Anda di halaman 1dari 8

DETEKSI DINI MASALAH GIZI MIKRO (KURANG

GIZI BESI, KURANG VITAMIN A,KURANG IODIUM)

DISUSUN OLEH :

NOVEL RUDOLFO TURAMBI

NIM : 711331121093

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PROGRAM STUDI D-IV GIZI


PENDAHULUAN

Di Indonesia masih banyak dijumpai masalah gizi. Seperti gizi buruk, gizi kurang,
kekurangan vitamin A, Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY) dan obesitas. Masalah gizi menjadi salah satu penentu kualitas sumber daya
manusia. Masalah-masalah gizi ini terjadi selama siklus kehidupan dimulai sejak dalam
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Apabila sejak awal kehidupan
balita tidak mendapatkan perilaku sadar akan pentingnya gizi maka hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara positif serta dapat
menurunkan kondisi kesehatannya (Kepmenkes RI, 2007).

Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan yang terjadi akibat ketidakseimbangan


antara asupan dengan kebutuhan tubuh. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu
akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya, seperti masalah gizi
yang terjadi pada masa anak-anak yang dapat mengakibatkan tubuh mudah terserang
penyakit. Oleh karena itu anak-anak memerlukan perhatian lebih dalam hal jaminan
ketersediaan zat-zat gizi. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak sehingga struktur dan fungsi otak terganggu, gangguan
pertahanan tubuh serta dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak
terganggu (Cakrawati dan Mustika, 2011).

Menurut Depkes RI 2009, UU No. 17 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan


Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025, salah satu upaya pemerintah dalam
menangani masalah gizi yaitu dengan meningkatkan sumber daya manusia yang
dilakukan dengan peningkatan pembangunan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat
melalui peningkatan status gizi keluarga, yaitu dengan cara peningkatan pelayanan gizi
melalui program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
A. Batasan masalah

Dalam makalah ini penulis hanya membatasi bagaimana mendeteksi dini masalah gizi
mikro pada kurang gizi besi,kurang vitamin A dan kurang iodium.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui cara mendeteksi dini
masalah gizi mikro

C. Pembahasan

Kekurangan zat besi

Zat besi dapat merupakan nutrisi yang berguna dan sekaligus juga dapat menjadi zat
yang berbahaya di dalam tubuh. Zat besi yang kita konsumsi tentunya bukan dalam
bentuk logam padat, tetapi dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+dan Fe3+. Asupan zat besi
dalam tubuh berasal dari makanan/buah-buahan yang kita konsumsi sehari-hari. Zat
besi juga sering digunakan sebagai komponen suatu suplemen atau multivitamin.
Biasanya kandungan zat besi dalam suplemen atau multi vitamin tersebut cukup tinggi.

Sebab kelebihan dan kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kesehatan tubuh
terganggu. Zat besi dapat menimbulkan kelainan atau penyakit dalam tubuh karena
kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan oksidatif dalam bermacammacam
kondisi. Misalnya kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, pada anak-anak dan
usia remaja dapat mengganggu masa pertumbuhan dan kecerdasan. Sementara itu
kelebihan zat besi yang terakumulasi pada organ vital dapat menyebabkan kerusakan
hati, penyumbatan pada pembuluh jantung, diabetes dan lain-lain.

Tanda dan gejala kekurangan zat besi :

1. Lelah dan sesak napas


Lelah yang disebabkan oleh kekurangan zat besi, berbeda dengan yang dialami saat
menjalani aktivitas berat. Lelah karena kekurangan zat besi umumnya disertai dengan
gejala lain, seperti lemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah marah.
Selain itu, kekurangan zat besi juga dapat menghambat suplai oksigen ke seluruh
tubuh, sehingga penderita dapat mengalami sesak napas. Keluhan tersebut bahkan bisa
muncul meski hanya melakukan aktivitas ringan yang telah biasa dilakukan.
2. Wajah tampak pucat
Selain kelelahan, seseorang yang menderita kekurangan zat besi juga akan terlihat
lebih pucat. Hal ini karena saat kekurangan zat besi, tubuh akan
memproduksi hemoglobin lebih sedikit dari biasanya. Efeknya, rona merah pada kulit
akan berkurang sehingga kulit pun akhirnya terlihat lebih pucat.
Untuk mengetahui pucat atau tidaknya wajah Anda, cara termudah untuk
mendeteksinya adalah dengan melihat area kelopak mata bawah, pada bagian
dalamnya. Jika warnanya terlihat lebih pucat atau tidak secerah dan semerah biasanya,
bisa jadi Anda kekurangan zat besi.
Area lain yang juga perlu untuk diperiksa adalah bagian bibir atau gusi. Jika bibir dan
gusi tampak lebih pucat dari biasanya, maka Anda mungkin kekurangan zat besi. Untuk
memudahkan, Anda bisa membandingkannya dengan warna bibir dan gusi orang lain
yang sehat.

3. Sering mengalami infeksi


Seseorang yang kekurangan zat besi lebih rentan terkena infeksi. Hal ini karena zat besi
menjadi bagian penting dalam sistem imunitas atau daya tahan tubuh, juga sebagai
penyokong pembentukan sel darah putih yang berfungsi memerangi infeksi yang
menyerang tubuh.
4. Lidah bengkak
Berkurangnya suplai oksigen karena kekurangan zat besi pada tubuh dapat membuat
otot-otot, termasuk lidah, menjadi bengkak dan terasa nyeri. Selain itu, bagian sisi
mulut juga akan tampak pecah-pecah. Begitu juga warna lidah akan tampak pucat,
karena warna lidah dipengaruhi oleh sel darah merah.
5. Rambut rontok
Rambut rontok merupakan salah satu tanda kekurangan zat besi, terutama yang sudah
terjadi anemia. Kekurangan zat besi menyebabkan folikel rambut tidak memperoleh
oksigen yang memadai, karena pada kondisi ini, tubuh akan memfokuskan oksigen
pada organ-organ vital yang dianggap lebih penting. Waspadalah jika rambut yang
rontok lebih dari 100 helai per hari, apalagi jika tidak cepat tumbuh kembali.

6. Keinginan konsumsi asupan yang tidak umum


Tanda kekurangan zat besi berikutnya adalah menginginkan asupan yang tidak umum,
seperti tanah liat, kapur, dan kertas. Tanda ini memang jarang terjadi namun sangat
berbahaya, karena dapat menyebabkan keracunan atau sumbatan pada saluran cerna.
penyebabnya. Untuk mengatasi kekurangan zat besi, dokter dapat memberikan
suplemen zat besi sesuai kebutuhan.
Diagnosis anemia defisiensi zat besi dapat diperoleh melalui pemeriksaan darah. Tes
hitung darah lengkap dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin,
dan hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah). Anemia ditandai dengan
kadar hemoglobin dan hematokrit yang lebih rendah dari normal.
Selain tes hitung darah lengkap untuk melihat anemia, tes darah lainnya juga dapat
dilakukan untuk:

 Melihat banyaknya zat besi dalam darah, dan ferritin atau proteinyang
menyimpan zat besi dalam tubuh.
 Melihat kemampuan tubuh mengikat zat besi (transferrin and total iron-binding
capacity) dan jumlah sel darah merah tidak matang (retikulosit), yang biasanya
rendah dalam anemia defisiensi zat besi.
 Melihat ukuran dan bentuk sel darah merah melalui apusan darah tepi
(peripheral blood smear). Anemia defisiensi besi umumnya ditunjukkan dengan
ukuran sel darah merah yang lebih kecil dari normal dan warna darah yang lebih
pucat.

Setelah pemeriksaan darah menujukkan pasien mengalami kekurangan zat besi,


sejumlah pemeriksaan penunjang lain diperlukan untuk memastikan penyebab anemia
tersebut. Pemeriksaan tersebut berupa:

 Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan


jika dicurigai penyebab anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
 Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam
saluran pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
 USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami
menstruasi dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi
tersebut.

Kekurangan Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang berfungsi untuk perkembangan dan kinerja
berbagai organ tubuh, seperti mata, kulit, organ reproduksi, dan sistem kekebalan
tubuh.
Kekurangan vitamin A atau KVA merupakan salah satu masalah gizi yang ada di
negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA balita tertinggi
dibandingkan dengan wilayah lain seperti Afrika, Amerika, Eropa, Timur Tengah dan
Pasifik Barat. Di Indonesia masalah kekurangan vitamin A pada tahun 2011 sudah
dapat dikendalikan, namun secara subklinis prevalensi kekurangan vitamin A terutama
pada kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20µg/dl masih mencapai 0,8%
(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012).
Kekurangan vitamin A disebabkan karena kurangnya intake vitamin A dalam tubuh.
Intake vitamin A didapatkan dari asupan makanan yang mengandung vitamin A dari
sumber hewani atau pro-vitamin A dari sumber nabati. Makanan yang mengandung
vitamin A tergolong mahal dipasaran, sehingga sebagian besar masyarakat miskin
sangat sulit untuk mendapatkan makanan sumber vitamin A untuk mencukupi
kebutuhan akan vitamin A sehari-hari (Nadimin, 2011).
Ciri dan gejala kekurangan Vitamin A :

 Buruknya penglihatan dalam suasana remang-remang atau gelap (rabun senja)


 Mata kering
 Penipisan dan ulserasi kornea (keratomalacia)

 Muncul bintik Bitot, yaitu bercak berbusa di bagian putih mata yang bisa
berbentuk lonjong, segitiga, atau tidak beraturan

 Perforasi kornea

 Gangguan penglihatan yang parah karena adanya kerusakan retina

 Masalah kulit dan rambut, seperti kulit kering, rambut kering, gatal-gatal


(pruritus)
 

Kekurangan Iodium

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan penyebab retardasi mental


terbesar di seluruh dunia yang dapat dicegah. Dewasa ini, GAKI masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia karena belum mampu
mencapai kondisi eliminasi seperti yang diharapkan. Hasil survei tahun 2003 dan
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa pencapaian program penanggulangan GAKI di
Indonesia masih jauh dari target Universal Salt Iodization dan Indonesia Sehat 2010.
Artikel ini bertujuan mengevaluasi berbagai eviden epidemiologi yang berhubungan
dengan kebijakan GAK IdiIndonesia. Pada masa mendatang, berbagai komitmen lintas
sektoral sangat diperlukan bagi pencapaian kondisi eliminasi GAKI. Perhatian klinisi dan
ahli epidemiologi ter-hadap permasalahan GAKI di Indonesia masih rendah. Demikian
pula, publikasi ilmiah yang mengkaji GAKI dari sudut pandang epidemiologi dan
aplikasinya bagi kebijakan kesehatan. Artikel ini diharapkan dapat memberi gambaran
dan perspektif epidemiologi yang luas bagi para klinisi dan ahli kesehatan masyarakat.

Ciri dan gejala kekurangan iodium :


 Benjolan di leher.
 Rambut rontok.
 Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
 Tubuh terasa lelah dan lemah.
 Merasa kedinginan.
 Kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
 Gangguan menstruasi.
 Gangguan irama jantung.
 Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.

Untuk mendeteksi kekurangan iodium bisa di lakukan dengan

- Tes darah, Tes darah digunakan untuk melihat kadar hormon tiroid dan kadar
yodium di dalam tubuh.

- Tes urine, Dokter dapat memeriksa 1 sampel urine atau beberapa sampel urine
saat penderita buang air kecil dalam 24 jam. Melalui pemeriksaan sampel urine
tersebut, dokter dapat mengetahui kadar yodium yang terdapat di dalam tubuh
penderita. Hal itu dikarenakan ginjal akan membuang sekitar 90% yodium yang
diserap oleh tubuh.
Kadar normal yodium tiap orang berbeda, tergantung pada usia dan kondisinya.
Anak berusia 6 tahun hingga orang dewasa dikatakan mengalami kekurangan yodium
jika kadar yodium di urinenya di bawah 100 mcg per liter. Pada ibu hamil, jika kadarnya
di bawah 500 mcg per liter, dan pada ibu menyusui, jika kadarnya di bawah 100 mcg
per liter.
- Tes patch yodium Pada tes ini, dokter akan mengoleskan yodium pada kulit
penderita dan memeriksa warnanya dalam 24 jam. Jika seseorang tidak
mengalami kekurangan yodium, yodium yang dioleskan akan hilang lebih dari 24
jam. Sebaliknya, olesan yodium itu akan lebih cepat memudar pada orang yang
mengalami kekurangan yodium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thamaria Netty,2017. Buku Penilaian status gizi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
2. Laurentius Aswin Pramono,2009, Jurnal Kesehatan masyarakat Nasional Vol 4 No
2,

Anda mungkin juga menyukai