Anda di halaman 1dari 4

1.

Pertumbuhan penyebaran virus corona semakin bertambah pemerintah menerapkan


kebijakan Pemabatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berupaya untuk
memperkuat pembatasan fisik demi mencegah penyebaran COVID-19 ini. Kebijakan
Pemabatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan suatu solusi tetapi masih
banyak sektor yang perlu di tindak lanjuti. Seperti contoh sektor ekonomi yang sangat
berdampak negatif. Oleh karena itu masyarakat tetap memiliki motivasi untuk keluar
rumah dan tidak sepenuhnya menuruti PSBB.
Sektor ekonomi yang sangat berdampak negatif dapat menimbulkan rasa
kekhawatiran, kepanikan, dan kecemasan dalam persediaan bahan pangan. Hal ini
menyebabkan aspek internal yang mendorong emosi masyarakat untuk dapat berpikir
secara irasional yang menimbulkan efek panic buying.
Panic buying yang dilakukan oleh konsumen atau masyarakat ketika ada
situasi tertentu yang dipandang gawat atau darurat kerap. Panic buying membantu
orang merasa mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti ini, orang merasa perlu
untuk melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka anggap sebagai
tingkatan krisis. Padahal, saat ini yang perlu dilakukan masyarakat untuk mencegah
penularan dan sebaran wabah COVID-19 adalah dengan mencuci tangan dan
mempraktikkan hidup bersih. Tetapi bagi banyak orang, mencuci tangan sepertinya
terlalu biasa. Wabah COVID-19 adalah peristiwa dramatis. Oleh karena itu,
diperlukan tanggapan dramatis sehingga orang-orang menghamburkan uang dengan
harapan dapat melindungi diri mereka sendiri,
Dalam fenomena ini sangat terlihat bahwa seseorang termotivasi untuk
melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhanya dalam keadaan krisis walaupun
keadaan tersebut membahayakan kehidupannya
2. Selama pandemi ini setidaknya membuat hampir semua sektor kehidupan melambat,
sehingga manusia melakukan perubahan dan beradaptasi dengan cepat, dan
melakukan berbagai kegiatan yang biasa mereka lakukan dengan cara digital, seperti
belajar, bekerja, berbelanja, latihan fisik di rumah secara daring.
Dalam bidang ekonomi kebiasaan masyarakat banyak berubah dari yang
bisasanya konsumen senang untuk berbelanja secara fisik, berubah menjadi berbelanja
secara online atau dengen menggunakan e-money atau disebut dengan electronic
payment adalah model pembayaran yang memudahkan dan menawarkan kenyamanan
kepada penggunanya dalam melakukan transaksi pembayaran. Pengguna hanya perlu
melakukan transaksi dengan memanfaatkan internet yaitu secara online, tanpa harus
bertemu atau datang jauh-jauh untuk menemui penjual.
Penggunaan aplikasi keuangan secara signifikan ini semakin memperkuat
bukti bahwa memang masyarakat semakin bergerak aktif menggunakan aplikasi e-
wallet dalam keuangan. Perilaku the adaptive shopper tersebut merupakan peluang
yang sangat besar untuk penjualan adaptif (The adaptive selling). Dimana pendekatan
yang dilakukan untuk mendapatkan konsumen mereka dengan menyesuaikan startegi
dengan menanfaatkan dinamika dan situasi konsumen.
Kondisi pandemi yang dialami berimplikasi pada perubahan pola konsumen
dalam berbelanja, dimana konsumen akan lebih sering berada di rumah untuk
melakukan transaksi mereka. Dengan menggunakan gadget konsumen akan memiliki
preferensi yang lebih luas mengenai tujuan berbelanja, mereka akan lebih banyak
untuk mencari tahu tentang sebuah produk, dan harga yang ditawarkan oleh berbagai
penjual. Sebaliknya, kondisi krisis seperti adanya pandemik ini dari sisi konsumen
adalah munculnya adaptive shopper, maka dari segi penjual dikenal adaptive selling
(penjualan adaptif) dimana tenaga penjual menyesuaikan strategi mereka dengan
persyaratan pelanggan atau dinamika situasi selama penjualan agar konsumen merasa
senang dan puas. Dengan menjaga hubungan yang baik dengan konsumen maka
bisnis mereka akan berlangsung tidak hanya jangka pendek, tetapi jangka panjang
menciptakan pelanggan yang loyal.
3. Dampak pandemik terhadap perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan
mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas
dalam jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut
mencakup perilaku hidup sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam
pendidikan, perilaku menggunakan media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja,
dan perilaku sosial keagamaan.
Selain perilaku hidup sehat, perilaku masyarakat juga berubah di era COVID-
19 dalam penggunaan teknologi, terutama teknologi digital. Dalam sektor pendidikan
misalnya, pengajar dan peserta didik akan lebih banyak menggunakan mesin pencari
dan Massive Open Online Courses (MOOC) seperti Ruang Guru. Pengajar dan
peserta didik juga akan terbiasa melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan fasilitas seperti Google Meet, Microsoft Teams, Zoom, google
classroom, WAG, dan email.
Perilaku sosial lainnya juga berkembang, seperti kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan keseimbangan antara kerja dengan kehidupan sosial dan
keluarga akan menjadi kebiasaan baru. Masyarakat akan memberikan nilai yang lebih
tentang pentingnya kehidupan berkeluarga, berteman, dan komunitas. Wabah
COVID-19 juga menggugah kesadaran akan kerentanan kehidupan manusia secara
keseluruhan sehingga perilaku beragama dan spiritualitas menjadi lebih berkualitas.
Masyarakat menjadi juga lebih sadar tentang makna ritual keagamaan dan kaitannya
dengan kematangan spiritual dengan memandangnya sebagai proses mencari sesuatu
yang lebih utama dan bermakna.

Pertumbuhan penyebaran virus corona semakin bertambah, pemerintah menerapkan


kebijakan Pemabatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berupaya untuk memperkuat
pembatasan fisik demi mencegah penyebaran COVID-19 ini. Kebijakan Pemabatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) merupakan suatu solusi tetapi masih banyak sektor yang perlu di
tindak lanjuti. Seperti contoh sektor ekonomi yang sangat berdampak negatif. Oleh karena itu
masyarakat tetap memiliki motivasi untuk keluar rumah dan tidak sepenuhnya menuruti
PSBB.

Sektor ekonomi yang sangat berdampak negatif dapat menimbulkan rasa kekhawatiran,
kepanikan, dan kecemasan dalam persediaan bahan pangan. Hal ini menyebabkan aspek
internal yang mendorong emosi masyarakat untuk dapat berpikir secara irasional yang
menimbulkan efek panic buying.

Panic buying membantu orang merasa mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti ini,
orang merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka
anggap sebagai tingkatan krisis. Padahal, saat ini yang perlu dilakukan masyarakat untuk
mencegah penularan dan sebaran wabah COVID-19 adalah dengan mencuci tangan dan
mempraktikkan hidup bersih. Tetapi bagi banyak orang, mencuci tangan sepertinya terlalu
biasa. Wabah COVID-19 adalah peristiwa dramatis. Oleh karena itu, diperlukan tanggapan
dramatis sehingga orang-orang menghamburkan uang dengan harapan dapat melindungi diri
mereka sendiri.

Dalam fenomena ini sangat terlihat bahwa seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu
demi memenuhi kebutuhanya dalam keadaan krisis walaupun keadaan tersebut
membahayakan kehidupannya

Dalam bidang ekonomi kebiasaan masyarakat banyak berubah dari yang bisasanya konsumen
senang untuk berbelanja secara fisik, berubah menjadi berbelanja secara online atau dengen
menggunakan e-money atau disebut dengan electronic payment adalah model pembayaran
yang memudahkan dan menawarkan kenyamanan kepada penggunanya dalam melakukan
transaksi pembayaran. Pengguna hanya perlu melakukan transaksi dengan memanfaatkan
internet yaitu secara online, tanpa harus bertemu atau datang jauh-jauh untuk menemui
penjual.

Penggunaan aplikasi keuangan secara signifikan semakin memperkuat bukti bahwa


memang masyarakat semakin bergerak aktif menggunakan aplikasi e-wallet dalam keuangan.
Perilaku the adaptive shopper tersebut merupakan peluang yang sangat besar untuk penjualan
adaptif (The adaptive selling). Dimana pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan
konsumen mereka dengan menyesuaikan startegi dengan menanfaatkan dinamika dan situasi
konsumen.

Kondisi pandemi yang dialami berimplikasi pada perubahan pola konsumen dalam
berbelanja, dimana konsumen akan lebih sering berada di rumah untuk melakukan transaksi
mereka. Dengan menggunakan gadget konsumen akan memiliki preferensi yang lebih luas
mengenai tujuan berbelanja, mereka akan lebih banyak untuk mencari tahu tentang sebuah
produk, dan harga yang ditawarkan oleh berbagai penjual. Sebaliknya, kondisi krisis seperti
adanya pandemik ini dari sisi konsumen adalah munculnya adaptive shopper, maka dari segi
penjual dikenal adaptive selling (penjualan adaptif) dimana tenaga penjual menyesuaikan
strategi mereka dengan persyaratan pelanggan atau dinamika situasi selama penjualan agar
konsumen merasa senang dan puas. Dengan menjaga hubungan yang baik dengan konsumen
maka bisnis mereka akan berlangsung tidak hanya jangka pendek, tetapi jangka panjang
menciptakan pelanggan yang loyal.

3
Dampak pandemik terhadap perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan
mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup
sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan
media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan.

Selain perilaku hidup sehat, perilaku masyarakat juga berubah di era COVID-19 dalam
penggunaan teknologi, terutama teknologi digital. Dalam sektor pendidikan misalnya,
pengajar dan peserta didik akan lebih banyak menggunakan mesin pencari dan Massive Open
Online Courses (MOOC) seperti Ruang Guru. Pengajar dan peserta didik juga akan terbiasa
melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan fasilitas seperti Google
Meet, Microsoft Teams, Zoom, google classroom, WAG, dan email.

Perilaku sosial lainnya juga berkembang, seperti kegiatan-kegiatan yang berhubungan


dengan keseimbangan antara kerja dengan kehidupan sosial dan keluarga akan menjadi
kebiasaan baru. Masyarakat akan memberikan nilai yang lebih tentang pentingnya kehidupan
berkeluarga, berteman, dan komunitas. Wabah COVID-19 juga menggugah kesadaran akan
kerentanan kehidupan manusia secara keseluruhan sehingga perilaku beragama dan
spiritualitas menjadi lebih berkualitas. Masyarakat menjadi juga lebih sadar tentang makna
ritual keagamaan dan kaitannya dengan kematangan spiritual dengan memandangnya sebagai
proses mencari sesuatu yang lebih utama dan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai