Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia
atau fisika).Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalamproses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akantetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampakyang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya,terbentuklah karbon
dioksida,energy,dan air. Akan tetapi,penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel (Guyton & Hall, 2007).
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
menurut hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan.
Oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut
berlangsung lama akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam proses
pemenuhan kebutuhan adalah sistem pernafasan,persyarafan,dan kardiovaskuler
(Somantri, 2008). Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-
5.000 ml (4,5-51). Udara yang diperoses dalam paru-paru hanya sekitar 10%
(kurang lebih 500 ml),yaitu yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan
(ekspirasi) pada pernafasan biasa (Brunner & Suddarth, 2010).

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Stuktur Sistem Pernafasan1. Sistem pernafasan AtasSistem pernafasaan atas
terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring.Hidung. Pada hidung udara € π yang
masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, danpenghangatanFaring.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara € π dan makanan.
Faringterdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsimenangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk
bersama udara.Laring. Laring merupakan struktur yang merupai € π tulang rawan
yang bisa disebut jakun.Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga
berfungsi mempertahankan kepatenandan melindungi jalan nafas bawah dari air
dan makanan yang masuk.2. Sistem pernafasan BawahSistem pernafasaan bawah
terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.Trakea. π Trakea
merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago
yangmenghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.Paru. Paru-paru
ada π dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiriatas
beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu
bronkus.Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang
bercabang-cabang, yaitualveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisioleh dua lapis pelindung yang disebut pleura.
Pleura pariental membatasi toralk danpermukaan diafragma, sedangkan pleura
visceral membatasi permukaan luar paru. Diantarakedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas gunamencegah gerakan friksi
selama bernafas.Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua
dua yaitu: a. Pernapasan eksternalPernapasan eksternal (pernapasan pulmoner)
mengacu pada keseluruhan proses pertukaranO2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsungdalam tiga langkah,
yakni :1. Ventilasi pulmonerSaat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru
melalui proses ventilasi sehingga terjadipertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi olehbeberapa factor, yaitu
jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasanyang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
sertakomplians paru yang adekuat.2. Pertukaran gas alveolarSetelah oksigen
masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigendari
alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari
areaberkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Prosesini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi
oleh ketebalan membranserta perbedaan tekanan gas.3. Transpor oksigen dan
karbon dioksida Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini,oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbon dioksida diangkut dari jaringankembali menuju paru.b. Pernapasan
internalPernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yangberlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan
oksigen dan menghasilkan CO2 selamaproses penyerapan energi molekul nutrien.
Pada proses ini darah yang banyak mengandungoksigen dibawa ke seluruh tubuh
hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler
paru,pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien
tekanan parsia
1.1.3 Etiologi
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran
pernafasanbagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunyaoksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll 5. kondisi
yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas,muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan. 5.
kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
1.1.4 Klasifikasi
1.1.5 Patofisiologi (Patway)
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa
jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi
tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang
mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-
kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard
terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam
memenuhi kebutuhan oksigen organ (Yeni, 2013). Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui
metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat.
Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara
hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
1. Hiperventilasi Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar pernafasanlebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunanobat-obatan, keseimbangan
asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasiadalah takikardi,
nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atauuntuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (KolapsParu). Tanda-tanda dan
gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunankesadaran,
disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari
defisiensi O2 yang didinspirasi ataumeningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan olehmenurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti
pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung.
Tanda tanda Hipoksiaadalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat,pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
Pathway

1.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan Gejala)


a.

Suara napas tidak normal b.

Perubahan jumlah pernapasan c.

Batuk disertai dahak d.

Penggunaan otot tambahan pernapasan e.

Dispnea. f.

Penurunan haluaran urin g.

Penurunan ekspansi paru h.

Takhipnea
1.1.7 Komplikasi
1.1.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu: 1)

EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi


impuls dan posisi listrik jantung. 2)
Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
3)Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


1.Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a.Pembersihan jalan nafas
b.Latihan batuk efektif.
c.Suctioning
d.Jalan nafas buatan
2.Pola Nafas Tidak Efektif
a.Atur posisi pasien ( semi fowler )
b.Pemberian oksigen.
c.Teknik bernafas dan relaksasi
3.Gangguan Pertukaran Gas
a.Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b.Pemberian oksigen
c.Suctioning

1.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Disesuaikan dengan kasus klien
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian Keperawatan
1.      Identitas
Identitas pasien, mencakup:
a.       Nama
b.      Alamat
c.       Umur
d.      Status
e.       Agama
f.        Suku bangsa
g.      Pendidikan
h.      Pekerjaan
i.        Tempat/tanggal lahir
j.        No. CM
k.      Diagnose medis
Identiras Penanggung jawab :
a.       Nama
b.      Alamat
c.       Tempat/tanggal lahir
d.      Status
e.       Agama
f.        Suku bangsa/bangsa
g.      Pendidikan
h.      Pekerjaan
i.        Hubungan dangan pasien
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O 2 dan CO2 antara lain:
batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan
nyeri dada.
a)            Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya, hubungannya dengan
aktivitas, adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau, jumlah karena hal
itu menunjukkan keadaan dari proses patologis. Jika ada infeksi sputum akan
berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru,
sputum berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah yang
banyak.
b)            Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan sebagai perasaan
subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah pasien sesak saat berjalan, dll.
c)            Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan ini biasanya
menandakan adanya kelainan berupa bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru,
cystic fibrosis, upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia,
kanker paru, dan abses paru.
d)            Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti gangguan konduksi
(disritmia), perubahan kardiak output, kerusakan fungsi katup, atau infark, dll.
Paru tidak memiliki saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh
iga, otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
1)      Waktu terjadinya sakit
a)      Berapa lama sudah terjadinya sakit
2)      Proses terjadinya sakit
a)      Kapan mulai terjadinya sakit
b)      Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3)      Upaya yang telah dilakukan
a)      Selama sakit sudah berobat kemana
b)      Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4)      Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
a)      TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
b)      Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky, wheezing.

c.    Riwayat kesehatan terdahulu


1)      Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru – paru, emfisema,
dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
a)      Usia mulai merokok secara rutin
b)      Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
c)      Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2)      Pengobatan saat ini dan masa lalu
3)      Alergi
4)      Tempat tinggal
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
a)      Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang.
b)      Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu. Asma bisa juga terjadi akibat konflik keluarga.
c)      Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi
udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya penyakit tapi bisa
memperberat.
e.    Genogram
f.     Riwayat kesehatan lingkungan.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa 1:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi, 
bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang kental, adanya wheezing,RR
meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR meningkat (lebih dari 100x/mnt), napas
dangkal dan cepat, menggunakan otot bantu napas.

Tujuan :
·         Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama ….x 24 jam
Kriteria Hasil:
·         Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif
·         Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing
·         Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan otot
bantu napas.
·         Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
Intervensi:
a.       Mandiri :
1.)        Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi
paru.
2.)        Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum
Rasional :karekteristik sputum dapat menunjukkan  barat ringannya obstruksi.
3.)        Atur posisi semifowler
Rasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.
4.)        Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol
Rasional : batuk yang terkontrol dan efektif  dapat memudahkan pengeluaran
secret yang melekat dijalan napas.
5.)        Bantu klien latihan napas dalam.
Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan
gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
6.)        Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional :Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
7.)        Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase, perkusi,fibrasi dada.
Rasional : fisioterapi  dada merupakan strategi untuk mengeluarkan secret.
b.      Kolaborasi :
1.)        Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
Rasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area
broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.
2.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan ekspektoran
Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru
untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret
lepas dari perlengketan jalan napas .
3.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.
Rasional :kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan
menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus.
Diagnosa 2
Pola  napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan di
tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea, tarikan interkostal/penggunaan
otot napas tambahan untuk bernapas, napas pendek, napas pursed-lip.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama
… x 24
KriteriHasil :
·         pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu
napas.
·         Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.
·         Status tanda vital dalam batas normal.
·         nadi 60 - 100x /menit
·         RR 16-20 x/mnt
·         Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.
Intervensi:
a.       Mandiri :
1.)        Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi
paru.
2.)        Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.
Rasional : Memantau pola pernafasan  harus dilakukan terutama  pada klien
dengan gangguan pernafasan .
3.)        Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
napas, serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal.
Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelainan
yang terjadi pada klien .
4.)        Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
adanya bunyi napas tambahan.
Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan  adanya  gangguan
pada pernapasan.
5.)        Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
Rasional :Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.
6.)        Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan
Rasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot –otot pernapasan.
b.      Kolaborasi :
1.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.
Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area
bronkus yang mengalami spasme sehingga  lebih cepat berdilatasi.
Diagnosa 3
Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan
dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas
Tujuan :
Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…
x24 jam.
Kriteria Hasil :
·                  Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.
·                  Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas
·                  Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·                  Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm
Hg dan PH 7,35-7,40 )
·                  Saturasi  oksigen dalam darah lebih dari 90%

Intervensi:
a.       Mandiri
1.)        Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasilGDA,intake dan output.
Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan
dari hasil klien.
2.)        Tempatkan klien  pada posisi semi fowler
Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
3.)        Berikan pengobatan  yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda
toksisitas.
Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus seperti kondisi
sebelumnya.
4.)        Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan
meningkat dengan aktivitas.
Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas
individu.
b.      Kolaborasi:
1.)        Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat  dan tepat mengikuti
keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.
2.)        Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan
hasil PaO2.
Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.
Diagnosa 4:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis
Tujuan :
Dalam waktu …x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan
aktivitas sesuai kebutuhan .
Kriteria hasil :
·                Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya
·                Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas
·                Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·                Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan
Intervensi:
a.       Mandiri
a.)        Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .
b.)        Ajarkan progam relaksasi
Rasional : mempertahankan, memperbaiki  pola nafas teratur .
c.)        Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.
Rasional :mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan
fisik memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
d.)        Ajarkan teknik napas efektif.
Rasional : meningkatkan  oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .
e.)        Pertahan kan terapi oksigen tambahan .
Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen
darah.
f.)         Kaji respon abnormal setelah aktivitas.
Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan pernafasan yang
meningkat .
g.)        Beri waktu istirahat yang cukup.
Rasional :  meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .
b.      Kolaborasi :
a)            Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas harian
sesuai jadwal.
Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot bantu nafas

1.3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana intervensi Rasional
keperawatan hasil
KetidakefektifanP Setelah … x 24 jam, 1. Membuka saluran 5. Untuk
ola Napas pasien udara menggunakan memudah
dapatmendapatkan chinlift ataut eknik kan klien
asupanoksigen yang jawthrust sesuai bernafas
baik melalui dengan kebutuhan 6. Untuk
ventilasi 2. Posisi pasienuntuk memaksi
yangoptimal dengan memaksimalkan malkan
criteriahasil : potensial ventilasi udara
NOC label 3. Menghilangkansekre 7. Untuk
a.Respiratory t denganmendorong mengatas
Status: Airway batuk atau i dispnea
Patency penyedotan klien
Dengan criteria 4. Posisi untuk 8. Untuk
hasil : mengurangidyspnea mengetah
1. Kecepatan ui
pernapasan pengguna
2. Ritme an otot
pernapasan bantu
3. Kedalaman pernafasa
n2
inspirasi4. 9. Untuk
mengetah
Kegelisahan ui adanya
5. kegagala
n
Takut6. pernafasa
n
Dipnea saat 10. Untuk
tidur mengetah
b. ui pola
pernafasa
Respiratory n klien
status: 11. Untuk
Ventilation memudah
1. kan
pernafasa
Perkusi n klien
suara2.

Vital
kapasitas3.

Penggunaan
otot bantu4.

Dada
retraksi5.

Asimetris
dada

1.3.4 Implementasi Keperawatan

1.3.5 Evaluasi Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam
praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier.

Anda mungkin juga menyukai