Anda di halaman 1dari 88

Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

BLOK KETERAMPILAN KLINIK DASAR 4


KELUHAN BERKAITAN DENGAN
SISTEM REPRODUKSI

1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang
dokter juga dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai
kondisi yang diderita pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan
agar bisa menjadi materi acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang
diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 4 ini akan dilaksanakan pada semester 6. Pada
semester ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam
anamnesis, komunikasi, pemeriksaan fisik, tindakan, dan analisis data pada sistem
keluhan reproduksi, kesehatan anak, dan pengelolaan masalah komunitas dan kesehatan
keluarga. Khusus untuk Modul ini, akan dipelajari keterampilan pertolongan persalinan
normal, pemeriksaan kehamilan dan ANC, konseling perubahan perilaku, dan
pemasangan IUD.

2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 4 pada keluhan berkaitan
dengan sistem reproduksi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan pertolongan persalinan normal dengan benar.
b. Melakukan pemeriksaan kehamilan dan ante natal care (ANC) dengan benar.
c. Melakukan konseling untuk perubahan perilaku dengan benar.
d. Melakukan pemasangan IUD dengan benar.

3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan
keterampilan prosedural (pemeriksaan kehamilan dan ANC dan pemasangan IUD) dan
keterampilan terapeutik (pertolongan persalinan normal dan konseling perubahan
perilaku). Pada blok ini, masing-masing keterampilan dilatihkan sebanyak 2 kali selama
masing-masing 3 jam.

4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian :
▪ Kehadiran di skills lab : 100%
▪ Etika pada skills lab : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas :
▪ NBL setiap keterampilan = 70
▪ Nilai responsi skill: 20%
▪ Pre test = 10 %
▪ Post test= 10%
▪ OSCE = 60%
c. Standar Penilaian

1
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Penilaian Acuhan Patokan (PAP)/criterion-reference dengan nilai patokan


berdasarkan aturan institusi.
A = 80-100 C = 60-64,99
B+ = 75-79,99 D+ = 55-9,99
B = 70-74,99 D = 50-54,99
C+ = 65-69,99 E = 0-44,99
d. Remediasi
Jika nilai mahasiswa berada di bawah NBL OSCE Komprehensif, maka dilakukan
1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester, dengan ketentuan nilai maksimal
remedial OSCE Komprehensif yang diperoleh adalah 70. Apabila setelah dilakukan 1 kali
remediasi OSCE Komprehensif, nilai yang diperoleh masih berada di bawah nilai lulus,
maka nilai yang diambil adalah nilai yang tertinggi.

5. TATA TERTIB
a. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skill lab 100%
b. Ketidak hadiran mahasiswa hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
2. Mendapat musibah/kematian keluarga inti dengan surat keterangan dari orang
tua/Wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Pembantu Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila mahasiswa tidak hadir dengan alasan selain yang disebutkan di poin
(b), maka mahasiswa akan mendapat nilai responsi nol (0) dan wajib mengganti
jadwal skills lab.
d. Apabila mahasiswa tidak hadir dengan alasan seperti poin (b), maka mahasiswa
wajib mengganti waktu skill lab/ujian dengan ketentuan administrasi yang telah
ditetapkan oleh MEU.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir dengan alasan seperti pada poin (b) maka wajib
segera melapor ke bagian/lab/MEU pada saat hadir kembali ke kampus dan
penggantian jadwal skill lab harus segera dilaksanakan secepatnya maksimal 3
hari setelah masuk kembali
f. Pada saat ujian (pretest, posttest dan OSCE Komprehensif), mahasiswa harus
sudah hadir 30 menit sebelum ujian dilaksanakan sesuai jadwal
g. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat ujian (pretest, posttest dan OSCE
Komprehensif) diatas 10 menit, maka tidak akan diperkenankan ikut ujian
h. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat
nilai di bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran
(kehadiran, etika)
i. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika maka
dinyatakan tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya.

2
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

6. TIM BLOK
Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr., M. Kes
Feery Armanza, dr., Sp. OG (K)
Lena Rosida, dr., M. Kes
Dona Marisa, dr., M. Kes
Farida Heriyani, dr., MPH.

3
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

SKILL 1
PERTOLONGAN PERSALINAN

PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri/plasenta),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi secara spontan dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi
belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sesaria.
Pada setiap persalinan terdapat lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passenger)
3. Tenaga atau kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot-otot dinding
perut, kontraksi diafragma dan ligamen action terutama ligamentum rotundum.
4. Psikis ibu yang betul-betul siap dan didukung oleh keluarga terutama suami.
5. Penolong yang mengetahui keadaan panggul dan mahir dalam menolong
persalinan.

JALAN LAHIR (Passage)


Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagian lunak. Jalan
lahir bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya, sedang bagian
lunak terdiri atas otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan per
vaginam janin harus melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang
mempunyai bentuk dan ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-rata
normal, maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan per vaginam akan
berlangsung tanpa kesulitan.
Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa di sebelah depan dan disamping dan
os sakrum dan os koksigis di sebelah belakang. Os koksa terdiri dari 3 bagian, yaitu os
ilium, os iskhium, dan os pubis.
Sendi panggul terdiri atas 2 artikulasio sakroiliaka, simfisis pubis, dan artikulasio
sakrokoksigeal. Dalam kehamilan dan persalinan artikulasio ini dapat bergeser sedikit
dan lebih longgar. Pada disproporsi sefalopelvik “ringan” kelonggaran ini kadang-
kadang dapat memungkinkan lahirnya janin per vaginam.
Ligamen yang menghubungkan os sakrum dan os ilium pada artikulasio
sakroiliaka, ligamen sakrotuberosum dan ligamen sakrospinosum merupakan ligamen-
ligamen panggul.
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis di atas linea terminalis, yang tidak
banyak kepentingannya di dalam obstetri. Yang lebih penting adalah pelvis minor,
dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet).

4
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibatasi di sebelah posterior
oleh promontorium, di lateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas
simfisis. Ukuran-ukuran pintu atas panggul penting diketahui :
▪ Diameter anteroposterior : yang diukur dari promontorium sampai ke tengah
permukaan posterior simfisis. Diameter anteroposterior disebut pula konjugata
obstetrika
▪ Konyugata diagnonalis : yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium, yang dapat diukur dengan memasukkan jari tengah dan telunjuk ke
dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal
promontorium tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm

▪ Konyugata vera : yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan promontorium diperoleh
dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm
▪ Diameter transversa : adalah jarak terjauh garis lintang pintu atas panggul, biasanya
sekitar 12,5 – 13 cm
▪ Garis yang dibuat antara persilangan konyugata vera dengan diameter transversa ke
artikulasio sakroiliaka disebut diameter oblikua, yang panjangnya sekitar 13 cm

Gambar : Pintu atas panggul Gambar : Ruang Panggul Gambar : Pintu bawah panggul

Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas panggul dan pintu bawah
panggul. Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simfisisnya. Dinding
posterior dibentuk oleh os sakrum dan os koksigis, sepanjang ± 12 cm. Karena itu ruang
panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.
Batas atas pintu bawah panggul adalah setinggi spina iskhiadika. Jarak antara
kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm. Batas bawah
pintu bawah panggul berbentuk segi empat panjang, disebelah anterior dibatasi oleh arkus
pubis, di lateral oleh tuber iskhii, dan di posterior oleh os koksigis dan ligamen
sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis) adalah ± 90º. Jika

5
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

kurang dari 90 º , lahirnya kepala janin lebih sulit karena ia memerlukan lebih banyak
tempat ke posterior.
Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy :

Pada persalinan segmen bawah uterus, serviks, dan vagina ikut membentuk jalan
lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian lunak lainnya yang berperan dalam proses
persalinan adalah otot-otot, jaringan ikat, ligamen-ligamen yang berfungsi menyokong
alat-alat urogenitalis.

JANIN (Passenger)
Dari seluruh bagian badan janin, kepala merupakan bagian terpenting dalam
proses persalinan. Kepala janin terdiri atas tulang-tulang tengkorak (kranium) dan tulang-
tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka. Kranium terdiri atas 2 os parietalis, 2 os
frontalis dan 1 os oksipitalis. Tulang-tulang ini berhubungan satu dengan lain dengan
membran yang memberi kemungkinan gerak bagi tulang-tulang tengkorak selama
persalinan dan awal masa kanak-kanak. Batas antara tulang-tulang tersebut disebut sutura
(sutura sagitalis posterior, sutura frontalis, sutura koronaria, dan sutura lambdoidea),
sedang antara sudut-sudut tulang disebut fontanella (fontanella minor / ubun-ubun kecil
dan fontanella mayor / ubun-ubun besar).

Adanya membran pada sutura dan fontanella di kepala janin memungkinkan kepala
berubah bentuk dengan jalan penyisipan os parietalis, serta os oksipitalis dan os frontalis
di bawah os parietalis. Hal ini disebut moulase. Kalau selaput ketuban sudah pecah,
tekanan dari serviks terhadap “skalp” dapat menyebabkan terjadinya “kaput
suksedaneum” yang akan menghilang beberapa hari setelah lahir.

6
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

A B
Gambar : A. kaput suksedaneum, B. Moulase

Postur janin dalam rahim :


- Letak janin
Menunjukkan bagaimana hubungan sumbu janin terhadap sumbu ibu. Letak
janin dapat : memanjang (letak kepala atau sungsang), mengolak, dan lintang.

- Presentasi
Menunjukkan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim. Berbagai
presentasi yang mungkin terjadi adalah : presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, presentasi muka, dan presentasi rangkap (misalnya bokong kaki).

I II III IV V
7
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Keterangan :
I. Presentasi verteks : (A) Oksipito anterior kiri, (B) Oksipito posterior kiri
II. Presentasi verteks : (A) Oksipito anterior kanan, (B) Oksipito transversal kanan, (C)
Oksipito posterior kanan
III.(A). Presentasi frank breech, (B) bokong lngkap
IV. Presentasi bokong tak lengkap (incomplete, atau footling presentation)
V. (A) Presentasi bokong posisi sakrum posterior kiri, (B) Posisi akromiodorsoposterior
kanan. Bahu janin ada di sebelah kanan ibu, dan punggungnya di posterior

- Posisi
Digunakan untuk menunjukkan kedudukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim terhadap sumbu tubuh ibu : di sebelah depan, kiri atau kanan depan, kiri
atau kanan lintang, kiri atau kanan belakang, dan belakang. Sebagai petunjuk dipakai
ubun-ubun kecil, dagu, sakrum, atau skapula.

Gambar Beberapa Presentasi dan Posisi Janin

- Sikap
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala,
tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.

8
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Gambar Beberapa sikap badan janin

Menurut umur kehamilan, persalinan bisa dikategorikan :


• Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup
(viable), berat janin dibawah 1000 gram, umur kehamilan di bawah 28 minggu
• Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28 – 36
minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 – 2500 gram
• Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37 – 40
minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 gram
• Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih
dari waktu partus yang ditaksir. Janin disebut postmatur
• Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar
mandi, di atas beca dan sebagainya
• Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh
bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

SEBAB-SEBAB YANG MENIMBULKAN PERSALINAN


Apa yang menyebabkan terjadinya belum diketahui benar, yang ada hanyalah
merupakan teori-teori yang kompleks antara lain :
1. Teori penurunan hormon
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah dan hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi
uterus
5. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

9
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis


dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser
• Amniotomi : pemecahan ketuban
• Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

TANDA-TANDA PERMULAAN PERSALINAN


Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya ibu hamil
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering kencing atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kencing
tertekan oleh bagian terbawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus, kadang-kadang disebut false labor pains
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show)

TANDA-TANDA IN PARTU
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina
dan dasar panggul.

KALA DALAM PERSALINAN


Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I yang dinamakan kala pembukaan,
dimana serviks mulai membuka sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala II
disebut pula kala pengeluaran janin, oleh karena kekuatan his dan kekuatan ibu
mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala pengeluaran uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta
dan lamanya 1 jam. Dalam kala ini diamati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.

Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir bersemu
darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka (dilatasi) atau mendatar (effacement), sedangkan darahnya berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis itu pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida (wanita yang hamil untuk pertama kali) dan multigravida (wanita yang
hamil untuk beberapa kali). Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka, biasanya berlangsung 13 – 14 jam. Pada multigravida, ostium uteri

10
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama pada pembukaan, biasanya berlangsung 6 – 7 jam. Ketuban akan
pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah
pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini.

Pembukaan serviks pada multipara dalam kala I Pembukaan serviks pada primigravida dalam kala I

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :


1. Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7 – 8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam, dibagi atas 3 subfase :
• Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
• Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm
• Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.

Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his menjadi terkoordinir, lebih kuat, lebih cepat dan
lebih lama, kira-kira 2 – 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah
masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rektum dan merasa seperti hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi,
kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata
1½ – 2 jam dan pada multigravida rata-rata ½ - 1 jam.

11
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Keterangan : A. Kepala tampak depan vulva, B. Kepala dilahirkan lewat perineum, C.


Kepala sudah lahir seluruhnya, D. Putaran paksi luar

Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat atau sedikit di atas pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2X sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.
Dalam waktu 6 – 15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.

Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

MEKANISME PERSALINAN
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk
menerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada multi pada saat-saat partus
mulai. Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan letak kepala dengan beberapa
variasi yang mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum.
Letak terbawah rahim kebanyakan letak kepala, hal ini didasari oleh :
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
volumnya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit
2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah.

Karena his yang kuat, teratur, dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas
panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah
menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan

12
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

ukuran yang terkecil : Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm, dan Sirkumferensia


suboccipito-bregmatika = 32 cm.
Bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga
panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus
yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat
pula kepala dalam keadaan asinklitismus anterior menurut Naegele yaitu apabila arah
sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan bidang pintu atas panggul.
Asinklitismus posterior menurut Litsman adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya
kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas
dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Asinklitismus penting, apabila
daya akomodasi panggul agak terbatas.

Sinklitismus Asinklitismus anterior Asinklitismus posterior

Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang
akan turun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Sampai didasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran
paksi dalam. Pada umumnya rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan,
sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis.

Gambar Putaran Paksi dalam

Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-
ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka

13
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis, anus membuka tampak
dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera
mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.

Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar

Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas
panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah
dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

Gambar Kelahiran bahu depan, kemudian bahu belakang

Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter
belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini dipahami dengan sungguh-sungguh,
maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika
mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Secara singkat mekanisme turunnya kepala janin sebagai berikut :

14
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

PIMPINAN PERSALINAN KALA I


Pengawasan wanita in partu sebaik-baiknya dan menanamkan semangat kepada
wanita ini bahwa proses persalinan adalah fisologis. Tanamkan rasa percaya diri dan
percaya pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila ada
indikasi. Pada kala pembukaan ini dilarang mengedan, karena belum waktunya dan hanya
akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya kala I berakhir apabila pembukaan sudah
lengkap sampai 10 cm.

Pada kala I ini, lakukan pemeriksaan yang meliputi :


1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dilanjutkan
pemeriksaan fisik lainnya. Nadi, suhu dan pernafasan dicatat tiap 4 jam. Kalau
persalinan lebih dari 24 jam atau timbul panas, pencatatan tiap 2 jam. Tensi dicatat
tiap 6 jam, tetapi pada penderita pre eklamsia pencatatan lebih sering
2. Pemeriksaan status obstetrikus :
• letak dan posisi janin,
• taksiran berat badan janin,
• detak jantung janin :
- frekuensi DJJ : normal antara 120 -150 kali per menit dengan rata-rata 140
kali per menit. Pada waktu his denyut jantung turun menjadi 90 atau 100 kali
per menit tetapi akan kembali normal dalam waktu 15 – 20 detik. Bila
frekuensi kurang dari 80 kali per menit apalagi disertai keluarnya mekonium
pada presentasi kepala menandakan bahwa janin dalam keadaan distress
(gawat)
- teratur tidaknya : didengarkan denyut 5 detik pertama, kemudian 5 detik ke-3
dan 5 detik ke-5. Dalam keadaan normal akan terdengar 12 ; 12 ; 12. Bila

15
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

beda pengamatan tersebut lebih dari 2, menandakan denyut jantung tidak


teratur.
• his dan sifat-sifatnya :
Untuk menilai his mengenai rasa sakit, teratur, lama dan kuatnya perlu
dibedakan antara his sesungguhnya dan his palsu.

His sesungguhnya His Palsu


Rasa Sakit : Rasa Sakit :
• Teratur • Tidak teratur
• Interval makin pendek • Interval panjang
• Semakin lama semakin kuat • Kekuatan tetap
• Dirasakan paling sakit di • Dirasakan terutama di daerah
daerah punggung perut
• Intensitas makin kuat kalau • Tak ada perubahan walaupun
penderita berjalan penderita berjalan
Keluar Bloody show Tidak keluar Bloody show
Serviks membuka dan menipis Servik tertutup dan tak ada
pembukaan

3. Pemeriksaan dalam :
Merupakan pemeriksaan kebidanan yang terpenting karena mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu :
•Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
•Untuk menentukan faktor janin dan panggul
•Menentukan ramalan persalinan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam :
- Keadaan perineum
Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedang pada multipara tidak
utuh, longgar dan lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan
menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan ke samping vagina. Dengan
cara ini dapat diketahui pula otot levator ani. Pada keadaan normal akan
teraba elastis seperti kalau kita meraba tali pusat.
- Sistokel dan rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan
kelemahan dinding belakang kandung kemih. Ukurannya mungkin kecil atau
kadang-kadang sebesar bola tenis.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang
disebabkan kelemahan dinding depan rektum. Keadaan ini diakibatkan
persalinan yang berulang, terutama kalau ada robekan perineum, atau
bersamaan dengan prolapsus uteri.
- Pengeluaran cairan pervaginam
• Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau
monilia vaginitis, cairan hijau kekuning-kuningan karena trichomonas
vaginitis
• Lendir bercampur darah karena pembukaan serviks
• Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah
16
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, vasa previa, solusio
plasenta atau varises yang pecah
• Mekoneum karena janin dalam keadaan gawat terutama presentasi kepala
- Serviks
Perlu diperhatikan : pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan
kekakuan serviks. Pada persalinan, serviks akan membuka dan menipis.
Pembukaan dapat ditentukan dan diukur dengan kedua jari yang dimasukkan
pada pemeriksaan dalam. Kalau pembukaan lebih dari 6 cm lebih mudah
diukur dari forniks lateralis dengan cara berapa cm lebar serviks yang masih
tersisa. Bila masih tersisa ½ cm menandakan bahwa pembukaan sudah 9 cm.
Untuk menentukan penipisan kadang-kadang agak sukar, terutama
kalau serviks menempel di bagian bawah janin. Dalam hal ini tekanlah bagian
bawah janin ke atas dan rabalah tepi serviks. Pada primipara serviks masih
utuh dan pembukaan akan berupa lingkaran, sedang pada multipara sering
porsio tidak utuh lagi, dan dalam mnegukur pembukaan dicari tempat yang
tidak robek.
Kekakuan serviks dapat dirasakan sewaktu jari dimasukkan ke liang
pembukaan. Dalam keadaan normal serviks lembut dan elastis. Pada serviks
yang kaku akan terasa sekeras lobang hidung.
- Ketuban
Tentukan ketuban utuh atau tidak. Pada akhir kehamilan serviks masih
tertutup atau kadang-kadang dapat dimasuki 1 jari. Untuk menentukan apakah
selaput ketuban utuh atau tidak dapat diketahui bila pemeriksaan dilakukan
selagi his. Pada waktu his ketuban akan menggelembung dan menonjol, bila
sudah pecah penonjolan tak ada lagi. Apabila ketuban belum pecah, wanita in
partu boleh duduk atau berjalan-jalan. Bila berbaring sebaiknya ke sisi dimana
punggung janin berada.
Bagaimana keadaan ketuban. Pada proses persalinan ketuban berfungsi
membantu membuka serviks. Dengan adanya kenaikan tekanan hidrostatis
dalam rongga rahim yang diteruskan ke segmen bawah rahim, serviks akan
membuka. Bila ketuban tidak menonjol, mungkin disebabkan ketuban melekat
pada segmen bawah rahim atau oligohidramnion. Untuk memperlancar
persalinan ketuban harus dilepaskan dari dasarnya dengan jari-jari atau kalau
tidak berhasil lebih baik dipecahkan. Pada solusio plasenta, ketuban terus-
menerus tegang dan menonjol yang disebabkan adanya perdarahan
retroplasenta.
Menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban.
Kadang-kadang kalau belum ada pembukaan serviks, kita ragu-ragu dalam
penentuan apakah cairan yang keluar betul air ketuban atau tidak. Untuk itu
dipakai indikator lakmus atau nitrazin. Percobaan ini berdasarkan
pengetahuan bahwa pH vagina antara 4,5 – 5,5, sedang pH air ketuban antara
7 – 7,5. Kertas lakmus atau nitrazin berubah warnanya pada pH tertentu,
sehingga warna kertas itu menentukan apakah sifat cairan tersebut asam atau
basa (air ketuban), sebaliknya bila biru menjadi merah berarti cairan bersifat
asam. Kecuali dengan kertas lakmus penentuan air ketuban dapat dilakukan

17
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

dengan pemeriksaan mikroskop, dan akan ditemukan lanugo atau bintik-bintik


kaseosa.
- Presentasi, titik petunjuk, dan posisi
Presentasi merupakan bagian yang terbawah janin, yang akan lebih
mudah diketahui bila ketuban sudah pecah. Presentasi kepala dapat diketahui
bila teraba bagian yang bulat keras, tulang parietal, sutura sagitalis, ubun-ubun
besar atau ubun-ubun kecil.
Titik petunjuk untuk menentukan posisi. Pada presentasi belakang
kepala sebagai titik petunjuk ialah ubun-ubun kecil sedang pada presentasi
bokong ialah sakrum.
Posisi kepala yang perlu diperhatikan ialah dimana letak ubun-ubun
kecil terhadap panggul ibu. Pada posisi ubun-ubun kecil kiri depan, teraba
sutura sagitalis searah jam 2 – 8 dan ubun-ubun kecil di kiri depan.
- Turunnya kepala
Untuk menentukan sampai dimana turunnya kepala dapat diperkirakan
dengan pemeriksaan luar dan dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Pada
proses persalinan kadang-kadang terdapat kaput suksedaneum yang
mengganggu. Untuk menentukan sampai dimana turunnya kepala ditentukan
dengan bidang Hodge (H I – II – III – IV). Ada cara lain dalam menentukan
turunnya kepala ialah dengan istilah station. Disebut station 0 bila turunnya
kepala anak setinggi spina iskhiadika. Bila di atas iskhiadika dipakai istilah
minus (-1 cm, -2 cm, -3 cm atau Floating / mengambang). Bila di bawah
spina iskhiadika dengan istilah plus (+ 1 cm, + 2 cm, + 3 cm, dan di
perineum).

18
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

- Pemeriksaan panggul
Dalam pemeriksaan panggul yang perlu diperhatikan ialah bentuk dan
ukuran panggul. Untuk ukurannya perlu diperhatikan hal berikut :
a. Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah
simfisis sampai promontorium (konjugata diagonalis) dengan begitu
konjugata vera dapat ditentukan
b. Apakah linea innominata (linea terminalis) teraba seluruhnya, sebagian
atau beberapa bagian. Kalau teraba seluruhnya berarti panggul sempit
seluruhnya, kalau hanya sebagian dari linea inominata teraba tetapi
promontorium teraba maka panggul adalah panggul picak.
c. Apakah kecekungan sakrum cukup
d. Dinding samping panggul lurus atau miring (konvergen)
e. Spina iskhiadika runcing atau tumpul
f. Arkus pubis sudutnya runcing atau tumpul. Panggul normal arkus pubis
lebih dari 90o
g. Keadaan dasar panggul apakah kaku, tebal atau elastis
- Tumor jalan lahir
Perlu diperhatikan apakah ada tumor pada jalan lahir yang kiranya
mengganggu proses persalinan. Tumor dapat bersifat neoplastik atau tumor
radang.
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan urin : protein dan gula
• Pemeriksaan darah : Hb, golongan darah
4. Persiapan bagi ibu
• Bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna
• Pengosongan kandung kancing oleh ibu sendiri atau dengan bantuan kateterisasi
• Pakaian diganti dengan yang agak longgar
5. Persiapan semua alat-alat
• Sarung tangan steril
• Gunting tali pusat
• Klem tali pusat dan klem lainnya
• Benang atau plastik klem untuk tali pusat

19
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Alat pengisap lendir bayi


• Desinfektan
• Alat-alat untuk menjahit luka
• Obat-obatan dan jarum suntiknya
• Kain kasa steril dan sebagainya

PIMPINAN PERSALINAN KALA II


Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul.
Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, bila belum pecah, ketuban harus
dipecahkan.
Tanda-tanda kala II telah mulai adalah :
1. His lebih sering dan kuat
2. Penderita mulai mengejan, pengejanan ini timbul secara reflektoris karena kepala
janin telah sampai di dasar panggul.
3. Bloody show lebih banyak, kadang-kadang diikuti sedikit perdarahan
4. Penderita merasa seperti ingin buang air besar, hal ini disebabkan karena tekanan
kepala pada dasar paggul dan juga pada rektum
5. Perineum mulai menonjol dan anus mulai membuka. Tanda ini akan tampak bila
betul-betul kepala sudah di dasar panggul dan mulai membuka.

Cara memimpin mengejan :


1. Meskipun mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan sendirinya, tetapi ada
beberapa penderita yang perlu bimbingan karena mengejan tidak efektif. Untuk itu
perlu diberi nasehat, bahwa mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan
pembukaan lengkap
2. Penderita mengedan dalam posisi yang diinginkan. Ada 2 cara mengedan . yaitu :
a. Berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit diangkat,
sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat melihat perutnya
b. Sikap seperti di atas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan,
tergantung pada letak punggung anak. Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki
yang berada di atas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini
baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
3. Pada permulaan his, ibu disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-
kuatnya dan selama mungkin. Bila his masih kuat, setelah menarik nafas pengejanan
dapat diulangi lagi. Bila his tidak ada, ibu beristirahat, menunggu datangnya his
berikutnya (maksimal 60 menit dan bila dipimpin mengejan selama 2 jam pada
primipara dan 1 jam pada multipara, segera dirujuk)
4. Bunyi jantung janin pada kala II ini harus diperiksa setiap 10 - 15 menit diantara dua
his. Bila ada kelainan bunyi jantung janin pemeriksaan dilakukan lebih sering. Nadi
perlu diawasi karena nadi yang cepat menunjukkan ibu kelelahan, dan perlu
dipikirkan apakah pengejanan masih dapat dilanjutkan.

Persiapan menolong lahirnya bayi :


1. Tindakan asepsis dan antisepsis perlu diperhatikan pada kala II. Penolong melepaskan
semua perhiasan dan mencuci tangan secara lega artis, memakai sarung tangan steril,
baju khusus untuk kamar bersalin, memakai pelindung / celemek, menggunakan tutup

20
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

kepala dan masker. Vulva, perineum dan sekitarnya dibersihkan dengan sempurna
dari daerah medial ke lateral dan berakhir ke perineum. Kaki, perut dan bokong ibu
ditutup dengan kain steril, hanya bagian vulva yang terlihat.
2. Dengan adanya pengejanan yang berulang kali, kepala janin sampai di dasar panggul,
vulva akan membuka, rambut kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak
mulai teregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. Bila
diperlukan, dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada
wanita dengan perineum yang kaku sehingga tidak terjadi robekan perineum yang
tidak teratur disamping luka episiotomi umumnya lebih mudah diperbaiki dan
sembuh per primam juga menghindari robekan pada otot sfingter ani yang bila tidak
dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi ( BAB tidak
merasa). Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak
masuk lagi ke dalam vagina. Mulai dengan mengiris atau menggunting perineum saat
his. Ada tiga arah irisan : medialis (dikerjakan pada garis tengah), mediolateralis
(dikerjakan pada garis tengah yang dekat otot sfingter ani dan diperluas ke satu sisi ,
dan lateralis (langsung ke lateral).

3. Bila kepala terlihat dengan diameter 6 – 8 cm, perineum ditahan dengan satu tangan
dilapisi kain steril. Dengan ujung-ujung jari tangan, melalui kulit perineum dicoba
mengait dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan hati- hati supaya lahirnya
dagu dapat ditahan. Bersamaan dengan tindakan tersebut, tangan lain menahan
suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion ke arah anus supaya defleksi tidak
terlalu cepat. Tindakan ini disebut tindakan manipulasi secara Ritgen. Dengan cara ini
laserasi di vulva dapat dicegah, karena lahirnya kepala diarahkan, hingga lingkaran
yang melalui vulva adalah yang terkecil (lingkaran kepala oksipito bregmatikus).
Secara berturut-turut kelihatan bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.

Gambar Rambut janin kelihatan di vulva dan menambah fleksi kepala janin dan
menjaga supaya janin tidak lahir terlampau cepat

4. Setelah kepala lahir, usap muka (terutama hidung dan mulut) dengan kasa steril untuk
membersihkannya dari kotoran lendir / darah. Perhatikan apakah tali pusat melilit
leher. Biasanya lilitan tidak begitu erat sehingga mudah dilonggarkan, tetapi kalau
terlalu erat, dilepaskan dengan cara menjepit tali pusat dengan 2 cunam kocher,

21
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

kemudian diantaranya dipotong dengan gunting yang ujungnya tumpul sambil


melindungi leher bayi.

5. Tidak lama setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar ke arah dimana
punggung janin. Kemudian akan diikuti lahirnya bahu secara spontan, mula-mula
bahu belakang kemudian bahu depan. Kalau bahu tak dapat lahir spontan, perlu
dibantu dengan cara kepala dipegang biparietal dengan dua tangan dan kepala ditarik
ke belakang sampai bahu depan di bawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai
hipomoklion, kepala ditarik ke depan (ke arah simfisis) untuk melahirkan bahu
belakang. Tindakan ini dalam keadaan normal dapat dilakukan. Penarikan kepala ke
bawah dan ke atas tidak boleh dilakukan terlalu kuat, karena pleksus brakhialis dapat
teregang dan mengakibatkan kelumpuhan tangan.

Melahirkan bahu depan dan melahirkan bahu belakang

6. Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanjutnya ialah melahirkan
badan janin, trokanter anterior disusul trokanter posterior. Selipkan satu tangan ke
bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya. Jangan
sekali-kali mengait ketiak dengan telunjuk, karena tindakan ini dapat merusak saraf
lengan. Setelah janin lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik nafas dan
menangis keras, menggerakkan tangan dan kakinya. Jika bayi tidak bernafas dalam
waktu 30 detik, segera mulai resusitasi bayi. Kemudian bayi diletakkan dengan
kepala ke bawah, kira-kira membentuk sudut 30º dengan bidang datar di perut ibu.
Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir atau air ketuban yang masuk mulut,
hidung, kerongkongan dan lambung dengan alat pengisap lendir.

7. Mengikat tali pusat :


• Melakukan urutan (pijatan ringan) pada tali pusat ke arah ibu
• 5 – 10 cm tali pusat dijepit dengan klem kocher / klem kelly di dua tempat.
Diantara kedua klem tersebut tali pusat digunting dengan gunting yang berujung
tumpul. Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat kuat dengan tali /
karet yang agak tebal dan steril. Hal ini harus diperhatikan benar karena bila

22
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

ikatan kurang kuat, ikatan dapat terlepas dan perdarahan tali pusat bisa tejadi yang
akan membahayakan bayi.
• Pada inkompatibilitas Rhesus atau ABO, atau akan diadakan Exchange
transfusion atau keadan-keadaan lain yang memerlukan transfusi maka tali pusat
dipotong dan diikat kira-kira 10 – 15 cm dari pusat / umbilikus bayi. Pemotongan
tali pusat dilakukan secepat mungkin, khususnya pada inkompatibilitas Rhesus.
Bila pemotongan tali pusat dilakukan setelah tali pusat tak berdenyut, apalagi
diletakkan lebih rendah dari ibu, maka bayi akan mendapat tambahan darah 30 –
90 cc.

8. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering setelah badan bayi dibersihkan.
Tutup dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk
menghindari hilangnya panas tubuh.

PIMPINAN PERSALINAN KALA III


Perhatikan kandung kencing ibu. Bila penuh, dilakukan pengosongan kandung
kencing, sedapat-dapatnya ibunya disuruh kencing sendiri. Kandung kencing yang penuh
dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang berarti
menimbulkan perdarahan postpartum.
Segera setelah bayi lahir penolong harus menentukan tinggi fundus uteri dan
kontraksi uterus. Bila kontraksi uterus keras dan tak ada perdarahan, sikap penolong
hanya menunggu sampai plasenta lepas, tak perlu massage. Tangan penolong diletakkan
di atas fundus untuk menjaga supaya tidak naik dan tidak menggelembung karena terisi
darah.
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta dapat dilakukan. Oksitosin dapat diberikan dalam 2
menit setelah kelahiran bayi. Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu
atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2
mg IM. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan preeklamsia, eklamsia atau dengan
tekanan darah tinggi, karena hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit serebro
vaskular.
Kala III ini terdiri dari 2 fase :
1. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri adalah uterus yang berkontraksi mengakibatkan
penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi plasenta, rahim bertambah kecil
dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi
menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim akan lepas
dari tempat plasentanya, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal
23
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil yang masih melekat
pada dinding rahim. Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan
pengumpulan darah di bekalang uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan
sudah komplit, maka kontraski rahim mendorong uri yang sudah lepas ke segmen
bawah rahim, lalu ke vagina dan dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan,
sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu keluarnya uri. Di tempat-tempat
yang lepas terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter
hematoma.
Cara lepasnya uri ada beberapa macam :

Mathews-Duncan (A) Schultze (B)

• Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi (80%).
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma.
Menurut cara ini, ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina
(tanda ini dikemukakan oleh Ahlfeld) tanpa adanya perdarahan per vaginam
(sebelum uri lahir) dan banyak setelah uri lahir.
• Mathews-Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas dimana darah mengalir keluar diantara selaput
ketuban atau serempak dari tengah dan dari pinggir plasenta. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih maka hal ini patologik.
2. Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri :
• Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan terjadi.
• Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-
ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta
telah lepas dari dinding uterus.

24
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
• Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar supaya plasenta lepas dari
dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya perdarahan.
Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan perdarahan postpartum. Pada orang
yang gemuk, cara ini sukar atau tidak dapat dikerjakan.

Pengeluaran plasenta dilakukan dengan menegangkan tali pusat dengan satu


tangan dan tangan yang lain menekan uterus dengan hati-hati ke dorsokranial. Bila uterus
tidak segera berkontraksi, lakukan stimulasi puting susu untuk menghasilkan oksitosin
alamiah. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali, tali pusat terlihat bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk sedikit mengejan,
sementara satu tangan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan
kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva. Bila tali pusat bertambah panjang
tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva. Bila plasenta belum lepas juga dalam waktu 15 menit, suntik ulang oksitosin IM,
periksa kandung kencing, bila penuh lakukan kateterisasi. Ulangi penegangan tali pusat
selama 15 menit. Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir. Tetapi, bila plasenta tampak pada
vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Normalnya, pelepasan uri ini berkisar 15 – 30 menit sesudah anak lahir, namun
kita dapat menunggu paling lama sampai 1 jam. Tetapi bila terjadi banyak perdarahan
atau bila pada persalinan-persalinan yang lalu ada riwayat perdarahan postpartum, maka
tidak boleh menunggu, sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan dengan tangan (plasenta
manual). Juga kalau perdarahan lebih dari 500 cc, sebaiknya uri langsung dikeluarkan
secara manual dan diberikan uterutonika.
Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih ada
yang tertinggal, ini dapat dikeluarkan dengan jalan :
• Menarik pelan-pelan
• Memutar atau memilinnya seperti tali
• Memutar pada klem
• Manual atau digital dengan cara memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan ke dalam vagina untuk melepaskan selaput ketban dari mulut rahim.

25
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Uri dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya setelah dilahirkan, apakah
lengkap atau tidak lengkap. Yang diperiksa, yaitu :
- Permukaan maternal : 6 – 20 kotiledon
- Permukaan fetal
- Apakah pada pinggir plasenta masih didapat hubungan dengan plasenta
lainnya, seperti plasenta suksenturiata.
Selanjutnya harus pula diperhatikan apakah korpus uteri berkontraksi baik. Harus
dilakukan massage ringan pada korpus uteri untuk memperbaiki kontraksi uterus.
Apabila perlu, karena kontraksi uterus kurang baik, dapat diberikan uterutonika seperti
pitosin, metergin, ergometrin dan sebagainya, terutama pada partus lama, grande
multipara, gemeli, hidramnion, dan sebagainya. Bila semuanya telah berjalan dengan
lancar dan baik, maka luka episiotomi harus diteliti, dijahit, dan diperbaiki. Demikian
pula bila ada ruptura perinei.

PENGAWASAN KALA IV
Setelah plasenta lahir masih ada masa kritis yang dihadapi ibu dalam masa
tersebut sehingga sekurang-kurangnya 1 jam post partum ibu harus didampingi penolong.
Harus diperhatikan :
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat genitalia
lainnya
c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d. Kandung kencing harus kosong
e. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematom
f. Bayi dalam keadaan baik
g. Ibu dalam keadaan baik. Periksa nadi dan tekanan darah, pastikan dalam batas
normal, tidak ada pengaduan sakit kepala.

PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau persalinan dan membantu penolong dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap
ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.

26
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

▪ Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam


▪ Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
- U : Selaput utuh - D : air ketuban bernoda darah
- J : selaput pecah, air ketuban jernih - K : tidak ada cairan ketuban / kering
- M : air ketuban bercampur mekonium
▪ Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X)
▪ Penurunan kepala. Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen / luar) di atas simfisis pubis. Catat dengan tanda lingkaran (O)
pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala
berada di simfisis pubis.

27
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

▪ Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
▪ Jam. Catat jam sesungguhnya
▪ Kontraksi. Catat setiap ½ jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik
▪ Obat yang diberikan (catat semuanya) dan cairan intravena (jika menggunakan
catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit)
▪ Nadi. Catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (o)
▪ Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah (→)
▪ Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
▪ Urin (protein, aseton, dan volume urin). Catatlah setiap kali ibu kencing.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan
harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan
yang tepat.

LANGKAH KLINIK MEMIMPIN PERSALINAN NORMAL

PERSIAPAN
a. Pasien
b. Instrumen dan medika mentosa
c. Bayi
d. Penolong

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA 2


1. Mendengar dan melihat tanda kala 2 persalinan:
a. Ibu merasa ada dorongan yang kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan spincter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi
baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir/resusitasi, siapkan:
- tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
- 3 handuk/kain bersih kering (termasuk ganjal bahu bayi)
- Alat penghisap lendir
- Lampu sorot 60W dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
- Menggelar kain di bawah perut ibu
- Enyiapkan oksitosisn 10 unit
- Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

28
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang kering dan bersih
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosisn ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior ke
posterior menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari bagian depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung
tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Pakai sarung tagan DTT/steril
untuk melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput
ketuban masih utuh saat pembukaan lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci tangan
setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu tutup kembali partus set.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


MENERAN
11. Beritahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyaman ibu dan janin dan dokumentasikan semua
penemuan yang ada
- Jelaskan kepada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
- Bimbing ibu agar bisa meneran secara benar dan efektif

29
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

- Dukung dan beri semangat saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai keinginannya (kecuali posisi
berbaring telentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran  120 menit (2 jam) pada primigravida atau 
60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


15. Letakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di perut bawah ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter sekitar 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18. Pakai sarung tangan DDT/steril pada kedua tangan

VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi
fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau
bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan:
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas
kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang terjadi secara spontan

Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai

30
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang,
tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta menjaga bayi
terpegang dengan baik.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran lengan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi
dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):
- Apakah bayi cukup bulan?
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah tidak, lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru
lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban adalah ya lanjut ke langkah 26.
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut
bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3
distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2
cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat:
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Lurusan bahu
bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada
di antara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau
areola mammae ibu.
- Selimuti ibu-bayi dengan kain hangat dan kering, pasang topi di kepala bayi
- Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama kali akan berlangsung 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari 1 payudara.
- Biarkan bayi berada di dada ibu dalam waktu 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.

31
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)


33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis) untuk
mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati
untuk mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lepas selama 30-40 detik,
maka hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya kemudian ulangi kembali prosedur di atas. Jika uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu/suami melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal, maka lanjutkan dorongan ke
arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
- Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara
kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir
(ke arah bawah-sejajar lantai-atas)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Jika palsenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasneta dnegan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah ditentukan. Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT/steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal

Rangsangan taktil (masase) uterus


38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masae uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar yang
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan (kompresi bimanual internal, kompresi aorta abdominalis, tampon
kondom-kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
taktil/masase.

IX. MENILAI PERDARAHAN


39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 dan atau

32
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,


segera lakukan penjahitan.
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan
lengkap. Masukkan palsenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.

X. ASUHAN PASCA PERSALINAN


41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi.

Evaluasi
43. Masukkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%. bersihkan noda darah dan cairan tubuh dan bilas di air DTT tanpa melepas
sarung tangan dan keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60x/menit)
- Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke RS
- Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS rujukan
- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak
kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

Kebersihan dan keamanan


48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DDT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau di sekitar ibu
berbaring menggunakan larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering.
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
50. Tempatkan semua peralatan bebas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%. lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi hingga bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan salep mata profilaksis infeksi,
vitamin K1 (1 mg) IM di paha kiri bawah lateral dalam 1 jam pertama

33
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik
(pernafasan normal 40-60x/menit dan temperatur tubuh normal 36,5-37,5oC)
setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di
paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air megalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

34
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Ceklist pertolongan persalinan

KETERANGAN SKOR
0 1 2
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA 2
1. Mendengar dan melihat tanda kala 2 persalinan:
a. Ibu merasa ada dorongan yang kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan spincter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada
ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir/resusitasi, siapkan:
- tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
- 3 handuk/kain bersih kering (termasuk ganjal bahu bayi)
- Alat penghisap lendir
- Lampu sorot 60W dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
- Menggelar kain di bawah perut ibu
- Enyiapkan oksitosisn 10 unit
- Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukkan oksitosisn ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior ke posterior menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari bagian depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
- Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Pakai sarung tagan

35
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan


8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban masih utuh saat pembukaan lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci
tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu tutup kembali partus
set.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-
160x/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES MENERAN
11. Beritahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyaman ibu dan janin dan dokumentasikan
semua penemuan yang ada
- Jelaskan kepada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat:
- Bimbing ibu agar bisa meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai keinginannya (kecuali
posisi berbaring telentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran  120 menit (2 jam) pada
primigravida atau  60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang

36
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

waktu 60 menit.

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


15. Letakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter sekitar 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DDT/steril pada kedua tangan

VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan:
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian
atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang terjadi secara
spontan

Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta
menjaga bayi terpegang dengan baik.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran lengan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang
lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):

37
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

- Apakah bayi cukup bulan?


- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah tidak, lanjut ke langkah resusitasi pada bayi
baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban adalah ya lanjut ke langkah
26.
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di
1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari
tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, dan
klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat:
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Lurusan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada di antara kedua payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting susu atau areola mammae ibu.
- Selimuti ibu-bayi dengan kain hangat dan kering, pasang topi di kepala
bayi
- Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama kali akan berlangsung 10-
15 menit. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara.
- Biarkan bayi berada di dada ibu dalam waktu 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)


33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis)
untuk mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat.

38
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial)
secara hati-hati untuk mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lepas
selama 30-40 detik, maka hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya kemudian ulangi kembali prosedur di
atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami melakukan
stimulasi puting susu.

Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal, maka
lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
- Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
Jika palsenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasneta dnegan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
ditentukan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal

IX. MENILAI PERDARAHAN


38. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2
dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan palsenta ke dalam kantong plastik atau
tempat khusus.

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar

39
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

SKILL 2
ASUHAN ANTENATAL DAN
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
ASUHAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE/PRENATAL CARE)

Definisi
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai
Prenatal Care)

Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama
masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi
5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian
imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi.

Tujuan
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.

Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin (sedini mungkin setelah diketahui
adanya keterlambatan haid).

Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali

KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan


medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

40
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

PETUNJUK PEMERIKSAAN ASUHAN ANTENATAL

Kunjungan (pemeriksaan) pertama

Tujuan

1. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan


2. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
4. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko
kehamilan
5. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

Anamnesis
1. Identitas Pasien
Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi (mengenal) penderita dan
menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui, misalnya untuk
menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.
Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan. Kalau umur terlalu
lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya. Primigravida tua
ialah wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya sudah mencapai 35 tahun
atau lebih. Sedangkan primigravida muda ialah seorang primigarvida yang belum
mencapai umur 16 tahun.

1. Keluhan Utama
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan atau ada keluhan lain
yang penting. Keluhan utama dibidang obstetrik yang sering yaitu : komplikasi
kehamilan, perdarahan, ketuban pecah , infeksi yang menyertai kehamilan dan
inpartu. Dari keluhan utama ini baru anamnesa diuraikan lebih terinci.
Keluhan yang sering berkaitan dengan komplikasi kehamilan adalah sebagai
berikut :
a. Mual-muntah
Biasanya timbul pada bulan ke II dan berkurang setelah bulan ke III lewat.
Mual-muntah ini terutama timbul pada pagi hari ialah waktu perut kosong
(morning sickness).

b. Sakit pinggang
Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada kehamilan
yang lanjut, karena titik berat badan pindah ke depan disebabkan perut yang
membesar. Ini diimbangi dengan lordose yang berlebih dan sikap ini dapat
menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Dan sebagian juga disebabklan
karena melonggarnya sendi-sendi panggul.

41
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

c. Varises
Timbulnya varises dipengaruhi oleh faktor keturunan, berdiri lama dan usia.
Dalam kehamilan ditambah faktor hormonal (progesteron) dan bendungan dalam
panggul

d. Hemorrhoid
Dapat bertambah besar dalam kehamilan karena ada bendungan darah di dalam
rongga panggul.

e. Sakit kepala
Biasanya timbul pada hamil muda dan sukar menentukan sebabnya. Pada
pertengahan kehamilan hilang atau berkurang dengan sendirinya. Sakit kepala
pada triwulan terakhir dapat merupakan gejala preeklampsi yang berat.

f. Edema
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Harus selalu diperiksa
apakah tidak disebabkan oleh toksemia gravidarum. Kalau disebabkan oleh
tekanan dari rahim yang membesar pada vena-vena panggul, maka hilang dengan
istirahat, jadi nyata pada malam hari dan hilang pada pagi hari.

g.Sesak nafas
Disebabkan karena rahim yang membesar, mendesak diafragma ke atas. Kalau
tidur dengan bantal yang tinggi, sesak kurang.

h.Fluor albus
Pada umumnya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa
sebab-sebab yang patologis dan sering tidak menimbulkan keluhan.

2. Haid
Hal-hal yang ditanyakan meliputi : menarche, haid teratur atau tidak dan
siklus, lamanya haid, banyaknya darah, sifatnya darah (cair atau berbeku-beku,
warnanya, baunya), haid nyeri atau tidak dan haid yang terakhir. Anamnesa haid
ini memberi kesan pada kita tentang faal alat kandungannya
Yang dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama dari haid yang terakhir.
Haid terakhir, teratur tidaknya haid dan siklusnya dipergunakan untuk
memperhitungkan tanggal persalinan.
Bila seorang wanita datang dengan haid terlambat dan diduga ada kehamilan,
maka dapat ditentukan tanggal perkiraan partus, jika hari pertama haid terakhir
diketahui dan siklus + 28 hari. Rumus yang dipakai ialah rumus Naegele.
Perkiraan partus menurut rumus ini : hari + 7, bulan –3 (atau +9 bila bulan ≤ 3)
dan tahun +1(atau tetap bila bulan ≤ 3). Misalnya hari pertama haid terakhir
tanggal 25 –1-1991, maka perkiraan partus pada tanggal 1-11-1991.
Bila hari pertama haid terakhir tidak diingat lagi, maka sebagai pegangan
dapat dipakai antara lain gerakan-gerakan janin. Umumnya pada primigravida
gerakan janin dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu dan pada

42
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

multigravida pada kehamilan 16 minggu. Dapat pula sebagai pegangan dipakai


perasaan nausea yang biasanya hilang pada kehamilan 12-14 minggu.

3. Perkawinan
Pertanyaannya meliputi : kawin atau tidak, berapa kali kawin, berapa lama
kawin. Kalau orang hamil sesudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan
ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).

4. Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Pertanyaannya meliputi kehamilan (adakah gangguan seperti perdarahan,
muntah yang sangat, toksemia gravidarum), persalinan (spontan atau buatan,
aterm atau premature, perdarahan, ditolong oleh siapa bidan atau dokter), nifas
(adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi), anak (jenis kelamin, hidup
atau tidak, kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan
waktu lahir).
Pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan dan pimpinan
persalinan, karena jalanya persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari
segala faktor yang mempengaruhi persalinan.

5. Kehamilan sekarang
Bila mulai merasa pergerakan anak. Kalau kehamilan masih muda adakah mual,
muntah, sakit kepala, perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua, adakah bengkak di
kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang.

6. Anamnesa keluarga (Riwayat Penyakit Keluarga)


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit
menular yang dapat mempengaruhi persalinan seperti tbc.

7. Kesehatan badan (Riwayat penyakit terdahulu & saat ini)


Pernahkah sakit keras atau dioperasi. Bagaimana nafsu makan, miksi dan
defekasi.
Dari anamnesa kita harus mempunyai kesan tentang keadaan penderita
dan kemudian akan dicocokkan dengan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Meliputi keadaan umum , kesadaran , status gizi penderita, tanda-tanda vital
(tensi, nadi, temperatur, respirasi), dan pemeriksaan bagian tubuh lain dari kepala
sampai kaki yang dianggap perlu.
Status gizi menentukan prognosa kehamilan dan persalinan, bagi orang gemuk
kurang baik dibandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang
seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan berat
setiap kali ibu itu memeriksakan diri.

43
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Berat badan dalam triwulan ke III, tak boleh tambah lebih dari 1 kilogram
seminggu atau 3 kilogram sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut
disebabkan oleh penimbunan air disebut praedema.
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistolik dan 90 diastolik.
Juga perubahan 30 sistolik dan 15 diastolik diatas sebelum hamil menandakan
toksemia gravidarum.
Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toksemia gravidarum atau oleh
tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan
darah dari kaki, tetapi juga oleh hypovitaminose B1, hipoproteinemia dan penyakit
jantung.
Refleks lutut negatif dapat ditemukan pada ibu hamil dengan hipovitaminose
B1 dan penyakit urat saraf. Selain pemeriksaan fisik di atas, maka diperlukan pula
pemeriksaan laboratorium air kencing, darah dan fases.

2. Status Obstetrik
Dibagi dalam : a. Inspeksi (periksa pandang)
b. Palpasi (periksa raba)
c. Auskultasi (periksa dengar)
d. Vagina toucher ( Periksa dalam)

Posisi penderita pada saat pemeriksaan adalah berbaring teletang dengan


perut terbuka, bahu sedikit dinaikkan dan lutut agak ditekuk

2.1 Inspeksi
- Muka : adakah choasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,
adakah edema pada muka, bagaimana keadaan lidah, gigi.
- Leher : apakah vena terbendung ,apakah kelenjar gondok membesar atau
kelenjar limfa membengkak
- Dada : bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang susu,
keadaan puting susu, adakah colustrum
- Perut : membesar ke depan atau ke samping (pada asites misalnya membesar

44
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

ke samping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, nampakkah


gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau
bekas luka.
- Vulva : keadaan perineum, carilah varises, tanda Cadwick, condylomata, fluor.
- Anggota bawah : cari varises, edema, luka, sikatrik pada lipat paha.

2.2 Palpasi
Setelah wanita hamil yang akan diperiksa telentang, dilihat apakah uterus
berkontraksi atau lemas. Jika berkontraksi harus ditunggu dahulu. Maksud periksa
raba ialah untuk menentukan besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya
kehamilan, menentukan letaknya anak dalam rahim.
Selain itu juga diraba apakah ada tumor lain dalam ronga perut seperti kiste,
mioma.
Sebelum melakukan palpasi hendaknya suhu tangan pemeriksa disesuaikan
dengan wanita tersebut, supaya dinding perut wanita tersebut tidak tiba-tiba menjadi
kontraksi. Untuk itu, sebelum mengadakan palpasi, kedua telapak tangan dapat
digosokkan terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pemeriksaan.
Yang lazim dipakai ialah cara palpasi menurut Leopold yang dibagi dalam 4
tahap, yaitu :

LEOPOLD I
1. Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
2. Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita
3. Rahim dibawa ke tengah
4. Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus

Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting.


Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting
Pada letak lintang fundus uteri kosong

• Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
• Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari di atas symphysis
• Akhir bulan IV ( 16 minggu) pertengahan antara simphysis – pusat
• Aklhir bulan V ( 20 minggu) 3 jari bawah pusat
• Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat
• Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jari diatas pusat
• Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan proc.xyphoideus-pusat
• Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arcus costarum atau 3 jari di bawah
proc.xyphoideus
• Akhir bulan X (40 minggu) pertengahan proc.xyphoides-pusat.
Jadi fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan ke IX. Setelah bulan ke IX fundus
uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai turun ke dalam rongga
panggul

45
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Leopold I untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang


terdapat dalam fundus

Untuk mengikuti pertumbuhan anak dengan cara mengikuti pertumbuhan rahim,


maka sekarang sering ukuran rahim ditentukan dalam cm. Yang diukur ialah
tingginya fundus uteri dan perimeter umbilical (lingkaran perut setinggi pusat).
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya kehamilan sebagai berikut :

tuanya kehamilan dalam bulan = tinggi fundus uteri (cm)


3,5 cm

Tinggi fundus uteri (cm) Umur kehamilan (bulan)


20 5
23 6
26 7
30 8
33 9

46
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

LEOPOLD II
1. Kedua tangan pindah ke samping
2. Tentukan dimana punggung anak
3. Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak
lintang.
Punggung anak terdapat di bagian yang memberikan rintangan yang
terbesar, carilah bagian-bagian kecil, biasanya terletak bertentangan dengan
bagian yang memberi rintangan yang terbesar.

Leopold II terutama untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan


dimana letaknya bagian-bagian kecil

LEOPOLD III
1. Digunakan satu tangan saja
2. Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
3. Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan

Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah
bagian itu sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul

LEOPOLD IV
1. Pemeriksa berubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki penderita
2. Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah
3. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul
4. Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari
kepala yang masih teraba dari luar dan :
01. Jika kedua tangan itu konvergen, maka hanya bagian kecil dari kepala turun
ke dalam rongga.
02. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul
03. Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu
atas panggul
Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul

Leopold IV tidak dilakukan, kalau kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang
lengkap ini, baru dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari bulan
ke VI ke atas. Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi
kepala belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak.

47
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Teknik palpasi secara Leopold I-IV dapat dilihat pada gambar berikut :

Palpasi lain yang perlu dilakukan yaitu pada saat inpartu, yaitu palpasi untuk
menilai frekuensi, kekuatan, dan interval his. Biasanya dilakukan pada waktu dinding
perut ibu mengeras, kita lakukan palpasi ringan pada daerah fundus uteri. Lamanya his
berlangsung 45 detik sampai 75 detik, kekuatannya dapat menimbulkan naiknya tekanan
intrauterine sampai 35 mm Hg. Kekuatan ini secara klinis ditentukan dengan mencoba
apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam. Sedangkan interval antara dua
kontraksi pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala
pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Selain palpasi seperti diatas harus pula diraba apakah pada rahim atau di dalam
rongga perut ada pembengkakan yang abnormal ( mioma,kiste , dan lain-lain).

Sebelum bulan ke III uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan
dalam besarnya, bentuknya dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan
dalam, perubahan - perubahan yang dapat ditemukan pada kehamilan muda adalah :

48
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

a. selaput lendir vulva dan vagina membiru (tanda Cadwick)


b. portio lunak
c. corpus uteri membesar dan lunak
d. kalau 2 jari dari tangan dalam diletakkan dalam fornik posterior dan tangan
satunya pada dinding perut depan diatas symphysis, maka isthmus uteri
sedemikian lunaknya, seolah-olah corpus uteri tidak berhubungan dengan
cervik (tanda Hegar)
e. pada waktu pemeriksaan maka kadang-kadang corpus uteri yang lunak itu
menjadi lebih keras. Hal ini disebabkan karena timbulnya kontraksi (tanda
Braxton Hicks)
f. kadang-kadang teraba bahwa fundus uteri tak rata karena uterus lebih cepat
tumbuhnya di daerah implantasi telur ( tanda Piskacek)
g. ballottement dari janin seluruhnya dapat di rasakan pada bulan lima ke atas.

2.3 Auskultasi
Dilakukan dengan stetoskop, biasanya digunakan stetoskop monoaural, atau dengan
Daptone (ultasound). Dengan stetoskop ini dapat didengar macam-macam bunyi yang
berasal :
1) anak : bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak
2) ibu : bunyi aorta, bising usus.

Bising tali pusat sifatnya meniup karena tali pusat tertekan, dengan mengubah
sikap ibu sering bising ini hilang. Gerakan anak bersifat pukulan dari dalam rahim.
Bunyi aorta frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu. Bising usus sifatnya tak teratur,
disebabkan udara dan cairan yang ada dalam usus ibu. Bunyi jantung anak frekuensinya
antara 120 – 140 kali/menit, mulai terdengar pada akhir bulan ke V, atau akhir bulan ke
III dengan ultrasound (doppler ultrasound).
Adapaun cara menghitung bunyi jantung anak ialah dengan mendengarkan 3 x 5
detik. Kemudian jumlah bunyi jantung dalam 3 x 5 menit dikalikan dengan 4. Misalnya
sebagai berikut :
5 det 5 det 5 det Kesimpulan
11 12 11 Teratur, frekuensi 136 x/menit, anak baik
10 14 9 Tak teratur, frekuensi 132x/menit, asfiksia
8 7 8 Teratur, frekuensi 92x/menit, asfiksia

49
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

2.4 Pemeriksaan Genitalia Eksterna


Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka / perdarahan,
discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk
inspeksi lebih jelas.
Inspeksi dalam menggunakan
spekulum (in speculo) : Labia
dipisahkan dengan dua jari
pemeriksa, alat spekulum Cusco
(cocorbebek) dimasukkan ke vagina
dengan bilah vertikal kemudian di
dalam liang vagina diputar 90o
sehingga horisontal, lalu dibuka.
Deskripsi keadaan porsio serviks
(permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di
forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda radang atau
kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari
vagina.

2.5 Perimerikasaan Genitalia Interna


1) Vaginal Toussae (VT)
Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan
antenatal pertama, kecuali ada indikasi.
Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan
obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36
minggu (8 bulan), untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin,
penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk
penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada
usia kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan
lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.
Pemeriksaan dalam (vaginal touché) paling sering dilakukan pada saat penderita
inpartu. Selanjutnya, teknis pemeriksaan dalam (VT) akan diberikan pada modul
Pertolongan Persalinan.
2) Rectal Toussae (RT)
Pemeriksaan rektal (rectal touché) : dilakukan atas indikasi.

Kunjungan (pemeriksaan) lanjutan


Jadwal kunjungan
Idealnya sampai usia kehamilan 28 minggu kunjungan dilakukan 1 kali setiap bulan, pada
usia kehamilan 29-36 minggu setiap 2 minggu sekali dan usia kehamilan di atas 36
minggu setiap minggu sekali.
Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa :
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak janin,
denyut jantung janin, aktifitas janin, perkiraan volume cairan amnion dan letak plasenta
(jika memungkinkan dengan USG).

50
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai normal.
Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan
32-34 minggu.
Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV).
Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan
minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional.

Lain-lain
Ultrasonografi (USG) tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi
yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi yang
dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu harus disesuaikan
dengan kebutuhan.
Di akhir pemeriksaan disimpulkan:
• usia kehamilan
• letak janin
• posisi janin
• presentasi janin
• kondisi janin

PETUNJUK KONSELING ASUHAN ANTENATAL


Konseling dalam asuhan antenatal biasanya diberikan pada kunjungan pertama dan kedua
dalam asuhan antenatal. Dalam memberikan konseling (nasehat) pada ibu hamil perlu
dibangun komunikasi yang baik dan rasa saling percaya antara ibu hamil dan
pemeriksanya. Buatlah suasana yang bersifat pribadi dan menyenangkan dengan cara
bersikap sopan, dan terbuka serta adanya jaminan kerahasiaan informasi.

Tujuan
1. Membantu ibu hamil mendapatkan informasi yang benar tentang kehamilan dan
reproduksi
2. Membantu ibu hamil memahami perilaku hidup sehat dan pentingnya perawatan diri
selama hamil
3. Membantu ibu hamil mempersiapkan persalinan yang sehat dan aman
4. Membantu ibu hamil mengatasi ketegangan emosional sehubungan dengan
kehamilannya

Informasi yang diberikan


1. Proses reproduksi, terutama kehamilan dan persalinan serta gangguan kehamilan dan
persalinan
2. Pemeriksaan rutin kehamilan dan imunisasi
3. Perawatan diri sehari-hari selama hamil
4. Persiapan persalinan
5. Perawatan bayi dan masa nifas
6. Perawatan payudara dan persiapan menyusui (pemberian ASI)
7. Perawatan masa nifas
8. Gizi dan kebutuhan kalori selama hamil

51
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

9. Faktor risiko
10. Gejala-gejala penting yang mengharuskan ibu memeriksakan diri : (hiperemesis,
kenaikan berat badan berlebihan, edema, sakit kepala, pandangan kabur, keluar air
ketuban, hilangnya gerakan bayi, kehamilan lewat waktu, perdarahan)

PELAJARI KEMBALI PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI


WANITA HAMIL, PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI JANIN

Nasehat umum (perawatan sehari-hari)

Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit
tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas
berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup.
Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi
140 kali per menit.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya,
perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.

Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan
radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.

Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.

Bepergian dengan pesawat udara


Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak
membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur
sesuai atmosfer biasa.

Mandi dan cara berpakaian


Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan
karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain itu aplikasi sabun vaginal
dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan.
Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang
leluasa.

Sanggama / coitus
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan,
harus dihentikan (abstinentia).
Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16
minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi
yang baik. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus.

52
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan
pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau
abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan
dilakukan.

Perawatan mammae dan abdomen


Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae /
hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.

Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat
mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.

Merokok / minuman keras / obat-obatan


Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan
menyusui selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin
dan menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin.

Gizi / nutrisi
Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil
(detail cari/baca sendiri ya).
Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe. Zat gizi lain
yang juga dianjurkan untuk dikonsumsi adalah asam folat, DHA dan kalsium.

PELAKSANAAN TEKNIS KONSELING ASUHAN ANTENATAL

1. PENDAHULUAN
1) Ucapkan salam dan perkenalkan diri anda
2) Ciptakan suasana pribadi dan menyenangkan

2. ANAMNESIS
1. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu
Sesuaikan identitas ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
2. Tanyakan tentang berapa kali ibu telah berkunjung
3. Jelaskan tujuan pemberian konseling dan tanamkan kepercayaan supaya ibu
dapat menyampaikan dan menerima informasi dengan baik
4. Nilai sejauh mana pengetahuan ibu tentang reproduksi dan informasi apa yang
dibutuhkan/diinginkan ibu berkaitan dengan masalah reproduksi yang ia alami

3. PEMBERIAN INFORMASI
1. Jelaskan proses reproduksi secara umum sambil diskusikan tentang berbagai
informasi yang diperoleh ibu selama ini dan hilangkan kesalahpahaman yang
mungkin terjadi

53
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

2. Beri kesempatan ibu untuk bertanya (apabila ibu bersifat pasif, lakukan upaya
untuk memancing rasa ingin tahu dari pasien tentang masalah yang
dihadapinya).
3. Tanyakan tentang persiapan ibu untuk menghadapi persalinan dan pilihan ibu
untuk tempat melahirkan
4. Bahas tentang jarak tempat tinggal dan fasilitas kesehatan serta upaya-upaya
yang memungkinkan untuk rujukan
5. Bimbing ibu untuk membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi ibu yang
sedang dihadapi.
6. Bimbing ibu untuk memilih tenaga dan tempat untuk melakukan asuhan
antenatal.
7. Beri ibu kesempatan untuk memahami semua informasi yang telah
disampaikan.
8. Pastikan bahwa ibu telah mengerti dan memahami semua informasi yang telah
diberikan
9. Ulangi lagi kesimpulan hasil konseling dan pilihan yang telah diambil oleh ibu

4. PENUTUP
1. Catat semua hasil konseling dan keputusan yang telah diambil oleh ibu.
2. Ingatkan jadual kunjungan ulang dan hal-hal yang harus diperhatikan /
penting selama kehamilan
3. Antar ibu keluar dan ucapkan salam

PELAKSANAAN TEKNIS PEMERIKSAAN ASUHAN ANTENATAL

1. PENDAHULUAN
1) Ucapkan salam dan perkenalkan diri anda
2) Ciptakan suasana pribadi dan menyenangkan

2. ANAMNESIS
1) Dengan sopan, tanyakan identitas ibu
Sesuaikan identitas ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
2) Tanyakan tentang berapa kali ibu telah berkunjung
3) Tanyakan tentang tujuan ibu mendatangi fasilitas kesehatan ini
Sesuaikan keluhan ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
4) Tanyakan tentang riwayat perkawinan, riwayat haid, hari pertama haid
terakhit, riwayat penyakit ibu dan keluarga, dan riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas terdahulu.
TENTUKAN PERKIRAAN USIA KEHAMILAN MENURUT
ANAMNESA HAID DAN TENTUKAN TAKSIRAN PERSALINAN
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) PERSIAPAN
a. Persetujuan pemeriksaan
1. Jelaskan prosedur pemeriksaan (palpasi dan auskultasi) kepada ibu
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini

54
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

3. Jelaskan bahwa meskipun pemeriksaan ini bisa menimbulkan rasa


khawatir atau perasaan tidak enak tetapi tidak akan membahayakan
bayi yang ada dalam kandungan
4. Bila ibu sudah memahami apa yang disampaikan, mintalah
persetujuan lisan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Persiapan Sarana
1. Ranjang obstetrik (ranjang periksa)
2. Bantal/pengganjal kepala dan bahu
3. Selimut/kain penutup
4. Air hangat dan wadahnya
5. Tempat bilas dan gayung
6. Handuk bersih dan kering
7. Model pemeriksaan obstetri
8. Stetoskop monoaural Laenec
c. Persiapan Pemeriksaan
1. Tempatkan model pemeriksaan di ranjang periksa sehingga posisi
model adalah berbaring teletang dengan perut terbuka, bahu sedikit
dinaikkan dan posisi pemeriksa ada di sebelah kanan model
2. Tutupi bagian bawah model dengan selimut/kain penutup
3. Buatlah posisi kaki model sedikit fleksi pada sendi lutut
(articulatio genu) dan sendi paha (articulatio coxae)
4. Beritahukan kepada ibu (model) bahwa pemeriksa akan memulai
proses pemeriksaan
d. Posisi penderita pada saat pemeriksaan dan lutut agak ditekuk

2) PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Umum (Status Generalis)

LATIHAN HANYA MELIPUTI PEMERIKSAAN OBSTETRI SAJA,


YANG MERUPAKAN SEBAGIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
PADA ASUHAN ANTENATAL, HARUS DIPAHAMI BAHWA
SEOLAH-OLAH PEMERIKSAAN UMUM KESELURUHAN BAGIAN
TUBUH SUDAH DILAKUKAN.

b. Pemeriksaan Khusus (Status Obstetrik)

LATIHAN HANYA MELIPUTI PEMERIKSAAN PALPASI DAN


AUSKULTASI SAJA, HARUS DIPAHAMI BAHWA SEOLAH-OLAH
PEMERIKSAAN INSPEKSI SUDAH DILAKUKAN, DAN TEKNIS
PEMERIKSAAN DALAM AKAN DILATIHKAN PADA MODUL
PERTOLONGAN PERSALINAN.

LEOPOLD I
1. letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan

55
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

ibu jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi atas simfisis).
2. angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu
3. letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian

LEOPOLD II
1. letakkan telapak tangan kiri pada dinding perutlateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama
2. mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).

LEOPOLD III
1. atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
2. letakkan ujung telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan kiri bawah
perut ibu, tekan secara lembut secara bersamaan / bergantian untuk
menentukan bagian terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir
homogen, adalah kepala bayi, sedangkan tonjolah yang lunak dan kurang
simetris, adalah bokong

LEOPOLD IV
1. letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis
2. temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus
3. perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen
atau divergen). - setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi
4. fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan
jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

PEMERIKSAAN AUSKULTASI (MONOAURAL LAENEC)


1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop
monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada
dinding perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang
memanjang dan rata).

56
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi


(pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama bunyi jantung yang
terdengar kurang jelas, upayakan untuk mendapat punctum maksimum).
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan
bunyi jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang
relatif tipis yaitu sekitar 3 sentimeter di bawah pusat (subumbilikus).
3. Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi setiap 5 detik sebanyak 3 kali
pemeriksaan, dengan interval 5 detik di antara masing-masing
perhitungan.
4. Jumlahkan hasil perhitungan 1, 2 dan 3 kemudian dikalikan dengan 4
untuk mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi per menit (perhatikan
perbedaan jumlah masing-masing perhitungan untuk menilai irama atau
keteraturan bunyi jantung).
5. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula.
Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain
penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
6. Persilakan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada
lembar yang telah tersedia di dalam status pasien.

3) KESIMPULAN
1. Catat semua hasil pemeriksaan
2. Buatlah kesimpulan hasil pemeriksaan yang meliputi
a. Usia kehamilan
b. Letak janin
c. Posisi janin
d. Presentasi janin
e. Kondisi janin

4. PENUTUP
1) Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi yang meliputi usia kehamilan, letak
janin, posisi janin, presentasi
2) Jelaskan kondisi janin berdasarkan hasil pemeriksaan auskultasi
3) Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaitan dengan hasil temuan
tersebut
4) Ingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang telah
ditentukan atau di luar jadwal apabila ibu merasakan ada gangguan/kelainan
kehamilan

57
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

CHECKLIST KONSELING ASUHAN ANTENATAL


Skor
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
ANAMNESIS
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien ; nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan
3 Menanyakan tentang berapa kali ibu telah berkunjung
4 Menanyakan keluhan utama
5 Menanyakan riwayat haid (usia menarche, siklus haid,
HPHT)
6 Menanyakan riwayat perkawinan
7 Menanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu
8 Menanyakan riwayat kehamilan sekarang
9 Anamnesa riwayat penyakit keluarga
10 Anamnesa kesehatan badan (riwayat penyakit sekarang dan
dahulu)

CHECKLIST PEMERIKSAAN ASUHAN ANTENATAL


Skor
No. Aspek yang dinilai
0 1 2
PERSIAPAN LATIHAN
1 Mempelajari ulang prosedur pemeriksaan
2 Mempersiapkan alat yang dibutuhkan

3 PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Menjelaskan prosedur dan tujuan pemerikasaan
4 Meminta persetujuan lisan (ijin) dari ibu untuk
memulai pemeriksaan
5 Meminta pasien mengosongkan kandung kemihnya
sebelum dilakukan pemeriksaan
6 Mempersilakan pasien berbaring di ranjang periksa
dengan posisi yang benar
7 Berdiri di sebelah kanan pasien
8 Menutupi tungkai bawah pasien dengan selimut
9 Meminta pasien untuk membuat posisi kaki sedikit
fleksi pada articulatio genu dan coxae

10 PALPASI – LEOPOLD I
Meletakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus (sambil
memfiksasi uterus dengan meletakkan ibu jari dan
telunjuk tangan kanan di bagian lateral kanan dan kiri
uterus setinggi tepi atas simfisis pubis)

58
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

11 Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada


fundus uteri sambil digeser secara bergantian dan
ditekankan secara lembut untuk merasakan bagian bayi
yang ada di fundus
PALPASI – LEOPOLD II
12 Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian
yang sama
13 Menekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, mulai dari bagian atas
kemudian geser ke arah bawah dan menentukan letak
bagian yang rata dan memanjang (punggung) dan
bagian-bagian kecil (ekstremitas).
14 PALPASI-LEOPOLD III
Dengan menggunakan satu tangan meraba bagian
terbawah janin
15 Meraba dan menggoyangkan bagian terbawah janin
dengan lembut

PALPASI-LEOPOLD IV
16 Mengatur posisi sehingga pemeriksa berada pada sisi
kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
17 lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
18 Memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi
19 Memfiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas
panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan di
antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa
jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas
panggul.

20 Mencatat interpretasi hasil pemeriksaan Leopold

PEMERIKSAAN AUSKULTASI
21 Mengambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri,
kemudian menempelkan ujungnya pada dinding perut
ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian
yang memanjang dan rata).
22 Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi
jantung bayi. Tangan kanan pemeriksa memegang
nadi ibu untuk memastikan suara yang terdengar
adalah denyut jantung janin (DJJ tidak sama dengan
nadi yang teraba)

59
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

23 Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi setiap 5 detik


sebanyak 3 kali pemeriksaan, dengan interval 5 detik di
antara masing-masing perhitungan.
24 Jumlahkan hasil perhitungan 1, 2 dan 3 kemudian
dikalikan dengan 4 untuk mendapatkan frekuensi
denyut jantung bayi per menit (perhatikan perbedaan
jumlah masing-masing perhitungan untuk menilai
irama atau keteraturan bunyi jantung).
25 Mencatat hasil dan interpretasi hasil pemeriksaan
auskultasi

AKHIR PEMERIKSAAN
26 Meletakkan semua peralatan yang telah digunakan
pada tempat semula
27 Memberitahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah
selesai
28 Mengangkat kain penutup dan mengembalikan model
pada tempat/posisi semula
29 Mempersilahkan ibu untuk duduk kembali dan
menjelaskan/melaporkan hasil pemeriksaan kepada
pasien
30 Menjelaskan tentang rencana asuhan antenatal
berkaitan dengan hasil pemeriksaan

DAFTAR PUSTAKA

1. Gant NF, Cunningham FG. Dasar-dasar Ginekologi & Obstetric. Jakarta: EGC,
2010
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarono Prawirohardjo,
2008
3. Ling FW. Obstetrics & gynecology: principles for practice study guide. New
York: McGraw Hill, 2002
4. Reece EA, Hobbins JC. Clinical obstetrics: the fetus and mother. 3 rd ed.
Massachusetts: Blackwell, 2007

60
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

STATUS PASIEN
PERAWATAN ANTE NATAL DAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN

NAMA : NIM :

PARAF : Hari/tanggal :

I. IDENTITAS (lengkapi apa yang perlu ditanyakan)

II. ANAMNESIS

Keluhan utama :

Anamnesis pelengkap :

61
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM :

B. TANDA VITAL : TD : Respirasi :

Nadi : Suhu :

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM :

o Tinggi Badan :

o Berat Badan :

o Kepala / Leher :

o Paru/Jantung :

o Ekstremitas :

D. PEMERIKSAAN KEHAMILAN :

− Leopold 1 :

− Leopold II :

− Leopold III :

− Leopold IV :

− Auskultasi DJJ :

62
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

SKILL 3
TEKNIK KONSELING UNTUK PERUBAHAN PERILAKU IBU

Anamnesis yang dilakukan saat ibu datang berkunjung untuk pemeriksaan


kehamilan/konseling salah satunya bertujuan untuk mengetahui adanya beberapa perilaku
ibu yang masih belum sesuai dan perlu diubah. Mengubah perilaku seseorang merupakan
hal yang berat karena bersifat individual tergantung dengan latar belakang pendidikan,
tingkat pengetahuan, sosial ekonomi dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Teknik konseling yang baik diperlukan untuk melakukan perubahan terhadap perilaku
seseorang agar tujuan akhir meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu
tujuan Millenium Development Goals dapat tercapai. Sebelum melakukan konseling
sebaiknya dokter sebagai konselor harus mengetahui tingkatan pengetahuan/perilaku
pasien berada di mana sehingga materi konseling lebih terarah.
Tingkatan perubahan perilaku pasien terdiri dari:
1. Precontemplation: pasien belum pernah terpikir untuk melakukan perubahan perilaku
2. Contemplation: pasien sudah mulai terpikir untuk melakukan perubahan perilaku
3. Preparation: pasien sudah menyadari pentingnya perubahan perilaku yang diharapkan
dan sudah berencana berubah, tapi masih belum melakukan tindakan.
4. Action: pasien sudah pernah mencoba untuk berubah tapi tidak berhasil
5. Maintenance: konseling lanjutan yang dilakukan untuk mempertahankan perilaku
yang sudah diubah. Dokter sebagai konselor harus mengecek pikiran dan perasaan
pasien karena pikiran dan perasaan tersebut yang bersifat negatif dapat membuat
pasien gagal mengubah perilakunya.

Untuk menentukan masing-masing tingkatan tersebut diperlukan beberapa pertanyaan


yang diajukan kepada pasien, yaitu:
1. Apakah ibu pernah terfikir untuk menghentikan/memulai kebiasaan itu?
2. Apakah ibu mungkin berencana memulai dengan hal-hal kecil untuk
menghentikan/memulai kebiasaan itu?
3. Apakah selama ini ibu sudah berusaha berbagai upaya untuk menghentikan/memulai
kebiasaan itu?

Diagnosis perubahan perilaku pasien berdasarkan kriteria berikut:


PERTANYAAN JAWABAN JAWABAN JAWABAN JAWABAN
1 Tidak Ya Ya Ya
2 Tidak Tidak Ya Ya
3 Tidak Tidak Tidak Ya
Tingkatan Precontemplation Contemplation Preparation Action

PRECONTEMPLATION

Jika konselor menemui pasien baru berada pada tingkat precontemplation, maka yang
harus dilakukan adalah:
1. Memulai pertanyaan awal untuk analisis terhadap perilaku pasien. Pertanyaan yang
dapat digunakan antara lain:

63
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

- Baik Bu, apakah ibu bersedia untuk mendiskusikan masalah ibu kepada saya?
- Mungkin ibu bisa bercerita kepada saya kenapa ibu melakukan kebiasaan itu?
Pertanyaan tersebut harus digali hingga menemukan faktor penghambat pasien untuk
berubah. Kemungkinan yang akan dilakukan pasien adalah:
• Menolak jika kebiasaan yang dilakukannya selama ini adalah salah/kurang baik:
masa sih periksa hamil ke dukun ga boleh… kan itu hak saya bu
• Mencari alasan yang tampak rasional untuk membenarkan kebiasaannya: ibu saya
dulu periksa hamil ke dukun beranak aja, semua anaknya 5 orang lahir dengan
selamat kok.
• Memutarbalikkan kenyataan/melawan realita dengan substitusi yang tidak ada
hubungannya: suami saya itu ga perhatian dengan saya bu dokter, makanya tablet
tambah darahnya ga saya minum
• Mematikan rasa/menyerah, merasa dri tdak sanggup: saya ga mungkin bisa
menjalankan pemeriksaan ini tiap bulan bu, pasti biayanya mahal.

2. Mendeskripsikan kebiasaan yang sebelumnya dilakukan pasien dan mencari factor


pencetus pasien melakukan kebiasaan itu. Pencetus yang mungkin adalah:
• Emosi: pertanyaannya dapat berupa “Emosi/perasaan apa yang biasanya
mendorong ibu untuk melakukan itu?”. Jawaban dariu pasien dapat karena jenuh,
cemas, sedih dan lain-lain.

• Situasi dan konsisi: pertanyaannya dapat berupa “Keadaan apa yang


menyebabkan ibu berbuat ini?”. Jawaban dari pasien dapat berupa jauh dari
Puskesmas, tidak ada uang, dan lain-lain

3. Menanyakan pertanyaan yang menggali peningkatan pengetahuan pasien


• apakah ibu mencari informasi yang berhubungan dengan kebiasaan ibu?

• Apakah ibu suda membaca buku/majalah yang terkait dengan masalah ibu?

• Apakah ibu pernah diberi pesan/penyuluhan tentang masalah ini?

CONTEMPLATION

Jika konselor menemukan pasien yang berada pada tingkat contemplation, maka
pasien pada tingkatan ini biasanya sudah tahu tapi tidak mau bertindak karena pikirannya
menunggu keajaiban yang langsung dapat mengubah hidupnya. Kalimat yang biasanya
dilontarkan pasien pada tingkat ini adalah:
• jika sudah saatnya saya pasti akan ber-KB bu

• saya berharap dunia kedokteran bisa menciptakan KB yang tidak perlu minum obat
obat tiap hari atau disuntik terus

Konselor harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:


1. Memicu emosi pasien dengan menggunakan teknik persuasi:

64
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Metafora: perbandingan sederhana atau dengan bercerita (Rahim ibu itu klo terus
hamil seperti kantong plastik yang diisi barang terus lama-lama akan melar lho.

• Membayangkan: coba ibu bayangkan klo anak ibu Cuma 2 kan bu bisa
menghabiskan sisa waktu dengan suami untuk berkebun atau mengerjakan hal
lain

• Generalisasi subyek: kita semua sepakat klo minum tablet besi bagus untuk ibu
hamil, benar kan bu?

• Menggunakan pihak ketiga: saya dulu juga punya pasien seperti ibu, selalu pusing
klo minum pil KB. Tapi lama-lama akan baikan kok.

• Menggunakan kata semakin: semakin sering ibu memeriksakan diri saat hamil,
maka semakin bagus untuk kesehatan ibu dan bayinya.

• Meminta keputusan/kepastian dari pasien: kira-kira ibu sudah bersedia


menggunakan KB mulai kapan, blan ini atau bulan depan?

• Taq question: saya yakin ibu pasti bisa, benar kan bu?

2. Meminta pasien untuk mengevaluasi dirinya dengan mempertimbangkan hasil yang


positif yang akan didapatkannya. Pada tahap ini dokter dapat menanyakan: ibu, apa
yang paling berharga dalam hidup ibu? Pasti ingin anak yang dilahirkan nanti sehat
ga ada kelainan apa-apa kan?

PREPARATION

Pada tingkatan ini pasien sudah menyadari akan pentingnya perubahan kebiasaan,
sehingga dokter sebagai konselor harus dapat meminta pasien untu berkmitmen
melakukan hal yang kita minta. Prinsip yang harus dilakukan konselor adalah:
• Mulai ambil langkah perubahan dari hal kecil: memulai dari pemeriksaan kehamilan
ke posyandu di dekat rumah minimal 4x selama hamil, jika dapat meningkat menjadi
tiap bulan di posyandu/bidan/puskesmas.

• Membuat perencanaan waktu: harus disampaikan kepada pasien mulai kapan


kebiasaa yang akan dilakukan ini diterapkan

• Melekatkan kebiasaan baru dengan kebiasaan rutin lainnya: supaya ibu ga lupa
minum pil KB nya, tempel catatan yang bertuliskan minum pil KB di depan cermin,
jadi tiap bercermin selalu ingat.

65
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Diceritakan kepada orang banyak: lihat ibu-ibu semua, ibu A sudah mulai rajin ke
posyandu menimbang anaknya, anaknya jadi terkontrol gizinya. Ibu-ibu di sini juga
mau kan seperti ibu A?

Pernyataan kepada pasien juga dapat berupa: ibu kan sebenarnya sudah tahu dan
sadar kan pentingnya ber-KB, sekarang mari kita sama-sama merencanakan pilihan alat
kontrasepsi mana dan mulai kapan ibu menggunakannya.

ACTION

Pasien sudah pernah melakukan perubahan kebiasaan tapi gagal. Tugas dokter yang
menjadi konselor adalah menggali cara-cara yang sudah dilakukan pasien selama ini,
kemudian cari kenapa tidak berhasil. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah:
1. Pikiran negatif yang mungkin muncul: menunda, merasa tidak sanggup masa bodoh,
tertekan, cemas dll. Konselor jarus menyadarkan bahwa pikiran negative adalah awal
kegagalan yang selama ini dihadapi.
2. Menggali adanya pengaruh lingkungan: kira-kira siapa saja yang kurang mendukung
klo ibu berKB?
3. Reward: minta pasien untuk menghargai dirinya jika berhasil mengubah kebiasannya.
Kita dapat berkata: Ibu, tiap ibu rutin minum pil KB tiap malam, katakana ‘yes’
dalam hati. Atau: perjanjian sejak awal jika tiap hari minum tablet besi, maka diberi
hadiah uang belanja ditambah Rp 2000.

MAINTANANCE

Fase ini bukan hal baru, tapi dilakukan untuk mempertahankan agar pasien terus
melakukan kebiasaan baiknya yang sudah kita anjurkan. Konselor dapat mengecek
pikiran dan perasaan negative yang muncul yang dapat menyebabkan pasien kembali ke
kebiasaan buruknya.
Semua pasien yang berada pada tingkatan di atas harus dijadwalkan ntuk konseling
kembali untuk mengetahui kemajuannya.

66
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

CHEKLIST TEKNIK KONSELING UNTUK PERUBAHAN PERILAKU IBU

NO TINDAKAN
0 1 2
Pendahuluan:
1 Mengucapkan salam
2 Menanyakan identitas pasien
3 Membuat suasana menjad rileks dan santai
4 Identifikasi permasalahan/kebiasaan yang akan diubah
5 Mendeskripsikan kebiasaan tersebut (onset, durasi, frekuensi,
seberapa berat)
6 Melakukan diagnosis tingkatan perubahan perilaku pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap pre-contemplation:
1 Pertanyaan awal untuk analisis perubahan perilaku pasien
2 Mendeskripsikan kebiasaan yang sebelumnya dilakukan
pasien dan mencari factor pencetus pasien melakukan
kebiasaan itu
3 Menanyakan pertanyaan yang menggali peningkatan
pengetahuan pasien
4 Memberi informasi yang dapat meyakinkan pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap contemplation:
1 Menggunakan teknik persuasi
2 Meminta pasien untuk mengevaluasi dirinya dengan
mempertimbangkan hasil yang positif yang akan
didapatkannya
3 Memberi informasi yang dapat meyakinkan pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap preparation:
1 Ambil langkah perubahan dari hal kecil
2 Membuat perencanaan waktu
3 Melekatkan kebiasaan baru dengan kebiasaan rutin lainnya
4 Menceritakan individu yang sudah mengubah kebiasaannya
kepada orang banyak sebagai contoh
5 Meluruskan pilihan ibu dan menjelaskan teknik
pelaksanaannya
Untuk pasien yang berada pada tahap action:
1 Menanyakan pikiran negative yang menjadi penyebab
kegagalan terdahulu
2 Menanyakan pengaruh lingkungan yang menjadi penyebab
kegagalan terdahulu
3 Menganjurkan reward jika pasien berhasil
Maintenance
1 Meyakinkan pasen sudah mengerti penjelasan dokter
2 Menjadwalkan konseling lanjutan
3 Menutup pembicaraan dan mengucapkan salam

67
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar

68
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

SKILL 4
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Sejarah
Memasukkan benda-benda atau alat-alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah
terjadinya kehamilan, telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Penggembala-penggembala
unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan
batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh. Tulisan ilmiah tentang AKDR
untuk pertama kali dibuat oleh Richter dari Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia
mempergunakan bahan yang dibuat dari benang sutera. Gravenberg pada tahun 1928
melaporkan pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin
dan diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan
pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali
dengan sonde uterus atau dengan sinar Roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam
ini mudah sekali keluar, maka kemudian la membuatnya dalam bentuk cincin dari perak.
Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6% di antara
2000 kasus. Usaha-usaha Gravenberg ini banyak sekali mendapat tantangan dari dunia
kedokteran pada waktu itu, oleh karena dianggap memasukkan benda asing ke dalam
rongga uterus dapat menimbulkan infeksi berat, seperti salpingitis, endometritis,
parametritis, dan lain-lain.
Ota dari Jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya membuat AKDR dari
plastik yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin yang dibuat dari
benang sutera yang dipilin, kemudian dari logam yang mudah dibengkokkam. Oleh
karena sukar memasang cincin logam ini, maka ia kemudian membuat cincin dari plastik.
Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang pada tahun 1959 menerbitkan
tulisan-tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak tulisan-tulisan itu dan
dengan ditemukannya antibiotika yang menurunkan risiko infeksi, penerimaan AKDR
makin meningkat. Antara tahun 1955 dan 1964, bermacam-macam bentuk AKDR
diciptakan, antara lain Margullies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnberg bow, cincin Hall-
Stone. Di Indonesia AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program keluarga

69
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

berencana. AKDR yang mula-mula dipakai adalah jenis Lippes loop, yang pada waktu itu
disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang
mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesteron, dan
lain-lain. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR.
Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih
berlangsung terus.

Profil AKDR
• Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT380A).
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
• Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual
(IMS).

Jenis
• AKDR CuT 380A: kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia
dan terdapat di mana-mana. Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT 380A.
• AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).

Cara Kerja
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba Fallopii.
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
• Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

70
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Keuntungan
• Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
• Sangat efektif → 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
• AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
• Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT 380A).
• Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
• Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
• Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT 380A).
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila terjadi
infeksi).
• Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
• Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
• Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian
• Efek samping yang umum terjadi:
➢ Perubahan siklus haid (umumnya setelah 3 bulan).
➢ Haid lebih lama dan banyak.
➢ Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
➢ Saat haid lebih sakit.
• Komplikasi lain:
➢ Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
➢ Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya, menyebabkan anemia.
➢ Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
• Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
• Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang berganti-
ganti pasangan.

71
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
• Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik, diperlukan dalam pemasangan AKDR.
Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
• Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR.
• Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
• Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik, karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal.
• Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini setelah pemasangan

PERSYARATAN PEMAKAIAN AKDR


Yang dapat menggunakan adalah:
• Usia reproduktif.
• Keadaan nulipara.
• Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
• Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
• Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
• Risiko rendah dari IMS.
• Tidak menghendaki metode hormonal.
• Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
• Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama.

Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
• Perokok.

72
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi.


• Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
• Gemuk ataupun yang kurus.
• Sedang menyusui.

Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR:
• Penderita tumor jinak payudara.
• Penderita kanker payudara.
• Pusing-pusing, sakit kepala.
• Tekanan darah tinggi.
• Varises di tungkai atau di vulva.
• Penderita penyakit jantung.
• Pernah menderita stroke.
• Penderita diabetes.
• Penderita penyakit hati atau empedu.
• Malaria.
• Skistosomiasis (tanpa anemia).
• Penyakit Tiroid.
• Epilepsi.
• TBC nonpelvik.
• Setelah kehamilan ektopik.
• Setelah pembedahan pelvik.
• Penyakit jantung katup

Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR:


• Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
• Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
• Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.

73
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

• Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
• Penyakit trofoblas yang ganas.
• Menderita TBC pelvik.
• Kanker alat genital.
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

Tabel 1 . Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
Efek samping/
Penanganan
Permasalahan
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas
AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
Amenorea minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang
hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
mefepas AKDR, jelaskan adanya risiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.
Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari
kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila tidak ditemukan penyebabnya, beri analgetik untuk
Kejang
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama 1
Perdarahan vagina minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet
yang hebat dan tidak besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR
teratur memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila
klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan
diketahui menderita anemia (Hb < 7g/%), anjurkan untuk
melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang
sesuai.

74
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah


AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak
terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran
endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya
Benang yang hilang peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya.
Apabila tidak ditemukan, rujuklah ke dokter, lakukan X-ray
atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan
AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru
atau bantulah klien menentukan metode lain.
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila
ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita
Adanya pengeluaran
gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang
cairan dari vagina/
memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam.
dicurigai adanya PRP
Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai
masalahnya teratasi.

Waktu Penggunaan
• Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
• Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
• Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pas-
capersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan.
• Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
• Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

Petunjuk bagi Klien


• Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
• Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara
rutin terutama setelah haid.
• Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang
setelah haid apabila mengalami:
➢ Kram/kejang di perut bagian bawah.
➢ Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah sanggama.

75
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

➢ Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual.
• Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan.

Kembali ke klinik apabila:


• Tidak dapat meraba benang AKDR.
• Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
• AKDR terlepas.
• Siklus terganggu/meleset.
• Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
• Adanya infeksi.

MEMASUKKAN LENGAN AKDR COPPER T 380A


DI DALAM KEMASAN STERILNYA

Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya
sampai dipastikan bahwa klien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan
panggul, termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual). Jangan memasukkan lengan
AKDR dalam tabung inserter lebih dari 5 menit sebelum dimasukkan ke dalam uterus.
(Pada waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya, tidak perlu
memakai sarung tangan steril atau DTT).

Langkah 1
Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang
AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka) dan
ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada di dekat
tempat membuka kemasan.

76
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Langkah 2
Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup yang
transparan berada di atas. Buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari
tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.

Langkah 3
Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai
AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka
dilipat ke setiap sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril
waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan
pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung
batang AKDR.

Langkah 4
Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke
atas.

Langkah 5
Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung
kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga
lengan AKDR berada di atas kertas pengukur. Sambil tetap memegang ujung kedua
lengan, dorong inserter dengan tangan kanan sampai ke pangkal lengan (seperti pada
gambar di bawah ini) sehingga kedua lengan akan terlipat mendekati tabung inserter.

Gambar 1. Posisi AKDR pada waktu akan melipat lengannya

77
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Langkah 6
Tahan kedua lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian
dorong kembali dan putar sampai kedua ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter
dan terasa ada tahanan, yaitu pada batas lempengan tembaga. Bagian lengan yang
mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter,
sehingga tabung inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan.

Langkah 7
Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan
penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter.
Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak
antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang
AKDR) sama panjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan
sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi
horizontal sebidang dengan lengan AKDR.

Gambar 2. Menggunakan leher biru pada tabung inserter sebagai tanda kedalaman
kavum uteri

Langkah 8
AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup transparan
secara hati-hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal
agar AKDR dan pendorong tidak jatuh. Jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter
mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh
permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.

78
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Gambar 3. Lengan AKDR yang sudah masuk dalam tabung inserter

Gambar 4. Kelengkapan IUD

Gambar 5. Memasukkan IUD ke dalam inserter

79
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Gambar 6. Memasukkan lengan IUD

PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A

Peralatan & instrumen yang dianjurkan untuk pemasangan, yaitu:


• Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar)
• Tenakulum
• Sonde uterus
• Forsep/korentang
• Gunting
• Mangkuk untuk larutan antiseptik
• Sarung tangan (yang telah di-DTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang
baru)
• Cairan antiseptik (mis: povidon iodin) untuk membersihkan serviks
• Kain kasa atau kapas
• Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
• Copper T 380A AKDR yang masih belum rusak dan belum terbuka

Langkah 1
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus)
sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.

80
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam
kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru
tetap dalam posisi horizontal.

Gambar 7. Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR

Langkah 2
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain me-
narik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan
berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).

Langkah 3
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter. Setelah
pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan
hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR
akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.

Gambar 8. Memasang AKDR setinggi mungkin sampai puncak kavum uteri


81
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Langkah 4
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak
tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut dengan
menggunakan gunting Mayo yang tajam.
Dapat juga dilakukan dengan cara lain, yaitu keluarkan seluruh tabung inserter dari
kanalis servikalis. Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 3-4 cm
dari lubang serviks. Forsep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan jepitan
forsep sehingga benang yang tersembul hanya 3-4 cm. Memotong benang dengan
menggunakan cara ini dapat mengurangi risiko tercabutnya AKDR (bila gunting tumpul
dan benang tidak terpotong benar sehingga hanya terjepit).
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa sampai perdarahan berhenti.

Gambar 9. Posisi IUD di dalam rahim

82
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Gambar 10. Memasukkan IUD dan inserternya ke dalam uterus

83
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A

Peralatan & instrumen yang dianjurkan untuk pencabutan, yaitu:


• Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar)
• Mangkuk untuk larutan antiseptik
• Sarung tangan (yang telah di-DTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang
baru)
• Cairan antiseptik (mis: povidon iodin) untuk membersihkan serviks
• Kain kasa atau kapas
• Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks

Langkah 1
Menjelaskan kepada klien.

Langkah 2
Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.

Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.

Langkah 4
Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien
untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberi tahu mungkin timbul rasa sakit, te
tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan,
tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-
pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat, maka jepit
ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.

84
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis
dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri.

Gambar 9. Pencabutan AKDR Copper T 380A

Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama
klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara
uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil
memutar klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.

Langkah 5
Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.

85
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

CHECKLIST PEMASANGAN AKDR

Taraf
Aspek yang dinilai Kemampuan
0 1 2
PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A

KONSELING PRA PEMASANGAN


1. Menyapa pasien dengan ramah & hangat
2. Menanyakan tujuan pemasangan kontrasepsi
3. Memastikan bahwa pasien memang memilih AKDR
4. Memeriksa rekam medis untuk menentukan bahwa pasien
memang “cocok“ memakai AKDR
5. Nilai pengetahuan pasien tentang efek samping yang umum
pada AKDR
6. Menjelaskan tentang proses pemasangan AKDR dan apa yang
pasien rasakan saat proses pemasangan & setelah pemasangan
AKDR
PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A
1. Persiapan alat dan bahan pemasangan AKDR
a. Memastikan tersedia klem oval
b. Memastikan tersedia kapas/kassa dengan disinfekstan
c. Memastikan tersedia tempat sampah
d. Memastikan tersedia 2 buah spekulum
e. Memastikan tersedia tempat alat kotor bersih klorin
f. Memastikan tersedia AKDR yang baik
g. Memastikan tersedia sonde uterus
h. Memastikan tersedia tenakulum
i. Memastikan tersedia sarung tangan steril 2 set
j. Memastikan lampu menyala dengan baik
2. Memasang apron dan masker
3. Menanyakan kepada pasien apakah sudah mengosongkan kandung
kencing
4. Mempersilahkan pasien tenang dalam posisi litotomi
5. Membetulkan posisi pasien (perineum tepat di tepi meja)
6. Mencuci tangan dengan hand scrub
7. Melakukan palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
tumor atau kelainannya di daerah suprapubik
8. Mencuci tangan dengan sabun dan air dan mengeringkan dengan
handuk
9. Memakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau sarung tangan
pakai ulang yang steril atau telah di-DTT
10. Melakukan simulasi toilet vulva & sekitarnya
11. Menutup daerah genital dengan kain duk berlubang yang steril
12. Memilih spekulum & mengatur sekrupnya
13. Menampilkan serviks dengan membuka spekulum. Menilai porsio

86
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

dan o.u.e. (Menilai apakah ada tanda kehamilan, erosi, adanya


perdarahan atau cairan/sekret keluar dari o.u.e)
14. Mengeluarkan spekulum dan meletakkannya dalam larutan klorin
0,5%
15. Melakukan pemeriksaan bimanual (mempalpasi vagina, porsio
[apakah ada nyeri], adneksa)
16. Melakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi
17. Membuka sarung tangan sekali pakai dan buang atau rendam
dalam larutan klorin 0,5% untuk sarung tangan pakai ulang
18. Mencuci tangan dengan sabun dan air, serta mengeringkannya
dengan kain bersih
19. Cara mempersiapkan AKDR agar siap digunakan
a. Tidak menggunakan sarung tangan steril
b. membuka bungkus AKDR dari bawah sampai sepertiga
c. meletakkan pendorong pada inserter sampai terasa tahanan
d. meletakkan AKDR (dalam bungkus) pada tempat datar dan
keras
e. menutup lengan AKDR
f. memasukkan ke 2 lengan AKDR dalam inserter dengan cara
mendorong inserter ke atas
20. Memasang kembali sarung tangan yang baru atau steril
21. Menampilkan serviks dengan membuka spekulum
22. Melakukan simulasi pembersihan rongga vagina dengan
desinfektan
23. Melakukan pemasangan tenakulum dengan hati-hati
24. Melakukan sondase cavum uteri
25. Melihat angkat pada sondase
26. Memasukkan AKDR ke dalam rongga rahim menggunakan teknik
withdrawal
a. Menarik tenakulum & masukkan dengan pelan dan hati-hati
tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam kanalis
servikalis
b. Mendorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri
c. Memegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu
tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai
pangkal pendorong
d. Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan
menahan tabung inserter
e. Mendorong kembali tabung inserter dengan pelan hati-hati
sampai ada tahanan fundus
f. Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis
& memotong benang (pada waktu benang tampak tersembul
keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm dengan
menggunakan gunting mayo)
g. Melepaskan tenakulum (bila ada perdarahan banyak dari

87
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2018/2019

tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai


perdarahan berhenti).
27. Melakukan simulasi mengusap porsio dengan desinfektan sambil
mengatur posisi ujung benang AKDR yang terlihat pada porsio
posterior
28. Melepaskan spekulum dan meletakkan pada tempatnya
29. Merendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
30. Membuang bahan yang sudah tidak dipakai ke tempat yang sudah
disediakan
31. Merendam sarung tangan (pakai ulang) dalam larutan klorin
32. Melakukan simulasi membuka sarung tangan & mencuci tangan
33. Membuat rekam medis

KONSELING PASCA PEMASANGAN


1. Mengajarkan pasien cara memeriksa sendiri benang AKDR
2. Menanyakan & mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila
pasien mengalami efek samping
3. Meyakinkan pasien bahwa AKDR dapat dicabut setiap saat
4. Melakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan
pasien pulang

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar

88

Anda mungkin juga menyukai