BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan karena dapat
merugikan pasien yang dirawat di rumah sakit ataupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Hal ini terbukti dengan tingginya angka infeksi nosokomial di dunia, yaitu
pada negara berkembang sekitar 10 per 100 pasien yang dirawat menderita infeksi
nosokomial, sedangkan pada negara maju sekitar 7 per 100 pasien yang dirawat
menderita infeksi nosokomial (WHO, 2015).
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection). Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap
orang, namun adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit
untuk dideteksi. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruang
yang terututup seperti di dalam gedung rumah sakit atau Puskesmas, bangsal, kamar
perawatan, atau pada laboratorium klinik (Darmadi, 2008).
Menurut Kemenkes RI (2014), Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk semakin meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia dan
semakin meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, maka berdasarkan
kemampuan penyelanggaraannya kementrian kesehatan membagi puskesmas menjadi
puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap. Puskesmas non rawat inap
adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali
pertolongan persalinan normal, sedangkan puskesmas rawat inap adalah puskesmas
yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan besarnya potensi risiko kesehatan pada Puskesmas yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat, terutama pada puskesmas rawat inap kecamatan
Lindu, dimana ISPA menempati urutan pertama sebagai penyakit yang paling sering
diderita oleh masyarakat Lindu, penyehatan sarana dan bangungan Puskesmas sangat
penting dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat yang dapat memberikan
perlindungan bagi petugas kesehatan ataupun pasien, terutama bagi pasien yang
menjalani perawatan di Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap, sehingga
terjadinya infeksi nosokomial pada Puskesmas rawat inap dapat dicegah (Kemenkes
RI, 2006).
Persyaratan kualitas udara ruang rawat yang ditetapkan oleh Kementrian
kesehatan maksimum 500 CFU/m masih belum sepenuhnya terpenuhi. Misalnya, di
ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus Penyakit Menular Jakarta ditemukan bahwa
dari 167 spesimen hapus tangan dan kuku petugas yang diperiksa terdapat 85,1%
yang tidak steril yang mengandung 31,6% kuman batang berspora; 17,9% bakteri
Coliform; 12,9% Staphylococcus epidermidis; 7,9% Pseudomonas aeruginosa; 7,3%
Clostridium spp.; 6,2% Klebsiella spp.; 5,1% Streptococcus haemolyticus; 4,5%
Clostridium welchii; 2,8% Proteus spp.; 2,3% E. coli; 1,1% Staphylococcus aureus;
dan 0,6% Pseudomonas spp. Ini berarti, ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus
Penyakit Menular Jakarta masih menjadi tempat yang sangat rentan terhadap
penularan penykit infeksi (Abdullah, 2011).
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai bakteri yang
terdapat di ruang rawat inap pada Puskesmas dengan fasilitas rawat inap di
Kecamatan Lindu.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti beranggapan perlu melakukan
penelitian terhadap bakteri yang ada dalam udara pada ruang rawat inap sehingga
dapat diketahui kualitas mikrobiologi udara yang terdapat di ruang rawat inap pada
Puskesmas dengan fasilitas rawat inap di Kecamatan Lindu .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah "bagaimanakah jenis bakteri udara yang
terdapat di ruang rawat inap pada Puskesmas dengan fasilitas rawat inap di
Kecamatan Lindu".
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri
udara di ruang rawat inap pada Puskesmas dengan fasilitas rawat inap di Kecamatan
Lindu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
3.
Penicillium sp.
Izzah (2015), dengan judul penelitian "Kualitas Udara Pada Ruang Tunggu
Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah
Tangerang Selatan Dengan Parameter Jamur". Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas udara melalui konsentrasi jamur udara serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi jamur udara di
ruang tunggu Puskesmas perawatan Ciputat Timur dan Puskesmas nonperawatan Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan pada Desember
2014 hingga Maret 2015. Hasilnya adalah tidak ada perbedaan konsentrasi
jamur yang signifikan pada ruang tunggu Puskesmas perawatan Ciputat Timur
dan Puskesmas non-perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Rata-rata
konsentrasi jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas perawatan Ciputat
Timur sebesar 432 CFU/m dan Puskesmas non-perawatan Ciputat Tangerang
Selatan sebesar 495 CFU/m.
Berdasarkan 3 penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, perbedaan yang
terdapat dengan penelitian ini adalah terdapat pada waktu, tempat, dan metode
penelitian seta lokasi pengambilan sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
a. Definisi
Menurut Kemenkes RI (2004) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas
adalah salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
b. Tugas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Kemenkes RI, 2014).
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas dapat menyelenggarakan
fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Kemenkes RI,
2014).
