DISUSUN OLEH :
NIM : 711331121093
Di Indonesia masih banyak dijumpai masalah gizi. Seperti gizi buruk, gizi kurang,
kekurangan vitamin A, Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY) dan obesitas. Masalah gizi menjadi salah satu penentu kualitas sumber daya
manusia. Masalah-masalah gizi ini terjadi selama siklus kehidupan dimulai sejak dalam
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Apabila sejak awal kehidupan
balita tidak mendapatkan perilaku sadar akan pentingnya gizi maka hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara positif serta dapat
menurunkan kondisi kesehatannya (Kepmenkes RI, 2007).
Dalam makalah ini penulis hanya membatasi bagaimana mendeteksi dini masalah gizi
mikro pada kurang gizi besi,kurang vitamin A dan kurang iodium.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui cara mendeteksi dini
masalah gizi mikro
C. Pembahasan
Zat besi dapat merupakan nutrisi yang berguna dan sekaligus juga dapat menjadi zat
yang berbahaya di dalam tubuh. Zat besi yang kita konsumsi tentunya bukan dalam
bentuk logam padat, tetapi dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+dan Fe3+. Asupan zat besi
dalam tubuh berasal dari makanan/buah-buahan yang kita konsumsi sehari-hari. Zat
besi juga sering digunakan sebagai komponen suatu suplemen atau multivitamin.
Biasanya kandungan zat besi dalam suplemen atau multi vitamin tersebut cukup tinggi.
Sebab kelebihan dan kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kesehatan tubuh
terganggu. Zat besi dapat menimbulkan kelainan atau penyakit dalam tubuh karena
kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan oksidatif dalam bermacammacam
kondisi. Misalnya kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, pada anak-anak dan
usia remaja dapat mengganggu masa pertumbuhan dan kecerdasan. Sementara itu
kelebihan zat besi yang terakumulasi pada organ vital dapat menyebabkan kerusakan
hati, penyumbatan pada pembuluh jantung, diabetes dan lain-lain.
Melihat banyaknya zat besi dalam darah, dan ferritin atau proteinyang
menyimpan zat besi dalam tubuh.
Melihat kemampuan tubuh mengikat zat besi (transferrin and total iron-binding
capacity) dan jumlah sel darah merah tidak matang (retikulosit), yang biasanya
rendah dalam anemia defisiensi zat besi.
Melihat ukuran dan bentuk sel darah merah melalui apusan darah tepi
(peripheral blood smear). Anemia defisiensi besi umumnya ditunjukkan dengan
ukuran sel darah merah yang lebih kecil dari normal dan warna darah yang lebih
pucat.
Kekurangan Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang berfungsi untuk perkembangan dan kinerja
berbagai organ tubuh, seperti mata, kulit, organ reproduksi, dan sistem kekebalan
tubuh.
Kekurangan vitamin A atau KVA merupakan salah satu masalah gizi yang ada di
negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA balita tertinggi
dibandingkan dengan wilayah lain seperti Afrika, Amerika, Eropa, Timur Tengah dan
Pasifik Barat. Di Indonesia masalah kekurangan vitamin A pada tahun 2011 sudah
dapat dikendalikan, namun secara subklinis prevalensi kekurangan vitamin A terutama
pada kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20µg/dl masih mencapai 0,8%
(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012).
Kekurangan vitamin A disebabkan karena kurangnya intake vitamin A dalam tubuh.
Intake vitamin A didapatkan dari asupan makanan yang mengandung vitamin A dari
sumber hewani atau pro-vitamin A dari sumber nabati. Makanan yang mengandung
vitamin A tergolong mahal dipasaran, sehingga sebagian besar masyarakat miskin
sangat sulit untuk mendapatkan makanan sumber vitamin A untuk mencukupi
kebutuhan akan vitamin A sehari-hari (Nadimin, 2011).
Ciri dan gejala kekurangan Vitamin A :
Muncul bintik Bitot, yaitu bercak berbusa di bagian putih mata yang bisa
berbentuk lonjong, segitiga, atau tidak beraturan
Perforasi kornea
Kekurangan Iodium
- Tes darah, Tes darah digunakan untuk melihat kadar hormon tiroid dan kadar
yodium di dalam tubuh.
- Tes urine, Dokter dapat memeriksa 1 sampel urine atau beberapa sampel urine
saat penderita buang air kecil dalam 24 jam. Melalui pemeriksaan sampel urine
tersebut, dokter dapat mengetahui kadar yodium yang terdapat di dalam tubuh
penderita. Hal itu dikarenakan ginjal akan membuang sekitar 90% yodium yang
diserap oleh tubuh.
Kadar normal yodium tiap orang berbeda, tergantung pada usia dan kondisinya.
Anak berusia 6 tahun hingga orang dewasa dikatakan mengalami kekurangan yodium
jika kadar yodium di urinenya di bawah 100 mcg per liter. Pada ibu hamil, jika kadarnya
di bawah 500 mcg per liter, dan pada ibu menyusui, jika kadarnya di bawah 100 mcg
per liter.
- Tes patch yodium Pada tes ini, dokter akan mengoleskan yodium pada kulit
penderita dan memeriksa warnanya dalam 24 jam. Jika seseorang tidak
mengalami kekurangan yodium, yodium yang dioleskan akan hilang lebih dari 24
jam. Sebaliknya, olesan yodium itu akan lebih cepat memudar pada orang yang
mengalami kekurangan yodium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thamaria Netty,2017. Buku Penilaian status gizi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
2. Laurentius Aswin Pramono,2009, Jurnal Kesehatan masyarakat Nasional Vol 4 No
2,