Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PATIENT SAFETY: PEMBERIAN OBAT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Problem Basic Learning (PBL)
Pengendalian Infeksi dan Patient Safety (BLOK 006)
Dosen Pembimbing: Tunjung Sri Yulianti, S. Kep., Ns., M. Kes

Disusun Oleh:
Agung Laksono D3A2022.003
Anggi Septima Anjani D3A2022.006
Aprilia Wulansari D3A2022.009
Diaz Indah Ramadhani D3A2022.020
Gilang Rahmadhan D3A2022.034
Kezia Saha Dewi D3A2022.041
Kireina Permatsari U.A.S D3A2022.043
Margaretha Ninda Santosa D3A2022.050

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah PBL dengan
topik yang berjudul “Patient Safety: Pemberian Obat”. Adapun maksud
penyusunan makalah.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah
ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah dipahami. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulia mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ratna Indriati., Ns., M.kes Selaku ketua SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA
2. Ibu Tunjung Sri Y, S. Kep., Ns., M. Kes selaku dosen pembimbing
3. Seluruh Dosen Sekolah Tinggi Panti Kosala Surakarta, yang telah
memberi bekal ilmu yang besar manfaatnya bagi penulis
4. Para rekan kerja yang sangat membantu dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini
5. Keluarga terrcinta yang telah memberikan semangat, dorongan serta
motivasi kepada kami
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang dan
penyusunan berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang.

Sukoharjo, 3 Juni 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Learning Outcomes (LO)..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah................................................................................2
B. Proses Diskusi...............................................................................................2
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................28
B. Saran............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Learning Outcomes (LO)


Umum
Setelah menyelesaikan Blok Pengendalian Infeksi dan Patient Safety peserta
didik diharapkan mampu menguasai konsep, prinsip dan teknik pengendalian
infeksi dan patient safety
Khusus
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam pemberian obat
2. Mahasiswa dapat menyebutkan secara benar cara pemberian obat
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sasaran keselamatan pasien dalam
proses pemberian obat
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi peran perawat dalam pengendalian
infeksi setelah pemberian obat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep, prinsip dan teknik pengendalian infeksi dan patient
safety?
2. Identifikan macam pemberian obat!
3. Identifikan sasaran keselamatan pasien dalam proses pemberian obat!
4. Identifikan sasaran peran perawat dalam pengendalian infeksi
setelah pemberian obat!

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep, prinsip dan teknik pengendalian infeksi dan
patient safety
2. Untuk mengetahui macam pemberian obat
3. Untuk mengetahui sasaran keselamatan pasien dalam proses pemberian
obat
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam pengendalian infeksi
setelah pemberian obat

1
2

5.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah


"Salah Melihat Obat"
Seorang perawat yang bekerja double shift di RS Bulan dengan pengalaman
kerja 10 tahun harus menulis kronologi dikarenakan melakukan kelalaian
dalam pemberian obat. Hal tersebut terjadi karena perawat salah memberikan
obat oral, sehingga pasien yang seharusnya tidak mendapatkan obat
amoxillin, diberikan obat tersebut dan terjadi syok anafilaktik. Namun berkat
kesigapan tim kesehatan di RS tersebut, pasien dapat tertolong. Hasil audit
ditemukan bahwa perawat salah melihat obat yang bentuknya mirip, dan tidak
melakukan indentifikasi pasien sebagai salah satu bagian dari sasaran
keselamatan pasien.

B. Proses Diskusi
1. Tuliskan kata-kata sulit/ Key word
a. Double shift
b. Syok anafilaktik
2. Tuliskan pokok permasalahan
Seorang perawat yang bekerja double shift di RS Bulan dengan
pengalaman kerja 10 tahun harus menulis kronologi dikarenakan
melakukan kelalaian dalam pemberian obat. Hal tersebut terjadi karena
perawat salah memberikan obat oral, sehingga pasien yang seharusnya
tidak mendapatkan obat amoxillin, diberikan obat tersebut dan terjadi syok
anafilaktik. Namun berkat kesigapan tim kesehatan di RS tersebut, pasien
dapat tertolong. Hasil audit ditemukan bahwa perawat salah melihat obat
yang bentuknya mirip, dan tidak melakukan indentifikasi pasien sebagai
salah satu bagian dari sasaran keselamatan pasien.
3. Tuliskan pertanyaan terkait dengan masalah yang belum anda ketahui.
Gunakan prinsip pertanyaan 5W1H
a. Ара macam-macam pemberian obat?

3
4

b. Sebutkan cara pemberian obat secara benar?


c. Bagaimana sasaran keselamatan pasien dalam proses pemberian
obat?
d. Bagaimana peran perawat dalam prinsip patient safety setelah
pemberian obat?
e. Bagaimana cara mencapai keselamatan di RS?
f. Apa saja faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien?
g. Sebutkan 6 benar obat!
h. Apa sanksi yang didapatkan oleh perawat ketika salah dalam
pemberian obat dari RS?
i. Apa saja jenis incident keselamatan pasien?
j. Mengapa pasien bisa mengalami syok anafilaktik?
k. Bagaimana pertolongan pertama pada salah pemberian obat?
l. Bagaimana cara mencegah kesalahan dalam pemberian obat?
m. Apa saja standar keselamatan pasien?
n. Apa definisi patient safety?
o. Bagaimana karakteristik sistem pelaporan yg berhasil?
p. Bagaimana alur pelaporan incident keselamatan palien?
q. Bagaimana solusi keselamatan pasien di RS?
r. Apa dasar hukum pasien safety?
s. Apa tanda dan gejala syok anafilaktik?
t. Apa saja yang termasuk dalam sasaran keselamatan pasien?
u. Apa peran perawat dalam pengendalian infeksi?
4. Tuliskan jawaban sementara penyebab masalah muncul
a. Keyword/kata-kata sulit
1) Double shift
2 kali jaga
2) Syok anafilaktik
Kejang
5

b. Pokok permasalahan
1) Ара macam-macam pemberian obat?
Injeksi, oral, bukal
2) Sebutkan cara pemberian obat secara benar?
Injeksi dimasukkan dengan spuit, orat melalui mulut, sub
lingual dibawah lidah
3) Bagaimana sasaran keselamatan pasien dalam proses
pemberian obat?
Gunakan prinsip 6 benar obat
4) Bagaimana peran perawat dalam prinsip patient safety
setelah pemberian obat?
Menjawa kesterilan
5) Bagaimana cara mencapai keselamatan di RS?
Lantai tidak licin dan menaikkan pengaman bed
6) Apa saja faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien?
Usia, lingkungan
7) Sebutkan 6 benar obat!
Benar obat, pasien, rute, waktu, dosis, dan dokumentasi
8) Apa sanksi yang didapatkan oleh perawat ketika salah dalam
pemberian obat dari RS?
Surat peringatan
9) Apa saja jenis incident keselamatan pasien?
Pasien jatuh, keracunan, infeksi
10) Mengapa pasien bisa mengalami syok anafilaktik?
Karena efek obat amoxilin
11) Bagaimana pertolongan pertama pada salah pemberian obat?
Memberikan minum air kelapa
12) Bagaimana cara mencegah kesalahan dalam pemberian obat?
Look alike, sound alike
6

13) Apa saja standar keselamatan pasien?


Mendapat obat yang benar, pelayanan yang baik
14) Apa definisi patient safety?
Keselamatan pasien dari infeksi dan resiko jatuh
15) Bagaimana karakteristik sistem pelaporan yang berhasil?
Ditindak lanjuti oleh PPI
16) Bagaimana alur pelaporan incident keselamatan palien?
Kepala ruang, kepala bidang, PPI
17) Bagaimana solusi keselamatan pasien di RS?
Jika lantai licin beri tanda
18) Apa dasar hukum pasien safety?
UU kemenkes
19) Apa tanda dan gejala syok anafilaktik?
Kejang, mulut berbusa
20) Apa saja yang termasuk dalam sasaran keselamatan pasien?
Mengidentifikasi pasien
21) Apa peran perawat dalam pengendalian infeksi?
Memakai APD sesuai ketentuan
5. Tuliskan jawaban yang sesuai dengan hasil penelusuran pustaka/bertanya
ke pakar
a. Keyword/kata-kata sulit
1) Double shift (Diaz Indah D3A2022.020)
Menurut Udin (2018), double shif yaitu bekerja selama 10-17 jam
operasional
2) Syok anafilaktik (Kezia Saha Dewi D3A2022.041)
Menurut Akmal (2020), Syok anafilaktik adalah reaksi alergi yang
tergolong berat karena dapat mengancam nyawa penderitanya.
Reaksi alergi ini dapat berkembang dengan cepat. Kondisi ini
diawali dengan gejala-gejala umum, seperti mual, muntah, dan rasa
sakit di daerah perut.
7

b. Pokok permasalahan
1) Ара macam-macam pemberian obat? (Gilang Rahmadhan
D3A20222.034)
Menurut Athijah (2011), ada beberapa cara pemberian obat
antara lain:
a) Diminum secara langsung (oral)
b) Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan
suntikan di antaranya subkutan, intramuskular, intravena,
intratekal
c) Topikal
d) Supositoria (rektal)
2) Sebutkan cara pemberian obat secara benar? (Agung Laksono
D3A2022.003)
Menurut Septikasari (2018), cara pemberian obat yang benar
antara lain:
a) Diminum secara langsung (oral)
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat
berbentuk cair, tablet, kapsul, atau tablet kunyah.
b) Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan
suntikan. Biasanya, cara ini dibedakan dari lokasi
suntiknya. Beberapa di antaranya:
(1) Subkutan
Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah
kulit. Obat ini kemudian masuk ke pembuluh darah kecil
(kapiler) menuju alirah darah untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.
8

(2) Intramuskular
Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan
obat dengan dosis yang lebih besar. Obat disuntikkan
langsung ke jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat
menggunakan jarum berukuran besar.
(3) Intravena
Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui
intravena dilakukan dengan menyuntikkan cairan
mengandung obat langsung ke pembuluh vena. Obat
dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan
(4) Intratekal
Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak,
tulang belakang, serta lapisan pelindungnya. Obat
disuntikkan melalui jarum yang dimasukkan ke celah
antara dua tulang belakang bagian pinggang.
c) Topikal
Obat-obatan topikal merupakan jenis obat yang diserap
secara langsung oleh permukaan tubuh, terutama kulit.
Contoh obat topikal adalah salep, losion, krim, bedak, gel,
dan plester yang ditempelkan ke kulit
d) Supositoria (rektal)
Supositoria merupakan jenis obat-obatan yang dimasukkan
melalui dubur.
e) Sublingual
Obat yang di tempelkan dibawah lidah
f) Bukal
Obat yang diletakkan di bagian dalam pipi
9

3) Bagaimana sasaran keselamatan pasien dalam proses


pemberian obat? (Anggi Septima A D3A2022.006)
Menurut Simbolon (2022), Rumah sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanana obat-obatan
yang perlu diwaspadai (High-Alert), hal tersebut dilakukan
bertujuan untuk memastikan bila obat-obatan menjadi bagian
dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan
secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan
serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-
obat yang terlihat mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada peningkatan
keamanan obat:
a) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat
proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label,
penyimpanan elektrolit konsentrat.
b) Implementasi kebijakan dan procedure.
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area
tersebut sesuai kebijakan.
4) Bagaimana peran perawat dalam prinsip patient safety setelah
pemberian obat? (Kireina Permatasari D3A2022.043)
Menurut Purwaningsih et.al. (2022), Peran Perawat berkaitan
dalam 7 Standar Keselamatan Pasien :
a) Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarganya agar mendapatkan informasi tentang rencana
10

dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya


KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
b) Perawat memberikan pengarahan, perencanaan pelayanan
kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai keselamatan
pasien.
c) Menjaga keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan
d) Menggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien.
e) Menerapkan peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien.
f) Menerima pendidikan tentang keselamatan pasien
g) Menjaga komunikasi sebagai kunci bagi perawat untuk
mencapai keselamatan pasien
5) Bagaimana cara mencapai keselamatan di RS? (Margaretha
D3A2022.050)
Menurut Yuniarti et. al. (2023), ada tujuh langkah keselamatan
pasien rumah sakit yang menjadi panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien antara lain:
a) Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan
adil.
b) Memimpin dan Mendukung Staf
Pimpinan melakukan pencanangan/deklarasi
program keselamatan pasien rumah sakit kemudian
membentuk komite/tim/panitia keselamatan pasien yang
bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program
keselamatan pasien. di rumah sakit. Pimpinan melakukan
11

rapat koordinasi multi disiplin secara berkala untuk


menilai perkembangan program keselamatan pasien.
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien
(patient safety walk around) secara rutin, diikuti berbagai
unsur terkait. Setiap timbang terima antar shift dilakukan
briefing untuk mengidentifikasi risiko keselamatan pasien
dan debriefing untuk memonitor risiko tersebut.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit. Pimpinan
memilih dan menetapkan champion di setiap unit/bagian
sebagai motor penggerak pelaksanaan program
keselamatan pasien di rumah sakit.
c) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko,
serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial
bermasalah.
d) Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
e) Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka
dengan pasien.
f) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
g) Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem
Keselamatan Pasien
12

Menggunakan informasi yang ada tentang


kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan..
6) Apa saja faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien?
(Diaz Indah D3A2022.020)
Menurut Nurhayati (2022), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya insiden keselamatan pasien. Insiden
tersebut dapat dicegah menjadi sistem pertahanan terhadap
insiden keselamatan pasien. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah:
a) Karakteristik individu Karakteristik individu merupakan
faktor utama yang berpengaruh terhadap keselamatan
pasien dan berhubungan secara langsung terhadap mutu
pelayanan.
b) Sifat dasar pekerjaan
Sifat dasar pekerjaan meliputi kelengkapan prosedur kerja,
alur kerja yang jelas, beban pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan petugas, dan kelengkapan peralatan pelayanan
kesehatan. Sifat dasar pekerjaan menentukan keahlian
perawat dalam melaksanakan pekerjaannya
c) Faktor lingkungan fisik
Faktor lingkungan fisik meliputi pencahayaan yang
memadai, suara yang tidak melebihi ambang batas aman,
suhu ruangan yang tidak panas atau terlalu dingin, tata letak
ruangan yang aman dan ventilasi yang cukup.
d) Faktor interaksi antara sistem dan manusia Faktor interaksi
ini meliputi perlengkapan peralatan medis, keamanan
penyimpanan alat-alat medis, pengawasan peralatan,
penguasaan laporan kerja dan teknologi informasi.
13

e) Faktor organisasi dan lingkungan social Lingkungan


organisasi merupakan lingkungan pekerjaan. Lingkungan
pekerjaan yang baik adalah lingkungan kerja yang
memperhatikam kualitas dan keamanan pelayanan terhadap
pasien dengan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman perawat sesuai kebutuhan pasien.
f) Faktor manajemen
Faktor manajemen mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan yang meliputi budaya keselamatan pasien,
kemudahan akses fasilitas kesehatan, pengembangan
keterampilan petugas kesehatan, kemampuan
kepemimpinan, kebijakan pimpinan dalam pengelolaan
sumber daya manusia, pengelolaan keuangan, ketersediaan
peralatan dan teknologi.
7) Sebutkan 6 benar obat! (Kezia Saha Dewi D3A2022.041)
Menurut Albyn et. al. (2022), ada 10 benar untuk pemberian obat
antara lain:
a) Benar obat dilakukan dengan memeriksa instruksi dokter,
cek riwayat alergi obat, mengecek label obat, dan hanya
memberi obat yang disiapkan sendiri
b) Benar dosis dilakukan dengan mengecek secara teliti order
dokter, pastikan dosis dihitung dengan benar sebelum
dicampur/diencerkan
c) Benar waktu dengan memastikan obat diberikan tepat
waktu serta tidak kadaluarsa
d) Benar pasien dengan mengecek program pengobatan dari
dokter, mengecek identitas pasien minimal dengan dua cara
e) Benar cara pemberian, pastikan obat diberikan sesuai rute
yang diinstruksikan misalnya iv, im, sc, atau peroral, cek
label/kemasan obat
14

f) Benar dokumentasi, jangan lupa tulis tindakan pengobatan


yang telah diberikan dengan segera agar tidak lupa
g) Benar edukasi, pastikan pasien telah mendapatkan
penjelasan yang memadai sebelum terapi diberikan
h) Benar alasan penolakan, jika pasien menolak pengobatan
tidak boleh dipaksakan namun harus dipastikan telah
mendapat penjelasan yang cukup risiko penolakaan tersebut
i) Benar pengkajian, sebelum memberikan obat lakukan
pengkajian yang dibutuhkan misalnya tekanan darah
sebelum memberikan obat hipertensi
j) Benar evaluasi, setelah obat diberikan lakukan evaluasi
untuk menilai keefektifan pengobatan atau respon pasien
terhadap pengobatan
8) Apa sanksi yang didapatkan oleh perawat ketika salah dalam
pemberian obat dari RS? (Gilang Rahmadhan
D3A20222.034)
Menurut Amir (2021), perawat yang melakukan kesalahan
dengan salah menyuntikkan obat ini maka dapat dikenai
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 58 Undang-
Undang keperawatan, berupa : Teguran secara lisan;
Peringatan tertulis; Denda administratif
dan/atau Pencabutan izin
9) Apa saja jenis incident keselamatan pasien? (Agung Laksono
D3A2022.003)
Menurut Nurhayati (2022), Terdapat beberapa jenis insiden
keselamatan pasien yang kerap terjadi di lingkungan
pelayanan kesehatan yakni:
a) Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse Event) Kejadian yang
tidak diharapkan selama proses perawatan pasien yang
dapat mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian ini
15

akibat kesalahan medis bukan karena penyakit yang


diderita pasien.
b) Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss)
Kejadian nyaris cedera yakni suatu insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan
cedera pada pasien.
c) Kejadian Tidak Cedera Kejadian tidak cedera yakni suatu
insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menimbulkan cedera pada pasien.
d) Kondisi Potensial Cedera (Reportable Circumstance)
Kondisi potensial cedera merupakan kondisi yang sangat
berpotensi menimbulkan cedera pada pasien namun belum
terjadi insiden.
e) Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Kejadian sentinel merupakan insiden fatal yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius pada
pasien.
10)Mengapa pasien bisa mengalami syok anafilaktik? (Anggi
Septima A D3A2022.006)
Menurut Wirawan (2017), syok anafilaktik dapat terjadi
karena perawat salah memberikan obat amoxilin yang
seharusnya tidak diberikan pada pasien syok anafilaktik. obat
Amoxcilin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan berbagai infeksi bakteri. efek samping obat
amoxilin antara lain diare, gangguan tidur, rasa terbakar di
dada, mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan,
dan reaksi alergi lainnya.

11) Bagaimana pertolongan pertama pada salah pemberian obat?


(Aprilia Wulansari D3A2022.009)
16

Menurut Saputra et. al. (2023), pertolongan pertama yang


harus dilakukan jika keracunan obat antara lain:
a) Pertolongan pertama yang dilakukan pada orang umum
(1) Cek denyut nadi, pola napas, dan saluran
pernapasannya. Lakukan resusitasi jantung paru atau
RJP, yaitu pemberian napas buatan dan penekanan pada
dada, bila penderita tidak merespon ketika dipanggil,
tidak bernapas, tidak terdengar detak jantung, serta
tidak teraba denyut nadi.
(2) Jangan biarkan atau menyuruh penderita muntah,
kecuali petugas medis menyarankan demikian.
(3) Jika penderita muntah dengan sendirinya, segera
bungkus tangan dengan kain, lalu bersihkan jalan
napas (tenggorokan dan mulut) orang tersebut dari
muntahan.
(4) Sebelum paramedis datang, baringkan tubuh penderita
menghadap ke kiri, dan buatlah penderita berada pada
posisi yang cukup nyaman.
(5) Jangan memberikan penderita makanan atau minuman
apapun yang dianggap mampu menetralisir racun,
seperti cuka, susu, atau jus lemon.
(6) Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan memberikan
atau memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.
b) Pertolongan pertama yang dilakukan oleh perawat
Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan
pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa
yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada
dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons
terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang dilakukan
untuk menetralkan obat.
17

12)Bagaimana cara mencegah kesalahan dalam pemberian obat?


(Kireina Permatasari D3A2022.043)
Menurut Imelda (2022), cara mencegah kesalahan pemberian
obat antara lain:
a) Baca label obat dengan teliti
b) Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis
tunggal
c) Waspadai obat-obatan bernama sama
d) Cermati angka di belakang koma
e) Pertanyakan peningkatan dosis yanh tiba-tiba dan
berlebihan
f) Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim
diprogramkan, konsultasi kepada sumbernya
g) Jangan beri obat yang diprogramkan dengan nama pendek
atau singkatan tidak resmi
h) Jangan berupaya atau mencoba menguraikan dan
mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca
i) Kenali klien yang memiliki nama akhir sama, Juga minta
klien menyebutkan nama lengkapnya. Cermati nama yang
tertera pada tanda pengenal
j) Cermati ekuivalen
13)Apa saja standar keselamatan pasien? (Margaretha
D3A2022.050)
Standar keselamatan pasien mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017, sebagai
berikut:
a) Standar 1. Hak Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
18

b) Standar 2. Mendidik pasien dan keluarga


Pasien sebagai partner dalam memberikan pelayanan
asuhan kesehatannya harus dilibatkan, fasilitas pelayanan
kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
c) Standar 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan
pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d) Standar 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru
atau memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisa secara intensif insiden, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
e) Standar 5. Peran kepemimpinan dalam menerapkan
keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi,
proaktif untuk melakukan identifikasi risiko keselamatan
pasien, menekan dan mengurangi risiko. Pimpinan juga
mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien, mengalokasikan
sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
19

meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan


keselamatan pasien, kemudian pimpinan juga harus
mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien.
f) Standar 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kapasitas
sebagai pendidikan, pelatihan dan orientasi jabatan harus
mencakup keterkaitan jabatannya dengan keselamatan
pasien secara jelas. Meningkatkan kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan
pasien.
g) Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan
mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal, dan transmisi data dan informasi harus tepat
waktu dan akurat.
14)Apa definisi patient safety? (Diaz Indah D3A2022.020)
Menurut Purwaningsih et. al. (2022), Keselamatan pasien
(patient safety) merupakan suatu kondisi bebas dari cedera
sebagai akibat dari pelayanan kesehatan seperti kegagalan
dalam perencanaan atau perencanaan yang salah dalam
mencapai tujuan. Patient safety adalah menghindarkan,
mencegah dan memperbaiki dari hasil Tindakan yang buruk
akibat perawatan pasien. Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 keselamatan pasien
merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
20

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak


mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Keselamatan
pasien adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atauatau bebas dari harm yang potensial
akan terjadi (penyakit cedera fisik/sosial/psikologis, cacat,
kematian dll) terkait pelayanan yang lebih aman.
15)Bagaimana karakteristik Sistem pelaporan yang berhasil?
(Kezia Saha Dewi D3A2022.041)
Menurut Astuti (2022), karakteristik sistem pelaporan yang
berhasil antara lain:
a) Non-punitive (tidak menghukum)
Karakteristik yang paling menentukan keberhasilan
pengembangan sistem-sistem pelaporan adalah tidak
menghukum baik pelapor maupun individu yang lain yang
terlibat dalam insiden.
b) Konfidensial
Sistem pelaporan dapat berjalan dengan baik maka
organisasi kesehatan perlu menjamin kerahasiaan pelapor.
Menjaga kerahasiaan dalam sistem pelaporan akan
meningkatkan secara signifikanpartisipasi dalam pelaporan.
c) Independen
Sistem pelaporan yang bersifat tidak menghukum, menjaga
kerahasiaan, dan independen merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Sistem pelaporan yang
bersifat dependen berarti sistem pelaporan tersebut harus
dibebaskan dari otoritas yang memiliki pengaruh untuk
menghukum individu atau organisasi yang melaporkan
insiden medis.
d) Dianalisis oleh ahli
21

Tanpa peranan tim ahli yang mengetahui seluk-beluk maka


rekomendasi yang diberikan belum tentu dapat menjawab
persoalan yang sebenarnya.
e) Tepat waktu
Laporan harus segera dianalisis tepat waktu dan
rekomendasi segera disebarkan secepat mungkin sehingga
pihak terkait tidak kehilangan momentum.
f) Berorientasi pada sistem
Menurut WHO 2005, kesalahan KTD yang terjadi lebih
merupakan suatu "gejala" kelemahan sistem sehingga suatu
laporan baik yang bersifat retsrospektif atau prospektif
(kondisi yang membahayakan) dapat digunakan sebagai
pintu masuk menuju proses investigasi dan analisis
kelemahan sistem.
16)Bagaimana alur pelaporan incident keselamatan pasien?
(Gilang Rahmadhani D3A20222.034)
Menurut Alby et. al. (2022), Alur pelaporan yang ada saat ini
dan masih dikembangkan didasarkan pada buku Pedoman
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien RI Tahun 2015.
Adapun alur pelaporan secara Internal dan Eksternal adalah
sebagai berikut:
a) Pelaporan internal
(1) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di
rumah sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/
ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak
diharapkan
(2) Setelah ditindaklanjuti, segera dibuat laporan insiden
dengan mengisi formulir laporan insiden pada akhir jam
kerja/ shift yang ditujukan kepada atasan langsung
22

(paling lambat 2 x 24 jam).. Diharapkan jangan menunda


laporan
(3) Setelah selesai mengisi format laporan, segera serahkan
kepada atasan langsung pelapor. Atasan langsung
disepakati sesuai keputusan manajemen, yaitu:
supervisor/ kepala Bagian/ instalasi/ Departemen/unit.
(4) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan
melakukan grading resiko terhadap insiden yang
dilaporkan
(5) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan
analisa yang akan dilakukan sebagai berikut:
(a) Grade biru: Investigasi sederhana oleh atasan
langsung, waktu maksimal 1 minggu
(b) Grade hijau: Investigasi sederhana oleh atasan
langsung, waktu maksimal 2 minggu
(c) Grade kuning: Investigasi komprehensif/analisis akar
masalah/RCA oleh Tim KP (Keselamatan Pasien) di
RS, waktu maksimal 45 hari
(d) Grade merah: Investigasi komprehensif/ analisis akar
masalah/RCA (Root Cause Analysis) oleh Tim KP di
RS, waktu maksimal 45 hari
(6) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan
hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim
KP di RS
(7) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil
Investigasi dan Laporan insiden untuk menentukan
apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA)
dengan melakukan re-grading
(8) Untuk grade kuning/merah, Tim KP di RS akan
melakukan analisis akar masalah/ RCA
23

