirjen Yan. Med
Learnard. (2014). Structured communication: improving patient safety with
SBAR. Nursing for women's health, 13(5), 384-390
Mayasari, Fitri. 2011. Faktor Yang Berhunungan Denganpenerapan Timbang
Terima (operan) di RSUD Temangung tahun 2012, skripsi.
Narayan, M.c (2013) Using SBAR Communication in Efforts to Prevent Patient
Rehospitalizations. Di unduh dari www. Nursingcenter.com pada tanggal 05
Juli 2020
Notoatmojo. 2003. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Notoatmojo. 2007. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Notoatmojo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Nursalam. 2011. Menejemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik keperawatan
Profesional , Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Nurusalam (2009) Komunikasi SBAR dalam penerapan ilmu keperawatan.
Jakarta
Permanente, K. (2011). SBAR Technique For Communication: A Situational
BriefingModel, Evergreen, Colorado, USA,(online), (http://www.ihi.org,
diakses 3 Juli 2020)
Raymond & Rodger. (2007). The Structured Communication tool SBAR
(Situation,Backround, Assesment, Rekomendasion) Jakarta.
Setiadi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Sitorus & Riesenberg. 2010. Model Komunikasi dan Praktek Keperawatana
Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Suarli, S & Yayan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan Dengan pendekatan
Praktis. Jakarta: Erlangga
Susanti (2015) Faktor-faktor yang berhungan dengan penerapan Komunikasi
efektif dengan SBAR Di RSUD dr Zainaul Abidin
Word Health Organization (2015) Comuniaction During Patient safety Solution
(online) http://www.Who.int / Patient safety/PS-Solution di unduh tanggal
05 Juli 2020
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL TAHUN 2020

No Kegiatan BULAN
APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 Memilih masalah penelitian
2 Mengajukan judul penelitian
3 Menyusun Proposal Penelitian
4 Konsultasi proposal
5 Semiar proposal
6 Perbaikan proposal
7 Pelaksaan penelitian
8 Penyusunan hasil penelitian dan perbaikan
9 Ujian hasil penelitian dan konsultasi
10 Penyerahan skripsi
Padang, Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

Ns. Andika Herlina, M.Kep Ns. Ibrahim, M.Biomed Sri Loviana


Lampiran 2

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada YTH :
Ibu/Bapak Calon Responden
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan STIKES Syedza Saintika Padang :

Nama : Sri Loviana

Nim : 1802027

Alamat : Banuaran Indah Blok P.19 Padang

Akan mengadakan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT

OVERAN OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP SEMEN

PADANG HOSPITAL TAHUN 2020”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat

yang merugikan bagi saudara responden. Kerahasiaan semua informasi yang

diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Padang, Juli 2020

(Sri Loviana)
Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama


(Lembar Permohonan Responden), saya menyatakan bersedia turut berpartisipasi
sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKes
Syedza Saintika Padang yang bernama Sri Loviana (1802027) dengan judul
penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH PERAWAT
DI RUANG RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL TAHUN 2020”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negative pada saya, sehingga
jawaban yang saya berikan adalah benar adanya dan sesuai dengan kenyataan,
pengetahuan dan pengalaman saya serta dirahasiakan.
Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini
dengan sukarela dan tanpa paksaan siapapun.

Padang , Juli 2020

( )
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Saya menyadari partisipasi ini bersifat suka rela dan tidak menimbulkan
dampak buruk dalam kehidupan saya maka saya bersedia dijadikan responden
peneliti oleh Sri Loviana mahasiswa STIKes Syedza Saintika Padang dengan
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN
KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN OLEH PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL TAHUN 2020”.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya diberikan informasi dan
memutuskan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Padang, Juli 2020

Yang Membuat Pernyataan

( )
Lampiran 5

KISI-KISI KUISIONER

ASPEK YANG JUMLAH


VARIABEL TUJUAN
DINILAI ITEM
Untuk mengetahui
pengetahuan Pengetahuan tentang
Pengetahuan 10
perawat tentang SBAR
SBAR
Untuk mengetahui
Respon perawat
sikap perawat
Sikap tentang komunikasi 10
tentang penerapan
SBAR
komunikasi SBAR
Mengetahui
Dorongan dari dalam
bagaimana
Motivasi diri perawat tentang
motivasi perawat 8
penerapan
tentang
komunikasi SBAR
komunikasi SBAR
Upaya atau yang
Mengetahui
dilakukan oleh
bagaimana apakah
Observasi SBAR perawat tentang 4
komunikasi SBAR
penerapan
dilakukan
komunikasi SBAR
Lampiran 6

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT OVERAN
OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
SEMEN PADANG HOSPITAL
TAHUN 2020

No urut Kuisioner :....... Tanggal :........

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan ini sebelum memilih jawaban

2. Berilh tanda (x) pada jawaban yang dipilih

3. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam kuisioner ini

4. Data yang dikumpulkan semata-mata untuk keperluan ilmiah yang dijaga

kerahasiaannya

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. NAMA :.......................................

2. UMUR :...........TH

3. JENIS KELAMIN :......................

4. PENDIDIKAN : a. S1 KEP +NERS

b. D3 KEP
B. PERTANYAAN KUISIONER

1. PENGETAHUAN (KNOWLADGE)

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (x) sesuai dengan apa

yang anda ketahui dan anda lakukan dalam merawat pasen.

1. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr/ Sdri, mengetahui apa yang dimaksud dengan

komunikasi SBAR ?

a. Suatu proses penyampaian informasi dari suatu pihak kepada pihak lain 0

b. Suatu proses penyampaian informasi atau teknik yang menyediakan


1
kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang

kondisi pasien

c. Suatu komunikasi antara perawat dalam melakukan tindakan keperawatan


0
kepada pasien

d. Suatu penyampaian informasi penting yang dilakukan oleh perawat saat


0
melaporkan pasien kepada dokter

2. Kapan saja perawat bisa melakukan komunikasi SBAR ?

a. SBAR dilakukan pada saat akan memberikan tindakan keperawatan 0

b. Komunikasi SBAR dilaksanakan pada saat akan memberikan tindakan


0
keperawatan

c. SBAR bisa dilakukan ketika KATIM akan memberikan instruksi kepada


0
perawat pelaksana
d. SBAR bisa dilakukan oleh perawat saat overan antar shift dan SBAR juga
1
bisa dilakukan saat pelaporan darurat kepada dokter

3. Apa tujuan dari komunikasi SBAR ?

a. Suatu polusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan untuk


1
menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima,

transfer pasien, percakapan dan panggilng telpon

b. Komunikasi SBAR bertujuan untuk mempermudah pekerjaan petugas


0
baik dalam melakukan timbang terima

c. Komunikasi SBAR bertujuan untuk melaporkan kondisi pasien khususnya


0
kepada dokter penanggung jawab

d. Komunikasi SBAR bertujuan untuk menyampaikan kondisi pasien pada


0
saat pasien akan pulang

4. Bagaimana teknik komunikasi SBAR yang baik dan benar ?

a. Kaji kondisi pasien, kumpulkan data-data yang diperlukan yang


1
berhubungan dengan pasien, pastikan diagnosa pasien, laporkan dan catat

rekomendasi apa yang akan dilakukan oleh petugas selanjutnya

b. Mengkaji keluhan pasien yang saat sekarang dialami dan melaporkan


0
kondisi pasien tersebut kepada dokter

c. Melakukan komunikasi dengan tim selanjutnya jika pasien mengalami


0
permasalahn
d. Melaporkan kondisi pasien dengan cara mencatat keluhan pasien dan
0
memberikan rekomendasi kepada teman selanjutnya

5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri perawat, urutan langkah dalam penerpan

komunikasi SBAR ?

a. Pengakajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi /


0
pelaksanaan dan evaluasi

b. Diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi/ pelaksanaan,


0
evaluasi dan pengkajian, rekomendasi selanjutnya

c. Pengakajian situasi pasien saat ini, gambaran keadaan saat ini yang
1
berhubungan dengan keluhan pasien, kesimpulan dari analisa yang

telah dilakukan dan rekomendasi yang akan dilakukan

d. Pengkajian, perencanaan dan rekomendasi tindak lanjut dari


0
permasalahan

6. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, ketahui tentang overan dengan teknik SBAR

dibagian Background ?

a. Gambaran riwayat / hal yang berhubungan dengan kondisi atau masalah


1
pasien saat sekarang sepert : tanda-tanda vital pasien, keluhan yang

dirasakan saat ini

b. Gambaran keluhan pasien 2 bulan yang lalu dan hasil pengkajian yang
0
kita temukan
c. Gambaran alasan pasien masuk rumah sakit sampai sekarang 0

d. Menggambarkan situasi yang dialami oleh pasien pada riwayat

pendukung 0

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/sdri, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan proses penerapan komunikasi SBAR dilakukan disetiap unit saat

timbang terima ?

a. Pengetahuan, sikap, motivasi, fasilitas dan peralatan untuk menunjang


1
pelayanan kesehatan

b. Pengorganisasian pekerjaan perawat dan jumlah pasien yang banyak


0
c. Lingkungan fisik yang tidak mendukung, motivasi kepala ruangan tidak
0
ada

d. Lingkungan kerja dan teman sangat mempengaruhi penerapan komunikasi


0
SBAR

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam

penerapan komunikasi SBAR overan ?


0
a. Mengumpulkan data perkembangan pasien

b. Menafsirkan (menginterpretasikan ) perkembangan pasien 0


c. Mengkaji keluhan pasin dan melaporkan kepada tim selanjutnya tentang
0
keluhan pasien
d. Melaporkan keadaan pasien mulai dari situasi, background, assesment,
1
rekomendasi sesuai dengan keadaan pasien dan tindakan yang akan

dilakukan oleh tim selanjutnya

9. Menurut Bapak/Ibu?Sdr/Sdri, apa saja manfaat bagi rumah sakit, apabila

proses timbang terima dengan teknik SBAR dapat dijalankan dengan baik ?

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan / keahlian perawat 0

b. Memberikan keselamatan pasien safety bagi pasien


0
c. Dapat menghindari pengulangan instruksi dalam pemberian asuhan
0
keperawatan

d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sehingga terjalannya pasien


1
safety dirumah sakit da tidak terjadi kesalahan perawat dalam melakukan

tugas sebagai perawat

10. Apa yang dimaksud dengan overan dengan menggunakan SBAR ?

a. Membuat catatan perawatan secara detail setiap hari didalam status pasien
0
b. Membuat catatan perawatan sesuai dengan perkembangan pasien dengan
0
SBAR

c. Serah terima antara shift selanjutnya dengan motede SBAR yang


1
menjelaskan tentang situasi, background pasien dan rekomendasi yang

akan dilakukan

d. Suatu metode tentang serah terima antara perawat dengan petugas lainnya
0
2. SIKAP PERAWAT

SS : SANGAT SETUJU (4) S :SETUJU (3)

TS : TIDAK SETUJU (2) STS :SANGAT TIDAK SETUJU (1)

N
PERTANYAAN SS S TS STS
O
1 Saya akan menggunakan teknik
komunikasi SBAR pada saat overan
2 Saya akan melakukan overan dengan
shift selanjutnya dengan metode
SBAR
3 Saya tidak akan melakukan
komunikasi SBAR pada saat pasien
banyak
4 Saya tidak akan menerapkan
komunikasi SBAR saat overan karena
memakan waktu yang lama
5 Saya tidak melakukan komunikasi
SBAR karena tidak berpengaruh
terhadap keselamatan pasien
6 Saya akan melakukan penerapan
komunikasi SBAR karena komunikasi
SBAR bagian dari pasien safety
7 Saya tidak akan melakukan
komunikasi SBAR saat overan karena
komunikasi SBAR hanya bisa
dilakukan untuk pelaporan pasien
emergency
8 Saya merasakan overan dengan SBAR
merupakan sangat penting
9 Saya merasa komunikasi SBAR hanya
sekedar formalitas yang tidak
memiliki peran saat melaksanakan
overan
10 Saya merasa komunikasi SBAR harus
di ikuti karena merupakan hal yang
penting untuk memaksimalkan
intervensi keperawatan yang saya
berikan kepada pasien
3. MOTIVASI PERAWAT
SS : SANGAT SETUJU (4) S :SETUJU (3)

TS : TIDAK SETUJU (2) STS :SANGAT TIDAK SETUJU (1)

N JAWABAN
PERTANYAAN
O SS S TS STS
1 Saya memiliki keinginan untuk
menggunakan komunikasi SBAR saat
overan
2 Saya memiliki keinginan untuk tidak
menggunakan overan dengan teknik
biasa karena teknik SBAR bisa
membantu dalam melakukan tugas
selanjutnya
3 Saya memilki keinginan sendiri untuk
merubah kebiasaaan yang belum
menerapkan komunikasi SBAR
4 Saya memiliki keinginan untuk
melaksanakan komunikasi SBAR saat
timbang terima berdasarkan standar
komunikasi SBAR
5 Saya tidak memiliki keinginan untuk
melakukan komunikasi SBAR karena
komunikasi SBAR penjabaran terlalu
panjang
6 Saya tidak akan mengajak teman-
teman untuk melakukan komunikasi
SBAR karena belum ada terlhat
manfaatnya
7 Saya tidak akan menggunakan
komunikasi SBAR saat overan karena
saya belum diberi ilmu tentang
komunikasi SBAR
8 Saya akan melakukan komunikasi
SBAR sebagian dari pasien safety
Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN HASIL PENERAPAN


PELAKSANAAN KOMUNIKASI SBAR

Nomor perawat (kode) :


Ruang :
Hari/tanggal :

TIDAK
No PERTANYAAN DISAMPAIKAN
DISAMPAIKAN
Situation
Ketika overan perawat
Menyebutkan :
a. Nama pasien 1
b. Umur/Tanggal masuk 1
1
c. Tanggal Masuk 1
d. Hari Rawatan 1
e. Diagnosa Medis 1
f. Masalah keperawatan 1
saat overan
Background
Saat overan disampaikan :
a. Keluhan utama pasien 1
b. Riwayat penyakit 1
2
c. Intervensi yang telah 1
dilakukan perawat
d. Respon pasien 1
e. Terapi medis 1
3 Assesment
Setiap overan dinas
menyebutkan :
a. Hasil pengkajian pasien 1
terkini
b. Tanda vital 1
c. Skala nyeri 1
d. Tingkat kesadaran 1
e. Resiko jatuh 1
f. Hasil pemeriksaan 1
penunjang
Recommedation :
Setiap overan dinas
disampaikan:
a. Rekomendasi NCP yang 1
4
perlu dilanjutkan termasuk
discharge planning
b. Edukasi pasien atau 1
keluarga

Anda mungkin juga menyukai