Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANEMIA

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Hematologi

Disusun Oleh :
Irvinny Laily Ramadhanty 235139007
Puji Widhi astuti 235139019
Riana Rizky Anggraini 235139014
Yulianti 235139011
PENDAHULUAN
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin
yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi yang fungsinya sebagai
pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut (Yustisia et
al., 2020) Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan gejala
awal suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala yang sering dialami antara lain: lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia merupakan suatu penyakit
yang tidak bisa diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan dampak
negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain jika hemoglobin ( Hb ) dan sel
darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan kinerja pengangkutan oksigen menjadi
berkurang. Kondisi ini yang dapat mengakibatkan kerja organ-organ penting , salah satunya otak
(Yustisia et al., 2020).
Masalah kesehatan dunia terutama negara berkembang diperkirakan 30 % penduduk dunia
mengalami anemia. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization ( WHO ) ( 2013 ), pravelensi anemia dunia sekitar 40 – 88 %. Jumlah
penduduk Remaja ( 10 – 19 ) di Indonesia sebesar 26, 2 % yang terdiri dari 50 % lali- laki dan
49,1 % perempuan(Neli Agustin & Maani, 2019). Anemia dapat dialami pada masyarakat dari
berbagai umur dan jenis kelamin. Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun
2013, prevelensi anemia di Indonesia adalah 21,7 % dengan penderita pada anak- anak sebesar
26,4 % dan 18,4 pada dewasa (Yustisia et al., 2020). Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan anemia antara lain adalah status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 menunjukkan pravelensi anemia pada usia 5-
14 tahun sebesar 26,4% (DeLoughery, 2014).Indonesia merupakan salah satu dari 45 negara
yang banyak mengalami anemia. Pada tahun 2014, Negara yang tergolong tengah berkembang
ini baru menempati peringkat ke 30, dengan jumlah penduduk yang pernah menderita anemia
sebanyak 3,2 juta jiwa (Banjarnahor, 2019).
Peran perawat pada kasus anemia adalah memberikan informasi ataupun pendidikan kesehatan
kepada pasien mengenai factor penyebab, penanggulangan dan pencegahan dari Anemia.
Lingkungan tempat pasien di rawat juga harus dipelihara senyaman mungkin untuk mengurangi
resiko jatuh pada pasien anemia disamping itu juga sangat diperlukan juga perhatian perawat
pada cara penanganan pasien anemia. Motivasi perawat dalam Asuhan Keperawatan yang
profesional menjadi tolak keberhasilan dalam penyembuhan pasien (Yustisia et al., 2020).
DEFINISI

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di
dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Menurut
Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah
kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. Anemia merupakan kondisi
dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis
berbeda pada setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan
tahap kehamilan. Anemia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis
kelamin (Adriani, 2012). Menurut Maryanti, 2015, anemia defisiensi zat besi merupakan anemia
yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia dan
lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi zat besi.
Jenis – jenis anemia
1. Anemia defiensi zat besi
Jenis anemia ini yang paling umum terjadi yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh.Untuk memproduksi hemoglobin, sumsum tulang belakang membutuhkan zat besi yang
cukup.Tanpa zat besi yang memadai, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hemoglobin untuk
memproduksi sel darah merah.Anemia difiensi zat besi ini juga sering dialami oleh ibu hamil,
menstruasi yang tak mengeluarkan darah, kanker, penggunaan rutin obat pereda nyeri yang dijual
bebas, seperti aspirin.
2. Anemia defisiensi vitamin
Selain zat besi, tubuh juga memerlukan vitamin B12 dan asam folat, yang berfungsi untuk
menghasilkan sel darah merah yang cukup.Pada orang yang menjalani diet yang dapat
menyebabkan kedua nutrisi ini mengalami penurunan produksi sel darah merah.Sebab tubuh
mereka ternyata terap tidak dapat memproses vitamin tersebut.Kondisi ini dikenal sebagi anemia
pernisiosa.
3. Anemia karena penyakit kronis
Beberapa penyakit tertentu seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit ginjal, rheumatoid arthtritis, dan
beberapa penyakit peradangan lainnya yang dapat mengganggu produksi sel darah merah.
4. Anemia aplastik
Anemia jenis ini jarang terjadi, penyebab anemia aplastik ini seperti infeksi, pemakaian obat-
obatan tertentu, penyakit autoimun, dan paparan terhadap bahan kimia yang beracun.Anemia
yang berhubungan dengan penyakit pada sumsum tulang belakang.Beberapa jenis penyakit
seperti leukemia dan myelofibrosis, yang dapat menyebabkan anemia yang dapat mempengaruhi
produksi sel darah merah pada sumsum tulang belakang.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila hancurnya sel darah merah, lebih cepat daripada regenerasinya
oleh sumsum tulang belakang.Kondisi ini bisa diturunkan secara genetic, maupun dialami
dikemudian hari.
6. Anemia sel sabit ( sickle cell anemia )
Anemia jenis ini diturunkan secara genetik yang disebabkan oleh kecacatan atau kerusakan
hemoglobin yang mengakibatkan sel darah merah berubah menjadi sabit ( sickle ). Bentuk
seperti ini suatu bentuk yang abnormal. Sel- sel abnormal ini akan mati sebelum waktunya yang
dapat menyebabkan tubuh kronis dari sel darah merah.
7. Anemia lainnya
Anemia jenis lainya seperti thallasemia dll(Malikulsaleh, 2019).