(9) Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat


laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta
"pembelajaran" berupa petunjuk "safety alert" untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali
(10) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan
kepada Direksi.
(11) Rekomendasi untuk "perbaikan dan pembelajaran"
diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait serta
sosialisasi kepada seluruh unit di rumah sakit.
(12) Unit Kerja membuat analisis dan trend kejadian di
satuan kerjanya masing-masing.
(13) Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KP di RS.
Selain dilakukannya pendokumentasian di tingkat
internal Rumah Sakit, tim yang dibentuk dalam komite
keselamatan pasien akan menindaklanjuti pelaporan
insiden keselamatan pasien ini sendiri ke dalam sistem
yang sudah terintegrasi dengan data base pusat dalam
departemen kesehatan.
24

b) Pelaporan eksternal
Adapun pelaporan eksternal yang dilaksanakan setelah
proses pelaporan internal adalah sebagai berikut: Laporan
hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang
terjadi pada pasien dilaporkan oleh Tim KP di RS
(Internal)/ Pimpinan RS ke KKP-RS Nasional dengan
mengisi formulir laporan insiden keselamatan pasien dan
melakukan entry data (e-reporting) melalui website resmi
KKPRS: www.buk.depkes.go.id.
17)Bagaimana solusi keselamatan pasien di RS? (Agung
Laksono D3A2022.003)
Menurut Hadi (2016), Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient
Safety meliputi :
25

Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO


Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
a) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names)
b) Pastikan identifikasi pasien 3. Komunikasi secara benar
saat serah terima pasien
c) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
d) Kendalikan cairan elektrolit pekat
e) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
f) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
g) Gunakan alat injeksi sekali pakai
h) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.
18)Apa dasar hukum pasien safety? (Anggi Septima A
D3A2022.006)
Meenurut Yunianti et. al. (2023), pasien safety telah tertulis
pada pasal 43 UU Kesehatan No.36 tahun 2009 dijelaskan
bahwa proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
assesmen resiko, identifikasi dan manajemen resiko terhadap
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, serta menerapkan solusi
untuk mengurangi timbulnya resiko. Dimana insiden
keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical
errors), kejadian yang tidak diharapkan, dan terjadi nyaris
(near miss)
26

19)Apa tanda dan gejala syok anafilaktik? (Aprilia Wulansari


D3A2022.009)
Menurut Nair dan Ian (2022), tanda dan gejala syok
anafilaktik antara lain:
a) perasaan kematian yang akan menjemput, ansietas, dan
gelisah,
b) perubahan tingkat kesadaran,
c) pernafasan yang berat,
d) bronkospasme dan dispnea,
e) stridor yang disebabkan oleh edema laring,
f) urtikaria (gatal berwarna merah dan bengkak),
g) pruritus (gatal),
h) rinitis dan konjungtivitis,
i) nyeri abdomen, muntah, dan diare,
j) edema pada bibir, mata, tangan, leher, dan tenggorokan
20)Apa saja yang termasuk dalam sasaran keselamatan pasien?
(Kireina Permatasari D3A2022.043)
Menurut Akhun (2023), Di Indonesia secara nasional untuk
seluruh Fasilitas pelayanan kesehatan diberlakukan Sasaran
Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari :
a) Sasaran 1 mengidentifikasi pasien dengan benar
b) Sasaran 2 meningkatkan komunikasi yang efektif
c) Sasaran 3 meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai
d) Sasaran 4 memastikan sisi yang benar, prosedur yang
benar, pasien yang benar pada pembedahan/ tindakan
invasif.
e) Sasaran 5 mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan
f) Sasaran 6 mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh
27

21)Apa peran perawat dalam pengendalian infeksi? (Margaretha


D3A2022.050)
Topley & Privett (2005) menjelaskan bahwa kunci perbaikan
pengendalian infeksi jangka panjang terletak pada penerapan
kebijakan dan protokol untuk praktik klinik sehari-hari, seperti:
Perawat perlu mengetahui apa yang sebenarnya penting dalam
pencegahan infeksi silang, apa yang bisa membuat perbedaan dan
bagaimana praktik dapat dicapai yaitu dengan menguasai kompetensi
pelaksanaan prosedur.
Perawat harus menyadari praktik-praktik yang berkontribusi
terhadap infeksi dan dapat mengkomunikasikannya kepada
pasien. Perawat harus mampu mengidentifikasi aspek-aspek
dalam praktik yang berkontribusi terhadap infeksi untuk
mengurangi dan meminimalkan kemungkinan perkembangan
infeksi. Perawat harus menyadari semua aspek pedoman
perawatan yang paling up to date dan memastikan bahwa
perawat menerapkannya untuk semua pasien. Perawat harus
memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan
bagaimana hal ini dapat berkontribusi untuk mengurangi
reservoir mikroba dari pasien serta bagaimana hal ini
membantu dalam mengamankan kepercayaan pasien dan
masyarakat. Melakukan penilaian risiko pada pasien terhadap
kemungkinan peningkatan risiko tertular infeksi di rumah
sakit. Penilaian risiko untuk menentukan kerentanan pasien
terhadap infeksi. Penilaina risiko dilakukan dengan membuat
daftar faktor risiko, tindakan untuk meminimalkan infeksi dan
langkah-langkah tersebut didokumentasikan dalam catatan
keperawatan. Identifikasi pasien dengan risiko tinggi infeksi
difasilitasi dengan penggunaan sumber daya yangoptimal
seperti kamar terpisah dari pasien lain / ruang isolasi ata
penempatan pasien pada bangsal yang tepat. Meningkatkan
kepatuhan terhadap kebersihan tangan dan mengurangi
kesempatan mikroba berpindah ke pasien lain. Kebersihan
tangan berperan penting dalam pencegahan infeksi silang dan
penyebaran infeksi. Mencuci tangan menggunakan air dan
sabun atau alkohol pada saat yang tepat dan dengan cara yang
benar menjamin perlindungan diri dan
pencegahan infeksi silangBAB III
PENUTUP

28
A. Kesimpulan
Kesalahan pemeberian obat sering terjadi pada pasien dan bisa
mengganggu keselamtan pasien. untuk mencapai keselamatan pasien dapat
dilakukan dengan membangan kesadaran akan nilai keselamatan pasien,
memimpin dan mendukung staf, mengintegrasi aktivitas dan pengelolaan
resiko, pengembangan sistem pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi
dengan pasien, belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien,
dan mencegh cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Untuk
pencegahan terjadii kesalahan dalam pemberian obat dapat dilakukan dengan
membaca label obat dengan teliti, pertanyakan dosis, waspadai obat bernama
dan berbentuk mirip, cermati angka dibelakang koma, jika tidak sesuai
program konsultasikan, jangan berupaya mengartikan obat secara
sembarangan, kenali klien, dan cermati ekuivalen..

B. Saran
Sebaiknya kita membaca dan melakukan dengan teliti dan cermat saat
melakukan pemberian obat.
DAFTAR PUSTAKA

Albyn F D, et all. 2022. Keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja.


Bandung: Media sains Indonesia

Akmal J. 2020. Inovasi Ala Jondri. Bogor: Guepedia

Astuti N. 2022. Komunikasi SBAR dalam Pelayanan


Keperawatan. Pekalongan: NEM

Hadi, Irwan. 2016. Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien.


Yogyakarta:Deepublish.

Imelda. F. 2022. Buku ajar keterampilan dasar keperawatan. Bandung : Media


Sains Indonesia.

Irwan Hadi. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien (Teori & Aplikasi).


Yogyakarta: Deepublish.

Iswadi. 2022. Keselamatan Pasien Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Lombok


Tengah: Insan Cendekia Indonesia Raya.

Nurhayati. 2022. Keselamatan Pasien dan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.


Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Nair. M dan Ian Peate. 2022. Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan Edisi Kedua.
Pandung Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta:
Bumi Salemba.

Purwaningsih D, et al. 2022. Manajement Patient Safety Dalam Keperawatan.


Palu: Rezmedia Pustaka Indonesia.

Saputra. K. F. et.al. 2023. Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.


Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Septikasari, Majestika. 2018. Konsep Dasar Pemberian Obat Untuk Bidan.


Cilacap: STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah.

Simbolon Sedia. 2022. PATIENT SAFETY Meningkatkan Kepatuhan Perawat


Melaksanakan Identifikasi Pasien. Malang : CV Literasi Nusantara Abadi.

Suprayitna. M. et.al. 2022. Modul Farmakologi. Pekalongan: NEM.


Udin F. 2018. Jimat Cafe (Standard Operating Procedure) Cafe & Coffeeshop
Pedoman Dasar Para Wirausaha & Entreprenuer Bidang Kuliner.
Yogyakarta: Konsultan MLGcoffee.com.

Wirawan I Made Cock. 2017. Blog Dokter: Berbagai Tips Hidup Sehat dengan
Cara Sederhana 2 (Snackbook). Jakarta Selatan: Noura e-Lite.

Yuniarti C. A. et. al. 2023. Konsep dan Patient Safetyy (Keselamatan Pasien)
Dalam Lingkup Pelayanan Kesehatan. Bandung: Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai