Anda di halaman 1dari 9

MALNUTRISI

Dosen Pengampu :
Drs. Asmar Yulastri, M.Pd, Ph.D
Ranggi Rahimul Insan, SP. M.Si

Oleh :
Syandra Meylani Putri ( 21075212 )

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
MALNUTRISI
A. Pengertian Malnutrisi

Malnutrisi didefinisikan sebagai suatu keadaan kekurangan, kelebihan, atau


kedakseimbangan dari energi, protein, dan nutrisi lain yang berdampak buruk pada
bentuk tubuh, fungsi tubuh, dan klinik. Pada usia lanjut masalah yang sering terjadi
adalah keadaan gizi kurang, khususnya malnutrisi protein-energi. Keadaan malnutrisi
akibat asupan yang dak memenuhi kebutuhan akan berakibat pada kelainan metabolik,
perubahan fisiologis, penurunan fungsi organ atau jaringan dan hilangnya massa tubuh
(Dwitanto, 2008). Malnutrisi terjadi melalui proses berkesinambungan yang diawali
dengan asupan nutrisi yang dak adekuat dan bila makin berat dapat diiku perubahan
metabolisme dan komposisi tubuh yang ditandai dengan penurunan nilaian tropometri
dan biokimiawi. Masalah nutrisi berhubungan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas,
dan biaya perawatan medis. Prevalensi malnutrisi pada usia lanjut di masyarakat berkisar
antara 3- 15% (Sea et al., 2010) (Agarwalla, Saikia and Baruah, 2015).
Malnutrisi adalah keadaan kekurangan gizi pada tingkat seluler atau biasa disebut
dengan salah satu masalah asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala
umumnya pada malnutrisi adalah berat badat rendah, kelemahan otot dan penurunan
energy. Hal ini bisa terjadi karena kondisi didalam tubuh kekurangan zat-zat makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat dan protein yang sangat berpengaruh
dalam masa perkembangan, perkembangan dan kognisi dan dapat memperlambar proses
penyembuhan (Rajab, 2019).

Malnutrisi dapat terjadi karena kurangnya makanan buah dan sayur yang dapat
mengakibatkan kurangnya asupan vitamin C yang dapat menimbulkan perdarahan
terhadap gusi. Ketika tubuh terjadi kekurangan kalori dan juga protein dapat
mengakibatkan terjadinya atropi pada musculus dan dapat memicu kehilangan lapisan
lemak subkutan, dan menghambat pertumbuhan pada tubuh dan terlihat kurus.
Kekurangan protein yang disebabkan karena diet juga bisa mengakibatkan keadaan
menjadi lemah, apatis, hati membesar, berat badan menurun, atripu musculus, anemia
ringan dan perubahan pigmentasi pada kulit dan rambut (Rajab, 2019)

B. Penyebab Malnutrisi
Menurut (Arisman. 2004), anak mengalami gizi buruk karena disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya;
a) ekonomi yaitu masalah ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang
sangat dominan dialami oleh banyak keluarga. Dalam mencukupi kebutuhan gizi
anak banyak orangtua yang merasa kesulitan, penyebabnya adalah keadaan ekonomi
yang lemah, penghasilan dari pekerjaan kurang mencukupi dan harga dari bahan
makanan yang mahal. Padahal, masa kritis gizi buruk yang dialami anak terjadi pada
usia antara 1 sampai 3 tahun.;
b) sanitasi yaitu kondisi sanitasi yang kurang baik di rumah dapat berimbas pada
kondisi kesehatan anggota keluarga, terlebih anak-anak. Buruknya sanitasi juga
dapat mencemari beberapa bahan makanan yang akan diolah menjadi masakan.;
c) pendidikan orangtua yaitu orangtua seharusnya mempunyai pengetahuan yang lebih
mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup bagi anak. Rendahnya tingkat
pendidikan orangtua sehingga mereka tidak mampu untuk menyediakan jumlah gizi
yang dibutuhkan anak. “Ibu merupakan kunci dari pemenuhan gizi anak-anak, dan
kunci untuk mengatasi gizi buruk,” ujar Saptawati. Orangtua yang tidak tahu
mengenai pentingnya asupan gizi bagi anak akan cenderung untuk acuh dan
menganggapnya tidak penting.;
d) perilaku orangtua yaitu banyak dari orangtua yang beranggapan bahwa dirinya
adalah yang paling tahu, sebenarnya mereka masih memerlukan bantuan bimbingan
dari para ahli gizi dan medis untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan gizi yang
dialaminya.  “Ada persepsi yang salah dari para orangtua ketika mereka datang ke
posyandu. Seringkali mereka malas datang karena takut diceramahi dan dimarahi
dokter tentang masalah gizi,” kata Saptawati. Perilaku dan pola pikir orang tua yang
seperti itu menyebabkan anak selalu dalam kondisi gizi buruk dan anak menjadi
lebih rentan terhadap sakit.

C. Jenis-Jenis Penyakit Yang Berhubungan dengan Malnutrisi


Berikut ini adalah daftar penyakit yang disebabkan karena malnutrisi atau gizi buruk:

1.      Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu penyakit malnutrisi protein yang paling akut di dunia. Hal
ini juga dikatakan sebagai malnutrisi protein-kalori yang mirip dengan marasmus, tapi
yang membedakan antara marasmus dengan kwashiorkor adalah adanya edema yang
biasanya terlihat pada kaki.

Gejala lain dari kwashiorkor antara lain perut buncit, pembesaran hati, penipisan rambut
dan tekstur rambut yang kasar, gigi mudah copot, dan dermatitis.

2.      Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan protein dan kalori yang
sangat parah dan merupakan salah satu penyakit yang paling umum pada anak-anak.

Pada kondisi marasmus, berat tubuh lebih rendah 80% dari berat normal yang seharusnya
sehingga tubuh seseorang tampak kurus. Pengecilan otot, kulit kering dan bersisik, dan
kulit longgar merupakan gejala lain dari marasmus.
3.      Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang paling umum disebabkan karena kurang gizi.
Meskipun anemia dapat dipicu oleh banyak faktor, tapi salah satu alasan utama terjadinya
anemia adalah kekurangan zat besi dan defisiensi vitamin B12.
Kondisi anemia juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami sesak napas,
kelelahan, pucat dan gejala lain yang menunjukkan rendahnya jumlah hemoglobin.

4.      Gondok
Gondok adalah penyakit yang sebagian besar disebabkan karena kekurangan yodium
dalam makanan. Gejala khas dari gondok ini adalah pembengkakan kelenjar tiroid.
Gejala lainnya mirip dengan gejala penderita hipotiroidisme, seperti lesu, lemah, tingkat
metabolisme yang rendah, peningkatan kerentanan terhadap dingin, dan lain-lain.

5.      Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu kondisi yang disebabkan karena kekurangan natrium dalam
darah. Kekurangan natrium ini merupakan gangguan elektrolit serius yang biasanya
terlihat pada orang yang memiliki tingkat hormon antidiuretik sangat rendah (konsentrasi
natrium dalam plasma kurang dari 135mEq /L).
Penyakit hiponatremia sering dilihat sebagai akibat dari komplikasi penyakit medis
lainnya yang serius, di antaranya diare, muntah berlebihan, dan polidipsia. Sementara
gejala khas hiponatremia termasuk mual, muntah, sakit kepala, dan lain-lain.

6.      Hipokalemia
Hipokalemia adalah kondisi medis yang disebabkan karena kekurangan kalium. Dan
hipokalemia sering dianggap sebagai komplikasi dehidrasi atau diare dan gizi buruk.
Gejala hipokalemia termasuk kram otot, gangguan tekanan darah, sembelit, dan lain-lain.
Efek serius dari hipokalemia termasuk depresi pernapasan dan aritmia jantung.
7.      Defisiensi Vitamin
 Vitamin A
Kekurangan vitamin ini termasuk defisiensi vitamin A, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B3, vitamin 12, vitamin C, dan vitamin D. Kekurangan vitamin A
merupakan penyebab umum rabun senja, kebutaan permanen serta sangat rentan
terhadap infeksi, gangguan nafsu makan, kulit kering dan kasar, kerusakan rambut,
kesulitan dalam penyembuhan luka, dan lain-lain.

 Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 atau tiamin dapat menyebabkan gejala seperti badan lesu,
menurunnya nafsu makan, dan depresi mental. Penyakit karena defisiensi tiamin
yaitu beri-beri. Penyakit ini disebabkan akibat makanan yang kaya akan karbohidrat
tetapi rendah tiamin.

 Vitamin B2
Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin biasanya sangat berhubungan dengan
penyakit malnutrisi protein dan energi. Gejala defisiensi riboflavin termasuk sakit
tenggorokan dengan pembengkakan dan kemerahan dari mulut, cheilosis,
stomatitis, glositis, dermatitis, dan lain-lain.

 Vitamin B3
Kekurangan vitamin B3 dapat menyebabkan penyakit pellagra. Salah satu gejala
pellagra adalah keretakan kulit yang mirip dengan terbakar sinar matahari, retak,
berkerak, dan bersisik. Selain itu kekurangan vitamin B3 dapat menimbulkan gejala
seperti luka sariawan, depresi, diare, kelelahan, sakit kepala, insomnia, dan nyeri
anggota badan.

 Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 ditandai dengan gejala seperti kesemutan pada lidah,
anemia, bintik-bintik putih pada kulit, luka pada mulut, sesak napas, sakit kepala
yang mirip serangan migrain, dan lain-lain.

 Vitamin C
Kekurangan vitamin C atau asam askorbat ini menyebabkan kondisi yang dikenal
sebagai penyakit kudis. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti gusi berdarah,
penyembuhan luka yang sangat lama, bintik-bintik pada kulit, dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.

 Vitamin D
Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena kurangnya asupan kalsium ditambah
dengan paparan sinar matahari yang tidak memadai. Gejala kekurangan vitamin D
menyebabkan pembentukan tulang terganggu, sehingga tulang menjadi sangat lunak
seperti pada osteomalacia maupun osteoporosis.

Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi masih sangat banyak yang tidak
dicantumkan di atas, namun demikian bukan berarti Anda dapat menyepelekan
penyakit kronis lain yang disebabkan oleh kekurangan gizi ini.

D. Pencegahan Malnutrisi

Pencegahan malnutrisi pada balita juga harus dimulai sejak janin masih berada
dalam kandungan karena pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita
tidak bisa terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pencegahan
dapat dimulai dengan menjaga asupan ibu hamil selalu tercukupi sejak awal kehamilan.
Setelah janin dilahirkan, pencegahan malnutrisi dilakukan dengan memberikan ASI
eksklusif yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan berturut-turut. Apabila pemberian ASI
eksklusif tidak memungkinkan karena berbagai alasan, maka bisa diganti atau ditambah
dengan susu formula. Namun sebaiknya diusahakan tetap memberikan ASI eksklusif.
Setelah usia bayi mencapai 6 bulan, selain ASI bayi harus segera diberikan makanan
pendamping ASI secara bertahap, disesuaikan dengan umur bayi. Pemberian ASI tetap
dilanjutkan sampai usia dua tahun.
Imunisasi harus diberikan secara rutin sejak usia 0 bulan. Imunisasi yang rutin
dan lengkap akan mencegah bayi terserang penyakit infeksi. Imunisasi dasar lengkap
adalah imunisasi yang sesuai dengan program pemerintah. Imunisasi juga harus diulang
supaya status kekebalan bayi tetap optimal. Selain imunisasi, bayi juga harus
mendapatkan suplementasi vitamin A karena kadar vitamin A dalam ASI tidak tinggi,
tidak bisa mencukupi kebutuhan. Pemerintah sudah membuat program suplementasi
vitamin A yang diberikan setiap bulan Februari dan Agustus.
Pemantauan kesehatan balita secara rutin juga harus dilakukan supaya mampu
mendeteksi adanya gangguan kesehatan atau gangguan gizi. Hal ini dapat dilakukan
dengan membawa balita ke Posyandu yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Penimbangan, imunisasi, dan pemberian vitamin A juga dilakukan di Posyandu.
Imunisasi lanjutan (booster) juga perlu diberikan sejak usia 2 tahun. Hal ini perlu karena
imunisasi dasar yang diperoleh pada waktu bayi sudah mulai menurun sehingga perlu
dilakukan imunisasi ulang untuk meningkatkan kembali imunitas tubuh.

Program seribu hari pertama kehidupan yang telah dicanangkan oleh UNICEF
menyatakan bahwa pada periode ini anak harus memperoleh ASI, makanan pendamping
ASI yang kaya zat gizi dan suplementasi mikronutrien. Suplementasi mikronutrien yang
penting untuk balita adalah vitamin A, zat besi, zink, dan iodium. Zat-zat gizi tersebut
penting karena berperan dalam pertumbuhan dan imunitas. Namun di Indonesia program
suplementasi yang sudah ada untuk balita hanya suplementasi vitamin A. Harga
suplemen atau multivitamin yang mengandung mikronutrien penting sebenarnya
terjangkau dan dan dapat dibeli di mana saja. Bila ada kecurigaan seorang balita
mengalami defisiensi mikronutrien maka tindakan yang perlu dilakukan adalah segera
memberi suplementasi multivitamin untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

E. Pengobatan Penderita Malnutrisi


Untuk menangani malnutrisi energi protein, dokter dapat memberikan nutrisi melalui
mulut atau infus, menangani kondisi yang menyebabkan malnutrisi, dan memberikan
obat-obatan sesuai keluhan atau kondisi pasien.
Penanganan malnutrisi energi protein membutuhkan waktu dan disiplin dari pasien dan
keluarganya. Metode penanganan untuk malnutrisi energi protein bisa dengan:

a. Meningkatkan asupan kalori dan protein


Pemberian nutrisi ini bisa dilakukan sesuai kondisi pasien. Bila pasien masih bisa makan
dan minum, dokter akan menganjurkan untuk makan dan minum lebih sering. Jika pasien
sulit untuk mengonsumsi makanan yang bertekstur padat, dokter akan memberikan
makanan cair terlebih dahulu.
Bila pasien tidak bisa makan atau minum, dokter akan memberikan asupan nutrisi
melalui selang makan atau infus. Selang makan bisa dimasukkan ke dalam lambung
melalui mulut atau hidung.
Pada awal terapi, asupan nutrisi umumnya masih berupa makanan cair dan suplemen
yang diberikan secara perlahan 6–12 kali per hari. Pemberian secara perlahan bertujuan
untuk mencegah terjadinya refeeding syndrome.
Saat kondisi tubuhnya dinilai sudah siap, pasien akan diberikan makanan padat. Perlu
diketahui, makanan yang diberikan adalah makanan bergizi seimbang, yaitu yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Jika malnutrisi energi protein sangat parah, terutama pada pasien anak, dokter akan
memberikan makanan khusus berupa ready-to-use therapeutic food (RUTF). Selama
masa terapi ini, dokter juga akan memberikan multivitamin serta obat-obatan tertentu
untuk meningkatkan nafsu makan.

b. Mengatasi penyebab malnutrisi


Malnutrisi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis, seperti infeksi saluran cerna,
HIV/AIDS, TBC, kanker, atau depresi berat. Oleh karena itu, dokter akan mengatasi
penyakit tersebut.
Selama masa pengobatan, dokter dan petugas medis juga akan mengajarkan hal-hal
seputar kebutuhan gizi dan teknik pengolahan makanan yang baik. Setelah masa
pengobatan, pasien tetap dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter sampai malnutrisi
benar-benar sembuh

c. Komplikasi Malnutrisi Energi Protein


Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi energi protein, baik
kwashiorkor maupun marasmus, yaitu:

 Hipotermia atau penurunan suhu tubuh


 Kurang darah (anemia) dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
 Ensefalopati atau kerusakan jaringan otak
 Hipoalbuminemia, yaitu kekurangan protein albumin darah
 Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
 Gagal tumbuh atau stunting pada anak
 Gangguan belajar
 Koma

Penderita malnutrisi juga rentan mengalami beragam penyakit, seperti beri-beri, dermatitis
seboroik, demensia, atau gangguan di tulang, misalnya osteomalacia.
Selain itu, pemberian nutrisi berlebihan secara tiba-tiba juga dapat meningkatkan risiko
penderita malnutrisi energi protein mengalami refeeding syndrome

d. Pencegahan Malnutrisi Energi Protein


Malnutrisi energi protein dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat bergizi
seimbang yang mencakup:

 Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, atau kentang


 Sumber protein dan lemak, seperti daging merah, ikan, telur, atau daging unggas
 Sumber mineral dan vitamin, seperti buah, sayuran, serta susu dan produk
olahannya, misalnya keju atau yoghurt

Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk minum air putih sesuai kebutuhan.
Anda juga dianjurkan untuk menjalani pengobatan hingga tuntas jika menderita penyakit
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi energi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi.. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003
Nurcahyo, K., Briawan, D. 2010. “Konsumsi Pangan, Penyakit Infeksi, dan Status Gizi
Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk”. Journal of Nutrition and Food. 5(3): 164-170.
Khomsan, A. 2004. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Mamoun N, Homedia S, Mabyou M, Muntasir HMA, Salah T, Adam I. Prevalence types
and risk factors for malnutrition in displaced Sudanese children. American Journal of
Infectious Disease. 2005;1(2):84-6.
Amsalu S, Tigabu Z. Risk factors for severe acute malnutrition in children under the age
of five: a case-control study. Ethiopian Journal of Health Development. 2008;22(1):121-
5.

Anda mungkin juga menyukai