DISUSUN OLEH
TIM BLOK KKD 3
MEDICAL EDUCATION UNIT
FAKULTAS KEDOKTERAN EDITOR
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D
BANJARMASIN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL
INDONESIA (KKNI)
DISUSUN OLEH
TIM BLOK KKD 3
EDITOR
dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan Modul Blok Keterampilan Klinik Dasar (KKD) III ini.
Penerbitan Buku Modul Blok Keterampilan Klinik Dasar III ini bertujuan agar proses
pembelajaran, khususnya Keterampilan Klinik, dalam sistem kurikulum berbasis kompetensi
dapat berjalan dengan lancar, baik dalam proses dalam proses maupun evaluasinya. Buku
modul ini diharapkan dapat memberikan panduan kepada institusi pendidikan, dosen,
mahasiswa dan staf administrasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama tim blok, tim
kontributor, tim MEU dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam membuat buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
Fakultas yang telah berkontribusi aktif.
Kami menyadari masih banyak yang perlu diperbaiki demi kesempurnaan buku ini.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tim Blok
DAFTAR ISI
Halaman
1. Pendahuluan 1
2. Tujuan Blok 1
3. Praktik Keterampilan 1
4. Penilaian 1
5. Tata Tertib 2
6. Tim dan Kontributor Blok 3
7. Referensi 3
1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang
dokter juga dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai
kondisi yang diderita pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan
agar bisa menjadi materi acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang
diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 3 ini akan dilaksanakan pada semester 5. Pada
semester ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam teknik
komunikasi efektif dalam pengambilan anamesis pasien, serta teknik pemeriksaan dan
tindakan medis dan bedah pada tiga sistem, yaitu sistem muskuloskeletal, sistem
hemopoietik dan limforetikuler, serta sistem urogenital. Khusus untuk Modul ini, akan
dipelajari tiga keterampilan klinis yang akan diselesaikan dalam 6 minggu, yaitu teknik
anamnesis pada gangguan muskuloskeletal, teknik dasar bedah, dan teknik balut dan
bidai.
2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 3 pada sistem
muskuloskeletal ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan anamnesis pada berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal dengan
benar.
b. Melakukan teknik dasar pembedahan (penyucihamaan tempat pembedahan,
penjahitan luka, dan pembuatan simpul) dengan benar.
c. Melakukan pembalutan dan pembidaian dengan benar.
3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan
keterampilan anamnesis, keterampilan prosedural (teknik dasar bedah), dan keterampilan
terapeutik (pembalutan dan pembidaian). Pada blok ini, masing-masing keterampilan
dilatihkan secara demonstrasi oleh instruktur pada pertemuan pertama, kemudian
mahasiswa akan melakukan sendiri keterampilan tersebut untuk pertemuan kedua.
4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian:
• Kehadiran skills lab & Ujian Skills: 100%
• Etika pada skills lab & Ujian Skills: sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas:
• Pretest : 10%
• Posttest : 15%
• Nilai harian skills lab : 35%
• Ujian Skills : 40%
c. Standar Penilaian
Penilaian Acuan Patokan (PAP)/criterion-reference dengan nilai patokan
berdasarkan aturan institusi.
5. TATA TERTIB
a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skills lab dan Ujian Skills
(100%).
b. Ketidakhadiran harian skills lab dan Ujian Skills hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter (surat sakit
maksimal 3 hari terhitung sejak hari pertama sakit).
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti, dengan surat keterangan dari
orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas, dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/Ujian Skills dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b) di atas, maka akan mendapat nilai nol (0).
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/Ujian Skills dengan alasan seperti yang
tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills lab/Ujian Skills
sesuai dengan ketentuan administratif yang telah ditetapkan oleh MEU dan
diwajibkan mengerjakan tugas tambahan.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian
waktu, dan nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol).
f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan Ujian Skills dengan alasan yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu Ujian Skills.
g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan Ujian Skills dengan alasan selain
yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan
penggantian waktu, dan nilai Ujian Skills adalah 0 (nol)
h. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika, maka dinyatakan
tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya
7. SUMBER REFERENSI
1. Darce J, Kopelinann P. A Handbook of clinical skills. London: Hanson, 2004
2. Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s
principles of internal medicine. 17th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008
3. Frenkel M, Koster M, Sibuea H. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani.
Jakarta: Sagung Seto, 2007.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
2006.
5. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills 2nd ed. Nottingham: Oxford University Press, 2007.
Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah
panduan anamnesis untuk gangguan sistem muskuloskeletal:
1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan.
2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem muskuloskeletal, keluhan utama
yang sering muncul adalah:
• Nyeri leher
• Nyeri bahu
• Nyeri lengan dan tangan
• Nyeri punggung bawah (low back pain)
• Nyeri bokong, panggul, dan paha
• Nyeri lutut dan betis
• Nyeri kaki
Keluhan pada sistem muskuloskeletal tidak terbatas pada keluhan-keluhan utama di
atas. Masih banyak kemungkinan keluhan utama lain yang bisa muncul, Modul ini
hanya pengantar, diharapkan mahasiswa meningkatkan keterampilan anamnesisnya
dengan mempelajari penyakit-penyakit di sistem muskuloskeletal beserta gejala-
gejalanya.
3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan
penggalian lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti
pada waktu anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah:
• Onset: kapan pertama kali muncul keluhan.
• Frekuensi: berapa sering keluhan muncul.
• Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis
(sudah lama), atau intermitten (hilang timbul).
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2021/2022 4
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal
dirasakan di bagian anterior leher. Selain itu, nyeri leher juga bisa diakibatkan oleh nyeri
alih (referred pain) dari bagian tubuh lain.
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk nyeri leher:
• Nyeri leher anterior adalah nyeri di bagian depan leher, yang bisa bersumber dari
kelenjar limfonodi servikal, otot sternoklavikular, trakhea, faring, arteri karotis, tiroid,
atau esofagus. Nyeri alih dari jantung, paru-paru, atau perikardium biasanya juga
dirasakan di bagian anterior leher.
• Nyeri leher posterior adalah nyeri yang dirasakan di satu atau kedua sisi otot
paraspinal atau di otot trapezius, yang bisa disebabkan oleh herniasi diskus servikalis,
penekanan radix syaraf, hipertrofi atau penebalan sendi zygapofisis, dan stenosis
spinalis kongenital.
• Kaku leher (neck stiffness) adalah istilah umum untuk penurunan mobilitas leher,
biasanya diakibatkan oleh artritis sendi zygapofisis atau trauma leher dengan spasme
otot leher atau otot trapezius. Penyebab lain adalah polimyalgia rematik, infeksi lokal,
dan meningitis.
• Neuralgia oksipital adalah nyeri yang dirasakan di basis cranii di pertemuan antara
tulang oksipital dan corpus tulang atlas. Nyeri bisa menjalar ke belakang kepala sesuai
distribusi radix nervus servikalis kedua. Nyeri biasanya dialihkan ke verteks kepala
atau dahi.
• Whiplash adalah trauma akselerasi atau deselerasi cepat pada jaringan lunak atau
struktur tulang leher.
• Chronic neck overuse, misalnya akibat hiperekstensi leher kronis karena bekerja
menengadah dalam waktu lama, atau hiperekstensi leher untuk memfokuskan
penglihatan saat membaca, dan sebagainya.
• Polimyalgia rematik merupakan kondisi inflamasi yang menyebabkan nyeri dan
kekakuan leher dan bahu.
Saat menemukan pasien dengan nyeri leher (apalagi pasien tidak sadar dengan
tanda trauma di leher), paling awal adalah kita harus menentukan apakah ini kondisi yang
mengancam jiwa atau menyebabkan disabilitas. Bila leher stabil secara mekanis dan tidak
ada risiko fraktur leher, trauma medulla spinalis atau gangguan saluran nafas, barulah
dilakukan stratifikasi nyeri leher berdasarkan penggalian keluhan di bawah ini. Apabila
ternyata pasien berisiko untuk mengalami fraktur leher, trauma medulla spinalis atau
gangguan saluran nafas, maka tindakan basic life support (A, B, C) harus dilakukan
terlebih dahulu.
Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri leher, lakukan penggalian tentang
keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
➢ Nyeri leher yang muncul secara intermitten selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan bisa disebabkan oleh artritis leher kronis ataupun chronic neck
overuse.
• Sifat munculnya nyeri leher: apakah nyeri lehernya akut atau kronis? Nyeri leher akut
biasanya disebabkan oleh kondisi akut akibat trauma atau eksaserbasi akut dari
kondisi kronis, sedangkan kondisi lain biasanya menyebabkan nyeri leher kronis.
Nyeri Bahu
Nyeri bahu bisa disebabkan oleh berbagai struktur di sekitar bahu, seperti tulang
(skapula, humerus, klavikula), sendi (sendi glenohumeralis, akromioklavikularis,
sternoklavikularis), ligamen (ligamen akromioklavikularis, korakoklavikularis,
glenohumeralis), otot (otot trapezius, deltoideus, levator skapula, romboideus, rotator
cuff, triseps brachii, serratus anterior, pektoralis, teres mayor, latissimus dorsi), tendon
(tendon biseps, supraspinarus, infraspinatus, subskapularis, teres minor), bursa (bursa
subakromialis, bursa subkorakoid), dan syaraf (nervus subskapularis, nervus thorakalis
longus, dan nervus skapularis dorsi).
Penyebab tersering nyeri bahu adalah impingement syndrome, robekan rotator
cuff, dan frozen shoulder. Pasien berusia muda biasanya lebih sering menderita
impingement syndrome, tendinitis, trauma, dan ketidakstabilan sendi. Pasien berusia tua
umumnya lebih sering menderita robekan rotator cuff.
Nyeri bahu juga bisa merupakan penjalaran dari kondisi lain, misalnya gangguan
tulang servikal, angina pektoris/infark myokard, perikarditis, diseksi aorta, emboli paru,
pneumothoraks, pneumonia, pleuritis, Pancoast tumor, neoplasma di mediastinum dan
abdomen, gangguan esofagus, infark limpa, ruptur limpa, abses subfrenik, abses hati,
kolesistitis, ulkus peptik, dan pankreatitis.
Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri bahu, lakukan penggalian tentang
keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi. Onset nyeri bahu yang mendadak bisa disebabkan oleh trauma,
robekan tendon, infeksi, artritis akut, dan nyeri alih (referred pain) akut.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya? Waktu munculnya bisa dikaitkan dengan penyebabnya, misalnya
aktivitas atau trauma tertentu. Nyeri bahu yang terus-menerus bisa diakibatkan oleh
frozen shoulder, fraktur, infeksi, dan tumor.
• Sifat munculnya nyeri bahu: apakah nyeri bahunya akut atau kronis?
• Sifat nyeri bahu: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat trauma/aktivitas
repetitif/gejala yang berhubungan dengan nyeri, gerakan/posisi yang memperberat
nyeri (pasien bisa diminta untuk menggerakan sendi bahu di berbagai bidang sendi),
serta kemungkinan adanya rasa kesemutan/kelemahan lokal. Apabila nyeri tidak
dieksaserbasi oleh gerakan, kemungkinan besar nyerinya adalah nyeri alih (referred
pain).
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri bahu yang terjadi sesudah trauma bahu atau jatuh, bisa disebabkan oleh
robekan tendon, kontusio, perdarahan, subluksasi, dislokasi, dan fraktur.
➢ Nyeri bahu yang diakibatkan oleh usaha menggerakkan lengan bisa disebabkan
oleh jepitan atau robekan rotator cuff, artritis, dan polimyalgia rematik.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan pembengkakan bisa diakibatkan oleh artritis,
infeksi, perdarahan sendi, dan tumor maligna. Bila pembengkakannya
monoartikular, mungkin disebabkan oleh osteoartritis, gout, pesudogout, infeksi,
keganasan, dan perdarahan sendi. Bila pembengkakannya poliartikular, bisa
disebabkan oleh artritis rematoid dan gout.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan demam, berkeringat malam atau penurunan berat
badan bisa diakibatkan oleh nyeri alih (referred pain) dari penyakit di dada atau
abdomen, gangguan sistemik, dan infeksi lokal (artritis septik atau abses jaringan
lunak).
➢ Nyeri bahu dengan rasa kaku yang berlangsung > 60 menit di pagi hari (morning
stiffness) yang berkurang dengan aktivitas dan memburuk bila diistirahatkan
biasanya disebabkan oleh polimyalgia rematik atau artritis sistemik (misalnya
artritis rematoid).
➢ Nyeri bahu dengan kekakuan yang konstan biasanya disebabkan oleh frozen
shoulder.
➢ Nyeri bahu yang disertai dengan sesak nafas bisa disebabkan oleh penyakit
jantung atau paru-paru.
➢ Nyeri bahu dengan riwayat penggunaan kortikosteroid dosis tinggi mungkin
disebabkan oleh osteonekrosis.
➢ Nyeri bahu yang bertambah berat dengan gerakan bahu pada semua bidang gerak
biasanya disebabkan oleh artritis dan frozen shoulder. Nyeri bahu yang terjadi
dengan gerakan bahu hanya pada bidang tertentu bisa diakibatkan oleh tendinitis
dan penjepitan tendon.
➢ Nyeri bahu yang bertambah dengan mengangkat tangan di atas kepala biasanya
disebabkan oleh impingement syndrome. Nyeri bahu yang timbul akibat aktivitas
repetitif mengangkat tangan biasanya disebabkan oleh impingement syndrome,
tendinitis, dan robekan otot atau tendon.
➢ Nyeri bahu yang bertambah dengan gerakan leher bisa disebabkan oleh
radikulopati servikal.
➢ Nyeri bahu dengan kelemahan/rasa kebas/kesemutan/rasa terbakar/rasa ditusuk-
tusuk pada lengan biasanya disebabkan oleh radikulopati atau neuropati servikal.
➢ Nyeri bahu dengan bahu yang tidak stabil disebabkan oleh dislokasi atau
subluksasi.
• Lokasi nyeri bahu: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyeri bahunya,
kemudian diminta untuk menunjukkan penjalaran nyerinya, apabila ada. Lokasi nyeri
bahu bisa menunjukkan kemungkinan struktur muskuloskeletal mana yang
mengakibatkan nyeri. Apabila pasien sulit menunjukkan lokasi tepat nyerinya,
pertimbangkan kemungkinan adanya nyeri alih (referred pain).
➢ Nyeri deltoid lateral biasanya menunjukkan adanya impingement syndrome.
➢ Nyeri bahu depan bisa diakibatkan oleh gangguan sendi akromioklavikularis,
sendi glenohumeralis, atau gangguan pada tendon di bagian anterior (misalnya
tendinitis biseps).
➢ Nyeri di aksilla bisa disebabkan oleh nyeri alih (referred pain) dari mediastinum.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri bahu: minum obat tertentu (lengkap
dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).
aktivitas terkait pekerjaan. Nyeri di sendi tangan sering diakibatkan oleh penyakit
degeneratif atau inflamasi.
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk nyeri lengan dan tangan:
• Entrapment neuropathy adalah nyeri dan hilangnya fungsi karena sebuah syaraf
melewati rongga fisiologis yang menyempit akibat trauma atau inflamasi akut atau
kronis.
• Nyeri neuropatik adalah nyeri di suatu regio akibat hasil inflamasi atau trauma syaraf,
dan penyakit neurologis.
• Overuse syndrome adalah nyeri dan inflamasi akibat penggunaan struktur anatomis
regional secara intens dan repetitif dalam aktivitas kerja atau rekreasional.
• Epikondilitis adalah nyeri dan inflamasi daerah dimana tulang dan tendon bertemu.
• Tennis elbow/epikondilitis lateral adalah peregangan perlekatan otot ekstensor
pergelangan tangan di humerus, biasanya terjadi pada pemain tenis dengan teknik
yang buruk.
• Golfer’s elbow/epikondilitis medial adalah peregangan tendon fleksor kommunis.
Apabila nervus ulnaris terlibat, akan terasa kesemutan.
• Olecranon bursitis adalah adanya cairan inflamasi yang terakumulasi di bursa, yang
sering terjadi sesudah trauma lokal, bisa terjadi secara spontan pada pasien gout,
pseudogout atau artritis rematoid.
• Cubital tunnel syndrome adalah sindrom akibat kompresi nervus ulnaris saat melewati
siku, mengakibatkan nyeri. Orang yang melakukan fleksi siku secara repetitif saat
menarik engkol, menjangkau sesuatu atau mengangkat barang berisiko terkena
sindrom ini.
• Carpal tunnel syndrome adalah kompresi nervus medianus di dalam canalis carpi
pergelangan tangan dengan rasa nyeri dan hilangnya fungsi 2 atau 3 jari pertama di
tangan. Bisa diakibatkan oleh overuse, kehamilan, atau hipotiroidisme.
• DeQuervain tenosynovitis adalah kondisi peradangan akibat tindakan memegang atau
memeras secara repetitif yang menyebabkan pembengkakan sehingga tendon otot
abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis longus sulit bergeser di terowongan
sepanjang sisi pergelangan tangan di atas ibu jari.
• Intersection syndrome adalah tenosinovitis di pergelangan tangan, yaitu di
kompartemen dorsal pertama dan kedua.
• Thoracic outlet syndrome adalah kompresi syaraf dan pembuluh darah (yang
menyuplai lengan) di daerah bahu akibat gerakan repetitif lengan di atas kepala atau
diekstensikan ke depan.
bisa diakibatkan oleh carpal tunnel syndrome. Nyeri yang terasa sehari sesudah
aktivitas dilakukan sering diakibatkan oleh epikondilitis.
• Sifat munculnya nyeri lengan/tangan: apakah nyerinya akut atau kronis?
• Sifat nyeri lengan/tangan: Tanyakan tentang keparahan nyeri, kualitas nyeri, riwayat
pekerjaan/aktivitas/trauma/gejala yang berhubungan dengan nyeri, gerakan/posisi
yang memperberat nyeri, serta kemungkinan adanya rasa kesemutan/kelemahan
lokal.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri hebat bisa disebabkan oleh
artritis (saat istirahat), osteomyelitis (saat bergerak), gout, infeksi, dan trauma.
➢ Kualitas nyeri. Nyeri tajam bisa diakibatkan oleh neuropati akibat terjepitnya
syaraf. Nyeri terbakar bisa diakibatkan oleh nyeri neuropatik. Nyeri yang
berdenyut bisa diakibatkan oleh gangguan inflamatorik atau vaskular.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan. Bila pasien bekerja pada sebuah roda
berjalan di pabrik, mungkin disebabkan oleh thoracic outlet syndrome akibat
gerakan bahu yang repetitif. Bila pekerjaannya menjahit atau mengoperasikan
komputer, bisa disebabkan oleh carpal tunnel syndrome akibat gerakan
pergelangan tangan yang repetitif. Bila pekerjaannya operator gergaji listrik atau
bor pneumatik, bisa disebabkan oleh Raynaud’s syndrome akibat paparan kronis
terhadap vibrasi. Bila pekerjaannya menggunakan palu, gergaji atau obeng, bisa
disebabkan oleh DeQuervain tendinitis dan trigger finger.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas di saat tidak bekerja. Bila pasien suka
main golf atau tennis, bisa diakibatkan oleh epikondilitis medial atau lateral. Bila
pasien adalah peminum alkohol, bisa disebabkan oleh olecranon bursitis
(drinker’s elbow) akibat trauma berulang karena sering bersandar ke bar. Bila
pasien adalah pemain musik, bisa disebabkan oleh cubital tunnel syndrome,
terutama pada pemain saksofon. Bila pasien senang berdiam diri di depan televisi
dan suka merokok, bisa disebabkan oleh penyakit arteri koroner.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan berjam-jam atau
berhari-hari atau berminggu-minggu atau nyeri yang timbul sesudah melakukan
aktivitas yang sudah lama tidak dilakukan biasanya diakibatkan oleh overuse
syndrome.
➢ Nyeri disertai pembengkakan sendi (kesulitan melepas cincin, memakai arloji)
sering terjadi pada artritis rematoid dan gout.
➢ Nyeri yang dirasakan saat adanya gerakan biasanya terjadi pada efusi sendi,
seperti pada osteoartritis.
➢ Nyeri yang dirasakan saat istirahat biasanya diakibatkan oleh proses inflamasi
seperti artritis rematoid.
➢ Nyeri lengan yang diinduksi oleh bersin, batuk, hiperekstensi leher, mungkin
disebabkan oleh radikulopati servikal.
➢ Nyeri lengan yang diinduksi atau bertambah dengan gerakan memutar kepala atau
fleksi lateral leher biasanya disebabkan oleh lesi servikalis.
➢ Nyeri lengan sesudah makan bisa disebabkan oleh GERD.
➢ Nyeri yang disebabkan oleh sentuhan ringan bisa disebabkan oleh nyeri
neuropatik (misalnya entrapment neuropathy).
➢ Nyeri yang muncul bila memegang suatu obyek dalam waktu lama bisa
disebabkan oleh carpal tunnel syndrome dan intersection syndrome.
➢ Nyeri yang timbul sesudah paparan terhadap dingin bisa disebabkan oleh
Raynaud’s phenomenon.
➢ Nyeri yang disertai dengan demam dan menggigil bisa disebabkan oleh artritis
septik.
➢ Nyeri yang disertai rasa kesemutan, kebas, atau rasa terbakar di lengan bisa
disebabkan oleh nyeri neuropatik (misalnya entrapment neuropathy) dan
neuropati perifer.
➢ Nyeri lengan kiri dengan sesak nafas, nyeri dada, pusing atau palpitasi
diakibatkan oleh penyakit jantung iskemik atau kondisi kardiopulmoner lain,
selain itu bisa juga disebabkan oleh fatigue dan ansietas.
• Lokasi nyeri lengan/tangan: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya.
Lokasi nyeri bisa menunjukkan kemungkinan struktur muskuloskeletal mana yang
mengakibatkan nyeri.
➢ Nyeri pada sekitar sendi bisa disebabkan oleh struktur periartikular, seperti
tendinitis, bursitis, dan gangguan tulang. Nyeri akibat gangguan sendi biasanya
terasa langsung di sendi, bukan pada tulang di sekitar sendi.
➢ Nyeri pada siku bisa diakibatkan oleh artritis septik, gout atau pseudogout,
trauma, nyeri neuropatik karena entrapment neuropathy, dan epikondilitis medial
atau lateral.
➢ Nyeri pada pergelangan tangan bisa diakibatkan oleh neuropati karena
entrapment neuropathy (misalnya nervus medianus) dan tendinitis.
➢ Nyeri pada sendi metakarpofalangealis bisa diakibatkan oleh artritis rematoid dan
kadang-kadang gout.
➢ Nyeri pada sendi interfalang proksimal bisa diakibatkan oleh artritis rematoid,
Bouchard nodes pada osteoartritis (sering tidak nyeri).
➢ Nyeri pada sendi interfalang distal bisa diakibatkan oleh osteoartritis (Heberden
node yang lebih sering tidak nyeri), dan artritis psoriatik.
➢ Nyeri pada sendi karpometakarpal jari pertama bisa disebabkan oleh osteoartritis.
➢ Nyeri pada tiga jari pertama biasanya disebabkan oleh carpal tunnel syndrome
akibat kompresi nervus medianus di pergelangan tangan.
➢ Nyeri di sisi ulnar tangan bisa disebabkan oleh lesi nervus ulnaris (biasanya di
siku) atau lesi pleksus brachialis.
➢ Nyeri di jari atau ujung jari bisa disebabkan oleh Raynaud’s phenomenon/disease.
➢ Nyeri di sepanjang ekstremitas, baik pada sendi dan otot bisa disebabkan oleh lesi
syaraf atau pembuluh darah, kompresi radix syaraf, thoracic outlet syndrome, lesi
syaraf perifer, referred pain, dan penyakit jantung iskemik.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri lengan/tangan: minum obat tertentu
(lengkap dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk gangguan dengan ciri nyeri punggung
bawah:
• Sciatica/ischialgia adalah nyeri yang menjalar menuruni tungkai bawah sampai
melewati lutut, sesuai distribusi nervus ischiadicus/sciatic, paling sering disebabkan
oleh kompresi radix syaraf L4, L5, atau S1.
• Stenosis spinal adalah penyempitan canalis spinalis yang mengakibatkan kompresi
korda spinalis atau cauda equina. Sebagian besar terjadi pada pasien usia tua dengan
perubahan degeneratif tulang belakang.
• Cauda equina syndrome adalah radikulopati kompresif akut pada radix nervus
sakralis yang menyusun cauda equina. Gejalanya bisa berupa nyeri punggung yang
hebat, inkontinensia urine dan fecalis, saddle anesthesia, dan kelemahan tungkai.
konstan tetapi bertambah buruk dengan istirahat biasanya disebabkan oleh sebab
non-mekanis.
➢ Nyeri punggung bawah yang kronis pada pasien dengan riwayat kanker atau
berusia > 50 tahun dengan penurunan berat badan yang signifikan yang tidak
diketahui penyebabnya, perlu dipertimbangkan adanya malignansi.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien dengan riwayat penggunaan kortikosteroid
selama > 1 bulan, ada trauma yang baru saja terjadi, berusia > 70 tahun, bisa
mengarahkan pada fraktur kompresi osteoporotik.
➢ Nyeri punggung bawah yang terus meningkat saat berjalan, atau berkurang
dengan duduk atau membungkuk ke depan biasanya disebabkan oleh stenosis
spinal.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien yang baru saja mendapat obat injeksi, atau
mengkonsumsi obat imunosupresan, atau terpasang infus atau kateter, mungkin
disebabkan oleh osteomyelitis vertebra atau abses paraspinal.
➢ Nyeri punggung bawah pada pasien yang mengalami kekakuan di pagi, nyerinya
berkurang dengan aktivitas fisik, keluhan dirasakan minimal sudah 3 bulan, dan
biasanya muncul sejak pasien berusia < 35 tahun, bisa mengarahkan pada
spondiloartropati.
➢ Nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan siklus haid bisa disebabkan
oleh endometriosis.
➢ Nyeri punggung bawah yang menjalar sepanjang tungkai sampai melewati lutut
bisa disebabkan oleh sciatica, yang diakibatkan oleh iritasi atau kompresi radix
syaraf L4-5,S1 akibat herniasi diskus.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan mual dan muntah bisa disebabkan
oleh perforasi ulkus peptik aau pyelonefritis.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan nyeri abdomen bisa disebabkan oleh
pyelonefritis, appendisitis retrosekal, atau abses divertikular.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan demam bisa disebabkan oleh
osteomyelitis, abses paraspinal, dan pyelonefritis.
➢ Nyeri punggung bawah yang disertai dengan disuria bisa disebabkan oleh
pyelonefritis dan nefrolitiasis.
➢ Nyeri punggung bawah dengan inkotinensia urine atau inkontinensia fecalis, atau
saddle anesthesia, bisa mengarahkan pada cauda equina syndrome.
• Lokasi nyeri punggung bawah: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya.
Lokasi nyeri bisa menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan
nyeri.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri punggung bawah: minum obat
tertentu (lengkap dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).
➢ Kualitas nyeri. Nyeri yang stabil bisa disebabkan oleh artritis rematoid,
osteoartritis an infeksi. Nyeri tajam bisa diakibatkan oleh entrapment neuropathy.
Nyeri seperti terbakar bisa disebabkan oleh nyeri neuropatik. Nyeri yang
berdenyut bisa disebabkan oleh gangguan inflamasi atau vaskuler (misalnya
trombosis vena profunda).
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan berupa aktivitas repetitif bisa
berhubungan dengan tendinitis atau bursitis, radikulopati lumbalis, dan herniasi
diskus.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan dimana dalam tugasnya menggunakan
sabuk penyokong lumbal, sabuk pengangkat berat, atau penggunaan pakaian ketat
atau restriktif lainnya bisa dihubungkan dengan meralgia parestetika.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan meloncat
dari sebuah truk atau mesin berat bisa diakibatkan oleh osteoartritis akibat trauma
minor kronis pada pinggang.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas bermain bola, berlari, yudo, karate,
gimnastik, bisa diakibatkan oleh sindrom tuberositas ischii/hamstring akibat
pemanasan/peregangan otot yang tidak memadai. Bisa juga disebabkan oleh
regangan atau robekan otot quadriseps, atau regangan otot adduktor panggul (hip
adductor strain).
➢ Nyeri yang berhubungan dengan banyak perjalanan bermobil atau naik pesawat
yang panjang bisa mengarahkan pada trombosis vena profunda.
➢ Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas juga bisa disebabkan oleh overuse
akibat melakukan aktivitas repetitif selama berjam-jam, berhari-hari, atau
berminggu-minggu, atau bisa juga timbul sesudah melakukan aktivitas yang
sudah lama tidak dilakukan. Sindrom overuse yang berkaitan dengan pekerjaan
biasanya membaik pada akhir minggu. Sindrom overuse yang berkaitan dengan
olahraga biasanya kebalikannya atau menunjukkan pola yang tidak menentu.
➢ Nyeri yang muncul hanya pada saat ada gerakan bisa diakibatkan oleh efusi pada
osteoartritis. Nyeri yang muncul saat istirahat menunjukkan adanya inflamasi
seperti pada artritis rematoid, bisa juga disebabkan oleh nyeri neuropatik.
➢ Nyeri yang terjadi saat naik tangga di malam hari bisa disebabkan oleh bursitis
trochanterica dan sindrom piriformis. Nyeri yang terjadi sesudah aktivitas selesai
bisa disebabkan oleh tendinitis dan regangan quadriseps atau hamstring.
➢ Nyeri yang bertambah berat di pagi hari disertai dengan kaku di pagi hari
disebabkan oleh artritis rematoid.
➢ Nyeri dengan warna kemerahan di kulit di atasnya bisa disebabkan oleh tendinitis.
➢ Nyeri disertai dengan demam atau menggigil bisa disebabkan oleh artritis septik.
➢ Nyeri dengan perasaan kebas, kesemutan atau rasa terbakar bisa disebabkan oleh
nyeri neuropatik seperti entrapment neuropathy, sciatica (ischialgia), dan
meralgia parestetika.
➢ Nyeri punggung dengan hilangnya kendali usus atau vesica urinaria
(inkontinensia) atau kelainan sensorik persisten bisa disebabkan oleh gangguan
pada radix syaraf lumbalis, metastasis pada epidural, dan ansietas.
➢ Nyeri yang diikuti dengan ketidakmampuan mengangkat beban bisa disebabkan
oleh fraktur panggul dan nekrosis aseptik caput femoris.
➢ Nyeri dengan warna kemerahan dan pembengkakan paha, terutama di atas vena
femoralis communis bisa disebabkan oleh trombosis vena profunda, yang bisa
mengarah pada komplikasi kardiopulmonal. Trauma lokal dan infeksi kulit lokal
juga bisa menyebabkan kondisi ini.
➢ Nyeri yang diinduksi atau diperburuk oleh bersin, batuk, duduk atau hiperekstensi
punggung bisa disebabkan oleh nyeri pada radix syaraf lumbalis. Nyeri yang
diinduksi atau diperberat oleh mengangkat kaki lurus ke atas bisa disebabkan oleh
lesi vertebra lumbalis. Nyeri yang diinduksi atau diperberat oleh selama
peregangan bisa disebabkan oleh inflamasi tendon atau bursa, dan
sciatica/ischialgia. Nyeri yang diinduksi atau diperberat oleh sentuhan ringan bisa
disebabkan oleh nyeri neuropatik, seperti entrapment neuropathy.
➢ Nyeri yang bertambah dengan penggunaan sendi yang lama biasanya disebabkan
oleh osteoartritis.
• Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
➢ Nyeri akibat gangguan sendi biasanya dirasakan langsung di sendinya, tidak dari
tulang-tulang di sekitar sendi.
➢ Nyeri di bokong bisa disebabkan oleh coccidynia, sciatica (ischialgia), dan
sindrom piriformis.
➢ Nyeri di panggul bisa disebabkan oleh osteoartritis, fraktur panggul, nekrosis
aseptik panggul, dan artritis rematoid.
➢ Nyeri di paha bagian depan bisa disebabkan oleh entrapment neuropathy,
meralgia parestetika, radikulopati lumbalis (L2/L3), regangan atau robekan otot
quadriseps, dan regangan adduktor panggul (hip adductor strain).
➢ Nyeri di paha bagian lateral bisa disebabkan oleh bursitis trochanterica dan
entrapment neuropathy.
➢ Nyeri di paha bagian medial bisa disebabkan oleh trombosis vena profunda, dan
bursitis atau tendinitis iliopsoas.
➢ Nyeri di paha bagian posterior bisa disebabkan oleh regangan otot hamstring
(hamstring strain), dan sindrom tuberositas ischii.
➢ Nyeri di sepanjang ekstremitas bawah di otot dan sendinya bisa disebabkan oleh
lesi pembuluh darah seperti trombosis vena profunda dan kompresi radix syaraf.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap dengan
dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).
poplitea. Nyeri di medial lutut bisa disebabkan oleh robekan meniskus medialis, sprain
ligamen kolateral medialis, bursitis anserina, hamstring strain, dan sindrom
patellofemoralis. Nyeri di lateral lutut bisa disebabkan oleh robekan meniskus lateralis,
robekan ligamen kolateral lateralis, strain otot biseps femoris, serta dislokasi/fraktur
caput fibula.
Nyeri betis lebih jarang terjadi, dan lebih sering pada pasien geriatri. Penyebab
nyeri betis antara lain adalah klaudikasio intermitten, trombosis vena profunda,
entrapment arteri poplitea, robekan atau kontusio otot gastrocnemius atau soleus,
sarkoma jaringan lunak, hematom otot, dan sindrom kompartemen.
Penggalian tentang keluhan nyeri lutut dan betis berdasarkan penggalian riwayat
penyakit sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis? Nyeri lutut yang akut (< 1
minggu) bisa disebabkan oleh fraktur, kontusio, robekan ligamen atau meniskus,
subluksasi patella, dan dislokasi. Nyeri lutut yang kronis bisa disebabkan oleh
osteoartritis, tumor, sindrom overuse, septic knee.
• Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat aktivitas/gejala yang
berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi
nyeri.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri lutut dengan lutut yang terpuntir, rasa ada bunyi meletup (popping), ada
pembengkakan yang muncul dengan cepat, bisa disebabkan oleh trauma ligamen.
➢ Nyeri lutut dengan lutut terkunci saat posisi fleksi, ada bunyi “klik” saat berjalan,
pembengkakan yang muncul sesudah beberapa jam atau beberapa hari, biasanya
disebabkan oleh trauma meniskus. Pada osteoartritis juga bisa terjadi lutut
terkunci (pseudolocking).
➢ Nyeri lutut dengan tidak ada riwayat trauma, tetapi sendi lutut nyeri, bengkak dan
hangat, dan riwayat aktivitas seksual berisiko, bisa disebabkan oleh artritis
gonokokkus dan artritis reaktif.
➢ Nyeri lutut dengan kekakuan yang berlangsung < 15 menit dan bertambah hebat
dengan adanya aktivitas sendi, disebabkan oleh osteoartritis.
➢ Nyeri lutut sesudah trauma lutut bisa disebabkan oleh fraktur lutut.
➢ Nyeri lutut yang sangat hebat, sendi terasa hangat, disertai demam, bisa
disebabkan oleh artritis septik.
➢ Nyeri lutut dengan rasa dingin dan pucat di distal lutut diakibatkan oleh gangguan
vaskuler.
➢ Nyeri lutut dengan kelemahan dan hilangnya sensasi di distal lutut bisa
disebabkan oleh kerusakan syaraf.
➢ Nyeri betis yang terjadi saat berjalan dan berkurang dengan istirahat bisa
disebabkan oleh klaudikasio intermitten.
➢ Nyeri betis sesudah tirah baring > 3 hari dalam 4 minggu terakhir, atau sesudah
melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk selama berjam-jam,
atau baru saja menjalani pembedahan, ada riwayat trombosis pada keluarga,
Nyeri Kaki
Nyeri kaki paling sering disebabkan oleh kallus, hipertrofi kuku, deformitas
hallux, dan hilangnya nadi arteri. Nyeri kaki bagian depan bisa disebabkan oleh
pembengkakan tulang di basis sendi jari I kaki (bunion), hammer toe, claw toe, kuku
tumbuh ke dalam, metatarsalgia, neuroma interdigital, dan hallux rigidus. Nyeri kaki
bagian tengah bisa disebabkan oleh osteoartritis, fasiitis plantar, fibroma plantar, dan
tarsal tunnel syndrome. Nyeri kaki bagian belakang bisa disebabkan oleh fasciitis plantar,
bursitis tumit belakang, dan tendinitis Achilles.
Nyeri pergelangan kaki lateral bisa disebabkan oleh sprain ligamen lateralis,
fraktur fibula distal, ketidakstabilan pergelangan kaki kronis, dan tendinitis peronei.
Nyeri pergelangan kaki medial bisa disebabkan oleh sprain ligamen deltoideus, tendinitis
tibia posterior, tarsal tunnel syndrome, dan fraktur distal tibia. Nyeri pergelangan kaki
posterior bisa disebabkan oleh tendinitis Achilles dan ruptur tendon Achilles. Nyeri
pergelangan kaki kronis bisa disebabkan oleh artritis dan sinovitis subtalus.
Penggalian tentang keluhan nyeri kaki berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang, yaitu:
• Onset dan durasi.
• Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu
tertentu munculnya?
• Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis?
• Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat aktivitas/gejala yang
berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi
nyeri.
➢ Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).
➢ Nyeri kaki disertai dengan kesulitan memakai sepatu biasanya disebabkan oleh
deformitas kaki, termasuk kista ganglion dan fibroma plantar.
➢ Nyeri kaki dengan gesekan sepatu pada hallux bisa diakibatkan oleh bunion. Bila
menggesek jari kaki lain, bisa disebabkan oleh hammer toe.
➢ Nyeri jari kaki hanya dengan selimut diletakkan di atasnya, bisa disebabkan oleh
gout.
➢ Nyeri kaki dengan kebas jari kaki, nyeri di antara jari, dan memakai sepatu yang
ketat menyebabkan jari kaki kesemutan, biasanya disebabkan oleh Morton
neuroma.
➢ Nyeri kaki pada pasien penderita diabetes mellitus, dengan nyeri di malam hari,
nyerinya seperti terbakar, ada rasa kesemutan, dengan deformitas progresif bisa
disebabkan oleh diabetic foot.
➢ Nyeri di tumit sangat hebat saat berdiri, dan berkurang dengan menghilangkan
beban pada kaki, bisa disebabkan fasciitis plantar.
➢ Nyeri dengan rasa kesemutan dan terbakar di telapak kaki dan kram arkus kaki,
bisa disebabkan oleh tarsal tunnel syndrome.
➢ Nyeri kaki dengan demam, ulserasi dan kemerahan kulit, bisa disebabkan oleh
selulitis dan artritis septik.
➢ Nyeri kaki dengan riwayat trauma dan ketidakmampuan menanggung beban
badan bisa disebabkan oleh fraktur dan sprain.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan pergelangan yang terpuntir atau rotasi, terutama
sesudah jatuh pada sisi kaki, bisa diakibatkan oleh sprain pergelangan kaki dan
fraktur pergelangan kaki.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan benjolan di punggung tumit, biasanya disebabkan
oleh bursitis pra-Achilles.
➢ Nyeri belakang pergelangan kaki yang terasa saat naik tangga, biasanya
disebabkan oleh bursitis retrokalkaneus.
➢ Nyeri pergelangan dengan pembengkakan di belakang pergelangan dan sepatu
yang menggesek bagian dalam pergelangan kaki, biasanya disebabkan oleh
tenosinovitis tibialis posterior.
➢ Nyeri pergelangan pada penari atau olahragawan bisa disebabkan oleh
ketidakstabilan pergelangan kaki dan osteoartritis.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan ketidakmampuan berjalan > 4 langkah segera
sesudah trauma, bisa disebabkan oleh fraktur pergelangan, atau hanya sprain.
➢ Nyeri pergelangan kaki dengan rasa ditembak atau ditendang di belakang
pergelangan, kadang tedengar bunyi “pop”, terjadi mendadak, bisa disebabkan
oleh ruptur atau kontusio tendon Achilles.
• Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
• Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas
ringan/sedang/berat
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap dengan
dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).
Checklist Anamnesis
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Aspek komunikasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mendengarkan secara aktif
3 Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih
relevan
4 Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien
5 Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6 Menunjukkan empati
Aspek anamnesis
1 Menanyakan identitas pasien: nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan
2 Menanyakan keluhan utama
3 Menggali riwayat penyakit sekarang
• Onset
• Frekuensi
• Sifat munculnya keluhan
• Durasi
• Sifat keluhan
• Lokasi
• Hubungan dengan fungsi fisiologis lain
• Akibat terhadap aktivitas sehari-hari
• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4 Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
5 Menggali riwayat penyakit keluarga
• Ada tidaknya penyakit serupa
6 Menggali riwayat penyakit dahulu:
• Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
• Penyakit lain yang pernah diderita
7 Membuat resume anamnesis
8 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk jika
tidak mampu
TOTAL NILAI
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
DASAR-DASAR BEDAH
PENDAHULUAN
Pembedahan dilakukan dengan menggunakan alat-alat. Seseorang yang
melakukan tindakan bedah harus memiliki pengetahuan mengenai alat yang digunakan.
Selain itu, juga harus memiliki pengetahuan mengenai sarana penunjang lainnya,
misalnya sifat-sifat suatu benda yang dipakai dalam operasi serta penggunaaan bahan
khusus, misalnya benang dan jarum.
a. Instrumen Pemotong
Alat ini dibedakan menjadi 2, yaitu skalpel dan gunting.
- Pisau bedah/Skalpel
Skalpel disebut juga pisau bedah atau pisau operasi. Dalam beberapa literatur,
skalpel dinamakan juga Bistoury atau Bistouries, namun ada yang menyatakan
perbedaan antara Skalpel dengan Bistoury, dimana yang dimaksud dengan Skalpel adalah
pisau operasi yang tidak tajam (konveks), sedangkan yang tajam maupun yang probe
pointed (tumpul) disebut Bistouries.
Pada pisau bedah model lama, mata pisau (blade) dan gagangnya (handle)
bersatu, sehingga bila mata pisau tumpul, harus diasah kembali. Pada model baru, mata
pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya untuk sekali pakai.
Berdasarkan ukuran dan bentuk, baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-
macam, yaitu ukuran Scalpel handle no. 3, 4, 3L, 4L, 5, 7, 8, 9. Terdapat dua nomor
gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan
gagang nomor 3 (untuk mata pisau kecil).
Guna pisau bedah ini adalah untuk menyayat berbagai organ/bagian tubuh. Mata
pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.
- Gunting
Gunting adalah suatu alat yang digunakan untuk memotong suatu barang atau
suatu benda. Tergantung dari macam benda yang akan digunting, maka dibuatlah
gunting-gunting khusus dengan nama yang khusus pula. Dalam bahasa Inggris, gunting
disebut scissors, dalam bahasa Belanda disebut schaar atau scharen, sedangkan dalam
bahasa Jerman disebut scheren.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya.
Bentuk dan nama gunting berdasarkan kegunaannya dibedakan atas:
A. Bandage Scissors (gunting perban atau gaas)
B. Ligature Scissors (gunting jahitan luka)
C. Dissecting Scissors (gunting jaringan)
Berdasarkan fungsinya, gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar, biasa digunakan untuk membelah fascia
atau tendo; dan berdasar bentuknya dibedakan menjadi lengkung dan lurus.
2. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran halus untuk
mendeseksi dan memotong jaringan. Berdasarkan bilahnya, juga dibedakan menjadi
lengkung dan lurus. Kedua jenis gunting di atas, kedua ujung atau salah satunya
tumpul.
3. Gunting runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendiseksi dengan cermat, dan
berdasarkan bilahnya dibedakan menjadi bilah lengkung dan bilah lurus.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA. 2021/2022 24
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Muskuloskeletal
4. Gunting balutan, benang. Bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya tebal ujungnya
tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk menggunting kasa dan benang
serta balutan.
b. Instrumen Pemegang
Instrumen ini dibedakan 3 macam, yaitu:
1. Pemegang jarum
Alat ini dinamakan juga Needle Holder atau Naald Voeder. Alat ini digunakan
sebagai pemegang jarum jahit (nald heacting) serta penyimpul benang. Alat ini biasanya
dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang, dan ukurannya bermacam-macam, yaitu
pendek, sedang, dan panjang; demikian juga ukuran bilahnya. Pemegang jarum harus
dipakai sesuai dengan ukuran jarum yang dipegangnya.
Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille Wood (bentuk seperti klem) dan
tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga).
Ukuran panjang alat ini bermacam-macam, mulai dari 12 cm, 12,5 cm, 13 cm, 14
cm, 15 cm, 16 cm, 17 cm, 17,5 cm, 18 cm, 20 cm, 21 cm 23,5 cm, 25 cm, 26 cm dan 26,5
cm. Nomor panjang yang paling sering diminta adalah 14-21 cm.
2. Pinset
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi.
Pinset ini dibedakan 3 macam:
a. Pinset Chirurgis (Chirurgische Pincet) adalah pinset yang bergigi tajam yang dapat
dipakai untuk memegang jaringan dengan baik, hanya memerlukan tekanan minimal
misalnya: subkutan, otot, fascia. Tetapi tidak dapat memegang struktur yang dapat
berlubang (peritonium, pleura). Gigi pinset ini terdapat pada kedua belah ujungnya,
ada yang bergigi 1 x 2, 2 x 3, 3 x 4. Pinset bergigi 1 x 2 artinya ujung pinset yang satu
bergigi 1 dan ujung sebelah lainnya bergigi 2.
b. Pinset Anatomis atau Anatomische Pincet atau Thumb Forceps atau Dissecting
Forceps. Pinset ini pada bagian dalam kedua belah ujungnya tidak bergigi, namun
bergaris-garis horizontal, biasanya digunakan memegang spons untuk membersihkan
luka. Jika pada bagian dalam ujungnya tersebut bergaris-garis vertikal, maka
dinamakan ligature forceps tipe Ochsner. Pinset ini ada yang lurus dan ada yang
bengkok, dengan ukuran panjang mulai 4,5 inchi, 5 inchi, 5,5 inchi, 6, 7, 8, 10, dan 12
inchi.
Gambar 10. Jenis dan Tipe Pinset Chirurgis dan Pinset Anatomis
c. Instrumen Penarik
Ada jenis yang harus dipegang dengan tangan, maupun ada yang dibiarkan
terpasang tanpa dipegang. Panjang dan lebar bilah serta bentuk gagangnya bervariasi.
Apabila penarik ini mempunyai ujung runcing, tidak boleh digunakan dekat pembuluh
darah atau organ berongga.
B. Teknik Aseptik
Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan adalah infeksi.
Salah satu cara mencegah itu adalah Teknik Kerja Aseptik. Teknik aseptik adalah satu
cara untuk memperoleh dan memelihara keadaan steril. Dasar dari teknik ini adalah
bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, karena itu teknik aseptik yang dipakai adalah
mencegah masuknya infeksi dari luar melalui tempat pembedahan.
Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu:
1. menyucihamakan tempat kerja/pembedahan
2. menyucihamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja
3. sterilisasi alat-alat yang digunakan dalam pembedahan.
Cara:
- Cuci tangan dengan menggunkan bahan antiseptik yang dicampur dengan deterjen
(sebagai pembersih dan desinfektan), misalnya dengan Hibiscrub atau larutan
Betadin.
- Kuku, kulit telapak tangan disikat secara hati-hati, sedangkan kulit punggung tangan
dan lengan tidak perlu disikat, cincin dilepaskan. Pencucian dilakukan pada air yang
mengalir, pembilasan dilakukan setelah 2 menit pemberian antiseptik.
- Posisi tangan harus lebih tinggi daripada siku, dan tangan dibiarkan kering.
Alat-alat yang sudah disterilkan selama pembedahan ditempatkan pada tempat khusus
yang steril pula.
1. Pengenalan benang
Yang perlu diperhatikan dalam memilih benang adalah karakteristik bahan, daya
tahan, dan reaksi jaringan terhadap bahan tersebut, serta ukuran benang. Karakteristik
bahan benang ditentukan oleh kekuatan, daya regang, dan elastisitas, kehalusan
permukaan, kapilaritas, serta reaksi jaringan terhadap benang tersebut.
2. Pengenalan Jarum
Ada jarum yang dirancang untuk dipegang dengan tangan, tetapi adapula jarum
yang dirancang untuk dipegang dengan instrumen. Bahannya terbuat dari baja tahan karat
yang ditutup lapisan yang memudahkan jarum tersebut menembus jaringan.
Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu bagian belakang, bagian tengah, dan bagian
ujung. Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang tidak berlubang
(jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis Mayo, jenis French). Tubuh jarum dapat
berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai ukuran panjang, diameter, serta bentuk
penampang. Jarum lurus dapat dipakai pada setiap situasi, asal tidak membelok, biasa
dipakai untuk menjahit kulit. Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau
struktur yang lebih dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam, antara lain ¼, 3/8, ½
atau 5/8 lingkaran.
Kedalaman jaringan yang akan dijahit menentukan kelengkungan jarum tersebut.
Makin dalam jarum yang dipakai, makin melengkung. Ujung jarum bentuknya
bermacam-macam, yaitu:
a. Jarum berujung “taper”, traumanya paling minimal, dapat dipakai untuk menjahit
jaringan lunak (peritonium).
b. Jarum berujung “cutting” (mempunyai 3 sisi tajam), dapat dipakai untuk menjahit
jaringan liat (kulit, tendo).
c. Jarum berujung tapercut (tubuh ramping, dengan 3 sisi tajam), dipakai pada jaringan
liat dengan luka minimal.
d. Jarum taper berujung tumpul, dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh (hepar,
ginjal).
3. Pembuatan Simpul
Dalam membuat simpul, yang perlu diketahui adalah: (1) jenis simpul, (2)
membuat simpul dengan satu tangan, (3) membuat simpul dengan dua tangan, dan (4)
membuat simpul dengan instrumen, dan (5) memotong benang.
(1) Jenis simpul. Jenis dan nama simpul dapat dilihat pada gambar berikut:
A. Square knot
B. Surgeon’s knot
C. Granny knot
Gambar 11. Jenis simpul A. Square knot; B. Surgeon’s knot; C. Granny knot
4. Penutupan Luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
o Jahitan sederhana dapat dibuat terpisah atau jelujur.
o Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun jelujur.
o Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada pus
(cairan), dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.
o Jahitan matras vertikal berguna untuk merapatkan tepi luka secara tepat, tetapi tidak
boleh dipakai pada tempat yang perdarahannya (vaskularisasinya) kurang.
o Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk menjahit
subkutis, karena kulit akan bergelombang.
o Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat, tetapi kalau terputus, seluruhnya
akan terbuka.
o Jahitan jelujur berkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan benang
di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Menjahit subkutis
Menjahit lemak subkutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan
simpul terkubur. Cara:
1. Pada jahitan ini, lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara lemak dan
dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator.
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan jauh ke
jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal, lalu jarum ditembuskan dengan
gerak supinasi.
6. Setelah nomor 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan
dengan gerakan pronasi serta supinasi, jarum ditusukkan dari arah permukaan ke
lapisan dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan dipotong.
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Menyebutkan nama dan jenis alat yang ditentukan.
Menjelaskan fungsi alat dan kondisi klinis yang mempersyaratkan
2.
digunakannya alat yang bersangkutan
3. Memperagakan teknik menggunakan alat yang ditentukan
TOTAL NILAI
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Sebelum melakukan tindakan, melakukan cuci tangan terlebih dahulu
TOTAL NILAI
TOTAL NILAI
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Meletakkan posisi benang pada kedua tangan dengan tepat.
TOTAL NILAI
PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
Tujuan
1. Menahan sesuatu, misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya, agar
tidak bergeser dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian tubuh itu tidak
bergerak
4. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
Macam
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril
1. Mitella
• Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.
• Pembalut ini dipergunakan pada bagian tubuh yang terbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota yang cedera.
• Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
• Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
2. Dasi
• Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu segitiga agar beberapa lapis
dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya
antara 5-10 cm.
• Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala
yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki terkilir.
3. Pita
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel, atau bahan elastis. Yang paling sering
adalah kassa. Hal ini dikarenakan kasa mudah meyerap air dan darah, serta tidak
mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
• 2,5 cm untuk jari-jari
• 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
• 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
• 10 cm untuk paha dan sendi pinggul
• 10-15 cm untuk dada, perut, dan punggung
4. Plester
• Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
• Khusus untuk menutup luka biasa dilengkapi dengan obat antiseptik
5. Pembalut
Beberapa pembalut yang spesifik:
• Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambahi dengan kassa penutup luka dan
steril, baru dibuka pada saat akan digunakan, sering dipakai pada luka-luka lebar
yang terdapat pada badan.
• Sofratulle: kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa
dipergunakan pada luka-luka kecil.
6. Kassa steril
• Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang
sudah diberi obat-obatan antibiotik atau antiseptik.
• Setelah ditutup, kasa itu kemudian baru dibalut
Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini.
• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desifektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi, perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun, dan dicuci dengan zat antiseptik.
• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu), kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
• Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi perdarahan, tindakan penghentian perdarahan dapat dilakukan dengan
cara:
• Pembalut tekan, dipertahankan sampai perdarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
• Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
• Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila perdarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan di lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi
dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket.
Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda
torniket sudah kencang adalah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit
menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.
• Elevasi bagian yang terluka
Cara Membalut
1. Dengan Mitella
• Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak satu sampai tiga kali.
• Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut,
lalu ditarik secukupnya, dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
• Salah satu ujung bebas ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan, atau diikat pada
tempat lain, maupun dibiarkan bebas. Hal ini tergantung tempat dan
kepentingannya.
2. Dengan Dasi
• Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan
masing-masing ujung lancip.
• Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
• Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
• Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
• Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi
dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast
dsb).
6. Kassa steril
• Kasa steril adalah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
• Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah
tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat, dan mengurangi rasa sakit. Maksud
dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan
lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok
karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah, sehingga mencegah
terjadinya infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah, tetapi
juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang
pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor, sehingga
gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk
sementara waktu dilakukan pembidaian.
Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan, dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
• Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
• Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang
patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
• Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat, terlihat tidak
sama bentuk dan panjangnya.
• Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau
penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian
fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota
tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
Syarat Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur lebih
dahulu pada anggota badan yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah bidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan, dan alat pengikat perlu dilepas.
Beberapa patah tulang yang memerlukan pertolongan dengan pembidaian adalah patah
tulang tungkai bawah, dan patah tulang tungkai atas
Pembalutan
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Meminta izin kepada pasien untuk melakukan pembalutan
2 Melakukan cuci tangan sebelum melakukan kegiatan
3 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cedera (inspeksi
gerakan)
4 Melakukan tindakan pra-pembalutan (membersihkan luka,
mencukur, desinfeksi kasa steril)
5 Memilih jenis pembalutan yang tepat dan persiapan
pembalutan
6 Cara pembalutan dilakukan dengan benar, baik posisi
maupun arah pembalutan
7 Hasil balutan:
1. rapi
2. tidak mudah lepas
3. tidak mengganggu peredaran darah
4. tidak mengganggu anggota gerak lain
8 Melakukan cuci tangan setelah kegiatan
9 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk jika diperlukan
TOTAL NILAI
Pembidaian
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Meminta izin kepada pasien
2 Melakukan cuci tangan
3 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibidai
4 Memilih dan mempersiapkan bidai yang sudah dibalut
dengan pembalut
5 Melakukan pembidaian melewati dua sendi dengan jumlah
ikatan yang cukup
6 Hasil pembidaian:
1. harus cukup jumlahnya
2. dimulai dari atas atau bawah tempat yang patah
3. tidak kendor atau keras
7 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
8 Menyadari keterbatasan diri dengan merujuk pasien dan
melakukan edukasi terkait penyakitnya
TOTAL NILAI