Anda di halaman 1dari 20

MODUL ANEMIA PADA REMAJA

Editor : Jumiyati, M. Gz.

2020
D Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ashifa Mutia
Fajra Meilita Sari
Heidy Dayanti
Lucy Novella
Rian Anugrah Esa
Rini Mulya Sari
Siti Nurmaya
Utari Lidya

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah SWT atas segala


rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan modul
“Anemia Pada Remaja” untuk panduan pelatihan pencegahan anemia
pada remaja. Modul ini disusun berdasarkan dari berbagai sumber buku
dan jurnal penelitian. Modul ini juga dilengkapi dengan evaluasi soal
untuk menguji pemahaman remaja terkait dengan materi tang terdapat
pada modul. Dalam modul Anemia Pada Remaja ini akan dibahas tentang
“konsep dasar anemia, kandungan zat gizi yang baik untuk anemia serta
contoh menu untuk penderita anemia”.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan


modul ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


membantu proses penyelesaian modul ini, terutama dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan dan Pelatihan Gizi Ibu Jumiyati, M. Gz yang telah
membimbing penyusun dalam pembuatan modul ini. Semoga modul ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para peserta pelatihan
pencegahan anemia pada remaja.

Penyusun

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


TEMA 1
KONSEP DASAR ANEMIA

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu
kondisi tubuh dimana kadar
hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari
normal (WHO, 2011).
Hemoglobin adalah salah
satu komponen dalam sel
darah merah/eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat
oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan
oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas.
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk
sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus
dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya.

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin normal umunya berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung
pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan. (Atikah
Proverawati 2011)

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


sampai usia lanjut. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia
pada perempuan usia ≥15 tahun sebesar 22,7% sedangkan prevalensi
anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.

Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak


kehilangan darah pada saat menstruasi. Rematri yang menderita anemia
berisiko mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampak
negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan
serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan,
bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI)
menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup dan penyebab utama kematian ibu adalah pre-
eklampsia dan eklampsia (32,4%) serta perdarahan paska persalinan
(20,3%) (Sensus Penduduk, 2010).

Keadaan kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai


normal. Nilai batas ambang untuk anemia menurut WHO 200 1 (') adalah
untuk umur 5-1 1 tahun < 11,5 g/L, 11-14 tahun 5 2,O g/L, remaja diatas
15 tahun untuk anak perempuan <12,O g/L dan anak laki-laki < 3,O g/L.
Masalah nutrisi pada remaja adalah defisiensi mikronutrien,
khususnya anemia zat besi dan masalah nutrisi, baik gizi kurang serta
perawatan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas yang keduanya
seringkali berkaita dengan perilaku makan.
Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dn
eritrosit lebih rendah dari normal. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki
adalah 14-18 gram % dan eritrosit 4,5 – 5,5 juta/mm 3 sedangkan pada
perempuan hemoglobin normal adalah 12-16 gram % dengan eritrosit 3,4
– 4,5 juta/mm3.

Remaja putri lebih mudah mengalami anemia disebabkan pertama,


umumnya lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan
zat besinya sedikit dibandingkan dengan bahan makanan hewani sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kedua, remaja
putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makan.

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


Ketiga, setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang dieksresi,
khususnya melalui feses. Keempat, setiap bulan remaja putri mengalami
haid, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari sehingga kebutuhan zat
besi lebih banyak daripada laki-laki.

B. Jenis -Jenis Anemia


Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut
ukuran sel darah merah:
1. Jika sel darah merah lebih kecil dari bisanya, ini disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi ( besi tingkat
rendah) anemia dan thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).
2. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam
jumlah ), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang
menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan
penyakit ginjal.
3. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia
makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa
dan anemia yang berhubungan dengan alkoholisme. (Atikah
Proverawati 2011)

C. Penyebab Anemia

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi,


defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia
terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang
kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun . Anemia
dapat terjadi pada semua siklus kehidupan, yang tentunya memiliki efek
negative bagi kesehatan seseorang.

Ada 5 penyebab anemia, yaitu:

1. Defisiensi zat gizi


 Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin
antara lain asam folat dan vitamin B12.
 Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,
dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan
asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2. Perdarahan (Loss of blood volume)
 Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
 Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
3. Hemolitik
 Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
 Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat
pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
4. Anemia penyakit kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.
Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap
berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelajutan seperti infeksi
kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.
5. Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk
Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel
darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk
produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat
menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah.
Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting rendah nya
kadar asam folat dan vitamin B12. Diet vegetarian ketat yang tidak
mengkonsumsi vitamin yang cukup akan beresiko untuk berkembang
nya defisiensi vitamin B12.

Menurut Tarwoto, dkk penyebab anemia yang umum pada


masyarakat di Indonesia (termasuk remaja putri) adalah lebih

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


banyaknya konsumsi makanan nabati yang kandungan besinya kurang,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi. Selain itu remaja putri juga biasanya
ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanannya.

15 Remaja putri lebih beresiko menderita anemia daripada remaja


pria oleh karena setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi),
dimana dalam sekali siklus haid akan kehilangan 1,3 mg zat besi per
harinya, sehingga membuat kebutuhan zat besinya lebih banyak dari
pada pria. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia
defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan
mengenai resiko terjadinya anemia defisiensi besi, pengetahuan
mengenai zat-zat yang dapat memicu terjadinya anemia karena zat
tersebut dapat menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh),
konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, obat
sulfonamide, obat malaria, merokok, pendarahan, luka bakar, diare,
dan gangguan fungsi ginjal.

D. Gejala Klinis
Adapun tanda dan gejala anemia lainya :
1. Anemia ringan
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebapkan
berkurangnya pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh,
anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga
bisa membuat buruk hampir semua kondisi medis lainya yang
mendasari. Jika anemia ringan, biasanya tidak menimbulkan gejala
apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus( kronis) tubuh
dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin
tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Gejala
anemia mungking termasuk yang berikut:
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Kelemahan

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


d. Sesak nafas ringan
e. Palpitsi(rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)
f. Tampak pucat.
2. Anemia berat
Beberapa tana -tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat
pada seseorang dapat mencakup:
a. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket
dan berbau busuk, berwarna merah marun atau tampak
berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran
pencermaan.
b. Denyut jantung cepat
c. Tekanan darah rendah
d. Frekuensi pernafasan cepat
e. Pucat atau kulit dingin
f. Kulit kuning jaundice jika anemia karena kerusakan darah
merah
g. Mur-mur jantung
h. Pembesaran limfa dengan penyebap anemia tertentu
i. Nyeri dada
j. Pusing atau kepala terasa ringan(terutam ketika berdiri atau
dengan tenaga)
k. Kelelahan atau kekurangan energi
l. Sakit kepala
m. Tidak bisa berkonsentrasi
n. Sesak nafas (khususnya selama latihan)
o. Nyeri dada, angina atau serangan jantung
p. Pingsan

Beberapa pasien dengan anemia tidak menunjukan gejala.


Sedangkan anemia pada orang lain mungkin merasa capek, mudah
kelelahan , tampak pucat, terjadi palpitasi atau berdebar (rasa balap
jantung) dan menjadi sesak nafas. (Atikah Proverawati 2011)

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


E. Akibat Anemia
Anemia mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak
berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya
konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga menurunkan
prestasi belajar sekolah. Anemia tidak menular, tetapi tetap berbahaya.
Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi
karena remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam
pertumbuhan, tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak, dan di
antaranya adalah zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan
kurang dari yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia.

F. Pengobatan Anemia
Pengobatan harus ditujukan pada penyebap anemia ,dan mungkin
termasuk :
1. Tranfusi darah
2. Kortiko steroid atau obat-obatan lainya yang menekan sistem
kekebalan tubuh
3. Erythropoietin, obat yang membantu sum-sum tulang sel-sel darah
4. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam volat atau vitamin dan mineral
lainya
G. Pencegahan Anemia
Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah dengan
makan makanan yang sehat dan membatasi pengunaan alkohol. Semua
jenis anemia sebaiknya dihindari dengan memeriksakan diri ke dokter
secara teratur dan ketika masalah itu timbul. Darah parah lanjut usia secara
rutin di perintahkan oleh dokter untuk selalu di kontrol, bahkan jika tidak
ada gejala, sehingga dapat terdeteksi adanya anemia dan meminta dokter
untuk mencari penyebab yang mendasari. (Atikah Proverawati 2011)
H. Diagnosis

Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan adanya


anemia dan penurunan kadar besi di dalam serum. Cara lain dengan
pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau sum-sum tulang, tetapi cara ini

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


sangat invasif. Pada daerah dengan fasilitas laboratorium yang terbatas,
Markum (1982) mengajukan beberapa pedoman untuk menduga adanya
anemia defisiensi yaitu :
(1) adanya riwayat faktor predisposisi dan faktor etiologi
(2) pada pemeriksaan fisis hanya terdapat gejala pucat tanpa perdarahan
atau organomegali
(3) adanya anemia hipokromik mikrositer
(4) adanya respons terhadap pemberian senyawa besi.

I. Pemeriksaan Fisik Anemia


Pada pemeriksaan fisik anemia, kita dapat menemukan tanda dan
penyebab anemia dari kelainan fisik yang ditemukan. Misalnya adanya
tanda-tanda malnutrisi dan perubahan neurologis seperti kehilangan
proprioseptor dan tremor pada pasien dengan anemia akibat defisiensi
vitamin B12. Contoh lain mungkin kita temukan pasien sangat pucat,
lidahnya licin, serta adanya selaput pada oesophagus. Ini ditemukan pada
pasien anemia defisiensi besi yang berat. Keadaan lain juga mungkin
ditemukan yaitu kulit yang pucat, juga terlihat pada membran mukosa
serta kuku. Pada pasien dengan anemia hemolitik tertentu dapat ditemukan
temperatur yang sedikit meningkat.

Pada pemeriksaan jantung, murmur mungkin dapat terdengar, yang


merupakan sekunder terhadap anemia yang berhubungan dengan
meningkatnya kerja jantung yang dibutuhkan untuk membawa Oksigen ke
jaringan. Pasien dengan endocarditis bakterialis akan menunjukkan adanya
demam, murmur dan anemia. Penyakit ini adalah contoh kerusakan katup
jantung akibat infeksi dan murmur, secara etiologis berhubungan dengan
anemia.

Alat pacu jantung buatan dan graft arterial atau Disseminated


Intravascular Coagulation dapat menyebabkan salah satu bentuk anemia
hemolitik yang disebut Microangipathic Hemolytic Anemia. Selain itu
masih ada anemia yang disebut anemia aplastik, yaitu pansitopenia yang
disebabkan oleh kegagalan produksi sumsum tulang. Sedangkan

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


hipoproliferatif anemia adalah kegagalan sumsum tulang dalam produksi
eritrosit saja.

Gambar 1. Konjungtiva Anemia Gambar 2. Kuku pucat dan cekung

J. Pemeriksaan Laboratorium Anemia


Berdasarkan sudut pandang laboratorium, parameter umum yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis anemia adalah: pemeriksaan
kadar Hemoglobin (Hb), persentase hematokrit (Ht), serta penentuan
jumlah eritrosit. Namun untuk menentukan jenis dan penyebab anemia,
masih diperlukan pemeriksaan lain, misalnya: Indeks eritrosit, jumlah
retikulosit, pemeriksaan sediaan hapus darah tepi serta pemeriksaan
sediaan hapus sumsum tulang.(Harmening). Diagnosis laboratorium
anemia berdasarkan World Health Organization (WHO) ditandai dengan
adanya penurunan kadar:
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Jumlah eritrosit

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


TEMA 2
ZAT GIZI UNTUK PENDERITA
ANEMIA

A. Kandungan Zat Gizi yang Baik untuk Penderita Anemia


Berdasarkan aspek fisik, status gizi sangat mempengaruhi kualitas
hidup manusia, tinggi dan berat badan manusia Indonesia sangat
ditentukan oleh status gizi. Sedangkan, status gizi itu dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling terkait secara kompleks antara satu dengan
yang lain. Faktor tersebut antara lain meliputi ketersedian bahan
makanan, status kesehatan, status ekonomi, serta sosial budaya. Status
gizi ditentukan oleh dua komponen meliputi terpenuhinya semua zat-
zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan dan peranan berbagai
faktor yang menentukan besar kebutuhan penyerapan dan penggunaan
zat-zat gizi terhadap faktor genetik dan sosial ekonomi. Berikut ini
adalah beberapa kandungan zat gizi yang baik di konsumsi untuk
penderita anemia:
1. Konsumsi Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
terutama untuk membangun sel dan jaringan, memelihara dan
mempertahankan daya tahan tubuh, membantu enzim, hormon, dan
berbagai bahan biokimia lain. Dengan demikian, kekurangan asupan
protein akan sangat mempengaruhi berbagai kondisi tubuh yang
diperlukan untuk tetap bertahan sehat. Protein berhubungan dengan
anemia karena hemoglobin yang diukur untuk menentukan status
anemia seseorang merupakan pigmen darah yang berwarna merah
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah
ikatan protein. Sumber protein hewani yang bersumber dari daging
sapi, kambing, ayam, hati, dan ikan berperan meningkatkan
penyerapan zat besi di dalam usus, sebaliknya protein nabati seperti
kacang-kacangan dapat menghambat penyerapan zat besi terutama
jika protein tersebut digunakan sebagai pengganti daging.

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


2. Zat Besi
Zat besi adalah mineral mikro yang banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Zat besi dalam tubuh dapat diperoleh dari hasil siklus ulang
sel-sel darah merah yang rusak dan dari makanan. Persediaan zat besi
dalam makanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, makanan dengan
persediaan zat besi rendah terdiri dari bahan makanan yang tidak
bervariasi yaitu biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian dengan
hampir tidak pernah mengkonsumsi daging, ikan dan makanan yang
mengandung vitamin C. Makanan dengan persediaan zat besi sedang
terdiri dari biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian termasuk pula
makanan yang bersumber dari hewan serta makanan yang
mengandung vitamin C. Makanan dengan persediaan zat besi tinggi
yaitu makanan yang banyak sekali mengandung daging, unggas, ikan
atau makananmakanan yang kaya akan vitamin C.
3. Vitamin B12
Sumber utama vitamin B12 yang larut dalam air adalah makanan
protein hewani yang diperoleh dari hasil sintesis bakteri di dalam
usus, seperti hati, ginjal, susu, telur, ikan, keju dan daging. Vitamin
B12 yang berasal dari sayuran yang mengalami pembusukan atau
sintesis bakteri pada manusia tidak diabsorpsi karena sintesis terjadi di
dalam kolon. Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena
kekurangan dalam makanan, akan tetapi sebagian besar sebagai akibat
penyakit saluran cerna atau pada gangguan absorpsi dan transportasi.
Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah
terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah.
Karena peranannya dalam pembentukan sel, defisiensi vitamin B12
bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga
menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah akibatnya terjadi
anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare,
dan murung.

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


4. Vitamin C
Vitamin C merupakan kelompok vitamin larut dalam air yang
umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, sayur dan buah
terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria,
dan tomat serta di dalam sayur daun – daunan dan jenis kol. Salah
satu fungsi vitamin C adalah absorpsi dan metabolisme besi. Vitamin
C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah
diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang
sukar dimolisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi
besi dalam bentuk nonheme meningkat empat kali lipat bila ada
vitamin C yang berperan memindahkan besi dari transferin di dalam
plasma ke feritin hati.

A. Sumber Makanan Penghambat Penyerapan Zat Besi


Sumber makanan yang mengandung faktor penghambat (inhibitor)
penyerapan zat besi adalah teh dan kopi. Hal ini dapat menjadi penyebab
anemia karena teh merupakan bahan minuman yang dikonsumsi oleh
seluruh penduduk dunia. Kurangnya mengonsumsi faktor pemacu
(enhancer) yang terdapat pada makanan seperti vitamin C dapat
mengurangi daya absorpsi besi non-heme. Beberapa defisiensi
mikronutrien seperti vitamin A, B6, B12, riboflavin, asam folat dan
tembaga (Cu) dihubungkan dengan penurunan kadar hemoglobin dan
terjadinya anemia.

B. Kadar Hemoglobin Normal


Tabel 1.1 kadar hemoglobin normal
Umur (tahun ) Kada hemoglobin (g/L)
5-11 115
12-14 120
≥ 15 laki-laki 130
≥ 15 perempuan 120
Sumber : WHO 2001

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


C. Contoh Makan Yang Baik Untuk Anemia
1. Daging Merah

Daging merah kaya akan vitamin B12 yang baik pembentukan


hemoglobin. Namun, akan lebih baik jika daging merah yang
dikonsumsi tanpa lemak atau mengandung sedikit lemak. Menurut
ahli, pengidap anemia dianjurkan untuk rutin mengonsumsi daging
merah sebanyak 2–3 kali dalam satu kali
2. Bayam

Diantara semua jenis sayuran hijau, bayam menjadi sayuran yang


paling tinggi kandungan vitaminnya. Kandungan vitamin A, vitamin
B19, vitamin C, vitamin E dan kalsium dalam bayam memiliki banyak
manfaat untuk pengidap anemia. Yang paling penting, kandungan
serat, beta karoten dan zat besi dalam bayam bisa mencegah tubuh dari
kekurangan sel darah merah
3. Telur

Telur adalah bahan makanan yang sangat mudah dicari. Kabar


baiknya, satu butir telur ternyata mengandung 1.02 miligram zat besi.
Tentunya, ini menjadi kabar baik bagi pengidap anemia. Selain mudah

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


didapatkan, telur ternyata ampuh mengurangi gejala anemia. Bukan
hanya zat besi, telur juga terkenal dengan kandungan proteinnya yang
tinggi serta antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
4. Tiram

Tiram merupakan salah satu jenis makanan laut yang efektif untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Ini karena, tiram
mengandung  zat besi, protein dan vitamin B12. Seperti yang sudah di
jelaskan sebelumnya, zat besi dibutuhkan guna membantu
pembentukan hemoglobin. Konsumsi tiram setidaknya dua kali dalam
satu minggu
5. Tomat

Bukan cuma sayuran hijau saja yang punya manfaat zat besi. Buktinya,
tomat juga mengandung zat besi yang cukup tinggi sekitar 3,39
miligram setiap satu cangkirnya. Fakta lainnya, ternyata tomat juga
berperan meningkatkan kemampuan tubuh dalam menyerap zat besi.
Penyebabnya karena tomat banyak mengandung vitamin C dan likopen
yang bekerja efektif dalam mempercepat penyerapan zat besi.

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


TEMA 3
CONTOH MENU SEHARI
UNTUK ANEMIA

Waktu Makan Menu Porsi Per Menu

Pagi Bubur Kacang Hijau 100 gram


Telur rebus ½ matang 60 gram
Susu 200 ml

Jam 10.00 Sandwich Telur 100 gram


Makan Siang Nasi putih 200 gram
Udang goreng asam manis 50 gram
Tahu kuah kaldu 100 gram
Cah jagung muda 100 gram
Buah jeruk 100 gram

Jam 16.00 Brownies Kukus 50 gram

Makan Malam Nasi Putih 200 gram


Bistik daging 50 gram
Bayam tumis 100 gram
Tempe goreng 100 gram
Jus Jambu Biji 100 gram

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


RANGKUMAN

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Remaja putri (rematri)
rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi.
Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia pada saat hamil.
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan
karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik
secara akut atau menahun. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya
anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan mengenai
resiko terjadinya anemia defisiensi besi, pengetahuan mengenai zat-zat yang dapat
memicu terjadinya anemia karena zat tersebut dapat menghambat absorpsi besi
(vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, obat
sulfonamide, obat malaria, merokok, pendarahan, luka bakar, diare, dan gangguan
fungsi ginjal.
Gejala dari keadaan deplesi besi maupun defisiensi besi tidak spesifik.
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
penurunan kadar feritin/saturasi transferin serum dan kadar besi serum. Pada ADB
gejala klinis terjadi secara bertahap. Kekurangan zat besi di dalam otot jantung
menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas otot organ tersebut. Diagnosis
anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan adanya anemia dan penurunan
kadar besi di dalam serum. Cara lain dengan pemeriksaan sitokimia jaringan hati
atau sum-sum tulang, tetapi cara ini sangat invasif.
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus segera
dimulai untuk mencegah berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan terdiri atas
pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero (sulfat, glukonat, fumarat
dan lain-lain), pengobatan ini tergolong murah dan mudah dibandingkan dengan

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


cara lain.8,10 Pada bayi dan anak, terapi besi elemental diberikan dengan dosis 3-
6 mg/kg bb/hari dibagi dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan
makan malam; penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan sewaktu perut
kosong. Anemia mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa
gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi,
serta penurunan kemampuan belajar, sehingga menurunkan prestasi belajar
sekolah.

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, Maria &Albert Daniel. 2002. Diagnosis, Pengobatan dan


Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2
(hal. 74 – 77)
Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi : Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta :
Penerbit Kalaka
Dalimoenthe, Zamalek Nadjwa. 2017. Pendekatan Diagnosis Anemia. Buku Saku
KSC. Universitas Padjadjaran Bandung.
Fitriany, Julia & Amelia Intan Saputri. 2018. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal
Averrous, Vol. 4, No. 2
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada
Remaja Putri dan Wanita Ussia Subur (WUS). Direktorat Gizi
Masyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat
Marina, Rahayu Indriasari & Nurhaedar Jafar. 2015. Konsumsi Tanin Dan Fitat
Sebagai Determinan Penyebab Anemia Pada Remaja Putri Di Sma
Negeri 10 Makassar. Jurnal MKMI, Maret 2015, hal. 50-58
Prasetya, Ketut Ayu, dkk. 2019. Hubungan Antara Anemia Dengan Prestasi
Belajar Pada Siswi Kelas Xi Di Sman I Abiansemal Badung. E-Jurnal
Medika, Vol. 8, No. 1
Permaesih, Dewi & Susilowati Herman. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Anemia pada Remaja. Bul. Panel Kesehatan, Vol. 33, No. 4 (hal. 162 –
171)
Syatriani, Sri & Astrina Aryani. 2010. Konsumsi Makanan dan Kejadian Anemia
pada Siswi Salah Satu SMP di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 6 (hal. 251 – 254).

ANEMIA PADA REMAJA D4 2020

Anda mungkin juga menyukai