Fungsi puskesmas pada era BPJS menjadi sangat sentral dan wajib.
Salah satu unsur penting dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan adalah
ketersediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan yang berasal dari gudang
farmasi milik pemerintah dan berpengaruh langsung terhadap kecepatan
pelayanan di Puskesmas (Kurniawan, 2014).
d. Kategori Puskesmas
inap
adalah
puskesmas
yang
tidak
4) Puskesmas
kawasan
perkotaan
hanya
dapat
menyelenggarakan
kemudahan, dan kenyamanan. Ruang rawat inap yang aman dan nyaman
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan
pasien. Oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus memenuhi
persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang
sehat, aman, dan nyaman (Kemenkes RI, 2014).
1) Persyaratan Bangunan
Untuk menciptakan ruang rawat inap yang sehat, aman, dan nyaman,
maka bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman,
dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesbilitas, serta terletak
jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, dan bising dari
mesin/generator. Pintu masuk ke ruang rawat inap harus terdiri dari pintu
ganda, masing-masing dengan lebar 90 cm, dan 40 cm. Pintu masuk ke
kamar mandi pasien minimal lebarnya 85 cm dan membuka ke luar kamar
mandi. Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya, dan cukup rapat. Bukaan jendela harus dapat
mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari dalam ruangan, ke luar
ruangan (Kemenkes RI, 2014).
10
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan (Kemenkes RI, 2014).
c) Sistem Pengkondisian Udara
Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam
bangunan
ruang
rawat
inap
serta
mencegah
pertumbuhan
dipertahankan
30
60%,
dan
temperatur
ruangan
11
12
13
dan
inkubasi
tertentu.
Pembiakan
diperlukan
untuk
14
kuning
di
sekeliling
pertumbuhannya,
pembiakan
mikroorganisme
terpilih
seperti
15
membedakan
bakteri
enterik
sebagai
dasar
16
4. Kerangka Teori
Puskesmas
Ruang
rawat inap
Sanitasi
lingkungan
Berdasarka
n
pewarnaan
Bakteri
Udara
Definisi
Morfologi :
-kokus
-batang
-spiral
Agar Darah
Media Pertumbuhan
MacConkey
Agar
Uji Biokimia
Pewarnaan Gram
Bakteri
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
(Putra, 2015)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
17
5. Kerangka Konsep
Ruang Rawat
Inap
Puskesmas
Bakteri Udara
Agar darah
Agar
MacConkey
Isolasi dan
Identifikasi
Uji Biokimia
Jenis Bakteri
B. Landasan Teori
Lingkungan puskesmas yang bersih merupakan awal dari kesembuhan suatu
penyakit. Keadaan udara di dalam ruang rawat inap turut berperan dalam kesembuhan
pasien. Pengaturan lingkungan perawatan harus dilakukan dengan baik. Lingkungan
sebagai tempat berkumpul orang memungkinkan terjadinya peningkatan interaksi
antara orang yang terinfeksi dan orang-orang beresiko terinfeksi. Pasien dengan
infeksi yang dirawat atau mikroorganisme patogen merupakan sumber potensial dari
infeksi baik pada pasien ataupun tenaga kesehatan.
18
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian observational deskriptif. Dalam penelitian
observasional deskriptif, peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai fenomena
yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan secara apa adanya, dan tidak dilakukan
analisis mengapa fenomena tersebut terjadi (Sastroasmoro, 2014).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Puskesmas rawat inap
Kecamatan Lindu dan laboratorium kesehatan daerah provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Januari tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Sastroasmoro (2014) yang dimaksudkan dengan populasi
dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu :
a) Populasi target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir
penerapan hasil penelitian, dan biasanya bersifat umum. Populasi
target pada penelitian ini adalah bakteri yang terdapat pada udara.
b) Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang
dapat dijangkau oleh peneliti dan dibatasi oleh tempat dan waktu.
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah bakteri udara yang
terdapat pada udara di ruang rawat inap Puskesmas rawat inap
Kecamatan Lindu pada saat penelitian dilakukan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel merupakan bagian dari
populasi terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung serta telah
20
21
safranin)
SIM medium
Citrat medium
Glukosa medium
Laktosa medium
Sukrosa medium
Maltosa medium
Mannitol medium
Metil red medium
Vogest proust medium
Urea medium
Acid medium (Labkesda Sulawesi Tengah, 2015)
22
G. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Penelitian
a. Menurut Ririn (2002), teknik pengambilan sampel identifikasi bakteri
adalah :
1) Teknik sedimentasi menggunakan cawan petri yang mengandung
Media agar darahUrea dan MacConkey Agar
2) Cawan petri terbagi menjadi 2 :
a) 4 cawan petri yang mengandung Media agar darah
b) 4 cawan petri yang mengandung McConkey Agar
3) Sampel diambil dengan cara meletakkan 8 buah cawan petri yang
masing-masing berisi 4 Media agar darah dan 4 MacConkey agar
yang kemudian ditempatkan pada 4 titik ruangan yang diletakkan
setinggi 100 cm dari lantai.
