ISPA
Disusun Oleh :
MUZAMIL PUTRA RAMADHAN
N 111 16 053
Pembimbing :
dr. Adheleide Krisnawati Borman
DR. dr. I Ketut Suarayasa, M.Kes
1
hasil Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi dan secara
nasional sebesar 3,55%.[4]
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit yang
sering terjadi pada bayi dan balita. ISPA merupakan penyakit yang dapat
menyebar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun penyakit ini ringan
tetapi tetap berbahaya, terutama bila menyerang pada bayi dan balita. Serangan
penyakit ini terbukti paling tinggi di musim hujan atau pada saat masa peralihan
musim kemarau ke musim hujan.[4]
Menurut data UPTD Puskesmas Baluase angka ISPA masih menduduki
posisi paling pertama dari 10 penyakit yang tersering di Puskesmas baluase.[5]
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas baluase
2
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An. J
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Desa Baluase
Tanggal Pemeriksaan 3 Januari 2018
Nama : Tn. F
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. Baluase
3
C. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan batuk disertai demam.
Batuk berlendir disertai dengan demam dirasakan terutama pada malam hari
dan dialami sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Namun saat di Puskesmas
pasien sudah tidak demam. Menurut ibunya, demam turun setelah di berikan
obat paracetamol. Pasien juga mengeluhkan beringus, sejak 1 hari sebelum
ke puskesmas. Tidak ada riwayat kejang, tidak ada mual ataupun muntah.
Nafsu makan menurun. Buang air kecil lancar, berwarna kuning dengan
frekuensi 3-5 kali sehari. Buang air besar biasa, berwarna kekuningan
dengan konsistensi padat.
4
Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Pasien tinggal di rumah
semi permanen berlantai 1, berukuran luas sekitar 6x10 m2. Rumah
terdiri dari ruang tamu, satu kamar tidur, ruang makan sekaligus dapur.
Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah semi permanen terbuat
dari batako dan papan, pada dapur tidak memiliki plafon dan atap rumah
terbuat dari seng. Ruang tamu memiliki ventilasi berupa jendela dan
pencahayaan yang kurang, dimana jendela permanen yang terbuat dari
kayu.
Rumah pasien tidak memiliki kamar mandi dan septic tank. Tidak ada
saluran air limbah (got) di samping rumah yang mengalir ke depan
rumah.
Sampah di rumah dikumpulkan dan kemudian dibakar di depan rumah.
Sumber listrik rumah yaitu PLN. Sumber air dari sungai.
Riwayat Antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan, dan tidak ada
penyakit selama hamil.
Riwayat Natal :
Pasien lahir normal di bidan, cukup bulan, dengan berat badan lahir 2900
gr, dan panjang badan lahir 48 cm, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan
5
Riwayat Imunisasi Tambahan : tidak ada
6
Genogram
Sosial Ekonomi
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan tetangga sekitar.
Pasien tergolong ekonomi ke bawah, ayah dan ibunya telah bercerai sejak pasien
masih kecil. Dan saat ini hanya ibunya yang menghidupi ke empat anaknya.
Ibunya bekerja sebagai kader posyandu dengan penghasilan yang pas-pasan.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit ringan Berat Badan : 22 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 130 cm
Status Gizi : Gizi Baik
7
Tanda Vital
Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (+/+).
Jantung : Inspeksi : iktuskordis tampak
Palpasi : iktuskordis teraba pada ICS V linea
midclaviculasinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
8
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
ISPA (bukan Pneumonia)
Diagnosis Banding
Pneumonia
Anjuran Pemeriksaan
Pemeriksaan darah rutin
Terapi
Medikamentosa :
GG 3x1/2 tab
Paracetamol 500 mg 3x1/2 tab (KP)
Nonmedikamentosa :
Menghentikan kebiasaan merokok,jika ada yang merokok di dalam rumah
Memberikan perasan jeruk nipis dengan madu atau kecap untuk membantu
mengurangi batuk
9
Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Memberikan minuman hangat, dan memperbanyak minum air putih ataupun
sari buah untuk membantu mengencerkan dahak.
Istirahat yang cukup.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
12
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
Rumah pasien memiliki akses untuk pencahayaan alam yang cukup,
dimana terdapat jendela dan pintu yang dapat dibuka untuk membantu
pencahayaan pada siang hari.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
b. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
Kualitas udara dirumah pasien dapat dikatakan kurang, dinilai dari
pertukaran udara kurang baik karena ruangan pengap, dikarenakan
padatnya jumlah penghuni di rumah dan sedang dilakukan renovasi di
rumah pasien.
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
Dirumah pasien dapat dikatakan cukup dimana terdapat jendela di tiap
sudut ruangan.
13
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dirumah pasien tidak memiliki sumber air bersih. Pasien dan keluarganya
hanya menggunakan air sungai untuk mandi maupun untuk memasak dan
mencuci. Kadang air berwarna keruh saat hujan. Menurut ibu pasien
kualitas airnya belum pernah diukur sebelumnya,dan sudah dipakai
bertahun-tahun.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah ±2 meter, dan keluarga
pasien selalu membuang limbah di tempat sampah tersebut, sehingga
pengelolaan limbah belum cukup baik.
14
Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 1 kamar dengan masing-masing
ukuran 3x4 m2, berisi 1 tempat tidur. Kebersihan kamar tidur dirumah
pasien dapat dikatakan kurang karena di kamar tidur tergabung dengan
pakaian seluruh penghuni rumah yang tertata kurang rapi.
15
yang sama datang beberapa kali, ataupun terdapat peningkatan angka kejadian di
wilayah tersebut. Hal ini juga dikarenakan kurangnya SDM untuk dapat
menjangkau pemukiman penduduk di wilayah kerja Puskesmas Baluase.
Pasien
Konseling
memberikan
penyuluhan
terkait ISPA
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah ISPA masih menempati posisi
teratas untuk Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Baluase. ISPA
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI ekslusif,
imunisasi lengkap, penerapan gaya hidup sehat, menghindari paparan asap rokok
maupun polusi, dan menjaga kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian
penyakit ISPA pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran penyakit ISPA harus lebih di
tingkatkan.
2. Kepedulian masyarakat tentang rumah sehat di perlukan untuk mengurangi
penyebaran penyakit menular.
3. Bekerjasama dengan beberapa pihak terkait agar dapat mewujudkan rumah
sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas Baluase secara bertahap.
17
DAFTAR PUSTAKA
[1] Daroham, N.E. &Mutiatikum. 2014. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Biomedis dan Farmasi.
[2] Anonim, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
18
DOKUMENTASI
19
DAPUR DAPUR
20
21