Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang


nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin di
hadapinya. Thomas W. Zimmer mengungkapkan bahwa kewirausahaan
merupakan proses penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan mencari peluang yang di hadapi setiap orang dalam setiap hari.

Meskipun banyak yang mengartikan konteks wirausaha namun ada


seseorang yang mengartikan wirausaha itu tidak selalu berarti perdagangan
atau manajer tetapi juga seseorang yang unik yang memiliki keberanian dalam
mengambil resiko dan memperkenalkan poduk-produk inovatif serta teknologi
baru dalam perekonomian. Menurut dia hanya sedikit pengusaha yang dapat
melihat ke depan dan inovatif yang dapat merasakan potensi penemuan baru
dan memanfaatkanya. Setelah inovasi tersebut berhasil di perkenalkan oleh
wirausaha maka pengusaha lain mengikutinya sehingga produk dan teknologi
baru tersebut tersebar dalam kehidupan ekonomi.

B. TUJUAN

Untuk mengetahui peran kewirausahaan terhadap profesi kesehatan,


keperawatan, kebidanan, analis kesehatn, farmasi dan untuk mengetahui
disiplin ilmu yang terkait dengan kewirausahaan dalam ilmu ekonomi, ilmu
komunikasi, ilmu kepemimpinan, ilmu organisasi dan management, ilmu
psikologi.

1
C. MANFAAT

Sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan untuk tenaga


kesehatan mengenai Keterkaitan Kewirausahaan dengan Disiplin Ilmu lain.
Serta menjadi sumber referensi bagi mahasiswa untuk mengetahui peran
kewirausahaan terhadap profesi kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran kewirausahaan terhadap Profesi Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan, Analis Kesehatan, Farmasi dll.
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang
bermakna seseorang yang melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise
(perdagangan) atau venture (bisnis) yang dihubungkan dengan pengambilan
resiko kegiatan.
Entrepreneur adalah seseorang yang menerima tanggung jawab dan
resiko untuk menemukan dan menciptakan peluang unik dengan
menggunakan talenta, keterampilan dan energi serta menerapkan proses
perencanaan strategik untuk mentransfer peluang tersebut menjadi pelayanan
atau produk yang layak dipasarkan. Jadi seorang
perawat entrepreneur memberikan pelayanan keperawatan yang berupa usaha
bisnis yang menawarkan pelayanan dan asuhan keperawatan langsung,
pendidikan, penelitian, administratif atau memberikan konsultasi.
1. Keterkaitan Kewirausahaan Terhadap Profesi Keperawatan
Nurse Enterpreneur adalah Perawat yang memperkerjakan dirinya
sendiri (self-employed), bertanggunggugat/akuntabel langsung kepada
klien penerima pelayanan jasa. Pelayanan klinis yang diberikan bisa
bersifat langsung, maupun melalui subkontrak yang dijalankan secara
resmi atau oleh organisasi sektor swasta. Sedangkan nurse intrapreneur
adalah perawat yang digaji karena mengembangkan, mempromosikan
dan memberikan program kesehatan/keperawatan yang inovatif atau
kegiatan pengembangan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan
tertentu.
Entrepreneurship keperawatan lazimnya melibatkan empat
pemangku kepentingan utama, yaitu perawat, konsumer, organisasi
profesi dan masyarakat. Tiap pemangku kepentingan ini mempengaruhi

3
evolusi entrepreneurship dalam keperawatan pada kisaran hak, tanggung
jawab dan harapan. Konsumer menuntut asuhan yang lebih individual
dan efektif. Perawat menuntut peluang mempraktikkan keterampilan dan
menerapkan pengetahuan yang akan meningkatkan kepakarannya dalam
asuhan keperawatan dan memberikan kepuasan kerja. Masyarakat
menuntut pelayanan kesehatan yang aman dan lebih cost-effective, serta
organisasi profesi melobi untuk kepentingan praktisi di dalam lingkungan
yang akan memfasilitasi pemberian asuhan yang berkualitas, mengakui
dan menghargai perawat atas kontribusi penting bagi kesejahteraan
masyarakat.
Perawat/ners professional dalam entrepreneurship memberikan
bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan karena
ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara
mandiri dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Bantuan diarahkan
pada pemberian pelayanan kesehatan utama dalam upaya menghasilkan
suatu perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk memampukan
semua orang mencapai kehidupan yang produktif.
Ners entrepreneur juga harus secara aktif terlibat dalam penyusunan
kebijakan dan standar. Legalitas terkait dengan lingkup praktik, badan
apa yang menetapkan hak untuk praktik, apa kriteria yang harus dimiliki,
bagaimana mekanisme peraturannya, tuntutan hukum dan asuransi apa
yang direkomendasikan, apakah memerlukan kontrak kerja, bagaimana
menjamin keamanan dan kerahasiaan catatan. Perlu diingat bahwa
catatan adalah properti praktik, namun informasi merupakan properti
klien. Ners entrepreneur harus menjaga kredibilitas professionalnya,
mereka harus kompeten dan akuntabel, sementara tanggungjawab
mendasar ada pada individu perawat. Sebagai Ners entrepreneur,
kemandirian dalam praktik menjadi sangat mutlak, karena akuntabilitas
keputusan dan tindakan yang dilakukan menjadi tanggung jawab perawat
itu sendiri. Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu
“nurse’ dan “Entrepreneur”.

4
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
a. Pengerahan Diri : Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa
nyaman bekerja untuk diri sendiri.
b. Pengasuhan Diri : Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat
tak seorang pun memilikinya.
c. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan,
mengaktualisasi kan dan mengubah ide – ide Anda menjadi
kenyataan.
d. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara
emosional, mental dan fisik.
e. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu
menghadapi resiko.

Model Entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan


diketahui adanya peluang, mampu menggunakannya, kemudian jika
terdapat hambatan, mampu mengatasi hambatan yang ada. Diperlukan
juga kemampuan cara melakukan entrepreneurship itu sendiri sehingga
tercipta usaha baru (peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat
menjadi entrepreneur dibagi menjadi:

a. Trend demografi : Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya


memerlukan perawatan dalam menjalani hidupnya. Dalam
menjalani pengobatan mungkin beberapa klien memerlukan
penjagaan atas privacynya sehingga memerlukan pelayanan secara
khusus.
b. Kesempatan di falitas kesehatan : Terlibat dalam produksi atau
pendistribusian suplemen yang baik untuk pasien di rumah sakit.
Mungkin kedepannya tidak menutup kemungkinan rumah sakit
akan melakukan outsourcing tenaga perawat untuk memotong
besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya rumah sakit tidak akan
memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat pasien

5
yang sangat banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit
bisa menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.
c. Trend sosial : Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap
kesehatan seseorang sehingga untuk tetap sehat membutuhkan
perawatan untuk mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini
focus kepada kelompok – kelompok tertentu seperti klub jantung
sehat.
Peluang – peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan
oleh perawat karena perawat di rumah sakit sangat dekat dengan
pasien, namun untuk memanfatkan peluang tersebut perawat sering
menghadapi hambatan – hambatan diantaranya: isu malpraktek,
tidak punya hak istimewa dari rumah sakit, padangan skeptis dari
beberapa dokter tentang peran independen perawat, dan ketakutan
rumah sakit akan menurunnya kedisiplinan perawat. Berikut,
hambatan dalam Ners Enterpreneur :
a. Aspek legal : Perawat dalam menjalankan entrepreneurship-nya
sering dihantui oleh sangsi hukum, oleh karena itu banyak
perawat berharap untuk disahkannya RUU praktik
keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang harus dikuasai
bukan hanya tentang perawat tentunya undang – undang atau
peraturan hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.
b. Etik dan konflik personal : Banyak perawat beranggapan
bahwa berbisnis bertentangan dengan kode etik dan nilai
perawat dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian
masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari
terjadinya konflik personal perawat lebih suka bekerja di klinik
tempat praktek dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri dari
perawat dinilai tidak ada oleh masyarakat atau dengan kata lain
tidak kompeten dan menjadi perawat tidak survive untuk
menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.

