Anda di halaman 1dari 59

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL


INDONESIA (KKNI)

MODUL BLOK
KETERAMPILAN KLINIK DASAR 3
KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH
TIM BLOK KKD 3

EDITOR
dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nyalah maka
kami dapat menyelesaikan buku blok ini.

Penerbitan Buku Blok Keterampilan Klinis Dasar 3 Keluhan Berkaitan Dengan Sistem
Muskuloskeletal ini bertujuan agar proses pembelajaran dalam sistem kurikulum berbasis
kompetensi dapat berjalan dengan baik baik dalam input, proses maupun dalam evaluasinya.
Dengan selesainya Buku Blok Keterampilan Klinis Dasar 3 Keluhan Berkaitan Dengan Sistem
Muskuloskeletal ini dapat memberikan panduan baik pada institusi pendidikan, instruktur,
mahasiswa sebagai pengguna dan staf administrasi akademik yang akan menyiapkan hal-hal
yang diperlukan guna kelancaran kegiatan belajar mengajar.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama tim blok, tim kontributor, tim
MEU dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, sehingga buku blok ini dapat
selesai. Kami juga mengucapkan kepada pihak Fakultas yang telah memfasilitasi sehingga buku
blok ini dapat diselesaikan.

Tim blok menyadari adanya keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait
kajian keterampilan dan daftar tilik dalam buku ini, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan guna kesempurnaan buku blok ini.

Semoga buku blok ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua

Banjarmasin, Agustus 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
TUJUAN BLOK ....................................................................................................... 1
PRAKTIK KETERAMPILAN ................................................................................. 1
PENILAIAN.............................................................................................................. 1
TATA TERTIB.......................................................................................................... 2
TIM BLOK................................................................................................................ 3
SUMBER REFERENSI............................................................................................. 3

MODUL SKILL LAB

ANAMNESIS PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL ············································ 4

DASAR-DASAR BEDAH ········································································································· 23

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN························································································· 37

ii
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

BLOK KETERAMPILAN KLINIK DASAR 3


KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang
dokter juga dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai
kondisi yang diderita pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan
agar bisa menjadi materi acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang
diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 3 ini akan dilaksanakan pada semester 5. Pada
semester ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam teknik
komunikasi efektif dalam pengambilan anamesis pasien, serta teknik pemeriksaan dan
tindakan medis dan bedah pada tiga sistem, yaitu sistem muskuloskeletal, sistem
hemopoietik dan limforetikuler, serta sistem urogenital. Khusus untuk Modul ini, akan
dipelajari tiga keterampilan klinis yang akan diselesaikan dalam 6 minggu, yaitu teknik
anamnesis pada gangguan muskuloskeletal, teknik dasar bedah, dan teknik balut dan
bidai.

2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 3 pada sistem
muskuloskeletal ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan anamnesis pada berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal dengan
benar.
b. Melakukan teknik dasar pembedahan (penyucihamaan tempat pembedahan,
penjahitan luka, dan pembuatan simpul) dengan benar.
c. Melakukan pembalutan dan pembidaian dengan benar.

3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan
keterampilan anamnesis, keterampilan prosedural (teknik dasar bedah), dan
keterampilan terapeutik (pembalutan dan pembidaian). Pada blok ini, masing-masing
keterampilan dilatihkan sebanyak 2 kali selama masing-masing 3 jam.

4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian:
• Kehadiran skills lab & OSCE Komprehensif : 100%
• Etika pada skills lab & OSCE Komprehensif : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas:
• Pretest : 10%
• Posttest : 15%
• Nilai harian skills lab : 20%
• OSCE Komprehensif : 55% (nilai batas lulus/NBL OSCE Komprehensif = 70)

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 1


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

c. Standar Penilaian
Penilaian Acuan Patokan (PAP)/criterion-reference dengan nilai patokan
berdasarkan aturan institusi.
A = 80-100 C = 60-64,99
B+ = 75-79,99 D+ = 55-59,99
B = 70-74,99 D = 50-54,99
C+ = 65-69,99 E = 0-49,99
d. Remediasi
Jika nilai mahasiswa berada di bawah NBL OSCE Komprehensif, maka dilakukan
1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester, dengan ketentuan nilai
maksimal remedial OSCE Komprehensif yang diperoleh adalah 70. Apabila setelah
dilakukan 1 kali remediasi OSCE Komprehensif, nilai yang diperoleh masih berada di
bawah nilai lulus, maka nilai yang diambil adalah nilai yang tertinggi.

5. TATA TERTIB
a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skills lab dan OSCE
Komprehensif (100%).
b. Ketidakhadiran skills lab dan OSCE Komprehensif hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti, dengan surat keterangan dari
orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas, dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b) di atas, maka akan mendapat nilai nol (0).
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
seperti yang tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills
lab/OSCE Komprehensif sesuai dengan ketentuan administratif yang telah
ditetapkan oleh MEU dan diwajibkan mengerjakan tugas tambahan. Apabila
mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama skills lab, maka tidak berhak
mengikuti pertemuan kedua materi skills lab tersebut.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian
waktu, dan nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Apabila
mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama, maka mahasiswa tersebut juga
tidak dapat mengikuti pertemuan kedua skills lab materi tersebut dan nilai
pertemuan kedua adalah 0 (nol).
f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu OSCE
Komprehensif yang akan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal remedial OSCE
Komprehensif. Nilai maksimal OSCE Komprehensif per station adalah nilai rata-
rata kelas station tersebut. Apabila mahasiswa mendapatkan nilai di atas rata-rata
kelas station tersebut, maka nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 80% dari nilai
asal.
g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan
penggantian waktu, dan nilai OSCE Komprehensif adalah 0 (nol)

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 2


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

h. Apabila mahasiswa tidak hadir pada jadwal remedial OSCE Komprehensif yang
telah ditentukan, maka nilai OSCE Komprehensif station tersebut adalah nilai asal.
i. Pada saat OSCE Komprehensif, mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum
OSCE Komprehensif dilaksanakan sesuai jadwal
j. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat OSCE Komprehensif maksimal 10
menit, maka tidak akan diperkenankan ikut OSCE Komprehensif
k. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat
nilai di bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran
(kehadiran, etika).
l. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika, maka
dinyatakan tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya

6. TIM BLOK
dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D
dr. Husna Dharma Putera, M.Si, Sp.OT
dr. Ahmad Husairi, M.Ag, M.Imun
dr. Farida Heriyani, MPH

7. SUMBER REFERENSI
1. Darce J, Kopelinann P. A Handbook of clinical skills. London: Hanson, 2004
2. Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s
principles of internal medicine. 17th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008
3. Frenkel M, Koster M, Sibuea H. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan
jasmani. Jakarta: Sagung Seto, 2007.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI, 2006.
5. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills 2nd ed. Nottingham: Oxford University Press, 2007.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 3


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

ANAMNESIS PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Anamnesis pada sistem muskuloskeletal harus memperhatikan dua hal, yaitu


aspek komunikasi dan aspek anamnesis itu sendiri, sama seperti anamnesis pada sistem-
sistem lain. Sebelum mempelajari ketrampilan Anamnesis pada gangguan sistem
muskuloskeletal, pelajari kembali point-point penting dalam Anamnesis secara umum
yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk aspek anamnesis pada sistem muskuloskeletal,
hal-hal yang harus ditanyakan formatnya sama dengan anamnesis pada umumnya, yang
berbeda hanya pada penggalian mendalam tentang keluhan utamanya (riwayat penyakit
sekarang dan keluhan penyerta).
Perlu selalu diingat bahwa keluhan yang muncul pada sistem muskuloskeletal
tidak harus bersumber dari sistem muskuloskeletal, bisa saja disebabkan oleh sistem
lain. Dengan demikian, pemahaman keterampilan anamnesis suatu sistem harus dengan
terus mengintegrasikannya dengan pemahaman keterampilan anamnesis sistem-sistem
lain, terutama yang sudah dipelajari sebelumnya. Penjelasan berikut ini hanya panduan,
diharapkan mahasiswa bisa mengembangkannya lebih lanjut untuk memperkaya
anamnesis sistem. Selain itu, untuk memudahkan mengingat dan memahami berbagai
diagnosis banding yang bisa muncul, dianjurkan untuk membuat pohon anamnesis
menuju diagnosis banding berdasarkan penjelasan tiap keluhan utama yang diberikan
pada modul keterampilan ini.

Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah
panduan anamnesis untuk gangguan sistem muskuloskeletal:
1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan.
2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem muskuloskeletal, keluhan utama
yang sering muncul adalah:
• Nyeri leher
• Nyeri bahu
• Nyeri lengan dan tangan
• Nyeri punggung bawah (low back pain)
• Nyeri bokong, panggul, dan paha
• Nyeri lutut dan betis
• Nyeri kaki
3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan
penggalian lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti
pada waktu anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah:
• Onset: kapan pertama kali muncul keluhan.
• Frekuensi: berapa sering keluhan muncul.
• Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak),
kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul).
• Durasi: sudah berapa lama menderita keluhan.
• Sifat sakit/keluhan utama: sakitnya seperti apa, merupakan penjelasan sifat dari
keluhan utama, yang biasanya spesifik untuk setiap keluhan utama di atas.
Selain itu, perlu ditanyakan juga, apa hal yang memperberat keluhan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 4


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Lokasi: di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, atau berpindah-


pindah/menjalar.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis lain: apakah ada gangguan sistem fisiologis
yang diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, gangguan
berjalan, dan sebagainya.
• Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari, seperti tidak dapat bekerja,
hanya bisa tiduran, dan sebagainya.
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan
tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat,
ditanyakan pula berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Pada saat
membicarakan obat, yang digali tidak hanya obat yang diberikan dokter, tetapi
juga obat bebas yang dikonsumsi sendiri oleh pasien, serta obat herbal. Digali
pula bagaimana efek dari upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil
tapi tidak maksimal, atau tidak berhasil sama sekali.
Di bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh penggalian mendalam
terhadap riwayat penyakit sekarang untuk masing-masing keluhan utama di atas.
4. Menggali riwayat penyakit dahulu, baik penyakit serupa maupun penyakit lain.
Selain itu, ditanyakan juga apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa,
serta berapa lama. Bila pernah mendapat pengobatan, ditanyakan riwayat
pengobatan yang telah dijalani. Selain itu, riwayat penggunaan obat dan alkohol
juga penting ditanyakan.
5. Menggali penyakit keluarga, baik yang serupa dengan yang diderita sekarang,
maupun penyakit yang diturunkan.
6. Menanyakan keluhan penyerta (keluhan sistem) yang terkait dengan gangguan
muskuloskeletal. Penelusuran anamnesis sistem harus relevan dengan keluhan
utama pasien dan dugaan terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk
diagnosis bandingnya.
7. Membuat resume anamnesis. Pada tahap ini, jawaban yang diberikan oleh pasien
dirangkai menjadi suatu alur riwayat penyakit yang kronologis. Jawaban pasien
tidak harus semuanya dimasukkan ke dalam resume, harus dipilah-pilah yang
berguna dalam perencanaan pemeriksaan, diagnosis, atau terapi. Hasil anamnesis
disusun dimulai dari waktu dan tanggal anamnesis, identitas, keluhan utama (KU),
riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit
keluarga (RPK)/lingkungan (RPL), dan anamnesis sistem. Diharapkan pada bagian
akhir resume anamnesis, penganamnesis sudah bisa membuat dugaan
diagnosis/diagnosis banding

Keluhan Utama yang Sering Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal


Nyeri Leher
Nyeri leher bisa dikategorikan berdasarkan lokasi. Sebagian besar nyeri leher
bersumber di bagian posterior leher, yaitu di struktur otot, syaraf, atau tulangnya. Nyeri
yang berasal dari struktur otot, pembuluh darah, kelenjar, serta trakhea dan esofagus
bisa dirasakan di bagian anterior leher. Selain itu, nyeri leher juga bisa diakibatkan oleh
nyeri alih (referred pain) dari bagian tubuh lain.
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk nyeri leher:
• Nyeri leher anterior adalah nyeri di bagian depan leher, yang bisa bersumber dari
kelenjar limfonodi servikal, otot sternoklavikular, trakhea, faring, arteri karotis,

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 5


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

tiroid, atau esofagus. Nyeri alih dari jantung, paru-paru, atau perikardium biasanya
juga dirasakan di bagian anterior leher.
• Nyeri leher posterior adalah nyeri yang dirasakan di satu atau kedua sisi otot
paraspinal atau di otot trapezius, yang bisa disebabkan oleh herniasi diskus
servikalis, penekanan radix syaraf, hipertrofi atau penebalan sendi zygapofisis, dan
stenosis spinalis kongenital.
• Kaku leher (neck stiffness) adalah istilah umum untuk penurunan mobilitas leher,
biasanya diakibatkan oleh artritis sendi zygapofisis atau trauma leher dengan
spasme otot leher atau otot trapezius. Penyebab lain adalah polimyalgia rematik,
infeksi lokal, dan meningitis.
• Neuralgia oksipital adalah nyeri yang dirasakan di basis cranii di pertemuan antara
tulang oksipital dan corpus tulang atlas. Nyeri bisa menjalar ke belakang kepala
sesuai distribusi radix nervus servikalis kedua. Nyeri biasanya dialihkan ke verteks
kepala atau dahi.
• Whiplash adalah trauma akselerasi atau deselerasi cepat pada jaringan lunak atau
struktur tulang leher.
• Chronic neck overuse, misalnya akibat hiperekstensi leher kronis karena bekerja
menengadah dalam waktu lama, atau hiperekstensi leher untuk memfokuskan
penglihatan saat membaca, dan sebagainya.
• Polimyalgia rematik merupakan kondisi inflamasi yang menyebabkan nyeri dan
kekakuan leher dan bahu.
Saat menemukan pasien dengan nyeri leher (apalagi pasien tidak sadar dengan
tanda trauma di leher), paling awal adalah kita harus menentukan apakah ini kondisi
yang mengancam jiwa atau menyebabkan disabilitas. Bila leher stabil secara mekanis
dan tidak ada risiko fraktur leher, trauma medulla spinalis atau gangguan saluran nafas,
barulah dilakukan stratifikasi nyeri leher berdasarkan penggalian keluhan di bawah ini.
Apabila ternyata pasien berisiko untuk mengalami fraktur leher, trauma medulla
spinalis atau gangguan saluran nafas, maka tindakan basic life support (A, B, C) harus
dilakukan terlebih dahulu.
Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri leher, lakukan penggalian
tentang keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
➢ Nyeri leher yang muncul secara intermitten selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan bisa disebabkan oleh artritis leher kronis ataupun chronic neck
overuse.
• Sifat munculnya nyeri leher: apakah nyeri lehernya akut atau kronis? Nyeri leher
akut biasanya disebabkan oleh kondisi akut akibat trauma atau eksaserbasi akut dari
kondisi kronis, sedangkan kondisi lain biasanya menyebabkan nyeri leher kronis.
• Sifat nyeri leher: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat trauma/aktivitas
repetitif/gejala yang berhubungan dengan nyeri, gerakan/posisi yang memperberat
nyeri, serta kemungkinan adanya rasa kesemutan/kelemahan lokal.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri hebat (skala 6 atau lebih)
bisa disebabkan oleh fraktur servikal, whiplash akut, spasme otot paraspinal,
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 6
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

eksaserbasi akut dari artritis leher, atau eksaserbasi akut dari sindrom chronic
neck overuse. Nyeri ringan bisa disebabkan oleh artritis leher yang kronis atau
cronic neck overuse.
➢ Nyeri leher yang terjadi sesudah trauma akut bisa disebabkan oleh whiplash
akut, herniasi diskus servikalis akut, fraktur serviks, dan eksaserbasi akut dari
artritis leher kronis.
➢ Nyeri leher yang terjadi sesudah trauma minor atau tertidur dengan posisi yang
salah bisa diakibatkan oleh artritis leher kronis atau chronic neck overuse.
➢ Nyeri leher yang bertambah bila mengunyah bisa disebabkan oleh gangguan
sendi temporomandibular dan parotitis.
➢ Nyeri leher yang muncul apabila menelan bisa disebabkan oleh faringitis,
esofagitis, dan artritis rematoid.
➢ Nyeri leher yang diikuti sensasi adanya sesuatu yang tersangkut di tenggorokan
bisa disebabkan oleh obstruksi saluran nafas, aspirasi benda asing, dan ansietas.
➢ Nyeri leher yang bertambah bila leher digerakkan bisa disebabkan oleh artritis
leher kronis, chronic neck overuse, dan polimyalgia rematik.
➢ Nyeri leher yang bertambah berat bila ada aktivitas fisik bisa disebabkan oleh
angina.
➢ Nyeri leher yang disertai dengan rasa kebas/kesemutan/kelemahan di lengan,
bahu, tangan, atau kesemutan yang dirasakan naik-turun di tulang belakang saat
leher difleksikan atau diekstensikan bisa disebabkan oleh hernia diskus
servikalis, osteomyelitis vertebra, stenosis servikal, radikulopati servikal, dan
sklerosis multipel.
➢ Nyeri leher yang disertai dengan demam bisa disebabkan oleh faringitis,
meningitis, dan osteomyelitis.
➢ Nyeri leher yang disertai dengan adanya rash yang nyeri di leher disebabkan
oleh herpes zoster.
➢ Nyeri leher dengan sesak nafas bisa diakibatkan oleh obstruksi saluran nafas,
aspirasi benda asing, dan ansietas.
➢ Nyeri leher dengan adanya benjolan bisa disebabkan oleh keganasan, struma,
dan limfadenopati.
➢ Nyeri leher yang timbul dengan menekan limfonodi servikalis anterior, bisa
disebabkan oleh limfadenitis.
➢ Nyeri leher yang timbul dengan daerah rahang di depan telinga bisa disebabkan
oleh parotitis dan gangguan sendi temporomandibular.
➢ Nyeri leher yang timbul saat menekan bagian bawah leher depan bisa
disebabkan oleh tioriditis atau artritis rematoid.
• Lokasi nyeri leher: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyeri lehernya,
kemudian diminta untuk menunjukkan penjalaran nyerinya, apabila ada. Apabila
pasien sulit menunjukkan lokasi tepat nyerinya, pertimbangkan kemungkinan
adanya nyeri alih (referred pain) dari paru-paru, dada bagian atas, jantung, atau
mediastinum.
➢ Nyeri leher yang berlokasi di posterior leher atau di otot antara leher dan bahu
(otot trapezius) bisa diakibatkan oleh whiplash ringan, fraktur serviks, chronic
neck overuse, artritis leher kronis, stenosis servikalis, gangguan pada diskus
servikalis, atau polimyalgia rematik.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 7


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri yang menjalar dari leher (atau otot trapezius) ke bahu atau lengan
biasanya disebabkan oleh nyeri radiks servikalis.
➢ Nyeri yang berlokasi di sisi atau di anterior leher bisa diakibatkan oleh banyak
hal, seperti limfadenopati/limfadenitis, spasme otot sternoklavikular, nyeri sendi
temporomandibularis, nyeri arteri karotis, faringitis, trakheitis, esofagitis, benda
asing di saluran nafas, inflamasi kartilago tiroid, polikondritis, tiroiditis, herpes
zoster, perikarditis, diseksi aorta, dan angina.
➢ Nyeri yang berlokasi di basis oksipital bisa disebabkan oleh neuralgia oksipital
dan migren.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri leher: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Nyeri Bahu
Nyeri bahu bisa disebabkan oleh berbagai struktur di sekitar bahu, seperti tulang
(skapula, humerus, klavikula), sendi (sendi glenohumeralis, akromioklavikularis,
sternoklavikularis), ligamen (ligamen akromioklavikularis, korakoklavikularis,
glenohumeralis), otot (otot trapezius, deltoideus, levator skapula, romboideus, rotator
cuff, triseps brachii, serratus anterior, pektoralis, teres mayor, latissimus dorsi), tendon
(tendon biseps, supraspinarus, infraspinatus, subskapularis, teres minor), bursa (bursa
subakromialis, bursa subkorakoid), dan syaraf (nervus subskapularis, nervus thorakalis
longus, dan nervus skapularis dorsi).
Penyebab tersering nyeri bahu adalah impingement syndrome, robekan rotator
cuff, dan frozen shoulder. Pasien berusia muda biasanya lebih sering menderita
impingement syndrome, tendinitis, trauma, dan ketidakstabilan sendi. Pasien berusia tua
umumnya lebih sering menderita robekan rotator cuff.
Nyeri bahu juga bisa merupakan penjalaran dari kondisi lain, misalnya
gangguan tulang servikal, angina pektoris/infark myokard, perikarditis, diseksi aorta,
emboli paru, pneumothoraks, pneumonia, pleuritis, Pancoast tumor, neoplasma di
mediastinum dan abdomen, gangguan esofagus, infark limpa, ruptur limpa, abses
subfrenik, abses hati, kolesistitis, ulkus peptik, dan pankreatitis.

Berikut ini adalah beberapa istilah untuk nyeri bahu:


• Frozen shoulder (kapsulitis/kapsulitis adhesiva) adalah restriksi range of motion
(ROM) sendi glenohumeralis di semua bidang gerak, baik aktif maupun pasif,
disertai dengan rasa nyeri. Frozen shoulder sering terjadi pada pasien diabetes
mellitus.
• Rotator cuff adalah struktur muskulotendinosa yang bergabung ke dalam kapsula
sendi glenohumeralis yang menentukan ROM dan kekuatan sendi. Rotator cuff
terdiri dari insersio tendon muskulus supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan
subskapularis.
• Impingement syndrome (rotator cuff tendinitis) adalah gangguan/invasi rotator cuff
oleh akromion, ligamen korakoakromialis, processus korakoid, atau sendi

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 8


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

akromioklavikularis yang mengakibatkan edema, tendinitis, fibrosis, robekan,


ruptur, dan osteofitosis. Kondisi ini dibagi 3 stadium patologis, yaitu stadium 1
(dengan ciri adanya edema dan perdarahan), stadium 2 (dengan ciri adanya fibrosis
dan robekan parsial), dan stadium 3 (robekan komplit).

Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri bahu, lakukan penggalian


tentang keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi. Onset nyeri bahu yang mendadak bisa disebabkan oleh trauma,
robekan tendon, infeksi, artritis akut, dan nyeri alih (referred pain) akut.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya? Waktu munculnya bisa dikaitkan dengan penyebabnya,
misalnya aktivitas atau trauma tertentu. Nyeri bahu yang terus-menerus bisa
diakibatkan oleh frozen shoulder, fraktur, infeksi, dan tumor.
• Sifat munculnya nyeri bahu: apakah nyeri bahunya akut atau kronis?
• Sifat nyeri bahu: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat trauma/aktivitas
repetitif/gejala yang berhubungan dengan nyeri, gerakan/posisi yang memperberat
nyeri (pasien bisa diminta untuk menggerakan sendi bahu di berbagai bidang sendi),
serta kemungkinan adanya rasa kesemutan/kelemahan lokal. Apabila nyeri tidak
dieksaserbasi oleh gerakan, kemungkinan besar nyerinya adalah nyeri alih (referred
pain).
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri bahu yang terjadi sesudah trauma bahu atau jatuh, bisa disebabkan oleh
robekan tendon, kontusio, perdarahan, subluksasi, dislokasi, dan fraktur.
➢ Nyeri bahu yang diakibatkan oleh usaha menggerakkan lengan bisa disebabkan
oleh jepitan atau robekan rotator cuff, artritis, dan polimyalgia rematik.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan pembengkakan bisa diakibatkan oleh artritis,
infeksi, perdarahan sendi, dan tumor maligna. Bila pembengkakannya
monoartikular, mungkin disebabkan oleh osteoartritis, gout, pesudogout,
infeksi, keganasan, dan perdarahan sendi. Bila pembengkakannya poliartikular,
bisa disebabkan oleh artritis rematoid dan gout.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan demam, berkeringat malam atau penurunan
berat badan bisa diakibatkan oleh nyeri alih (referred pain) dari penyakit di
dada atau abdomen, gangguan sistemik, dan infeksi lokal (artritis septik atau
abses jaringan lunak).
➢ Nyeri bahu dengan rasa kaku yang berlangsung > 60 menit di pagi hari
(morning stiffness) yang berkurang dengan aktivitas dan memburuk bila
diistirahatkan biasanya disebabkan oleh polimyalgia rematik atau artritis
sistemik (misalnya artritis rematoid).
➢ Nyeri bahu dengan kekakuan yang konstan biasanya disebabkan oleh frozen
shoulder.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan sesak nafas bisa disebabkan oleh penyakit
jantung atau paru-paru.
➢ Nyeri bahu dengan riwayat penggunaan kortikosteroid dosis tinggi mungkin
disebabkan oleh osteonekrosis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 9


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri bahu yang bertambah berat dengan gerakan bahu pada semua bidang
gerak biasanya disebabkan oleh artritis dan frozen shoulder. Nyeri bahu yang
terjadi dengan gerakan bahu hanya pada bidang tertentu bisa diakibatkan oleh
tendinitis dan penjepitan tendon.
➢ Nyeri bahu yang bertambah dengan mengangkat tangan di atas kepala biasanya
disebabkan oleh impingement syndrome. Nyeri bahu yang timbul akibat
aktivitas repetitif mengangkat tangan biasanya disebabkan oleh impingement
syndrome, tendinitis, dan robekan otot atau tendon.
➢ Nyeri bahu yang bertambah dengan gerakan leher bisa disebabkan oleh
radikulopati servikal.
➢ Nyeri bahu dengan kelemahan/rasa kebas/kesemutan/rasa terbakar/rasa ditusuk-
tusuk pada lengan biasanya disebabkan oleh radikulopati atau neuropati
servikal.
➢ Nyeri bahu dengan bahu yang tidak stabil disebabkan oleh dislokasi atau
subluksasi.
• Lokasi nyeri bahu: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyeri bahunya,
kemudian diminta untuk menunjukkan penjalaran nyerinya, apabila ada. Lokasi
nyeri bahu bisa menunjukkan kemungkinan struktur muskuloskeletal mana yang
mengakibatkan nyeri. Apabila pasien sulit menunjukkan lokasi tepat nyerinya,
pertimbangkan kemungkinan adanya nyeri alih (referred pain).
➢ Nyeri deltoid lateral biasanya menunjukkan adanya impingement syndrome.
➢ Nyeri bahu depan bisa diakibatkan oleh gangguan sendi akromioklavikularis,
sendi glenohumeralis, atau gangguan pada tendon di bagian anterior (misalnya
tendinitis biseps).
➢ Nyeri di aksilla bisa disebabkan oleh nyeri alih (referred pain) dari
mediastinum.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu
makan, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri bahu: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Nyeri Lengan dan Tangan


Nyeri di ekstremitas atas bisa diakibatkan oleh gangguan muskuloskeletal,
penyakit pembuluh darah atau syaraf perifer, infeksi lokal, atau nyeri alih (referred
pain) dari struktur di dada. Nyeri profunda yang berasal dari fascia, pembuluh darah,
sendi, tendon, dan periosteum sering terasa tumpul dan sulit dilokalisasi dengan jelas,
dan biasanya diikuti oleh persepsi adanya kaku sendi. Nyeri pada gangguan sendi siku
dan pergelangan tangan biasanya disebabkan inflamasi lokal akibat overuse syndrome
atau aktivitas terkait pekerjaan. Nyeri di sendi tangan sering diakibatkan oleh penyakit
degeneratif atau inflamasi.
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk nyeri lengan dan tangan:

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 10


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Entrapment neuropathy adalah nyeri dan hilangnya fungsi karena sebuah syaraf
melewati rongga fisiologis yang menyempit akibat trauma atau inflamasi akut atau
kronis.
• Nyeri neuropatik adalah nyeri di suatu regio akibat hasil inflamasi atau trauma
syaraf, dan penyakit neurologis.
• Overuse syndrome adalah nyeri dan inflamasi akibat penggunaan struktur anatomis
regional secara intens dan repetitif dalam aktivitas kerja atau rekreasional.
• Epikondilitis adalah nyeri dan inflamasi daerah dimana tulang dan tendon bertemu.
• Tennis elbow/epikondilitis lateral adalah peregangan perlekatan otot ekstensor
pergelangan tangan di humerus, biasanya terjadi pada pemain tenis dengan teknik
yang buruk.
• Golfer’s elbow/epikondilitis medial adalah peregangan tendon fleksor kommunis.
Apabila nervus ulnaris terlibat, akan terasa kesemutan.
• Olecranon bursitis adalah adanya cairan inflamasi yang terakumulasi di bursa, yang
sering terjadi sesudah trauma lokal, bisa terjadi secara spontan pada pasien gout,
pseudogout atau artritis rematoid.
• Cubital tunnel syndrome adalah sindrom akibat kompresi nervus ulnaris saat
melewati siku, mengakibatkan nyeri. Orang yang melakukan fleksi siku secara
repetitif saat menarik engkol, menjangkau sesuatu atau mengangkat barang berisiko
terkena sindrom ini.
• Carpal tunnel syndrome adalah kompresi nervus medianus di dalam canalis carpi
pergelangan tangan dengan rasa nyeri dan hilangnya fungsi 2 atau 3 jari pertama di
tangan. Bisa diakibatkan oleh overuse, kehamilan, atau hipotiroidisme.
• DeQuervain tenosynovitis adalah kondisi peradangan akibat tindakan memegang
atau memeras secara repetitif yang menyebabkan pembengkakan sehingga tendon
otot abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis longus sulit bergeser di
terowongan sepanjang sisi pergelangan tangan di atas ibu jari.
• Intersection syndrome adalah tenosinovitis di pergelangan tangan, yaitu di
kompartemen dorsal pertama dan kedua.
• Thoracic outlet syndrome adalah kompresi syaraf dan pembuluh darah (yang
menyuplai lengan) di daerah bahu akibat gerakan repetitif lengan di atas kepala atau
diekstensikan ke depan.

Penggalian tentang keluhan nyeri lengan dan tangan berdasarkan penggalian


riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
➢ Onset yang mendadak (dalam beberapa menit atau jam) bisa disebabkan oleh
proses infeksi akut, trauma, gout, proses vaskular, dan referred pain.
➢ Onset yang gradual atau perlahan bisa disebabkan oleh artritis, tendinitis,
bursitis, artritis rematoid, dan nyeri neuropatik.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya? Nyeri yang terus-menerus bisa diakibatkan oleh artritis
rematoid, osteoartritis, dan infeksi. Nyeri yang terasa paling hebat pada malam hari
bisa diakibatkan oleh carpal tunnel syndrome. Nyeri yang terasa sehari sesudah
aktivitas dilakukan sering diakibatkan oleh epikondilitis.
• Sifat munculnya nyeri lengan/tangan: apakah nyerinya akut atau kronis?

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 11


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Sifat nyeri lengan/tangan: Tanyakan tentang keparahan nyeri, kualitas nyeri, riwayat
pekerjaan/aktivitas/trauma/gejala yang berhubungan dengan nyeri, gerakan/posisi
yang memperberat nyeri, serta kemungkinan adanya rasa kesemutan/kelemahan
lokal.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri hebat bisa disebabkan oleh
artritis (saat istirahat), osteomyelitis (saat bergerak), gout, infeksi, dan trauma.
➢ Kualitas nyeri. Nyeri tajam bisa diakibatkan oleh neuropati akibat terjepitnya
syaraf. Nyeri terbakar bisa diakibatkan oleh nyeri neuropatik. Nyeri yang
berdenyut bisa diakibatkan oleh gangguan inflamatorik atau vaskular.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan. Bila pasien bekerja pada sebuah
roda berjalan di pabrik, mungkin disebabkan oleh thoracic outlet syndrome
akibat gerakan bahu yang repetitif. Bila pekerjaannya menjahit atau
mengoperasikan komputer, bisa disebabkan oleh carpal tunnel syndrome akibat
gerakan pergelangan tangan yang repetitif. Bila pekerjaannya operator gergaji
listrik atau bor pneumatik, bisa disebabkan oleh Raynaud’s syndrome akibat
paparan kronis terhadap vibrasi. Bila pekerjaannya menggunakan palu, gergaji
atau obeng, bisa disebabkan oleh DeQuervain tendinitis dan trigger finger.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas di saat tidak bekerja. Bila pasien suka
main golf atau tennis, bisa diakibatkan oleh epikondilitis medial atau lateral.
Bila pasien adalah peminum alkohol, bisa disebabkan oleh olecranon bursitis
(drinker’s elbow) akibat trauma berulang karena sering bersandar ke bar. Bila
pasien adalah pemain musik, bisa disebabkan oleh cubital tunnel syndrome,
terutama pada pemain saksofon. Bila pasien senang berdiam diri di depan
televisi dan suka merokok, bisa disebabkan oleh penyakit arteri koroner.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan berjam-jam atau
berhari-hari atau berminggu-minggu atau nyeri yang timbul sesudah melakukan
aktivitas yang sudah lama tidak dilakukan biasanya diakibatkan oleh overuse
syndrome.
➢ Nyeri disertai pembengkakan sendi (kesulitan melepas cincin, memakai arloji)
sering terjadi pada artritis rematoid dan gout.
➢ Nyeri yang dirasakan saat adanya gerakan biasanya terjadi pada efusi sendi,
seperti pada osteoartritis.
➢ Nyeri yang dirasakan saat istirahat biasanya diakibatkan oleh proses inflamasi
seperti artritis rematoid.
➢ Nyeri lengan yang diinduksi oleh bersin, batuk, hiperekstensi leher, mungkin
disebabkan oleh radikulopati servikal.
➢ Nyeri lengan yang diinduksi atau bertambah dengan gerakan memutar kepala
atau fleksi lateral leher biasanya disebabkan oleh lesi servikalis.
➢ Nyeri lengan sesudah makan bisa disebabkan oleh GERD.
➢ Nyeri yang disebabkan oleh sentuhan ringan bisa disebabkan oleh nyeri
neuropatik (misalnya entrapment neuropathy).
➢ Nyeri yang muncul bila memegang suatu obyek dalam waktu lama bisa
disebabkan oleh carpal tunnel syndrome dan intersection syndrome.
➢ Nyeri yang timbul sesudah paparan terhadap dingin bisa disebabkan oleh
Raynaud’s phenomenon.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 12


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri yang disertai dengan demam dan menggigil bisa disebabkan oleh artritis
septik.
➢ Nyeri yang disertai rasa kesemutan, kebas, atau rasa terbakar di lengan bisa
disebabkan oleh nyeri neuropatik (misalnya entrapment neuropathy) dan
neuropati perifer.
➢ Nyeri lengan kiri dengan sesak nafas, nyeri dada, pusing atau palpitasi
diakibatkan oleh penyakit jantung iskemik atau kondisi kardiopulmoner lain,
selain itu bisa juga disebabkan oleh fatigue dan ansietas.
• Lokasi nyeri lengan/tangan: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya.
Lokasi nyeri bisa menunjukkan kemungkinan struktur muskuloskeletal mana yang
mengakibatkan nyeri.
➢ Nyeri pada sekitar sendi bisa disebabkan oleh struktur periartikular, seperti
tendinitis, bursitis, dan gangguan tulang. Nyeri akibat gangguan sendi biasanya
terasa langsung di sendi, bukan pada tulang di sekitar sendi.
➢ Nyeri pada siku bisa diakibatkan oleh artritis septik, gout atau pseudogout,
trauma, nyeri neuropatik karena entrapment neuropathy, dan epikondilitis
medial atau lateral.
➢ Nyeri pada pergelangan tangan bisa diakibatkan oleh neuropati karena
entrapment neuropathy (misalnya nervus medianus) dan tendinitis.
➢ Nyeri pada sendi metakarpofalangealis bisa diakibatkan oleh artritis rematoid
dan kadang-kadang gout.
➢ Nyeri pada sendi interfalang proksimal bisa diakibatkan oleh artritis rematoid,
Bouchard nodes pada osteoartritis (sering tidak nyeri).
➢ Nyeri pada sendi interfalang distal bisa diakibatkan oleh osteoartritis (Heberden
node yang lebih sering tidak nyeri), dan artritis psoriatik.
➢ Nyeri pada sendi karpometakarpal jari pertama bisa disebabkan oleh
osteoartritis.
➢ Nyeri pada tiga jari pertama biasanya disebabkan oleh carpal tunnel syndrome
akibat kompresi nervus medianus di pergelangan tangan.
➢ Nyeri di sisi ulnar tangan bisa disebabkan oleh lesi nervus ulnaris (biasanya di
siku) atau lesi pleksus brachialis.
➢ Nyeri di jari atau ujung jari bisa disebabkan oleh Raynaud’s
phenomenon/disease.
➢ Nyeri di sepanjang ekstremitas, baik pada sendi dan otot bisa disebabkan oleh
lesi syaraf atau pembuluh darah, kompresi radix syaraf, thoracic outlet
syndrome, lesi syaraf perifer, referred pain, dan penyakit jantung iskemik.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri lengan/tangan: minum obat tertentu
(lengkap dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)


Pada sebagian besar pasien, nyeri punggung bawah adalah gangguan yang
bersifat self-limiting dan biasanya cepat sembuh. Nyeri punggung bawah paling sering

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 13


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

disebabkan oleh sebab mekanis, dan dari sebab mekanis ini, sebagian besar bersifat
nonspesifik atau bersumber dari sistem muskuloskeletal, kemudian oleh gangguan
degeneratif, herniasi diskus, fraktur kompresi osteoporotik, stenosis spinal,
spondilolistesis, fraktur vertebra traumatik, dan penyakit kongenital. Sedangkan
penyebab nonmekanis bisa disebabkan oleh neoplasia, artritis inflamatorik (misalnya
spondilitis ankilosa), infeksi (misalnya osteomyelitis), dan Paget’s disease of bone.
Penyakit lain yang bisa menyebabkan nyeri alih (referred pain) ke punggung bawah
adalah aneurisma aorta, penyakit ginjal (nefrolitiasis, pyelonefritis, abses perinefrika),
penyakit saluran cerna (pankreatitis, kolesistitis, perforasi ulkus peptik), dan gangguan
urogenital (misalnya endometriosis, chronic pelvic inflammatory disease, dan
prostatitis).

Berikut ini adalah beberapa istilah untuk gangguan dengan ciri nyeri punggung
bawah:
• Sciatica adalah nyeri yang menjalar menuruni tungkai bawah sampai melewati lutut,
sesuai distribusi nervus ischiadicus/sciatic, paling sering disebabkan oleh kompresi
radix syaraf L4, L5, atau S1.
• Stenosis spinal adalah penyempitan canalis spinalis yang mengakibatkan kompresi
korda spinalis atau cauda equina. Sebagian besar terjadi pada pasien usia tua dengan
perubahan degeneratif tulang belakang.
• Cauda equina syndrome adalah radikulopati kompresif akut pada radix nervus
sakralis yang menyusun cauda equina. Gejalanya bisa berupa nyeri punggung yang
hebat, inkontinensia urine dan fecalis, saddle anesthesia, dan kelemahan tungkai.

Penggalian tentang keluhan nyeri punggung bawah berdasarkan penggalian


riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri punggung bawah: apakah nyerinya akut atau kronis? Nyeri
yang timbul mendadak bisa disebabkan oleh penyebab mekanis dan fraktur. Nyeri
yang semakian bertambah sesudah berbulan-bulan bisa disebabkan oleh malignansi
dan spondiloartropati.
• Sifat nyeri punggung bawah: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat
penyakit/pengobatan/aktivitas/trauma/gejala yang berhubungan dengan nyeri, serta
gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi nyeri.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri yang berat sampai membuat
tidak bisa tidur di malam hari bisa disebabkan oleh malignansi dan
spondiloartropati.
➢ Nyeri punggung bawah yang konstan dan memburuk dengan adanya gerakan
biasanya disebabkan oleh sebab mekanis, sedangkan nyeri punggung bawah
yang konstan tetapi bertambah buruk dengan istirahat biasanya disebabkan oleh
sebab non-mekanis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 14


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri punggung bawah yang kronis pada pasien dengan riwayat kanker atau
berusia > 50 tahun dengan penurunan berat badan yang signifikan yang tidak
diketahui penyebabnya, perlu dipertimbangkan adanya malignansi.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien dengan riwayat penggunaan kortikosteroid
selama > 1 bulan, ada trauma yang baru saja terjadi, berusia > 70 tahun, bisa
mengarahkan pada fraktur kompresi osteoporotik.
➢ Nyeri punggung bawah yang terus meningkat saat berjalan, atau berkurang
dengan duduk atau membungkuk ke depan biasanya disebabkan oleh stenosis
spinal.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien yang barus saja mendapat obat injeksi, atau
mengkonsumsi obat imunosupresan, atau terpasang infus atau kateter, mungkin
disebabkan oleh osteomyelitis vertebra atau abses paraspinal.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien yang mengalami kekakuan di pagi,
nyerinya berkurang dengan aktivitas fisik, keluhan dirasakan minimal sudah 3
bulan, dan biasanya muncul sejak pasien berusia < 35 tahun, bisa mengarahkan
pada spondiloartropati.
➢ Nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan siklus haid bisa disebabkan
oleh endometriosis.
➢ Nyeri punggung bawah yang menjalar sepanjang tungkai sampai melewati lutut
bisa disebabkan oleh sciatica, yang diakibatkan oleh iritasi atau kompresi radix
syaraf L4-5,S1 akibat herniasi diskus.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan mual dan muntah bisa disebabkan
oleh perforasi ulkus peptik aau pyelonefritis.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan nyeri abdomen bisa disebabkan
oleh pyelonefritis, appendisitis retrosekal, atau abses divertikular.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan demam bisa disebabkan oleh
osteomyelitis, abses paraspinal, dan pyelonefritis.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan disuria bisa disebabkan oleh
pyelonefritis dan nefrolitiasis.
➢ Nyeri punggung bawah dengan inkotinensia urine atau inkontinensia fecalis,
atau saddle anesthesia, bisa mengarahkan pada cauda equina syndrome.
• Lokasi nyeri punggung bawah: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya.
Lokasi nyeri bisa menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan
nyeri.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri punggung bawah: minum obat
tertentu (lengkap dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau
memburuk).

Nyeri Bokong, Panggul dan Paha


Keluhan di ekstremitas bawah umumnya lebih mudah dilokalisasi dan umumnya
berhubungan dengan trauma dan overuse. Berikut ini adalah beberapa istilah untuk
gangguan dengan ciri nyeri bokong, panggul, dan paha:

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 15


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Strain atau regangan adalah robekan mikro pada serabut otot, sulit dibedakan dari
robekan otot.
• Coccydinia adalah nyeri di basis tulang belakang yang merupakan akibat dari
berbagai kondisi, mulai dari hipermobilitas vertebra sakralis sampai nyeri
neuropatik akibat trauma multipel. Coccydinia bisa terjadi sesudah jatuh,
melahirkan, regangan repetitif dan pembedahan.
• Sindrom tuberositas ischii/hamstring adalah nyeri di posterior paha, terutama saat
atau sesudah aktivitas seperti berlari. Trauma hamstring terjadi saat olahraga yang
memerlukan akselerasi cepat yang mendadak, seperti pemain bola dan pelari. Faktor
predisposisinya adalah pemanasan yang tidak adekuat, kelelahan, trauma
sebelumnya, ketidakseimbangan kekuatan, dan fleksibilitas yang buruk.
• Sindrom piriformis adalah spasma otot gluteus minor lewat mana nervus ischiadicus
lewat. Nyeri diakibatkan terperangkapnya nervus ischiadicus, terjadi terutama pada
pasien dengan kelainan berjalan, kelemahan otot postural, dan kehamilan.
• Meralgia parestetika atau sindrom nervus kutaneus femoralis lateralis adalah
kerusakan nervus kutaneus femoralis lateralis. Bisa akibat pembedahan crista iliaca,
histerektomi, herniorafi laparoskopik, bedah katup aorta, bedah bypass arteri
koroner, dan pakaian ketat.
• Regangan hamstring atau hamstring strain adalah regangan pada otot-otot panjang
yang terbentang di belakang paha (otot biseps femoris, semimembranosus dan
semitendinosus). Karena otot-otot ini akan menarik tungkai dan melipat lutut,
sehingga bisa trauma selama berlari, menendang dan meloncat.
• Bursitis trochanterica adalah inflamasi 1 bursa atau lebih dari 4 bursa yang ada di
sekitar trochanter mayor.
• Regangan aduktor panggul/hip adductor strain adalah trauma atau regangan otot
yang berjalan dari depan tulang panggul ke bagian medial paha. Otot-otot ini
menstabilkan panggul dan tungkai selama berlari. Nyeri dan kekakuan di
selangkangan terasa di pagi hari dan awal aktivitas atletik, dan bisa berkurang
sesudah pemanasan, tapi bisa kambuh lagi saat aktivitas.

Penggalian tentang keluhan nyeri bokong, panggul, dan paha berdasarkan


penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis? Nyeri yang timbul
mendadak (beberapa menit atau beberapa jam) bisa disebabkan oleh infeksi akut,
trauma, proses vaskuler, nyeri alih, dan proses inflamasi. Nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan bisa disebabkan oleh tendinitis, bursitis, artritis rematoid, dan nyeri
neuropatik.
• Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, kualitas nyeri, riwayat
pekerjaan/aktivitas/gejala yang berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi
yang memperberat atau mengurangi nyeri.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri berat bisa disebabkan oleh
artritis (bila saat istirahat), gout, infeksi, trauma, dan tumor.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 16
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Kualitas nyeri. Nyeri yang stabil bisa disebabkan oleh artritis rematoid,
osteoartritis an infeksi. Nyeri tajam bisa diakibatkan oleh entrapment
neuropathy. Nyeri seperti terbakar bisa disebabkan oleh nyeri neuropatik. Nyeri
yang berdenyut bisa disebabkan oleh gangguan inflamasi atau vaskuler
(misalnya trombosis vena profunda).
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan berupa aktivitas repetitif bisa
berhubungan dengan tendinitis atau bursitis, radikulopati lumbalis, dan herniasi
diskus.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan dimana dalam tugasnya
menggunakan sabuk penyokong lumbal, sabuk pengangkat berat, atau
penggunaan pakaian ketat atau restriktif lainnya bisa dihubungkan dengan
meralgia parestetika.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan meloncat
dari sebuah truk atau mesin berat bisa diakibatkan oleh osteoartritis akibat
trauma minor kronis pada pinggang.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas bermain bola, berlari, yudo, karate,
gimnastik, bisa diakibatkan oleh sindrom tuberositas ischii/hamstring akibat
pemanasan/peregangan otot yang tidak memadai. Bisa juga disebabkan oleh
regangan atau robekan otot quadriseps, atau regangan otot adduktor panggul
(hip adductor strain).
➢ Nyeri yang berhubungan dengan banyak perjalanan bermobil atau naik pesawat
yang panjang bisa mengarahkan pada trombosis vena profunda.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas juga bisa disebabkan oleh overuse
akibat melakukan aktivitas repetitif selama berjam-jam, berhari-hari, atau
berminggu-minggu, atau bisa juga timbul sesudah melakukan aktivitas yang
sudah lama tidak dilakukan. Sindrom overuse yang berkaitan dengan pekerjaan
biasanya membaik pada akhir minggu. Sindrom overuse yang berkaitan dengan
olahraga biasanya kebalikannya atau menunjukkan pola yang tidak menentu.
➢ Nyeri yang muncul hanya pada saat ada gerakan bisa diakibatkan oleh efusi
pada osteoartritis. Nyeri yang muncul saat istirahat menunjukkan adanya
inflamasi seperti pada artritis rematoid, bisa juga disebabkan oleh nyeri
neuropatik.
➢ Nyeri yang terjadi saat naik tangga di malam hari bisa disebabkan oleh bursitis
trochanterica dan sindrom piriformis. Nyeri yang terjadi sesudah aktivitas
selesai bisa disebabkan oleh tendinitis dan regangan quadriseps atau hamstring.
➢ Nyeri yang bertambah berat di pagi hari disertai dengan kaku di pagi hari
disebabkan oleh artritis rematoid.
➢ Nyeri dengan warna kemerahan di kulit di atasnya bisa disebabkan oleh
tendinitis.
➢ Nyeri disertai dengan demam atau menggigil bisa disebabkan oleh artritis
septik.
➢ Nyeri dengan perasaan kebas, kesemutan atau rasa terbakar bisa disebabkan
oleh nyeri neuropatik seperti entrapment neuropathy, sciatica (ischialgia), dan
meralgia parestetika.
➢ Nyeri punggung dengan hilangnya kendali usus atau vesica urinaria
(inkontinensia) atau kelainan sensorik persisten bisa disebabkan oleh gangguan
pada radix syaraf lumbalis, metastasis pada epidural, dan ansietas.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 17


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri yang diikuti dengan ketidakmampuan mengangkat beban bisa disebabkan


oleh fraktur panggul dan nekrosis aseptik caput femoris.
➢ Nyeri dengan warna kemerahan dan pembengkakan paha, terutama di atas vena
femoralis communis bisa disebabkan oleh trombosis vena profunda, yang bisa
mengarah pada komplikasi kardiopulmonal. Trauma lokal dan infeksi kulit lokal
juga bisa menyebabkan kondisi ini.
➢ Nyeri yang diinduksi atau diperburuk oleh bersin, batuk, duduk atau
hiperekstensi punggung bisa disebabkan oleh nyeri pada radix syaraf lumbalis.
Nyeri yang diinduksi atau diperberat oleh mengangkat kaki lurus ke atas bisa
disebabkan oleh lesi vertebra lumbalis. Nyeri yang diinduksi atau diperberat
oleh selama peregangan bisa disebabkan oleh inflamasi tendon atau bursa, dan
sciatica/ischialgia. Nyeri yang diinduksi atau diperberat oleh sentuhan ringan
bisa disebabkan oleh nyeri neuropatik, seperti entrapment neuropathy.
➢ Nyeri yang bertambah dengan penggunaan sendi yang lama biasanya
disebabkan oleh osteoartritis.
• Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
➢ Nyeri akibat gangguan sendi biasanya dirasakan langsung di sendinya, tidak
dari tulang-tulang di sekitar sendi.
➢ Nyeri di bokong bisa disebabkan oleh coccidynia, sciatica (ischialgia), dan
sindrom piriformis.
➢ Nyeri di panggul bisa disebabkan oleh osteoartritis, fraktur panggul, nekrosis
aseptik panggul, dan artritis rematoid.
➢ Nyeri di paha bagian depan bisa disebabkan oleh entrapment neuropathy,
meralgia parestetika, radikulopati lumbalis (L2/L3), regangan atau robekan otot
quadriseps, dan regangan adduktor panggul (hip adductor strain).
➢ Nyeri di paha bagian lateral bisa disebabkan oleh bursitis trochanterica dan
entrapment neuropathy.
➢ Nyeri di paha bagian medial bisa disebabkan oleh trombosis vena profunda, dan
bursitis atau tendinitis iliopsoas.
➢ Nyeri di paha bagian posterior bisa disebabkan oleh regangan otot hamstring
(hamstring strain), dan sindrom tuberositas ischii.
➢ Nyeri di sepanjang ekstremitas bawah di otot dan sendinya bisa disebabkan oleh
lesi pembuluh darah seperti trombosis vena profunda dan kompresi radix syaraf.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu
makan, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Nyeri Lutut dan Betis


Etiologi nyeri lutut tergantung pada lokasi anatomis nyeri. Penyebab yang
paling sering sampai yang jarang untuk nyeri lutut adalah osteoartritis, trauma
meniskus, trauma ligamen kolateral, trauma ligamen krusiatus, gout, fraktur,

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 18


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

keseleo/sprain dan robekan otot, artritis rematoid, artritis infeksiosa, dan pseudogout.
Nyeri di anterior lutut bisa disebabkan oleh sindrom patellofemoralis, bursitis
prepatella, fraktur patella, tendinitis patella, strain otot quadriseps femoris, dan
osteoartritis. Nyeri di posterior lutut bisa disebabkan oleh hamstring strain, bursitis,
trombosis vena profunda, dan aneurisma poplitea. Nyeri di medial lutut bisa disebabkan
oleh robekan meniskus medialis, sprain ligamen kolateral medialis, bursitis anserina,
hamstring strain, dan sindrom patellofemoralis. Nyeri di lateral lutut bisa disebabkan
oleh robekan meniskus lateralis, robekan ligamen kolateral lateralis, strain otot biseps
femoris, serta dislokasi/fraktur caput fibula.
Nyeri betis lebih jarang terjadi, dan lebih sering pada pasien geriatri. Penyebab
nyeri betis antara lain adalah klaudikasio intermitten, trombosis vena profunda,
entrapment arteri poplitea, robekan atau kontusio otot gastrocnemius atau soleus,
sarkoma jaringan lunak, hematom otot, dan sindrom kompartemen.
Penggalian tentang keluhan nyeri lutut dan betis berdasarkan penggalian riwayat
penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis? Nyeri lutut yang akut (< 1
minggu) bisa disebabkan oleh fraktur, kontusio, robekan ligamen atau meniskus,
subluksasi patella, dan dislokasi. Nyeri lutut yang kronis bisa disebabkan oleh
osteoartritis, tumor, sindrom overuse, septic knee.
• Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat aktivitas/gejala yang
berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi
nyeri.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri lutut dengan lutut yang terpuntir, rasa ada bunyi meletup (popping), ada
pembengkakan yang muncul dengan cepat, bisa disebabkan oleh trauma
ligamen.
➢ Nyeri lutut dengan lutut terkunci saat posisi fleksi, ada bunyi “klik” saat
berjalan, pembengkakan yang muncul sesudah beberapa jam atau beberapa hari,
biasanya disebabkan oleh trauma meniskus. Pada osteoartritis juga bisa terjadi
lutut terkunci (pseudolocking).
➢ Nyeri lutut dengan tidak ada riwayat trauma, tetapi sendi lutut nyeri, bengkak
dan hangat, dan riwayat aktivitas seksual berisiko, bisa disebabkan oleh artritis
gonokokkus dan artritis reaktif.
➢ Nyeri lutut dengan kekakuan yang berlangsung < 15 menit dan bertambah hebat
dengan adanya aktivitas sendi, disebabkan oleh osteoartritis.
➢ Nyeri lutut sesudah trauma lutut bisa disebabkan oleh fraktur lutut.
➢ Nyeri lutut yang sangat hebat, sendi terasa hangat, disertai demam, bisa
disebabkan oleh artritis septik.
➢ Nyeri lutut dengan rasa dingin dan pucat di distal lutut diakibatkan oleh
gangguan vaskuler.
➢ Nyeri lutut dengan kelemahan dan hilangnya sensasi di distal lutut bisa
disebabkan oleh kerusakan syaraf.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 19


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Nyeri betis yang terjadi saat berjalan dan berkurang dengan istirahat bisa
disebabkan oleh klaudikasio intermitten.
➢ Nyeri betis sesudah tirah baring > 3 hari dalam 4 minggu terakhir, atau sesudah
melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk selama berjam-jam,
atau baru saja menjalani pembedahan, ada riwayat trombosis pada keluarga,
pengguna kontrasepsi oral, dan pengguna steroid atau hormon untuk
bodybulding, biasanya disebabkan oleh trombosis vena profunda.
➢ Nyeri betis sesudah trauma pada betis atau berolahraga, bisa diakibatkan oleh
robekan atau kontusio otot gastrocnemius atau soleus.
➢ Nyeri betis unilateral disertai dengan nyeri paha, bokong, atau panggul, bisa
disebabkan oleh entrapment arteri poplitea. Nyeri betis unilateral dengan
kemerahan dan hangat juga bisa terjadi pada trombosis vena profunda dan
selulitis.
• Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Nyeri Kaki
Nyeri kaki paling sering disebabkan oleh kallus, hipertrofi kuku, deformitas
hallux, dan hilangnya nadi arteri. Nyeri kaki bagian depan bisa disebabkan oleh
pembengkakan tulang di basis sendi jari I kaki (bunion), hammer toe, claw toe, kuku
tumbuh ke dalam, metatarsalgia, neuroma interdigital, dan hallux rigidus. Nyeri kaki
bagian tengah bisa disebabkan oleh osteoartritis, fasiitis plantar, fibroma plantar, dan
tarsal tunnel syndrome. Nyeri kaki bagian belakang bisa disebabkan oleh fasciitis
plantar, bursitis tumit belakang, dan tendinitis Achilles.
Nyeri pergelangan kaki lateral bisa disebabkan oleh sprain ligamen lateralis,
fraktur fibula distal, ketidakstabilan pergelangan kaki kronis, dan tendinitis peronei.
Nyeri pergelangan kaki medial bisa disebabkan oleh sprain ligamen deltoideus,
tendinitis tibia posterior, tarsal tunnel syndrome, dan fraktur distal tibia. Nyeri
pergelangan kaki posterior bisa disebabkan oleh tendinitis Achilles dan ruptur tendon
Achilles. Nyeri pergelangan kaki kronis bisa disebabkan oleh artritis dan sinovitis
subtalus.
Penggalian tentang keluhan nyeri kaki berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis?
• Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat aktivitas/gejala yang
berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi
nyeri.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 20
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk


menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri kaki disertai dengan kesulitan memakai sepatu biasanya disebabkan oleh
deformitas kaki, termasuk kista ganglion dan fibroma plantar.
➢ Nyeri kaki dengan gesekan sepatu pada hallux bisa diakibatkan oleh bunion.
Bila menggesek jari kaki lain, bisa disebabkan oleh hammer toe.
➢ Nyeri jari kaki hanya dengan selimut diletakkan di atasnya, bisa disebabkan
oleh gout.
➢ Nyeri kaki dengan kebas jari kaki, nyeri di antara jari, dan memakai sepatu yang
ketat menyebabkan jari kaki kesemutan, biasanya disebabkan oleh Morton
neuroma.
➢ Nyeri kaki pada pasien penderita diabetes mellitus, dengan nyeri di malam hari,
nyerinya seperti terbakar, ada rasa kesemutan, dengan deformitas progresif bisa
disebabkan oleh diabetic foot.
➢ Nyeri di tumit sangat hebat saat berdiri, dan berkurang dengan menghilangkan
beban pada kaki, bisa disebabkan fasciitis plantar.
➢ Nyeri dengan rasa kesemutan dan terbakar di telapak kaki dan kram arkus kaki,
bisa disebabkan oleh tarsal tunnel syndrome.
➢ Nyeri kaki dengan demam, ulserasi dan kemerahan kulit, bisa disebabkan oleh
selulitis dan artritis septik.
➢ Nyeri kaki dengan riwayat trauma dan ketidakmampuan menanggung beban
badan bisa disebabkan oleh fraktur dan sprain.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan pergelangan yang terpuntir atau rotasi, terutama
sesudah jatuh pada sisi kaki, bisa diakibatkan oleh sprain pergelangan kaki dan
fraktur pergelangan kaki.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan benjolan di punggung tumit, biasanya
disebabkan oleh bursitis pra-Achilles.
➢ Nyeri belakang pergelangan kaki yang terasa saat naik tangga, biasanya
disebabkan oleh bursitis retrokalkaneus.
➢ Nyeri pergelangan dengan pembengkakan di belakang pergelangan dan sepatu
yang menggesek bagian dalam pergelangan kaki, biasanya disebabkan oleh
tenosinovitis tibialis posterior.
➢ Nyeri pergelangan pada penari atau olahragawan bisa disebabkan oleh
ketidakstabilan pergelangan kaki dan osteoartritis.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan ketidakmampuan berjalan > 4 langkah segera
sesudah trauma, bisa disebabkan oleh fraktur pergelangan, atau hanya sprain.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan rasa ditembak atau ditendang di belakang
pergelangan, kadang tedengar bunyi “pop”, terjadi mendadak, bisa disebabkan
oleh ruptur atau kontusion tendon Achilles.
• Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu
makan, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 21


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Checklist Anamnesis

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Aspek komunikasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mendengarkan secara aktif
3 Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih
relevan
4 Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien
5 Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6 Menunjukkan empati
Aspek anamnesis
1 Menanyakan identitas pasien: nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan
2 Menanyakan keluhan utama
3 Menggali riwayat penyakit sekarang
• Onset
• Frekuensi
• Sifat munculnya keluhan
• Durasi
• Sifat keluhan
• Lokasi
• Hubungan dengan fungsi fisiologis lain
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4 Menggali riwayat penyakit dahulu:
• Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
• Penyakit lain yang pernah diderita
5 Menggali riwayat penyakit keluarga
• Ada tidaknya penyakit serupa
6 Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
7 Membuat resume anamnesis
8 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk jika
tidak mampu
TOTAL NILAI

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 22
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

DASAR-DASAR BEDAH

PENDAHULUAN
Pembedahan dilakukan dengan menggunakan alat-alat. Seseorang yang
melakukan tindakan bedah harus memiliki pengetahuan mengenai alat yang digunakan.
Selain itu, juga harus memiliki pengetahuan mengenai sarana penunjang lainnya,
misalnya sifat-sifat suatu benda yang dipakai dalam operasi serta penggunaaan bahan
khusus, misalnya benang dan jarum.

A. Alat Bedah Minor


Alat bedah sederhana dibedakan atas 3 instrumen, yaitu instrumen pemotong,
instrumen pemegang, dan instrumen penarik.

a. Instrumen Pemotong
Alat ini dibedakan menjadi 2, yaitu skalpel dan gunting.

- Pisau bedah/Skalpel
Skalpel disebut juga pisau bedah atau pisau operasi. Dalam beberapa literatur,
skalpel dinamakan juga Bistoury atau Bistouries, namun ada yang menyatakan
perbedaan antara Skalpel dengan Bistoury, dimana yang dimaksud dengan Skalpel
adalah pisau operasi yang tidak tajam (konveks), sedangkan yang tajam maupun yang
probe pointed (tumpul) disebut Bistouries.
Pada pisau bedah model lama, mata pisau (blade) dan gagangnya (handle)
bersatu, sehingga bila mata pisau tumpul, harus diasah kembali. Pada model baru, mata
pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya untuk sekali pakai.
Berdasarkan ukuran dan bentuk, baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-
macam, yaitu ukuran Scalpel handle no. 3, 4, 3L, 4L, 5, 7, 8, 9. Terdapat dua nomor
gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan
gagang nomor 3 (untuk mata pisau kecil).
Guna pisau bedah ini adalah untuk menyayat berbagai organ/bagian tubuh. Mata
pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.

Gambar 1. Jenis pisau bedah model lama

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 23


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Gambar 2. Jenis pisau bedah model baru

Gambar 3. Bentuk dan mata pisau (blade)

- Gunting
Gunting adalah suatu alat yang digunakan untuk memotong suatu barang atau
suatu benda. Tergantung dari macam benda yang akan digunting, maka dibuatlah
gunting-gunting khusus dengan nama yang khusus pula. Dalam bahasa Inggris, gunting
disebut scissors, dalam bahasa Belanda disebut schaar atau scharen, sedangkan dalam
bahasa Jerman disebut scheren.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya.
Bentuk dan nama gunting berdasarkan kegunaannya dibedakan atas:
A. Bandage Scissors (gunting perban atau gaas)
B. Ligature Scissors (gunting jahitan luka)
C. Dissecting Scissors (gunting jaringan)
Berdasarkan fungsinya, gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar, biasa digunakan untuk membelah
fascia atau tendo; dan berdasar bentuknya dibedakan menjadi lengkung dan lurus.
2. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran halus untuk
mendeseksi dan memotong jaringan. Berdasarkan bilahnya, juga dibedakan menjadi
lengkung dan lurus. Kedua jenis gunting di atas, kedua ujung atau salah satunya
tumpul.
3. Gunting runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendiseksi dengan cermat, dan
berdasarkan bilahnya dibedakan menjadi bilah lengkung dan bilah lurus.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 24
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

4. Gunting balutan, benang. Bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya tebal ujungnya
tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk menggunting kasa dan benang
serta balutan.

Cara memegang gunting: apabila dipegang dengan tangan kanan, jari-jarinya


tidak diimasukkan lebih jauh dari sendi distal. Tetapi jika dipegang dengan tangan kiri
maka harus dimasukkan lebih jauh dari sendi distal karena gerakan menekan dilakukan
oleh ibu jari.

Gambar 4. Jenis Bandage Scissors

Gambar 5. Jenis Ligature Scissors

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 25


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Gambar 6 Jenis Dissecting Scissors Tipe Metzenbaum

Gambar 7 Jenis Mayo-Scissors

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 26


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

b. Instrumen Pemegang
Instrumen ini dibedakan 3 macam, yaitu:

1. Pemegang jarum
Alat ini dinamakan juga Needle Holder atau Naald Voeder. Alat ini digunakan
sebagai pemegang jarum jahit (nald heacting) serta penyimpul benang. Alat ini
biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang, dan ukurannya bermacam-
macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang; demikian juga ukuran bilahnya. Pemegang
jarum harus dipakai sesuai dengan ukuran jarum yang dipegangnya.
Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille Wood (bentuk seperti klem)
dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga).
Ukuran panjang alat ini bermacam-macam, mulai dari 12 cm, 12,5 cm, 13 cm,
14 cm, 15 cm, 16 cm, 17 cm, 17,5 cm, 18 cm, 20 cm, 21 cm 23,5 cm, 25 cm, 26 cm dan
26,5 cm. Nomor panjang yang paling sering diminta adalah 14-21 cm.

Gambar 8 Jenis Needle Holder tipe Crille Wood

Gambar 9. Jenis Needle Holder tipe Mathew Kusten

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 27


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

2. Pinset
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi.
Pinset ini dibedakan 3 macam:
a. Pinset Chirurgis (Chirurgische Pincet) adalah pinset yang bergigi tajam yang dapat
dipakai untuk memegang jaringan dengan baik, hanya memerlukan tekanan minimal
misalnya: subkutan, otot, fascia. Tetapi tidak dapat memegang struktur yang dapat
berlubang (peritonium, pleura). Gigi pinset ini terdapat pada kedua belah ujungnya,
ada yang bergigi 1 x 2, 2 x 3, 3 x 4. Pinset bergigi 1 x 2 artinya ujung pinset yang
satu bergigi 1 dan ujung sebelah lainnya bergigi 2.
b. Pinset Anatomis atau Anatomische Pincet atau Thumb Forceps atau Dissecting
Forceps. Pinset ini pada bagian dalam kedua belah ujungnya tidak bergigi, namun
bergaris-garis horizontal, biasanya digunakan memegang spons untuk membersihkan
luka. Jika pada bagian dalam ujungnya tersebut bergaris-garis vertikal, maka
dinamakan ligature forceps tipe Ochsner. Pinset ini ada yang lurus dan ada yang
bengkok, dengan ukuran panjang mulai 4,5 inchi, 5 inchi, 5,5 inchi, 6, 7, 8, 10, dan
12 inchi.

Gambar 10. Jenis dan Tipe Pinset Chirurgis dan Pinset Anatomis

3. Klem, sebagai alat untuk penjepit, macam-macamnya adalah:


a. Klem arteri, biasa dipakai sebagai penjepit arteri (hemostat) dilengkapi dengan
pengunci dengan bilah bergigi, ada yang lurus dan ada yang lengkung.
b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis), untuk
memegang kulit dan fascia, atau dikenal dengan klem jaringan.
c. Klem Kocher, klem yang mempunyai bilah yang sangat kuat, dipakai untuk menarik
jaringan yang sangat kuat.
d. Cunan, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin, biasa dipakai untuk menjepit
kasa pembersih luka.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 28


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

c. Instrumen Penarik
Ada jenis yang harus dipegang dengan tangan, maupun ada yang dibiarkan
terpasang tanpa dipegang. Panjang dan lebar bilah serta bentuk gagangnya bervariasi.
Apabila penarik ini mempunyai ujung runcing, tidak boleh digunakan dekat pembuluh
darah atau organ berongga.

B. Teknik Aseptik
Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan adalah
infeksi. Salah satu cara mencegah itu adalah Teknik Kerja Aseptik. Teknik aseptik
adalah satu cara untuk memperoleh dan memelihara keadaan steril. Dasar dari teknik ini
adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, karena itu teknik aseptik yang dipakai
adalah mencegah masuknya infeksi dari luar melalui tempat pembedahan.
Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu:
1. menyucihamakan tempat kerja/pembedahan
2. menyucihamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja
3. sterilisasi alat-alat yang digunakan dalam pembedahan.

1. Menyucihamakan tempat pembedahan


Kulit:
1. dicuci dari kotoran.
2. dibasuh dengan larutan antiseptik (misalnya: yodium, yodofor, alkohol, merkuri
klorida, heksakloroform).
3. cara membasuhnya dari dalam keluar, lamanya 5-10 menit.

Pemasangan kain penutup steril


Pemasangan kain ini berguna untuk mengisolasi daerah pembedahan dari daerah lain
(tubuh lain) yang tidak steril. Kain ini biasanya di tengahnya ada lubang, dan lubang ini
ditempatkan pada daerah pembedahan. Besarnya lubang kain ini bermacam-macam
tergantung kepentingannya.

2. Mencuci hamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja


Tangan
Teknik pencucian tangan
Tujuan :
- menghilangkan kotoran
- menghilangkan lemak
- menghilangkan/mematikan bakteri

Cara:
- Cuci tangan dengan menggunkan bahan antiseptik yang dicampur dengan deterjen
(sebagai pembersih dan desinfektan), misalnya dengan Hibiscrub atau larutan
Betadin.
- Kuku, kulit telapak tangan disikat secara hati-hati, sedangkan kulit punggung
tangan dan lengan tidak perlu disikat, cincin dilepaskan. Pencucian dilakukan pada
air yang mengalir, pembilasan dilakukan setelah 2 menit pemberian antiseptik.
- Posisi tangan harus lebih tinggi daripada siku, dan tangan dibiarkan kering.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 29


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Teknik menggunakan sarung tangan


Tujuan: bagian yang kontak langsung dengan pembedahan harus steril.
Cara:
• Memakai jubah operasi
Sarung tangan diambil oleh tangan yang masih tertutup oleh lengan jubah; (sarung
tangan kanan diambil oleh tangan kiri dan sebaliknya), kemudian diletakkan di ujung
tangan yang lain. Tangan didorong masuk ke sarung tangan, sarung tangan kedua
diambil oleh tangan yang telah memakai sarung tangan, dan diletakkan di ujung tangan
sisi yang lain, kemudian tangan pertama didorong masuk, dan dibenahi sampai rapi dan
posisi sarung tangan di luar jubah operasi.
• Tidak memakai jubah operasi
Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah agar bagian luar sarung tangan tidak
tersentuh oleh tangan dengan langsung. Oleh karena itu sarung tangan steril biasanya
pangkalnya dilipat keluar, agar dapat dipakai pegangan pada saat memakainya.

Bagian tubuh lain


Perlu diperhatikan petugas operasi untuk kerja aseptik biasanya memakai jubah operasi
steril, tutup kepala, dan masker.

Sterilisasi alat-alat (instrumen) dan cairan


Macam-macam cara sterilisasi:
a. Autoclaf uap. Alat biasanya dibungkus, klemudian dimasukkan dalam autoklaf.
Temperatur dinaikkan sampai 120oC dengan tekanan 20-25 pm selama 15-30
menit.
b. Etilen oksida. Alat-alat yang tidak tahan panas, misalnya plastik dan karet, diberi
etilen oksida yang dimasukkan dalam autoklaf khusus. Temperatur dinaikkan 50-
60oC selama 3 jam.
c. Sterilisasi dingin. Dengan meredam alat-alat ke dalam larutan formalin atau
yodofor, tetapi setelah direndam harus dibilas dengan cairan steril.
d. Radiasi sinar gama. Terutama untuk alat-alat yang mudah rusak kalau dipanaskan.
e. Filtrasi. Untuk bahan-bahan cair biasanya disterilkan dengan filtrasi melalui
saringan milipore berukuran 0,22 mikron.

Alat-alat yang sudah disterilkan selama pembedahan ditempatkan pada tempat khusus
yang steril pula.

C. Teknik Menjahit (Hechting)


Dalam prosedur penjahitan suatu luka, yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pengenalan benang,
2. Pengenalan jarum,
3. Pembuatan simpul
4. Penutupan luka

1. Pengenalan benang
Yang perlu diperhatikan dalam memilih benang adalah karakteristik bahan,
daya tahan, dan reaksi jaringan terhadap bahan tersebut, serta ukuran benang.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 30


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Karakteristik bahan benang ditentukan oleh kekuatan, daya regang, dan elastisitas,
kehalusan permukaan, kapilaritas, serta reaksi jaringan terhadap benang tersebut.
Bahan plastik seperti polipropilen tidak cocok digunakan di daerah-daerah yang
mendapat stress berulang kali, tetapi lebih cocok untuk menjahit kulit, karena tidak
meninggalkan parut bekas benang tersebut. Bahan-bahan jenis elastis (poliester, sutra)
dapat menahan stress yang berulang-ulang, biasa dipakai untuk meligasi. Jika benang
permukaan kasar tidak dapat digunakan pada jaringan yang peka terhadap iritasi (mata,
mukosa usus) tetapi tidak memerlukan simpul yang terlalu banyak, sehingga cocok
untuk jahitan jelujur. Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi jaringan yang hebat,
sedangkan bahan organis dapat menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Benang
multifilamen akan menghisap cairan jaringan, hal ini dapat merupakan medium yang
baik untuk menumbuhkan bakteri.
Bahan benang dibedakan menjadi: yang dapat diserap oleh jaringan sehingga
tidak perlu dilepas, sedangkan bahan yang tidak diserap jaringan harus diambil. Jenis
benang yang dapat diserap antara lain: kolagen, catgut, asam poliglikolat (Dexon),
poliglaktin (Vicryl), dan polidioksanon (PDS). Jenis benang yang tidak dapat diserap
antara lain: sutera (multifilamen), benang baja (monofilamen), Nilon (Ethilon), dan
polipropilen.
Ukuran benang baku yang ditetapkan oleh USP & BP (United State
Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari nomor kecil 11/0 (benang mikro)
sampai yang terbesar nomor 6, atau ukuran menurut metrik yang terbagi dalam satuan
sepersepuluh milimeter dari 0,1 sampai 8.

2. Pengenalan Jarum
Ada jarum yang dirancang untuk dipegang dengan tangan, tetapi adapula jarum
yang dirancang untuk dipegang dengan instrumen. Bahannya terbuat dari baja tahan
karat yang ditutup lapisan yang memudahkan jarum tersebut menembus jaringan.
Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu bagian belakang, bagian tengah, dan bagian
ujung. Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang tidak berlubang
(jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis Mayo, jenis French). Tubuh jarum
dapat berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai ukuran panjang, diameter, serta
bentuk penampang. Jarum lurus dapat dipakai pada setiap situasi, asal tidak membelok,
biasa dipakai untuk menjahit kulit. Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit
kulit atau struktur yang lebih dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam, antara
lain ¼, 3/8, ½ atau 5/8 lingkaran.
Kedalaman jaringan yang akan dijahit menentukan kelengkungan jarum
tersebut. Makin dalam jarum yang dipakai, makin melengkung. Ujung jarum bentuknya
bermacam-macam, yaitu:
a. Jarum berujung “taper”, traumanya paling minimal, dapat dipakai untuk menjahit
jaringan lunak (peritonium).
b. Jarum berujung “cutting” (mempunyai 3 sisi tajam), dapat dipakai untuk menjahit
jaringan liat (kulit, tendo).
c. Jarum berujung tapercut (tubuh ramping, dengan 3 sisi tajam), dipakai pada
jaringan liat dengan luka minimal.
d. Jarum taper berujung tumpul, dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh (hepar,
ginjal).

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 31


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

3. Pembuatan Simpul
Dalam membuat simpul, yang perlu diketahui adalah: (1) jenis simpul, (2)
membuat simpul dengan satu tangan, (3) membuat simpul dengan dua tangan, dan (4)
membuat simpul dengan instrumen, dan (5) memotong benang.

(1) Jenis simpul. Jenis dan nama simpul dapat dilihat pada gambar berikut:
A. Square knot
B. Surgeon’s knot
C. Granny knot

Gambar 11. Jenis simpul A. Square knot; B. Surgeon’s knot; C. Granny knot

(2) Membuat simpul dengan satu tangan


Teknik dan cara pembuatan simpul dengan 1 tangan terlihat pada gambar
berikut.

Gambar 12. Membuat simpul dengan satu tangan

(3) Membuat simpul dengan dua tangan

Gambar. 13. Membuat simpul dengan dua tangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 32


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

(4) Membuat simpul dengan instrumen

Gambar 14. Membuat simpul dengan instrumen

(5) Memotong benang


Pada luka, benang dipotong sedikit, mungkin dengan simpul. Caranya: ujung
gunting yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong, digeser
sampai ke simpul, diputar miring 45o kemudian dikatupkan. Pada jahitan jelujur dan
jahitan struktur yang penting, benang simpul dipotong agak panjang untuk mencegah
simpul terurai, tetapi tetap harus lebih pendek terhadap jarak jahitan berikutnya.
Perhatian:
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat menimbulkan
bekas.
2. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vaskularisasi lebih
banyak.

4. Penutupan Luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau
jelujur.
o Jahitan sederhana dapat dibuat terpisah atau jelujur.
o Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun jelujur.
o Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada
pus (cairan), dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 33


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

o Jahitan matras vertikal berguna untuk merapatkan tepi luka secara tepat, tetapi
tidak boleh dipakai pada tempat yang perdarahannya (vaskularisasinya) kurang.
o Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk menjahit
subkutis, karena kulit akan bergelombang.
o Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat, tetapi kalau terputus, seluruhnya
akan terbuka.
o Jahitan jelujur berkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan benang
di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.

Penggunaan jahitan terputus untuk menjahit kulit


Cara:
1. Gunakan pinset diseksi bergigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2. Jarum lengkung jenis “tapercut” dengan benang nilon monofilamen nomor 3/0
dipasang pada klem pemegang jarum. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3 depan
dan 1/3 belakang, lalu gagang klem dikunci.
3. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk 90 o dan bahu abduksi,
jarum ditusukkan di kulit secara tegak lurus.
4. Penusukkan dilakukan 1 cm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit pinset.
5. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi bahu
yang serentak. Jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai dengan
lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal.
6. Setelah jarum muncul kembali dibalik kulit, jarum dijepit dengan klem pemegang
jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya, karena dapat
patah atau bengkok).
7. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
8. Tusukkan lagi tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama, dan
cara yang sama; setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan
2x1x2 (surgeon’s knot).
9. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
10. Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.

Menjahit subkutis
Menjahit lemak subkutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan
simpul terkubur. Cara:
1. Pada jahitan ini, lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara lemak dan
dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator.
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan jauh ke
jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal, lalu jarum ditembuskan dengan
gerak supinasi.
6. Setelah nomor 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan
dengan gerakan pronasi serta supinasi, jarum ditusukkan dari arah permukaan ke
lapisan dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan dipotong.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 34


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Checklist Melakukan Identifikasi Alat

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Menyebutkan nama dan jenis alat yang ditentukan.
Menjelaskan fungsi alat dan kondisi klinis yang mempersyaratkan
2.
digunakannya alat yang bersangkutan
3. Memperagakan teknik menggunakan alat yang ditentukan

TOTAL NILAI

Checklist Mensucihamakan Tempat Pembedahan

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Sebelum melakukan tindakan, melakukan cuci tangan terlebih dahulu

2. Meminta izin kepada pasien


Menggunakan alat (pinset anatomis/klem arteri) yang tepat untuk
3.
memegang kapas/kassa.
Membersihkan luka/tempat pembedahan dengan larutan Betadine
4.
dengan cara dari dalam ke arah luar
Membersihkan luka/tempat pembedahan dengan Alkohol 70% dengan
5.
cara dari dalam ke arah luar
6. Memasang duk steril pada tempat pembedahan .

TOTAL NILAI

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 35


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Checklist Melakukan Tindakan Hechting Luka

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Memilih jenis alat yang sesuai (needle holder dan pinset) untuk
1.
melakukan tindakan Hechting pada luka yang telah ditentukan.
Memilih jenis jarum sesuai untuk melakukan tindakan Hechting pada
2.
luka yang telah ditentukan.
Memilih dan menggunakan jenis benang yang sesuai dengan jenis,
3.
keadaan, dan lokasi luka, serta kondisi klinis pasien
4. Melakukan langkah-langkah teknik Hechting yang sesuai
Menentukan dan mampu membuat simpul yang baik serta memotong
5.
benang
Melakukan tindakan menutup luka dengan kasa steril yang diberi
6.
larutan antiseptik
7. Melakukan cuci tangan

8. Memberikan informasi dan komunikasi terkait luka pada pasien

TOTAL NILAI

Checklist Membuat Simpul dengan Tangan

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Meletakkan posisi benang pada kedua tangan dengan tepat.
Melakukan langkah-langkah membuat simpul square knot dengan satu
2.
tangan
Melakukan langkah-langkah membuat simpul square knot dengan dua
3.
tangan
4. Melakukan langkah-langkah membuat simpul sergeon’s knot

TOTAL NILAI

Keterangan: 0 = tidak dilakukan, 1 = dilakukan, tetapi tidak benar, 2 = dilakukan


dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 36


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

Tujuan
1. Menahan sesuatu, misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya, agar
tidak bergeser dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian tubuh itu tidak
bergerak
4. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi

Macam
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril

1. Mitella
• Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.
• Pembalut ini dipergunakan pada bagian tubuh yang terbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota yang cedera.
• Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
• Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 37


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

2. Dasi
• Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu segitiga agar beberapa lapis
dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya
antara 5-10 cm.
• Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki
terkilir.

3. Pita
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel, atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kassa. Hal ini dikarenakan kasa mudah meyerap air dan darah, serta
tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
• 2,5 cm untuk jari-jari
• 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
• 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
• 10 cm untuk paha dan sendi pinggul
• 10-15 cm untuk dada, perut, dan punggung

4. Plester
• Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
• Khusus untuk menutup luka biasa dilengkapi dengan obat antiseptik

5. Pembalut
Beberapa pembalut yang spesifik:
• Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambahi dengan kassa penutup luka
dan steril, baru dibuka pada saat akan digunakan, sering dipakai pada luka-luka
lebar yang terdapat pada badan.
• Sofratulle: kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman.
Biasa dipergunakan pada luka-luka kecil.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 38
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

6. Kassa steril
• Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang
sudah diberi obat-obatan antibiotik atau antiseptik.
• Setelah ditutup, kasa itu kemudian baru dibalut

Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini.
• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desifektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi, perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun, dan dicuci dengan zat antiseptik.
• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu), kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
• Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi perdarahan, tindakan penghentian perdarahan dapat dilakukan
dengan cara:
• Pembalut tekan, dipertahankan sampai perdarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
• Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
• Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila perdarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan di lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi
dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket.
Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda
torniket sudah kencang adalah menghilangnya denyut nadi di distal dan
kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka
ditekan dengan kasa steril.
• Elevasi bagian yang terluka

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 39


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:


• Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
• Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain.
• Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
• Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, yang
paling bawah letaknya di sebelah distal.
• Tidak mudah kendor atau lepas

Cara Membalut
1. Dengan Mitella
• Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak satu sampai tiga kali.
• Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut,
lalu ditarik secukupnya, dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
• Salah satu ujung bebas ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan, atau diikat pada
tempat lain, maupun dibiarkan bebas. Hal ini tergantung tempat dan
kepentingannya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 40


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 41


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 42


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 43


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

2. Dengan Dasi
• Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan
masing-masing ujung lancip.
• Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
• Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
• Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

Membuat pembalut dasi (cravat)


dari mitella

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 44


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 45


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

3. Dengan Pita (pembalut gulung)


• Berdasarkan besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan
pita ukuran lebar yang sesuai
• Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan
dibalut lalu dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling
menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan
berikutnya.
• Kemudian ujung yang dalam tadi di atas diikat dengan ujung yang lain
secukupnya

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 46


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

• Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):


o Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
o Pastikan bahwa perban tergulung kencang
o Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan
dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan
ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu
balut lurus 2 kali.
o Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
o Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan
peniti atau jepitan perban.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 47


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 48


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

4. Dengan Plester (pembalut berperekat)


Luka Terbuka
• Luka diberi obat antiseptik
• Tutup luka dengan kassa
• Baru letakkan pembalut plester

Luka terbuka longitudinal pada tapak tangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 49


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Luka terbuka transversal pada tapak tangan

• Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid,
Handyplast dsb).

Untuk Fiksasi (patah tulang atau terkilir)


• balutan plester dibuat strapping dengan membebat berlapis-lapis dari distal ke
proksimal, dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing
ujungnya difiksasi dengan plester

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 50


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

5. Dengan Pembalut Steril


• Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru akan dibuka pada saat akan
digunakan

6. Kassa steril
• Kasa steril adalah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
• Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 51


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain yang
kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat, dan mengurangi rasa
sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan
lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok
karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah, sehingga mencegah
terjadinya infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah,
tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor,
sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya
untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman
dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka,
pembalutan, dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
• Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
• Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang
patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
• Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat, terlihat tidak
sama bentuk dan panjangnya.
• Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali
tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau
penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 52


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada
permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Syarat Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
lebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang
patah
6. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah bidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan, dan alat pengikat perlu dilepas.

Beberapa patah tulang yang memerlukan pertolongan dengan pembidaian adalah patah
tulang tungkai bawah, dan patah tulang tungkai atas

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 53


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 54


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Checklist Pembalutan Dan Pembidaian

Pembalutan
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Meminta izin kepada pasien untuk melakukan pembalutan
2 Melakukan cuci tangan sebelum melakukan kegiatan
3 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cedera (inspeksi
gerakan)
4 Melakukan tindakan pra-pembalutan (membersihkan luka,
mencukur, desinfeksi kasa steril)
5 Memilih jenis pembalutan yang tepat dan persiapan
pembalutan
6 Cara pembalutan dilakukan dengan benar, baik posisi
maupun arah pembalutan
7 Hasil balutan:
1. rapi
2. tidak mudah lepas
3. tidak mengganggu peredaran darah
4. tidak mengganggu anggota gerak lain
8 Melakukan cuci tangan setelah kegiatan
9 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk jika diperlukan
TOTAL NILAI

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 55


Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal

Pembidaian
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Meminta izin kepada pasien
2 Melakukan cuci tangan
3 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibidai
4 Memilih dan mempersiapkan bidai yang sudah dibalut
dengan pembalut
5 Melakukan pembidaian melewati dua sendi dengan jumlah
ikatan yang cukup
6 Hasil pembidaian:
1. harus cukup jumlahnya
2. dimulai dari atas atau bawah tempat yang patah
3. tidak kendor atau keras
7 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
8 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk pasien dan
melakukan edukasi terkait penyakitnya
TOTAL NILAI
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2018/2019 56

Anda mungkin juga menyukai