4) Pengambilan sampel diambil setelah ruangan dibersihkan pada pagi
hari didasarkan pada waktu dimana diperkirakan paling sedikit pasien
datang ke ruang rawat inap.
5) Jumlah keseluruhan sampel adalah 24 sampel dengan perincian
berikut : 8 sampel pada minggu pertama, 8 sampel pada minggu
kedua, dan 8 sampel pada minggu ketiga.
6) Cawan petri dibiarkan terbuka dan terpapar selama 15 menit. Setelah
itu cawan petri ditutup dan dibawa ke Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
b. Isolasi Bakteri
Cawan petri yang mengandung media agar darah dan MacConkey agar
diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Media agar darah digunakan
untuk isolasi bakteri gram positif sedangkan MacConkey agar digunakan
untuk isolasi bakteri gram negatif (Putra, 2015)
c. Identifikasi bakteri
Sampel bakteri yang terdapat pada pertumbuhan masing-masing
cawan petri selanjutnya dilakukan prosedur uji biokimia untuk
identifikasi bakteri (Putra, 2015)
23
H. Alur Penelitian
Ruang rawat inap
Puskesmas Lindu
Ada pertumbuhan
bakteri
Tidak ada
pertumbuhan bakteri
Media isolasi
(agar darah)
Media isolasi
(MacConkey agar)
Pewarnaan gram
Uji Biokimia
Jenis Bakteri
Gambar 3.1 Alur Penelitian
24
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Rawat Inap
Kecamatan Lindu dan Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
Pengambilan sampel dilakukan 3 minggu berturut-turut yakni pada tanggal 10 April
2016, 17 April 2016, dan 24 April 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi bakteri udara di ruang rawat inap pada Puskesmas dengan fasilitas
rawat inap di Kecamatan Lindu.
Pada penelitian ini, dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri pada ruang rawat
inap Puskesmas Kecamatan Lindu. Pertama-tama, cawan petri yang mengandung
media agar darah dan agar McConkey ditempatkan pada titik yang telah ditentukan
sebelumnya berdasarkan metode simple random sampling dan dibiarkan terbuka
selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari yaitu setelah
dilakukan pembersihan ruangan dikarenakan waktu tersebut diperkirakan paling
sedikit pasien yang berkunjung ke ruang rawat inap Puskesmas Lindu. Kemudian
sampel dibawa ke laboratorium kesehatan daerah Sulawesi tengah dan diinkubasi
selama 24 jam. Setelah diinkubasi diamati bentuk, ukuran, warna, permukaan dan
sifat dari pertumbuhan bakteri pada agar. Setelah diamati pertumbuhannya, diambil
salah satu koloni pada agar darah dan agar McConkey, lalu dibiakkan kembali pada
Brain Heart Infusion Agar (BHIA) dan Kliger Iron Agar (KIA) lalu diinkubasi lagi
selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi
moroflogi bakteri dibawah mikroskop kemudia dilanjutkan dengan melakukan uji
biokimia dengan mengambil sampel dari media BHIA atau KIA.
26
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., 2011. Lingkungan Fisik dan Angka Kuman Udara Ruangan di Rumah
Sakit Umum Haji Makassar, Sulawesi Selatan. FKM Universitas Hasanuddin,
Makassar
Antoniusman, M., 2013. Hubungan Jumlah Koloni Bakteri Patogen Udara Dalam
Ruang dan Faktor Demografi Terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building
Syndrome Pada Responden Penelitian Di Gedung X Tahun 2013. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta
Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial, Probematika dan Pengendaliannya. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta
Dorland, N., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta
Immaniar, E., Apriliana, E., Rukmono, P., 2013. Kualitas Mikrobiologi Udara di
Inkubator Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek
Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University. 2:51-60
Irianto, K., 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Yrama Widya. Jakarta
Izzah, N., 2015. Kualitas Udara Pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat
Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah Tangerang Selatan Dengan
Parameter Jamur. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Kemenkes RI. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas. Kemenkes RI. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Ruang
Rawat Inap. Kemenkes RI. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Komunikasi Data, Profil
Puskesmas Lindu. Kemenkes RI. Jakarta
29