6
c. Hambatan dari pengetahuan : Kemampuan perawat dalam
memulai bisnis belum terlihat hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan mengembangkan perencanaan bisnis
(akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi, hukum,
perencanaan, insurance, anggaran, pendanaan, negosiasi,
penagihan, keterampilan klinik dan keperawatan). Manajemen
perawat lebih difokuskan kepada manajemen pasien tidak
kepada manajemen perusahaan dan masih banyak perawat
beranggapan bahwa masyarakat hanya membutuhkan rumah
sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan, kalau
berbisnis mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak
banyak perawat kesulitan dalam memulai usaha baru.

Solusi : Untuk mengatasi masalah diatas diantaranya


dengan cara :
a. Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan tentunya
kepada perawat yang sudah menjadi Entrepreneur sejati
harus terpanggil jika menginginkan terbentuk perawat yang
berjiwa Entrepreneur. Sehingga perawat berani memulai
bisnis baru.
b. Perawat harus membuat komuniti perawat Entrepreneurship
sehingga dapat menggali potensi bisnis perawat,
mengetahui tren bisnis perawat yang baru dan membuat
arahan – arahan yang positif untuk meningkatkan income
bagi bisnis perawat.
c. Organisasi profesi harus mampu membuat dan
mengembangkan area – area Entrepreneurship perawat
termasuk perlindungan hukumnya.
d. Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis
perawat, terhubung dengan trend bisnis baru dan

7
meningkatkan arahan – arahan untuk meningkatkan
praktek.
e. Perawat harus memperbaiki mental Entrepreneurnya dan
mempelajari peran – peran seorang Entrepreneur.
f. Kerjasama dengan pihak – pihak lain seperti rumah sakit,
pemerintah dan swasta yang dapat dijembatani oleh
organisasi profesi.

2. Keterkaitan Kewirausahaan Terhadap Profesi Kebidanan


Kewirausahaan dalam praktik kebidanan adalah
Sebuah mindset dan method yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai
wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek
profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan
mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang
dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.
a. Bidan Praktek Swasta
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang
dijalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau berprofesi
sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek bidan yang mereka
jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan
dengan gaji bulanan mereka.
Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita,
kesehatan ibu dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan
dan pemeriksaan balita tahap awal. Besarnya tarif biasanya
disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka tinggal dan kesenioritasan
yang mencangkup keahlian bidan tersebut.
Pelayanannya-pun semakin hari semakin inovatif. Ada bidan yang
memberikan tambahan pelayanan dengan menjemput pasien yang
akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si pasien pun diantar pulang
setelah proses persalinan.

8
1) Persalinan.
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah
ibu hamil, anak balita, wanita usia subur, pasangan usia subur
dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan
yang paling sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan.
Untuk pasien persalinan, pertama-tama biasanya dilakukan
anamnesa atau pertanyaan seputar nama dan umur pasien,
kapan mulai dirasakan kencang-kencang, kapan mens terakhir
dan pemeriksaan BB/TB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
umum seperti pemeriksaan tensi, suhu, nadi dan dilihat keadaan
umum ibu tersebut apakah dalam kondisi baik atau tidak.
Kemudian dilakukan analisa lengkap dan pemeriksaan
obstetri terhadap kandungan tersebut lalu berlanjut ke
pemeriksaan dalam. Dan jika memang dirasa kehlahiran akan
terjadi dilakukan pemeriksaan sekitar 4 jam sekali jika
pembukaan sudah diatas 4. Pemeriksaan sebelumnya juga harus
dilakukan untuk pendeteksian faktor resiko apakah termasuk
kehamilan normal atau yang berisiko sehingga dapat dilakukan
penanganan untuk mengantisipasi.
2) Peralatan & Ruang Praktek.
Usaha ini sebenarnya memerlukan peralatan pendukung
yang cukup banyak. Peralatan yang digunakan dalam praktek
bidan swasta meliputi alat tensi, timbangan injak, timbangan
bayi, metlin, dopler, lineks, stetoskop, HB set, partus set,
perlak, scoop, sarung tangan dan sepatu boot. Selain itu,
peralatan yang tak kalah pentingnya yang harus dimiliki adalah
meja ginekologi, lampu sorot, sterilisator, kateter, tutup rambut,
kacamata, isap lendir, sungkup, penjepit tali pusar, haeting set,
box bayi, inkubator, kamar VK atau kamar persalinan dan
kamar biasa serta harus dilengkapi dengan obat-obatan yang 3
dan infus.

9
Untuk ruangan praktek, disarankan minimal
mempunyai 4 ruang (kamar). Satu ruang difungsikan sebagai
kamar VK (kamar bersalin), satu ruang lagi untuk perawatan
dan 2 buah ruang untuk dijadikan kamar ibu hamil setelah
bersalin. Hal penting yang harus diperhatikan adalah
kelengkapan peralatan yang menunjang untuk persalinan dan
pemeriksaan ibu dan anak, sterilisasi akan peralatan tersebut
dan kebersihan akan 3B yakni bersih alat, bersih tempat dan
bersih penolong.
3) Kendala
Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan
swasta ini biasanya hanya seputar masalah teknis persalinan.
Salah satu contohnya adalah anjuran untuk belum saatnya
mengejan tapi ternyata pasien tidak mengindahkannya dan
tetap mengejan. Tentu hal ini sangat merepotkan apabila bidan
tidak terbiasa menangani hal seperti itu.
Selain kendala diatas, untuk jasa praktek bidan swasta
yang berada di wilayah pedesaan, kendala yang sering
dirasakan adalah apabila ibu hamil tinggal di daerah
pegunungan dan jalan menuju daerah tersebut sulit dijangkau.
dan hal ini memang sering terjadi, mengingat rata-rata kondisi
jalan daerah pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota.
Untuk jam praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh
nonstop. Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang
sering tidak bisa diperkirakan. Ini merupakan resiko jika
mereka benar-benar terjun di usaha ini.

3. Keterkaitan Kewirausahaan Terhadap Profesi Analis Kesehatan


Organisasi adalah kesatuan atau kelompok kerjasama untuk
menggerakkan aktivitas guna mencapai tujuan. Komponen dalam
kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenis dan jenjang

10
laboratorium dan pada dasarnya mengikuti struktur organisasi masing-
masing laboratorium. Laboratorium kesehatan harus berbentuk badan
hukum, mempunyai struktur organisasi dan harus terpampang serta
terlihat dengan jelas.
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi
pekerjaan, serta susunan personalia yang mengelola laboratorium
tersebut. Penanggung jawab tertinggi organisasi di dalam laboratorium
adalah Kepala Laboratorium. Kepala Laboratorium bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan yang dilakukan dan juga bertanggung jawab
terhadap seluruh peralatan yang ada. Para anggota laboratorium yang
berada di bawah Kepala Laboratorium juga harus sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dibebankan padanya.
Untuk mengantisipasi dan menangani kerusakan peralatan diperlukan
teknisi yang memadai.

a. Tata Kerja di Laboratorium Klinik


Tata kerja menggambarkan sistem aliran kegiatan dalam organisasi
dalam hal ini laboratorium hingga laboratorium tersebut berfungsi.
Agar fungsi laboratorium tersebut produktif, perlu diterapkan
beberapa prinsip, proses, deskripsi pekerjaan dan alur kerja.

b. Prinsip Tata Kerja


Prinsip tata kerja tersebut antara lain adalah keamanan (security/
safety), kesederhanaan (simpilcity), efektivitas dan efisiensi
(effectiviness and efficiency), keadilan (equity), kualitas (quality),
kelestarian (sustainability), tanggung jawab (responsibility) dan
kesejahteraan (welfare). Secara singkat contoh prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
Security and safety :
 Keamanan dalam tata kerja laboratorium pra-analitik, analitik,
pasca-analitik.

11
 Keamanan dalam tata kerja administrasi yang memerlukan
kerjasama, partisipasi dan tanggung jawab karyawan tim yang
berkaitan.
Simplicity :
 Kesederhanaan prosedur administrasi hingga birokrasi
diperpendek dan prosedur tetap tes pra-analitik, analitik, dan
pasca analitik.
Efficiency & Effectiveness :
 Semua bertanggung jawab atas kecepatan prosedur tata kerja
hingga dapat selesai tepat waktu.
Equity :
 Keadilan dalam prosedur tata kerja antara lain tak membedakan
gender dan kaya miskin dalam pelayanan.
Quality :
 Kualitas hasil tata kerja administrasi maupun hasil laboratorium
harus baik.
Responsibility :
 Tanggung jawab semua karyawan sesuai deskripsi pekerjaaan dan
tata kerja sesuai tugasnya.
Welfare :
 Kesejahteraan karyawan maupun pengguna jasa misalnya
memberi kemudahan bagi yang tak mampu untuk tetap
meningkatkan kesehatan.
Sustainability :
 Kelestarian pengembangan fungsi laboratorium hingga terjadi
perbaikan berkelanjutan (continous improvement).

c. Proses Tata Kerja


Tata kerja adalah aturan atau mekanisme fungsi unit, seksi atau sub
unit di laboratorium klinik dengan prinsip partisipatif, profesional dan
kebersamaan kerja untuk mencapai sasaran. Koordinasi menyeluruh

12
oleh kepala laboratorium dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi hasil. Untuk jelasnya diberikan
pengertianpengertian sebagai berikut:
1. Koordinasi adalah suatu upaya/usaha pimpinan untuk
menyelaraskan kegiatan masing-masing petugas dalam organisasi
dengan maksud agar supaya semua kegiatan yang terkait dapat
diselesaikan tepat waktu sesuai rencana dengan hasil tepat sasaran
atau target. Hal ini dapat dilaksanakan dengan jalan mengadakan
rapat-rapat baik formal maupun non formal yang membahas
berbagai hambatan yang dihadapi oleh berbagai petugas atau
seksi/sub unit organisasi. Dalam pembahasan tersebut diharapkan
akan mencapai kesepakatan bersama apa yang harus dilakukan agar
dapat mengatasi hambatan-kelemahan dan meningkatkan
kesempatan-kekuatan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
2. Perencanaan adalah proses atau kegiatan menetapkan apa yang
akan kita kerjakan di masa yang akan datang baik mengenai waktu,
jumlah, dan mutunya dalam rangka mencapai sasaran tertentu. Bila
perencanaan tersebut dapat dicapai dan diselesaikan dengan lebih
baik dan rinci maka tujuan usaha ini dapat dicapai dan diselesaikan
dengan lebih memuaskan karena dapat diselesaikan menurut urutan
tingkatan penting dan yang kurang penting. Perencanaan biasanya
dibagi menjadi jangka panjang misal untuk 10-25 tahun, jangka
menengah untuk lima tahun dan jangka pendek atau rencana
tahunan.
3. Organisasi dan Pelaksanaan adalah pelaksanaan atau tata kerja
berdasarkan organisasi yang ada atau yang dibentuk, semua
kegiatan laboratorium klinik selama 24 jam (laboratorium pagi,
sore dan malam, laboratorium rawat darurat dan laboratorium
intensif). Pelaksanaan kegiatan selalu berlandaskan efektivitas,
efisiensi dan produktifitas.

13
a. Efektivitas adalah evaluasi atau penilaian tentang apakah
kegiatan telah dilakukan sesuai dengan yang direncanakan baik
mengenai waktu kerja maupun mengenai mutu dan volume
kerja.
b. Efisiensi adalah suatu evaluasi terhadap suatu proses atau
kegiatan dengan jalan mengukur masukan (input) dengan
keluaran (output), atau antara sumber daya yang digunakan
dengan hasilnya, atau satuan biaya tertentu dengan hasilnya.
c. Produktivitas dapat didefinisikan dengan efisiensi penggunaan
sumber daya tertentu dalam menghasilkan output. Cara
pengukurannya antara lain adalah sebagai berikut:
 Keluaran/ hasil (output) per jam orang.
 Keluaran/ hasil (output) per unit modal.
4. Pengawasan adalah segala upaya yang harus dilakukan oleh atasan
langsung dengan maksud agar segala sasaran atau rencana yang ingin
dilakukan dapat terlaksana dengan baik. Upaya - upaya dilakukan
dalam pengawasan itu banyak bentuk serta variasinya. Apa saja yang
harus diketahui agar supaya pengawasan dapat dilakukan antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Apa yang harus dikerjakan, misalnya :
 Membuat laporan jumlah dan jenis tes laboratorium yang
dikerjakan setiap harinya
 Memastikan mutu hasil tes laboratorium yang diberikan
kepada pasien
 Menghitung waktu yang tersedia untuk melakukan setiap tes
laboratorium
b. Sumber daya yang dipakai untuk pekerjaan atau tes tersebut :
 Tenaga kerja misalnya tenaga administrasi atau analis.
 Bahan - bahan misalnya formulir permintaan dan formulir
jawaban tes.
 Peralatan operasional dan telah distandarisasi.

14
 Fasilitas lainnya misalnya aliran listrik dengan tegangan
tetap, air bersih, AC, dan lain lain.
c. Proses dan progres/ kemajuan :
 Apakah menggunakan sumber daya yang tersedia dengan
baik atau apa ada masalah?
 Apakah dalam waktu yang tersedia dapat diselesaikan, atau
apa ada masalah?
 Apakah dengan biaya yang pantas misalnya tes tidak
diulang-ulang yang meningkatkan biaya?
 Apakah hasil tes dengan mutunya sesuai dengan mutu
standar misalnya pada pemantapan mutu eksternal (pme)
nilainya baik?
 Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah tersebut?
d. Segera mengetahui bila terjadi hambatan :
 Apa yang terjadi misalnya hasil tes tak cocok dengan
penyakitnya.
 Apa sebabnya misalnya aliran listrik dan tegangannya.
 Cara mengatasinya misalnya stabilitas aliran listrik dan
memisahkan dengan fungsional lain, standarisasi ulang,
gangguan alat dan sebagainya.
e. Apa yang dilakukan dalam mengatasi hambatan itu :
 Siapa yang melakukan
 Bagaimana caranya
 Berapa biayanya
 Kapan selesainya
f. Bila pekerjaan selesai :
 Berapa waktu penyelesaiannya.
 Bagaimana mutu hasil tes.
 Bagaimana biayanya dibandingkan dengan biaya
operasionalnya.

15
g. Bagaimana pekerjaan dapat lestari :
 Prasarana laboratorium, air, listrik dan lain-lain baik.
 Sarana: alat, reagen dan lain-lain tersedia dan diperkirakan
tidak kadaluwarsa.
 Sumber daya Manusia (SDM) terlatih untuk tiap kegiatan
tersedia.
h. Stabilitas ekonomi, politik dan keamanan yang mendukung
fungsi laboratorium klinik serta strategi pemasaran yang berhasil
untuk pengembangan laboratorium.

5. Evaluasi Hasil adalah penilaian hasil kegiatan apakah sesuai dengan


perencanaan, apakah ada hambatan-kelemahan hingga perlu analisis
SWOT untuk mengurangi hambatan-kelemahan dan meningkatkan
kesempatan kekuatan.

B. Disisplin Ilmu yang terkait dengan kewirausaahaan : ilmu ekonomi, ilmu


komunikasi, ilmu kepemimpinan, ilmu organisasi dan manajemen, ilmu
psikologi.
1. Hubungan Kewirausahaan dengan Ilmu Ekonomi
a. Wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai seorang inovator dan
penggerak pembangunan. Bahkan, seorang wirausaha merupakan
katalis yang agresif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
b. Pertama kali gagasan tentang kewirausahaan dan pertumbuhan
ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif
disampaikan oleh Schumpeter pada tahun 1911. Peningkatan jumlah
wirausaha menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
c. Ada lima alasan yang melatarbelakangi gagasan Schumpeter ini,
yakni: (1) wirausaha yang mengenalkan produk baru dan kualitas
baru dari suatu produk, (2) wirausaha yang mengenalkan metode baru
berproduksi yang lebih komersial, baik berdasarkan pengalaman

16
maupun hasil kajian ilmiah dari suatu penelitian (3) wirausaha yang
membuka pasar baru, baik dalam negeri ataupun di negara yang
sebelumnya belum ada pasar (4) wirausaha yang menggali sumber
pasokan bahan baku baru bagi industri setengah jadi atau industri
akhir, dan (5) wirausaha yang menjalankan organisasi baru dari
industri apapun.

2. Hubungan Kewirausaahan dengan Ilmu Komunikasi


Kehidupan para wirausaha sehari-hari selalu terlibat dengan
menerima dan memberi informasi melalui komunikasi. Oleh sebab itu,
dengan adanya komunikasi di dalam dunia bisnis sangat penting sekali
untuk keberhasilan di dalam kegiatan usahanya.
a. komunikasi itu mengandung proses pemberitahuan, mendengarkan,
dan memahami secara terus menerus dengan menggunakan lambang-
lambang tertentu. Berkomunikasi yang dianggap baik adalah
berkomunikasi yang berlangsung secara timbal balik dan terus
menerus dapat menciptakan saling pengertian semua pihak. Dengan
demikian, komunikasi yang berlangsung secara timbal balik, akan
bermanfaat dalam setiap kesempatan berwirausaha untuk mencapai
tujuan.
b. Salah satu yang paling penting bagi para wirausahawan untuk
mendapatkan sukses di dalam bisnis adalah dengan berkomunikasi
dan interaksi. Jika tidak dapat berkomunikasi maka tidak mungkin
bagi seorang wirausahawan dapat memperoleh kesempatan
berbisnis, baik untuk menciptakan ide-ide, gagasan, maupun cara
mengembangkan usahanya.
c. Di dalam pembinaan kemampuan berkomunikasi ada tiga aspek
yang perlu diperhatikan oleh setiap wirausahawan, yaitu: a.
Berkomunikasi harus dipandang sebagai proses. b. Berkomunikasi
harus menyangkut manusia dan bukan manusia. c. Berkomunikasi
harus menyangkut informasi.

17
3. Hubungan Kewirausahaan dengan Ilmu Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan perilaku seseorang
kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengertian pengarahan dalam
hal ini untuk menyebabkan seseorang tersebut agar bertindak mengikuti
arah yang kita tujukan. Seorang wirausahawan dapat dikatakan berhasil
jika dapat memimpin para bawahannya dengan baik dan benar, dan
seorang pemimpin dapat dikatakan berhasil jika perusahaan / instansi
yang dia pimpin dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai setiap saatnya.
Kita tahu setiap wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda – beda, seorang wirausaha dapat mengembangkan gaya
kepemimpinannya sesuai karakter pribadi dirinya sendiri didalam usaha
untuk memajukan perusahaannya. Tidak heran jika seorang
wirausahawan yang memiliki pribadi baik, rajin, ulet, disiplin, tekun,
mandiri, pintar mengatur strategi maka akan sukses di bidang usahanya.
1) Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
a) Berorientasikan terhadap tugas yang harus dikerjakan untuk
mencapai tujuan sasaran yang akan dicapai, serta merencanakan
dana untuk mencapai sasarannya.
b) Berorientasikan terhadap kewajiban untuk memotivasi dan
membina hubungan antara atasan atau Pemimpin terhadap
bawahannya.
2) Orientasi Tugas Pemimpin Seorang pemimpin cenderung
menunjukkan beberapa pola perilaku seperti berikut :
a) Dapat merumuskan peranan tugas bawahan maupun dirinya
sendiri sebagai pemimpin.
b) Dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang harus di capai
maupun belum tercapai.
c) Dapat menentukan prospek kerja tujuan dan sasaran untuk
mencapai pencapaian berupa presentase.

18
d) Dapat memberikan contoh kepada bawahan sebagai seorang
pemimpin yang baik dan berkualitas sehingga bawahan dapat
mempercayai akan tugasnya yang di kendalikan oleh seorang
pemimpinnya.
e) Memiliki hasrat untuk mencapai peningkatan produktifitas,
kualitas dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pemimpin.

4. Hubungan Kewirausahaan dengan Ilmu Organisasi dan Manajemen


a. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan
b. Organisasi merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
c. Manajemen dapat diartikan sebagai proses dari
perencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan dan pengendalian untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dengan pelaksanaan fungsi manajemen yang baik maka seorang
wirausahawan akan berhasil dalam menjalankan usahanya.

5. Hubungan Kewirausahaan Dengan Ilmu Psikologi


a. Tinjauan kewirausahaan dari perspektif Psikologi lebih terfokus pada
pertanyaan mengapa secara individual ada orang dapat yang
memanfaatkan peluang? Mengapa yang lain tidak? Mengapa ada
pengusaha yang sukses? Mengapa ada yang tidak sukses?
b. Terdapat beberapa karakteristik kepribadian seseorang yang akan
mempengaruhi dirinya dalam cara mengorganisasikan peluang
wirausaha. Kepribadian yang berbeda akan menunjukkan perbedaan
cara dalam menghadapi tantangan meski berada dalam situasi yang
sama.
c. Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang
mempengaruhi mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang
dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1) Kepribadian; tindakan seseorang dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang.

19
2) Motivasi: entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk
menentukan nasibnya sendiri
3) evaluasi diri sifat-sifat kognitif; berpikir dan membuat keputusan

20
ASUMSI KELOMPOK

Menurut kelompok kami setiap tenaga kesehatan dapat menjadi seorang


wirausaha itu benar. Karena, setiap tenaga kesehatan dapat menerapkan wirausaha
dalam bidangnya, ataupun tidak. Dalam memulai berwirausaha seseorang
diharapkan memilki karakteristik seperti tekad, niat, usaha, inovasi, dan modal.

1. Profesi Keperawatan
Begitu banyak lulusan tenaga kesehatan khususunya keperawatan
di Indonesia ini. Tidak semua perawat bekerja di Rumah Sakit, ada
sebagian besar yang ber-wirausaha dengan membuka praktik mandiri atau
home care dan dapat bermitra untuk membuka klinik.
2. Profesi Kebidanan
Sama hal nya dengan Profesi Keperawataan Indonesia juga banyak
meluluskan banyak Tenaga Kesehatan seperti bidan, sehingga sebagian
dari bidan tersebut dapat berwirausaha dengan membuka praktik mandiri
swasta dan dapat bermitra dengan tenaga kesehatan yang lain.
3. Profesi Ahli Tenaga Laboratorium Medik
Profesi ini juga dapat berwirausaha dengan membuka mini
laboratorium dengan tenaga kesehatan lainnya, selain itu juga dapat
menjual alat-alat kesehatan laboratorium.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah
barang dan jasa serta kemakmuran yang menciptalan individu wirausaha yang
memiliki keberanian menanggung resiko, menghabiskan waktu serta
menyediakan berbagai produk barang dan jasa yang dihasilkan wirausaha
yang memilki nilai baru dan berguna.
Sehingga dapat di simpulkan dari beberapa konsep bahwa kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (kreatifitas dan inovasi),
mengorganisasi, mengangung resiko, berorientasi hasil, peluang, kepuasan
pribadi, dan kebebasan. Oleh karena itu jiwa dan perilaku kewirausahaan tidak
hanya di bidang perdagangan tetapi di segala bidang.

22

Anda mungkin juga menyukai