ETIOLOGI
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan dengan lancar apabila
kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al.,
2011). Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi,
sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan salah
satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Sedangkan menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi,
terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga merupakan
penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti malaria, tuberkulosis, HIV
dan infeksi parasit. Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor
misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria, mengalami perdarahan saat
melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan
darah akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing). Menurut hasil Riskesdas 2018, konsumsi
sayur dan buah masyarakat Indonesia masih dibawah jumlah yang dianjurkan.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan homeostasis zat besi
dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur oleh penyerapan besi yang dipengaruhi
asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan
penyerapan, dan peningkatan hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi
dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi. Zat besi yang diserap di
bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke
dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang
berperan dalam penyerapan besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri
(Fe3+). Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan memasuki sel
melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan
transporter metal divalent/divalent 15 metal transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk
ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan
digunakan dalam proses eritropioesis.
Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk
ferritin maupun berikatan dengan transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel
diluar sistem pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih
belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi
oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi lainnya kemudian
dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan bersama sel darah. Perdarahan baik makro
ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat
mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat besi ikut
terbuang dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut
terbuang. Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, postoperasi gastrointestinal yang
mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan menyebabkan
homeostasis zat besi juga terganggu.

MANIFESTASI KLINIK
WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk membawa oksigen. Akibatnya,
apabila jumlah hemoglobin tidak cukup, sel darah merah terlalu sedikit ataupun abnormal, maka
akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh, ini
menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas. Sementara itu, kadar
hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada
setiap individu. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok dan status kehamilan. Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat
mengakibatkan gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala Gejala anemia sering
disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai dengan pusing kepala terasa berputar,
mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar
oksigen dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi menyebabkan
menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti kegiatan baik didalam atau diluar
sekolah. Anemia juga akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah
terkena infeksi (Josephine D, 2020).

KOMPLIKASI
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja mengalami beberapa
komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat mudah lelah. Masalah pada jantung,
seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau
bayi terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan.
Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang
apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia merupakan kormobid
(penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada seseorang) yang sering ditemukan pada
penderita gagal jantung sementara penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).

PENATALAKSANAAN
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin
C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut
Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3 yakni,
Pemberian Zat besi oral
Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon pemberian zat besi
secara oral tidak berjalan baik.
Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko gagal jantung
yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan adalah PRC dengan tetesan
lambat

CARA PENENTUAN ANEMIA


Penentuan status anemia dapat dilakukan dengan cara biokimia atau laboratorium dan secara
klinis. Secara klinis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ
seperti mata, kuku, bibir dan lidah. Menurut Supariasa, dkk (2002) penentuan status anemia
dengan cara biokimia adalah melakukan pemeriksaan darah. Beberapa jenis metode biokimia,
diantaranya :
Metode Sahli Metode pemeriksaan hemoglobin yang pertama kali ditemukan yang menggunakan
teknik kimia adalah metode sahli dengan membandingkan senyawa akhir secara visual terhadap
standar gelas warna. Hasil hemoglobin dalam darah dengan metode sahli memiliki subjektifitas
yang tinggi karena hasil pemeriksaan sangat tergantung kepada subjektifitas pemeriksa, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor penglihatan tenaga pemeriksa, penyinaran, gelas
yang digunakan sebagai standar warna dan kelanjutan.
Kekurangan dan kelebihan metode sahli menurut Suparyanto (2014), diantaranya :
A. Kekurangan metode sahli
1. Pembacaan secara visual kurang teliti
2. Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan
3. Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam
B. Kelebihan metode sahli
1. Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik
2. Harga alat (Hemoglobinometer) murah
Metode Cyanmethemoglobin
2. Metode cyanmethemoglobin adalah cara yang lebih canggih dalam menentukan kadar
hemoglobin. Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan dengan cara hemoglobin dioksidasi oleh
kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sidanida
(CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Pembacaan itensitas warna
dilakukan dengan menggunakan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
dibandingkan adalah alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif, tetapi fotometer ini harganya
cukup mahal sehingga belum semua laboratorium memilikinya.
Kekurangan dan Kelebihan metode cyanmethemoglobin menurut Suparyanto (2014) adalah :
A. Kekurangan metode cyanmethemoglobin a
1. Alat untuk mengukur absorbansi mahal
2. Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun b
B. Kelebihan metode cyanmethemoglobin
1.Pemeriksaan akurat
2. Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat dikontrol dengan larutan standart
yang stabil
Selain menggunakan metode sahli dan cyanmethemoglobin, penetapan kadar hemoglobin
bisa menggunakan alat test kadar hemoglobin dalam darah yang bekerja secara digital dengan
hasil prediksi lebih cepat, akurat, tidak sakit, kapan saja dan dimana saja, atau dikenal dengan Hb
digital (Easy Touch). Alat Hb digital ini sudah cukup akurat terbukti karena sudah lulus uji dan
proses mengetahui hasilnya cukup cepat serta sangat mudah dalam penggunaannya (Ridha, 2010
dalam Arbianti, 2016).

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


Menurut Depkes (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
a. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
b. Bahan makanan hewani : daging, ikan, ayam, hati dan telur
c. Bahan makanan nabati : sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, dan tempe. Makan
sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Bahan makanan tersebut, antara lain daun katuk,
daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas.
2. Menambah asupan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (TTD).
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia, seperti kecacingan,
malaria, TB paru.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN

Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
No. Registrasi
Diagnosa medis
Tanggal masuk Rumah Sakit
Tanggal Pengkajian
Alamat

2. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin.

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Keletihan, kelemahan, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas menurun, nyeri pada luka.

4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian
pertanyan, meliputi :

 Apakah sebelumnya klien pernah mengalami anemia


 Apakah meminum obat tertentu dalam waktu jangka panjang
 Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia,
dan multiple myeloma.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pengkajian riwayat keluarga yang mendukung dengan melakukan serangkaian
pertanyaan, meliputi :
 Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
 Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis atau menahun ( diabetes, darah
tinggi, kanker dll )
 Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat – obatan dalam waktu panjang.

GENOGRAM
Merupakan riwayat keluarga yang terdapat tiga generasi atau individu yang berisi
symbol- symbol khusus untuk menjelaskan hubungan penyakit dengan keluarga yang
bertujuan mengkaji suatu riwayat penyakit yang diperoleh dari keluarga dan klien.
Pada pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan anak terakhir dari delapan
bersaudara, dan mempunyai tiga orang anak yang semuanya masih satu rumah dengan
pasien dan didapatkan tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus,
kanker atau penyakit kronis lainnya pada keluarga pasien. Dan dari keluarga pasien tidak
ada yag mengalami penyakit anemia yang sedang dialami pasien.

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran
b. GCS
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala
Bagaimana lesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut kering, mudah
pupus, menitip, sakit kepala, pusing
e. Mata
Sclera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor
f. Telinga
Kesimetrisan telinga, dungsi pendengaran, kebersihan pada telinga
g. Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung atau
tidak
h. Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
i. Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya pembesaran kelenjar
getah bening.
j. Dada
I : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea ( kesulitan bernafas ), nafas
pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen
P : taktil premitus simestris
P : sonor
A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya
k. Jantung
I : jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising jantung yang menggambarkan
suatu beban pada jantung dan curah jantung mengalami peningkatan
P : tidak teraba adanya massa
P : pekak
A : bunyi jantung murmur sistolik
l. Abdomen
I: Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah
P: terdapat bunyi timpani
P: terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri tekan tidak
A: suara bising usus
m. Genetalia Normal/abnormal
n. Integument: Mukosa pucat, kering dan kulit keriput
o. Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane mukosa dan dasar
kuku, kuku mudah patah
p. Punggung
Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan punggung(Poerwati, 2011).

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hemoglobin
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna ataw ketidakmampuan mencerna makanan untuk nutrisi yang
dibutuhkan
kelemahan, penurunan toleransi altivitas
perubahan membran mukosa mulut
4. Gangguan / kerusakan integritas kulit (resiko tinggi) terhadap faktor resiko yang
berhubungan dengan :
• perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia)
• gangguan mobilitas
• defisit nutrisi
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan:
• pertahankan sekunder tidak adekuat misalnya penurunan hb, leukopenia, penurunan
granulosit
• pertahanan utama yang tidak adekuat misalnya kerusakan kulit, prosedur invasif,penyakit
kronis, mal nutrisi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
• tidak adanya informasi mengenai penyakit yang di derita

INTERVENSI KEPERAWATAN

• DIAGNOSA KEPERAWATAN 1
- Awasi tanda tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit, ataw membran
mukosa, dasar kuku
- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
- Awasi upaya pernafasan : auskutasi bunyi nafas
- Selidiki keluhan nyeri dada
- Berikan kebutuhan cairan sesuai indikasi
- Catat keluahan pasien akan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
sesuai indikasi.
- Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium, berikan tranfusi sesuai indikasi
awasi ketat bila melakukan tranfusi, berikan oksigen sesuai indikasi.

• DIAGNOSA KEPERAWATAN 2
- Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas normal, catat kelelahan,dan
kesulitan menyelesaikan tugas
- Awasin TTV sesudah ber aktivitas
- Catat respon setelah ber aktivitas
- Kolaborasi : berikan bantuan dalam aktivitas/ ambulasi bila
perlu.memungkinkan klien untuk melakukan sebayak mungkin.
• DIAGNOSA KEPERAWATAN 3
- Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
- Observasi dan catat asupan makan klien
- Motivasi untuk makan sedikit tapi sering
- Berikan makanan dalam kondisi hangat
- Kolaborasi : konsul dengan ahli gizi, pantau pemeriksaan lab, kolaborasi untuk
pemberian vitamin.

• DIAGNOSA KEPERAWATAN 4
- Kaji integritas kulit, catat perubahan tugor kulit, gangguan warna kulit
- Anjurkan pasien untuk miring kanan kiri secara bertahap
- Berikan posisi yang nyaman
- Pakaikan pelembab kulit bila di perlukan
- Kolaborasi : gunakan alat pelindung/ oil / pelembab sesuai indikasi
• DIAGNOSA KEPERAWATAN 5
- Tingkatkan cuci tangan yang baik
- Pertahankan tindakan aseptik
- Berikan perawatan kulit
- Berikan posisi yang nyaman
- Tingkatkan produksi cairan
- Pantau TTV
- Kolaborasi : ambil spesimen untuk pemeriksaan kultur darah, berikan obat
antibiotik,

• DIAGNOSA KEPERAWATAN 6
- Berikan informasi tentang penyakitnyadan terapi yang diberikan
- Jelaskan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
- Tinjau perubahan diet yang diberikan untuk kebutuhan diet khusus
- Sarankan minum obat vitamin ataw yang lainnya
- Tekankan pentingnya memelihara kesehatan mulut
- Kolaborasi : pemberian zat besi melalui obat ataw makanan.

Anda mungkin juga menyukai