Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PERAWAT

DOSEN PEMBIMBING
Tri Prabowo, S.Kp, M.Sc

DISUSUN OLEH
Agisapta Didik (211100516)
Amalia Irba Meilanfaiza (211100495)
Fadilah Puspita Sari (211100488)
Hana Sajida (211100472)
Surya Saddan Alfaruk (211100524)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah AWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Kami berharap makalah ini dapat memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan dengan dosen Tri Prabowo, S.Kp, M.Sc. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Kami sebagai penyusun
makalah ini merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..
BAB 1………………………………..
PENDAHULUAN………………………………..
1.1 Latar belakang……………………………………
1.2 Rumusan Masalah…………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………..
BAB2………………………………………………..
PEMBAHASAN…………………………………………………….
2.1 Pengertian kode etik keperawatan………………………………………………….
2.2 Hak dan kewajiban perawat…………………………………………………………..
2.3 Hak dan kewajiban pasien…………………………………………………………..
2.4 Contoh kasus pelanggaran………………………………………………………..
2.5 Penyebab kasus pelanggaran ……………………………………………………….
2.6 Penanganan kasus pelanggaran………………………………………………………
2.7 Jenis kasus pelanggaran…………………………………………………………………
BAB 3…………………………………………………………………………………….
PENUTUP……………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perawat adalah suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga dan
komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan
berfungsi. Perawat bukan hanya bertugas untuk membantu kesehatan pasien, tetapi juga
memberi pendidikan kepada pasien maupun keluarga dan lingkungan. Peran perawat ini
diharapkan mampu mengubah gaya hidup pasien atau keluarganya menjadi lebih sehat, agar
gangguan kesehatan tidak sering terjadi di masa depan. Kode etik keperawatan adalah
standar professional yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman perilaku perawat saat
menjalankan profesi pekerjaannya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat juga
harus memperhatikan dan mentaati kode etik keperawatan, agar nantinya tidak terjadi suatu
masalah baru, dan juga contoh kasus yang akan kita bahas pada penulisan makalah ini.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kode etik keperawatan?
2. Apa hak dan kewajiban kitasebagai perawat?
3. Apa hak dan kewajiban pasien?
4. Contoh pelanggaran kode etik keperawatan seperti apa?
5. Apa penyebab masalah tersebut?
6. Bagaimana penanganan kasus pelanggaran tersebut?
7. Apa jenis kasusnya?

3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kode etik keperawatan
2. Mengetahui apa hak dan kewajiban seorang perawat
3. Mengetahui apa saja hak dan kewajiban seorang pasien
4. Mengetahui apa contoh kasus pelanggaran kode etik keperawatan
5. Mengetahui apa penyebab pelanggaran tersebut
6. Mengetahui bagaimana penanganan dari kasus tersebut
7. Mengetahui jenis kasus pelanggaran tersebut

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.4 CONTOH KASUS PELANGGARAN

Bayi Diane Giam yang masih berusia 10 bulan mengalami demam hingga 41 derajat karena
infeksi di kedua telinganya. Sehingga anaknya harus menjalani perawatan dan mendapat antibiotik
augmetin melalui infus untuk mengatasi infeksinya.
Beberapa hari menjadi perawatan medis, bayi Diane Giam tetap tidak menunjukkan tanda-tanda
membaik. Diane Giam pun mulai mencurigai ada sesuatu yang tidak beres pada anaknya.
Saat itulah Diane menyadari bahwa seorang perawat rumah sakit telah melakukan kelalaian yang
menyebabkan penyakit anaknya tak kunjung sembuh. Diane Giam pun menduga kalau bakteri di dalam
usus anaknya akibat pemberian augmetin yang berlebihan dari perawat. Menurut studi medis, konsumsi
antibiotik menyebabkan hilangnya fauna usus yang terjadi secara alami, yang meningkatkan jumlah ragi
dan bakteri dalam usus.

2.5 PENYEBAB KASUS PELANGGARAN

Seorang perawat itu telah melakukan kesalahan ketika mengganti infus bayinya pada hari
ketiga. Saat itu tangan bayinya membengkak, sehingga perawat perlu melepas infusnya.
Namun, perawat itu diduga salah dalam mencabut infus anaknya sehingga menyebabkan banyak darah
keluar. Padahal bayinya sempat menerima 3 tabung darah sebelumnya.

