Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HEMATOLOGI

“Anemia”

Disusun oleh :

 Nia Khana Kallista Alimi (14330007)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2018
Kata Penghantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anemia mata kuliah Hematologi”.

Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak oleh karena
itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis, 31 Maret 2018


Daftar Isi

Daftar isi.....................................................................................................................
Kata Penghantar.......................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................................
Latar Belakang ..............................................................................................................................
BAB II. TINJAUN PUSTAKA.........................................................................................................
Definisi Anemia................................................................................................................................
Penyebab atau Etiologi Anemia......................................................................................................
Klasifikasi Anemia...........................................................................................................................
Pencegahan Anemia.......................................................................................................................
Penanggulangan Anemia...................................................................................................................
BAB III. PEMBAHASAN...........................................................................................................
Kasus Anemia..........................................................................................................................
BAB IV. PENUTUP...................................................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa
pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm),
dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
yang optimal.
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi
terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan
darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi
sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang
sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehinggadarah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di
negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan
ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi,
karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama
anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan
diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu
sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya
dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.

2. Rumusan masalah
1. Apa itu anemia?
2. Apa saja kah penyebab dari anemia ?
3. Apa saja klasifikasi anemia ?
4. Apa saja Pencegahan Anemia ?
3. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian anemia.
2. Mampu menyebutkan penyebab anemia.
3. Mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anemia


Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawaoksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.

2.2 Penyebab atau Etiologi Anemia


1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

2.3 Klasifikasi Anemia


Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom


a. Anemia defisiensi besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20
mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar
2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini
umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh
infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia
bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
 Diet yang tidak mencukupi
 Absorpsi yang menurun
 Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
 Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
 Hemoglobinuria
 Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti
infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena
gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor
ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi
asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam
folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.
c. Anemia karena perdarahan
1. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.
3. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari),
baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan
membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi,
hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
4. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.
d. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat,
lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long,
1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia
defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa
(Arif Mansjoer, 2001)
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia
aplastik )
2.4 Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari
anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat,
variasi makanan, termasuk:
 Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
 Asam Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk
dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan
dibentengi roti, sereal dan pasta.
 Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
 Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
 Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-
orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang
diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
2.5 Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang
cukup secara rutin pada usia remaja.
2) Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam
askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi
minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum
susu pada saat makan.
3) Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1
mg/KgBB/hari.
4) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi
bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,
multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5) Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan
pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi .

2.6 Pengobatan Anemia


Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
 Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi,
yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika
penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber
perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
 Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan
asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
 Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini .
Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin
sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu
merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
 Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan
transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak
dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi
lagi.
 Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit
dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi
sumsum tulang.
 Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang
menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin
dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah
merah.
 Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya
menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat
kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

BAB III
PEMBAHASAN

KASUS ANEMIA

Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan bahan ini, saya
mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi(Fe).

An. Aldi, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan pucat.
Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang
menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan susah makan. Sejak kecil Aldi
memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya, saat mengikuti pelajaran Aldi sering
tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak
didapatkan hepatomegali ataupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
8,0 g/dL. Dokter memberikan tablet tambah darah untuk Aldi.

Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat kebutuhan
besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi
yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis
yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis membahas perbandingan berbagai
jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada anemia defisiensi besi.

a. Defisiensi Zat Besi

Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena
cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.

b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan besi, gangguan
penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.

Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:

Perdarahan menahun misalnya tukak peptic, menoragi, hematuria, hemoptisis, infeksi cacing
tambang

Kurangnya jumlah besi dalam makanan

Peningkatan kebutuhan besi yang tidak sesuai dengan asupan

Gangguan absorbsi besi

c. Gejala Klinis

· Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.

· Muka pucat, demam, dan aneroksia.

· Mata berkunang – kunang, serta telinga mendenging.

· Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain yaitu:

1. Koilorikia : kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi
sendok.

2. Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.

3. Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada bercak
berwarna pucat keputihan.
Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut
belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.

Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa pasien


memang mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL dikategorikan sebagai
anemia. Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar penatalaksanaannya berjalan efektif
perlu dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes laboratorium.

Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit berwarna
pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga menimbulkan keadaan pucat
pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis DNA dan enzim
mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan tetapi, defisiensi besi
juga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap infeksi. Maka dari itu, timbul
demam yang tidak terlalu tinggi.

Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi
penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.

Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan mual dan
muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim monoamino
oksidase sehingga terjadi penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah yang menjadi sebab
terjadinya keadaan mual dan sulit makan.

Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam darah tidak
cukup untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk dan sering tertidur.
Sedangkan bising jantung disebabkan akibat kerja jantung yang lebih kuat karena adanya
gangguan oksigenasi jaringan.
Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising
jantung. Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih keras
dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan splenomegali juga
terjadi pada anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati kapiler yang sempit dalam
limpa, sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga terjadi pembesaran limpa. Tidak
adanya hepatomegali dan splenomegali menunjukkan bahwa pasien dalam kasus tidak
mengalami anemia jenis hemolitik.

Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging. Padahal, daging
merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya tidak dihambat oleh
bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi. Selain besi, daging juga
mengandung zat gizi lain, misalnya asam folat.

Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin tidak
berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang terkandung dalam
daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun yang paling dominan
adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi anemia
defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu tidak dapat
menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi parenteral. Terapi
penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi.

Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang kita lakukan
khusus anemia defisiensi zat gizi yaitu:

Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia dan
pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy)

ü Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan obat
cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.

ü Iron replacement therapy

Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi cadangan besi
tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral atau pemberian
parenteral.

ü Suplemen besi oral

Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti defisiensi besi
karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai sediaan preparat besi
oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan lainnya namun demikian ferrous
sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup efektif.

Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan menjadi
beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena
besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi
yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di hari ke 4-7 biasanya
eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada hari 8-12 setelah terapi dimulai.

Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan
penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi, akibatnya kadar
penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan dicapai dari terapi ini adalah
mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama
6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.

Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban dokter. Pasien
diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi sebelum pasien makan
karena akan meningkatkan absorbsinya.

Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan kepada pasien.
Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan kepatuhan minum obat
pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga tertangani dengan langkah-langkah
tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi parenteral.

ü Terapi besi parenteral

Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan menghadapi masalah
absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya lebih mahal oleh karena itu hanya
diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya kepatuhan pasien yang sangat rendah.
Preparat yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran complex (50 mg/mL). Pemberian
terapi parenteral adalah melalui IV atau IM.

PENCEGAHANANEMIA
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari
anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi
makanan, termasuk:

Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya zat
besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah
kering, selai kacang dan kacang-kacangan.

Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan,
pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.

Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu
meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang
yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama
ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
G. PENANGGULANGAN ANEMIA

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara
rutin pada usia remaja.

2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut
disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan
absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.

3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi
tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu,
kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung
phosphate dan kalsium.

5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk
skrining anemia defisiensi besi .

H. PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang mungkin
Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi
kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini
mungkin melibatkan operasi.
Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
suplemen asam folat.

Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat besi
dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah,
transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal,
dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.

Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang
jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda
mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda
dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi
lagi.

Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar
dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.

Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu,


mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan Anda,
yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel darah merah.

Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan
antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
BAB IV

Penutup

Kesimpulan

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah berada di bawah normal. Penyebab Umum dari Anemia Yaitu:
Kehilangan darah atau Perdarahan hebat, Berkurangnya pembentukan sel darah merah,
dan Gangguan produksi sel darah merah . Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:
Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit
dan telapak tangan menjadi pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah,
anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan. Untuk memenuhi definisi anemia, maka
perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia.
Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal
dari permukaan laut. Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb <10gr/dl, Hematokrit
<30% , dan Eritrosit <2,8juta. Kasus yang kami angkat dari materi ini ialah anem,ia
akibat defesiensi zat besi.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta I Made, dkk, 2006, Anemia Defisiensi Besi dalam Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam jilid
IIedisi IV ; Jakarta : FKUI.

Guyton and Hall, 1997, Sel-Sel Darah Merah, Anemia dan Polisitemia dalam BukuAjar Fisiologi
Kedokteran edisi IX, Jakarta : EGC.

Murray, Robert K. Biokimia harper, 24ed. Jakarta: EGC; 1999.Supandiman I dan Fadjari H,
2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV ;
Jakarta : FKUI.

Supandiman I dkk, 2003, Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi medik ; Bandung
: Q Communication .

Widjanarko A dkk, 2006, Anemia Aplastik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi
IV ; Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai