Oleh:
Adam Muhammad Syach : 11217009
.
Asisten : Naomi F. Silaban
Tanggal Percobaan : 08 Februari 2019
Tanggal Pengumpulan : 15 Februari 2019
Larutan Perubahan
Albumin warna menjadi
(1:4) ungu
Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan pada Uji Pengaruh pH pada larutan albumin
Perlakuan Sebelum Sesudah Keterangan
Penambahan
Larutan keruh dan
Buffer Asetat
terbentuk edapan
pH=4.7
Gambar 3.7 Sebelum Gambar 3.8 Setelah
penambahan buffer penambahan buffer
asetat asetat
Larutan
Terbentuk
Albumin
endapan putih
(1:4)
Uji
supernatan
Hasil negatif
dengan
reagen biuret Gambar 3.16 Sebelum
Gambar 3.15 Sebelum
uji Biuret uji Biuret
500
400
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250
V. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan berbagai macam uji kualitatif dan
kuantitatif untuk protein. Uji kualitatif protein pada percobaan ini antara lain
uji biuret, pengaruh pH terhadap protein, pengaruh penambahan logam berat,
serta fraksinasi pengendapan ammonium sulfat. Uji kuantitatif protein pada
percobaan ini yaitu pengujian kadar protein sampel dengan metode Lowry.
Pada percobaan pertama, dilakukan uji biuret untuk sampel larutan
albumin telur (1:4). Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan
peptide pada protein. Reagen biuret terdiri dari larutan NaOH dan CuSO4
(Poedjadi, 2006).
Prinsip dari uji biuret adalah ion Cu2+ (dari pereaksi Biuret) dalam suasana
basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet)
(Poedjadi, 2006). Gambar 5.2 menunjukkan reaksi antara ion Cu2+ dengan
polipeptida.
Reaksi ini positif untuk dua atau lebih ikatan peptida dan negativf untuk
asam amino bebas (Poedjadi, 2006). Penambahan NaOH bertujuan untuk
membentuk suasana basa dalam reaksi dengan CuSO4 yang bersifat asam
sehingga ion OH- dari basa kuat dapat mengikat H+ dari garam CuSO4 dan tidak
mengganggu ikatan antara ion Cu2+ dengan ikatan peptida.
Merujuk pada Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan pada Uji Biuret, albumin
telur berubah warna menjadi ungu setelah di tetesi reagen biuret. Hal ini
menindikasi bahwa albumin telur merupakan protein yang memiliki ikatan
peptida. Reaksi dapat terjadi akibat terbentuknya ikatan koordinasi antara atom
nitrogen pada kerangka protein dengan ion ion Cu2+. Protein berperan sebagai
ligan. Kompleks terbentuk karena atom nitrogen pada kerangka protein
memiliki pasangan elektron bebas yang bisa didonasikan ke ion tembaga.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam-basa lewis dimana ligan sebagai
basa lewis (pemberi pasangan elektron bebas) sedangkan ion tembaga sebagai
asam lewis (penerima pasangan elektron bebas) (Jespersen et al, 2012).
Penambahan CuSO4 berlebih harus dihindari dikarenakan CuSO4 dapat
membuat protein terdenaturasi sehingga protein mengendap dilarutan. CuSO4
merupakan logam jika terus ditambahkan dapat menyebabkan protein
mengendap sehingga tidak terbentuk kompleks Cu-protein. Selain itu
penambahan garam amonium dapat menggangu uji biuret. Hal ini dikarenakan
CuSO4 akan bereaksi dengan garam amonium dimana garam amonium sebagai
ligan. Garam amonium yang memiliki nitrogen membentuk ikatan koordinasi
lain dengan ion Cu2+, sehingga ion Cu2+ tidak berikatan dengan protein dan
warna yang tebentuk bukan warna ungu (Jespersen et al, 2012).
Selain pada protein, biuret dapat bereaksi pada senyawa yang memiliki
atom nitrogen dan memiliki PEB seperi garam amonium dan melamin
(Jespersen et al, 2012).
Pada percobaan kedua, dilakukan uji pengaruh pH terhadap protein dengan
penambahan HCl 0.1 M 1 mL (asam), NaOH 0.1 M 1 mL (basa), dan buffer
asetat 1M (pH = 4.7) 1 mL. Merujuk pada Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan
pada Uji Pengaruh pH pada larutan albumin, penambahan HCl (asam) ke
larutan albumin telur larutan berubah warna menjadi keruh. Pada penambahan
NaOH (basa) ke larutan albumin telur larutan berubah warna dari keruh
menjadi bening. Sedangkan pada penambahan buffer larutan berubah warna
menjadi lebih keruh. Endapan putih yang terbentuk pada tabung reaksi
menandakan bahwa albumin mengalami denaturasi.
Denaturasi terjadi karena kerusakan struktur sekunder, tersier dan struktur
kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh. Pada struktur
tersier, terdapat jenis interaksi jembatan garam. Jembatan garam merupakan
ikatan ionik antara muatan positif dan negatif pada rantai samping asam amino
(Ophardt, 2003). Sebagai contoh adalaha interaksi antara ion -COO- dari
glysine dan ion -NH+3 asam glutamat. Penambahan asam atau basa dapat
merusak jembatan garam yang tergabung oleh muatan ionik. Hal tersebut
menyebabkan ikatan jembatan garam pada protein terputus dan struktur tersier
protein rusak. Jembatan garam terputus karena rusaknya ikatan hidrogen pada
ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat dari protein (Ophardt,
2003). Dapat dilihat reaksi pemutusan jembatan garam akibat asam pada
Gambar 5.3.
Gambar 5.5 Reaksi timbal asetat dengan protein (Sumber: Elly, 2009)
Gambar 5.7 Proses Reagen Folin-Ciocalteau (Sumber: Kiigemagi & Van, 1962)