2.6 PENANGANAN KASUS PELANGGARAN

A. TIDAK MELAKUKAN HAL YANG MEMBAHAYAKAN BAGI ANAK

Artinya adalah memastikan setiap tindakan dan intervensi yang ditujukan untuk client dan
Keluarganya tidak membahayakan mereka. Setiap tahapan proses penanganan kasus
Harus memastikan bahwa client dan keluarga tidak mengalami dampak yang
Membahayakan akibat pengambilan keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh
Pekerja sosial atau para professional lainnya. Ini termasuk dalam proses menggali,
Mengumpulkan dan membagi informasi terkait dengan kasus yang dialami. Sebagai
Contoh: upaya penyelamatan client perlu dilakukan untuk menghindarkan konflik dan balas
dendam yang mungkin terjadi; data dan informasi yang diberikan kepada pihak yang tidak
berkepentingan dapat menempatkan client dalam kondisi yang berbahaya bila
Informasi tersebut dibocorkan atau disalahgunakan.

B. PRIORITAS PADA KEPENTINGAN TERBAIK BAGI CLIENT/PASIEN

“Kepentingan terbaik bagi pasien” mencakup keselamatan fisik, psikis dan kesejahteraan
Serta terpenuhinya hak pasien. Kepentingan terbaik bagi pasien harus melandasi dan
Memandu semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh penyedia layanan pasien
Dalam proses manajemen kasus. Tim penanganan kasus yang multidisiplin harus
Terus mengevaluasi risiko serta konsekuensi positif dan negatif dari tindakan yang akan
Diambil; memastikan mengambil tindakan yang tidak berisiko atau berisiko minimal bagi

5
keselamatan dan kesejahteraan pasien serta tidak membahayakan pasien dan keluarganya.
panduan ini menjadi pegangan bagi tim penanganan kasus pasien yang multi disiplin dalam
Mengambil keputusan berkaitan dengan pasien agar mengutamakan kepentingan terbaik, sesuai
mandatnya masing-masing. Misalnya: mengutamakan keselamatan pasien di atas segala-galanya.

C. KASUS HARUSLAH RAMAH DAN BERPUSAT PADA PASIEN

Ramah artinya penyediaan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan mudah diakses, Misalkan
dengan memberikan informasi dengan tampilan dan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan
usianya. Berpusat pada pasien artinya dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan terkait
penanganan pasien dengan cara terpusat pada pasien.
Layanan penanganan kasus yang dikembangkan dengan menjadikan pasien sebagai pusat
Dan memperhatikan kebutuhan pasien sesuai tahapan perkembangannya serta hak haknya.
Misalnya layanan pasien harus menyesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai dan nyaman
bagi pasien dan keluarga, tidak harus sesuai dengan jam kerja lembaga.

D. NON DISKRIMINASI

Memastikan bahwa pasien tidak didiskriminasi (diperlakukan dengan layanan yang


Buruk atau ditolak) karena karakteristik individu atau kelompok misalnya jenis kelamin,
Usia, latar belakang sosial ekonomi, ras, agama, etnis, disabilitas, orientasi seksual atau identitas
gender. Pasien yang membutuhkan layanan harus menerima bantuan. Para
Profesional yang memberikan layanan haruslah membangun hubungan dengan klien berdasarkan
saling menghormati, tidak mendiskriminasi, menghindari, menggunakan bahasa yang negatif dan
menghakimi, memperlakukan klien dengan empati. Prinsip nondiskriminasi ini harus
diimplementasikan dalam kebijakan dan prakteknya.

E. MEMATUHI STANDAR ETIKA PROFESI MASING-MASING

Artinya dalam bekerja perlu mengikuti dan menerapkan Panduan dan praktik etika profesional
sesuai profesinya serta mematuhi kebijakan keselamatan pasien. Undang-undang, kebijakan,
norma-norma nasional ataupun internasional tentang perlindungan pasien harus dihormati.
Termasuk memenuhi panduan etika yang dikembangkan dalam dokumen ini untuk memberikan
layanan yang profesional dan berkualitas serta memberikan perlindungan bagi pasien.

F. MENDAPATKAN PERSETUJUAN ATAU “INFORMED CONSENT”

Informed consent artinya adalah kesepakatan sukarela dari seorang individu yang memiliki
kapasitas untuk memberikan persetujuan, dengan pilihan yang bebas dan
Terinformasikan. Persetujuan harus diperoleh dari pasien dan keluarga atau pengasuh
Mereka sebelum diberikan layanan. Sebelum klien menyepakati informed consent,
Penting bagi kita untuk memberikan informasi terkait bentuk layanan dan pilihan yang
Tersedia, potensi risiko dan manfaatnya, bagaimana informasi akan digunakan, aspek
kerahasiaan dan batasannya. Lakukan dengan komunikasi yang ramah, untuk berpartisipasi dan
berani mengajukan pertanyaan yang akan membantu mereka membuat keputusan.

6
G. MENJAGA KERAHASIAAN

Kerahasiaan dikaitkan dengan berbagi informasi yang diperlukan untuk diketahui. Istilah “perlu-
tahu” menggambarkan pembatasan informasi yang dianggap sensitif, dan berbagi hanya dengan
orang yang membutuhkan informasi untuk melindungi.
Menghormati kerahasiaan berarti tim penanganan kasus harus melindungi informasi
Yang dikumpulkan dari klien dan keluarganya serta memastikan informasi hanya dapat diakses
dengan izin secara tertulis dan langsung dari klien. Informasi dan data
Disimpan dengan cara yang aman dan sesuai dengan kesepakatan kebijakan perlindungan data
Dalam kasus kerahasiaan terbatas, tim penanganan kasus diperbolehkan untuk meginformasikan
identitas dan kondisi klien bila terkait dengan tindakan untuk keselamatan anak. Hal ini perlu
diinformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan membuka identitas dan kondisi klien
dan keluarga bukanlah melanggar prinsip kerahasiaan namun dikarenakan untuk kepentingan
yang lebih tinggi yaitu keselamatan anak.

H. MEMASTIKAN AKUNTABILITAS

Akuntabilitas mengacu pada tanggung jawab seseorang atas tindakan dan hasilnya.
Pihak yang terlibat dalam manajemen kasus bertanggung jawab kepada pasien, keluarga, dan
komunitas dengan mematuhi hukum nasional, kerangka kebijakan dan kode etik
profesional yang berlaku. Lembaga atau pihak yang mendukung layanan manajemen
kasus bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan awal, pengembangan kapasitas,

Pengawasan untuk memastikan kualitas penanganan yang tepat bagi pasien dan keluarga.
Di samping itu juga memastikan adanya umpan balik layanan dari pasien dan keluarga atau
Penerima layanan.

I. MEMBERDAYAKAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN MEMBANGUN


POTENSI MEREKA

Artinya bahwa pasien dan keluarga, memiliki potensi, sumber daya dan keterampilan untuk
Membantu diri mereka sendiri dan menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi.
Tim penanganan kasus harus bekerja dengan melibatkan pasien dan keluarga untuk
Berperan aktif dalam mengatasi permasalahan mereka. Sepanjang proses manajemen kasus,
pendamping kasus dan profesional yang terlibat mendampingi klien harus fokus pada
pemberdayaan pasien dan keluarga mereka dalam mengenali, mencegah dan mengatasi masalah
serta bagaimana membangun kapasitas mereka untuk merawat diri sendiri. Membantu pasien
untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan adalah bagian penting dari
Proses pemulihan untuk membangun rasa kepercayaan diri dan resiliensi.

J. MENYEDIAKAN PROSES DAN LAYANAN YANG LAYAK DENGAN


MEMPERTIMBANGKAN KULTUR SETEMPAT

Para profesional harus menghormati perbedaan dalam komunitas di mana mereka


Bekerja dan menyadari perbedaan individu, keluarga, kelompok dan komunitas dalam

7
Membuat penilaian menyeluruh tentang situasi. Kepekaan budaya juga meningkatkan kapasitas
tim penanganan kasus untuk bekerja secara efektif, mengidentifikasi solusi dengan
memanfaatkan perlindungan dan kearifan lokal yang sejalan dengan nilai-nilai dan keyakinan
pasien dan keluarga. Tanpa mempertimbangkan konteks budaya, kualitas layanan penanganan
kasus dapat terhambat, mengarah pada pengembangan rencana kasus yang tidak sesuai dengan
realitas kehidupan dan keyakinan masyarakat dan mungkin tidak dapat diterima serta
Sulit diterapkan. Ketika kepentingan terbaik pasien bertentangan dengan nilai-nilai atau
Praktik budaya, tim penanganan kasus harus mengutamakan keselamatan pasien dan tidak
menempatkan pasien dalam risiko yang lebih buruk. Usahakan semaksimal mungkin
mengidentifikasi solusi dengan mempertimbangkan nilai kultural yang dapat diterima oleh
keluarga atau komunitas namun tetap menjunjung tinggi hak-hak pasien

K. KOORDINASI DAN KERJASAMA

Program perlindungan pasien menjadi lebih efektif ketika para pihak bekerja bersama
melibatkan komunitas, keluarga dan pasien. Manajemen kasus merupakan proses
untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama di antara semua aktor yang memiliki
Mandat untuk melindungi pasien termasuk pemerintah, tokoh masyarakat, penyedia
Layanan, LSM, Ormas dan lembaga internasional. Dalam kerjasama tersebut perlu
Disepakati terkait koordinasi layanan rujukan; adanya SOP dan memastikan kualitas
Layanan; memastikan lembaga dan profesional yang terlibat mengikuti etika profesi dan
Panduan; pembagian informasi menekankan pada prinsip kerahasiaan dan kepentingan
terbaik bagi pasien. Di samping itu perlu dipastikan koordinasi dan kerjasama ini didukung
Oleh sistem dan tidak saling tumpang tindih.

L. MENGELOLA BATASAN PROFESIONAL DAN MENGHINDARI KONFLIK


KEPENTINGAN

Para profesional harus bertindak dengan integritas, tidak menyalahgunakan kekuasaan


Atau kepercayaan pasien atau keluarga mereka. Batasan pribadi dan profesional harus
Diakui dan dihormati untuk mengatasi konflik kepentingan yang mungkin muncul.
Misalnya tim penanganan kasus tidak diperbolehkan menangani korban dan pelaku
Pelecehan seksual secara bersamaan, untuk menghindarkan konflik kepentingan.

M. MENGOBSERVASI KEBIJAKAN DAN HUKUM TERKAIT PIHAK YANG


WAJIB MEMBUAT PELAPORAN

Beberapa negara memiliki persyaratan kewajiban melapor bagi pihak tertentu misal
Lembaga perlindungan anak, guru, dokter untuk melaporkan kasus kekerasan anak kepada
pemerintah setempat. Akan tetapi persyaratan ini menjadi tantangan ketika
Informasi yang akan dibagi tersebut sensitif sehingga menempatkan pasien pada risiko
Yang membahayakan. Hal ini menjadi masalah ketika protokol perlindungan data tidak
Ditegakkan dan diikuti. Lembaga yang bekerja dengan pasien harus memiliki kebijakan
keselamatan pasien yang harus dipatuhi dan diterapkan dalam segala situasi termasuk
Kebijakan dalam pelaporan.

8
2.7 JENIS KASUS PELANGGARAN

Salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang perlu didukung
dengan penerapan nilai-nilai moral dan etika profesi.Perawat selalu dihadapkan dengan masalah-
masalah yang berhubungan dengan etik sehingga sangat penting untuk memahami kode etik
profesi keperawatan.

Etik merupakan perilaku dan sikap yang menuntun perawat dalam bertindak sebagai anggota
profesi. Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi bersurnber dari pemyataan florence
Nightingale dalam ikramya (Nightingale Pledge) yang merupakan ikrar profesi
keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi keperawatan berkewajiban membantu yang sakit
untuk mencapai keadaan sehat, membantu yang sehat mempertahankan kesehatannya,
dan membantu mereka yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya serta
membantu seseorang yang menghadapi kematian untuk hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang ajal (Yetti,K. 2014).

Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai pohon pengetahuan (Body of


knowledge) dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan. Pelayanan dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi kepentingan
pasienl keluarga serta masyarakat profesi. Keperawatan mempunyai otonomi
dalam mengatur dirinya sendiri, dan salah satu ciri khasnya adalah patuh terhadap kode etik
sebagai seorang profesional, perawat mengernban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan
mengambil langkah-langkah tentang asuhan ;eperawatan yanng diberikan.

Perawat juga bekerja diberbagai tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan
interaksi, bukan saja dengan pasien, keluaga dan masyarakat saja, tetapi juga dengan tim
kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik
dengan pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain. Disarnping itu perawat
harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalarn praktek sesuai dengan
mertimbangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perpanjangan
dengan perpanjangan hidup yang sering menimbulkan dilema etik. Etik keperawatan berkaitan
dengan hak, tanggungjawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan profesional dan institusi
pelayanan dimana pasien dirawat. Pemyataan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalarn
pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas. Kode etik ciri mutlak dari
suatu profesi yang memberi makna bagi pengaturan profesi itu sendiri meliputi bentuk
pertanggung jawaban dan kepercayaan yang diberikan olehtnasyarakat.

 Tujuan

Etik keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan


membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu.
Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan perawat dalam praktik keperawatan menghadapi
situasi-situasi yang terjadi ditempat praktik dan kehidupan profesinya. Pada setiap situasi akan
terjadi beragam masalah yang tidak pernah sarna atau sangat unik, hal ini dipengaruhi oleh
keyakinan, budaya, nilai-nilai, ekonomi dan social dalam pengarnbilan keputusan

9
PENUTUP

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai