Anda di halaman 1dari 16

Makalah

PROMOSI KESEHATAN (PROMKES)

Tentang:

PENGANTAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI


KLIEN
Disusun oleh:
LALU ARZYQUL AFILANI M 211100485
EKA NANDINI 211100506
MIFTAHUL JANNAH 211100509
FEBRIANTY 211100518
NIKKEN PUZI L 211100510
YENSISCA ADERIANYA 211100489

Dosen pengampun :

Salis Miftahul khoeriyah S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA


2021/2022

Jln. Nitikan Baru 69 Yogyakarta

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat.hidayah dan inayah-Nya kepada kami.sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Pengantar Pendidikan Kesehatan
Bagi Klien". Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dan semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang Pengantar Pendidikan Kesehatan Bagi Klien" ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta 21 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI
COVER . …………………..…………………………………...……......... i
KATA PENGANTAR…………………..…………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………..…………………………………...……... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………...……………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah………………….………………………….. 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………….……………………………5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Kesehatan Bagi Klien …………………..………… 6
2.2 Konsep dan Teori Belajar Mengajar …………………..…….… 9
2.3 Komunikasi dalam Proses Pembelajaran …...…………………10
2.4 Klien sebagai peserta didik dan kebutuhan Pendidikan kesehatan
klien …..………………………….…………….…………………..11
2.5 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ………….…………….12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………..…………………………………………… 15
B. Saran ………..………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………..……………………. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam


meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara
optimal. Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan
kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada
saat ini banyak sekali bentuk pelayanan kesehatan dalam
menanggulangi masalah kesehatan yang di alami oleh masyarakat.
Pada dasarnya pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk melaksanakan
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang di alami oleh
masyarakat.Namun, bukan berarti semua orang bisa memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan. Pada hakikatnya semua pelayanan kesehatan itu harus
didasari oleh ilmu yang di dapat dari pendidikan di bidang kesehatan.
Selayaknya tujuan pendidikan kesehatan yaitu pendidikan kesehatan
yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku schat serta
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan
kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat
istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan kesehatan bagi klien?


2. Apa konsep dan teori belajar mengajar?
3. Apa saja komunikasi dalam proses pembelajaran?

4
4. Bagaimana klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan
kesehatan klien?
5. Apa saja ruang lingkup pendidikan Kesehatan?

1.3 Tujuan

1. Memahami pendidikan kesehatan bagi klien.


2. Memahami konsep dan teori belajar mengantar.
3. Memahami komikasi dalam proses pembelajaran.
4. Memahami klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan
kechatan klien.
5. Memahami ruang lingkup pendidikan Kesehatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Kesehatan bagi klien

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Noto
Adimojo 2002:20). Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan
suatu bentuk intervensi keperawatan yang berguna untuk membantu klien
baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatnya melalui kegiatan pembelajaran.

Tujuan pendidikan kesehatan adalah tercapainya suatu perubahan sikap dan


tingkah laku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Nursallam dan Efendi 2008).

Menurut Tonnes dalam De Leew 1989. Pendidikan kesehatan berfungsi


untuk pembangkitan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-aspek
kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber social penyakit, yang
secara ideal diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Secaral
sederhana, pendidikan kesehatan, berfungsi sebagai pembangkit kesadaran
klien akan kekeliruan yang sebelumnya telah menjadi gaya hidup dan
kebiasaan serta sebagi pemicu keinginan untuk mengubahnya.

Pendidikan kesehatan berperan penting dalam membantu klien mengontrol


kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi serta menguatkan
keputusan atas tindakan sesuai dengan diri mereka sendiri. Menurut
Basstable dalam perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan
pendidik: 2002. pendidikan kesehatan bagi klien memilik peran penting
sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepuasan klien sebagai konsumen.


b. Memperbaiki kualitas kehidupan..
c. Memastikan kelangsungan keperawatan.
d. Secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit.
e. Memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana-
rencana pemberian perawatan kesehatan.
f. Melalui pendidikan kesehatan, perawat melatih klien untuk
meningkatkan kemandirian dalam merawat dirinya. Ketika

6
klien memperoleh pengetahuan tentang sakitnya. Klien akan
mampu memahami dan memenuhi kebutuhan pribadi terkait
sakitnya yang nantinya akan mendukung kesembuhan serta
mencegah terjadinya komplikasi penyakit.penyakit

Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia

 Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku


merupakan hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon atau
reaksi, disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skiner
membedakan adanya dua respons, yaitu :
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yg ditimbulkan
stimulus tertentu yaitu elicting stimulation yang menimbulkan respons
yg relatif tetap, misal : makanan lezat menimbulkan nafsu makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup
2. Operant respons / instrumental respons, yakni respons yg timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yaitu reinforcer
yang dapat memperkuat respons, misal : petugas kesehatan yg dapat
melaksanakan tugas yg baik kemudian memperoleh penghargaan,
maka petugas tersebut akan lebih baik lagi dalam menjalankan tugas
 Menurut Skiner (1997), seorang ahil psikologis mengatakan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua:
1. Perilaku tertutup, respon atau reaksi terhadap stimulus pada perhatian
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain
2. Perilaku terbuka, respon terhadap stimulus ini sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
 Teori perubahan perilaku menurut Rogers (1974):
a. Awareness (kesadaran), yakni individu menyadari adanya
stimulus yang datang terlebih dahulu;
b. Interest (perhatian/tertarik), individu mulai tertarik dengan
adanya stimulus yang masuk;
c. Evaluation (menilai), individu mulai menimbang-nimbang baik
dan buruknya apabila mengikuti stimulus tersebut;
d. Trial (mencoba) individu mulai mencoba perilaku baru;
e. Adoption (menerima), individu telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
 Teori “Dissonance” : Festinger

7
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara
sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang
tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya
stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku


karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak
seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi
karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran
perikasa hamil).

 Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung


kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam
konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatar
belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:

a. Perilaku memiliki funsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan


memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia
akan berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban
apabila jamban tersebut benar – benar sudah menjadi kebutuhannya.
b. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahan
diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya,
dengan tindakan – tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman –
ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan
ancaman bagi dirinya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam
perannya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari – hari tersebut
seseorang melakukan keputusan – keputusan sehubungan dengan objek
atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan mengakibatkan
tindakan – tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam
waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala
maka secara cepat, tanpa berpikir lama, ia akan bertindak untuk

8
mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan
kemudian meminumnya, atau tindakan – tindakan lain.

 Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving


forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi
apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.


b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

Dari teori-teori di atas merupakan pendekatan pada perubahan individu, selain


itu untuk mendorong perubahan dapat difokuskan pada tataran kelompok.

 Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau


dipengaruhi 3faktor pokok yakni :
1. Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors). Faktor-factor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai tradisi dan
sebagainya.
2. Faktor-factor pemungkin (enabling factors). Faktor-factor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau Tindakan. Yang
dimaksud dengan factor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku Kesehatan, misalnya puskesmas,
posyandu, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
3. Faktor-factor penguat (reinforcing factors). Faktor-factor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun seseorang tau dan mampu tetapi tidak melakukanya.

2.2 konsep dan teori belajar mengajar

Menurut Mubarak & Chayatin (2009) prinsip-prinsip pendidikan kesehatan


adalah:

1. Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah


hubungan klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
2. Belajar mengajar bersifat menyeluruh, artinya dalam memberikan
pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan
tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja.

9
3. Belajar mengajar negoisasi. Dimana petugas kesehatan dan klien
bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang
penting untuk diketahui.
4. Belajar mengajar yang interaktif, dimana proses belajar-mengajar
adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif, yang melibatkan
partisipasi dari petugas kesehatan dan klien

Konsep dan Teori Belajar Mengajar Konsep mengajar sebagai substansi


keilmuan merupakan salah satu carauntuk menyampaikan ilmu (informasi
yang bermanfaat) kepada orang lain. Teori mengajarSecara umum, ada
empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997). Keempat aliran itu antara
lain:

1. Pada teori pendidikan klasik pendidik berperan sangat dominan


menentukanisi, metode, dan evaluasi. Sedangkan klien berperan secara
pasif. Contoh pada penyuluhan kesehatan dalam jumlah yang
besar.promotor cenderung mendominasi. Teori mengajar pendidikan
pribadi lebih menekankan bahwapendidik harus memahami peserta
didik.Contoh: bimbingan konseling.
2. Teori mengajar teknologi pendidikan berarti bahwa pengembangan
pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. Contoh: pemutaran video
padapenyuluhan kesehatan.
3. Teori mengajar interaksional yaitu ada hubungan dua pihak atau lebih
sehingga terjadi interaksi. Contoh seminar kesehatan interaktif Teori
mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau
konsep yang berbeda. Contoh: perbedaan mencuci tangan dengan
sabun dan handsanitizer.
4. Teori Mengajar Kognitif mengajarkan klien untuk dapat mengingat
menerima dan memahami informasi pembelajaran. Contoh: pada
promosi kesehatan, pendidik akan mengajarkan peserta didik untuk
mengingat,menerima dan memahami materi kesehatan yang akan
diberikan.

2.3 Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Proses komunikasi merupakan aktivitas mendasar bagi manusia sebagai


makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus
pada diri seseorang yang ditangkap melalui panca indra. Stimulus tersebut
diolah di otak berdasarkan pengetahuan, pengalaman, selera dan
kepercayaan yang dimiliki setiap individu. Stimulus tersebut mengalami
proses intelektual menjadi informasi. Informasi yang telan

10
dikomunikasikan disebut pesan. (Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi)

Bulletin UNINDO, United Nations, New York (1986) memuat artikel yang
menyatakan bahwa: Thinking and Communication are Information. Proses
berpikir merupakan proses komunikasi yang kita kenal sebagai proses
komunikasi intrapersonal di dalam proses berpikir dan proses komunikasi
menghasilkan informasi. ( Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi)

Komponen dalam proses komunikasi ialah people, messages, encoing and


decoding, meaning, dan interpretation. Individu/ manusia yang terlibat
dalam proses komunikasi biasanya sebagai pengirim pesan atau penerima
pesan. Komunikasi berlangsung melalui pengirim dan pencima pesan.
Pesan memiliki konten yang disampaikan selama berkomunikasi. Konten
dapat berupa informasi factual, atau idea. hasil pemikiran ataupun ekspresi
perasaan participant. (Steinberg, 2006)

Komponen selanjutnya ialah encoding dan decoding. Encoding merupakan


proses transformasi pikiran dan ide-ide atau pesan kedalam tanda-tanda
verbal dan nonverbal. Sedangkan decoding ialah proses mengubah tanda
verbal dan nonverbal kembali ke dalam bentuk pesan. Meaning, pesan
memiliki dua jenis informasi, content information dan relation information.
Informasi konten mengacu pada informasi factual tentangt topic pesan.
Informasi relasi mengarah kepada bagaimana participant memahami
hubungan mereka. Interpretation, pesan yang memiliki arti/maksud harus
diinterpretasikan. Interpretasi bergantung pada pemahaman sosial dan
pemahaman individu. ( Steinberg, 2006).

2.4 Klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan kesehatan


klien

Kebutuhan kesehatan klien merupakan kebutuhan yang berpatokan pada


kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia klien merupakan unsur
unsur yang dibutuhkan oleh manusia/klien dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan Walaupun setiap orang
mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai
kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-
sakit.5 Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara

11
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan
prioritas yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow,


Scorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan
melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya
terlebih dahulu. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta
kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security


Needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan


dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis yang
mengancam diri.

3. Kebutuhan Rasa Cinta. Memiliki, dan Dimiliki (Love and


Belonging Needs).

Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang. perasaan


dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,
persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok
dan lingkungan sosialnya.

4. Kebutuhan Harga Dini (Self Esteen Noed).

Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,


kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization).

Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik
(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri
sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi kreatif, serta
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan. sebagainya.

Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi


merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan
yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin
tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.

12
2.5 Ruang Lingkup Pendidkan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara
lain

 Dimensi sasaran pendidikanDari dimensi ini dapat di kelompokkan


menjadi 3 yakni :
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat

 Dimensi tempat pelaksanaan Dapat berlangsung di berbagai tempat,


misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan
sasaran pasien ataukeluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan
 Dimensi tingkat pelayanan kesehatanPendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
presentation) dari leavel and clark, sebagai berikut :
a. Promosi kesehatanDalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya
dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi
lingkungan hygiene perorangan, dan sebagainya
b. Perlindungan khusus (Specifik Protection)Dalam program imunisasi
sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikankesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara
berkembang. Hal ini karena kesadaranmasyarakat tentang pentingnya
imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinyamaupun
pada anak-anaknya masih rendah
c. Diagnosis dini dan pengobatan segeraDikarenakan rendahnya
pngetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit,maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi
dalam masyarakat.
d. Pembatasan Cacad (Disability Limitation)Pengobatan yang tidak layak
dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan
cacadatau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan
juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)Setelah sembuh dari suatu penyakit,
seringkali seseorang tidak mau melakukan latihan-latihanuntuk
pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan Kesehatan

13
Pendidkan Kesehatan juga memiliki tipe – tipe program, yaitu:

1. Program Rekomendasi (Recommended). Dalam situasi ini perilaku


tertentu disarankan untuk dipelajari, anggota masyarakat yang
dijadikan sasaran pendidikan boleh menerima perilaku yang disarankan
itu.
2. Program Kebutuhan (Require). Situasi yang membutuhkan (require)
suatu Tindakan / sikap tertentu untuk dipelajari, biasanya berlangsung
cepat karena individu tidak diberi alternatif lain. Dalam hal ini tim
Kesehatan harus merumuskan pendidikan dan kriteria keberhasilan
program.
3. Program Kelolah Diri (Self Directed). Tujuan yang akan dicapai harus
ditentukan sendiri oleh sasaran pendidikan, petugas Kesehatan
hanya memberikan panduan petunjuk, pengarahan dan bimbingan
kepada masyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kesehatan dalam masyarakat adalah kegiatan pendidikan yang


dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
schingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau
dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Azwar, 1996)

Pendidikan kesehatan dalam masyarakat gabungan dari sebagian. kegiatan


dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang hias dilakukan secara perseorangan maupun kelompok
dan meminta pertolongan bila perlu (Effendy, 1998).

Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu


penting untuk untuk menunjang program-program kesehatan yang lain.
Akan tetapi pada kenyataan nya pengakuan ini tidak didukung oleh
kenyataan. Artinya,dalam program-program pelayanan kesehatan kurang
melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu melibatkan
pendidikan kesehatan, tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi
mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas
memperlihatkan hasil. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan itu segeral
membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur.

3.2 Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis ini, dan


memperluas wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media.

Asmadi. (2008). Tehnik procedural keperawatan: Konsep dan applikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bastable, Susan B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-


PrinsipPengajaran dan Pemebelajaran. Jakarta: EGC.

Budiningsih, A, C. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Penerbit


Rinika Cipt

16

Anda mungkin juga menyukai