Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

“Penentuan Kadar Asam Askorbat di dalam Tablet Vitamin C”

Ketua Grup: Angelina Rianti


Anggota: Fendy Wijaya & Nathania Angelia

Modul 03
Hari & Tanggal Praktikum: 22 Mei 2015
Hari & Tanggal Memasukan Laporan: 23 Mei 2015

Program Studi Nutrition and Food Technology


Fakultas Life Sciences
Surya University
2015
ABSTRAK
Angelina Rianti (1401010013)
Nathania Angelia (1401010052)
Fendy Wijaya (1401010060)

Penentuan Kadar Asam Askorbat di dalam Tablet


Vitamin C
(8; 5 tabel; 9 lampiran).

Penelitian berjudul Penentuan Kadar Asam Askorbat di dalam Tablet Vitamin C. Tujuan penelitian
adalah memahami prinsip titrasi redoks iodometri dan mengetahui kadar asam askorbat di dalam
tablet vitamin C. Metode titrasi yang dilakukan adalah titrasi redoks iodometri yang merupakan titrasi
secara tidak langsung. Sampel yang digunakan sebagai analit adalah tablet Holisticare. Pertama -
tama dilakukan standarisasi larutan natrium tiosulfat sebelum selanjutnya digunakan sebagai titran
dalam titrasi dengan asam askorbat. Evaluasi data dilakukan dengan menghitung kadar asam askorbat
dalam tablet Holisticare yang diperoleh dalam bentuk %w/v dalam gram per mililiter. Melalui proses
standarisasi larutan Na2S2O3, diperoleh hasil sebesar 0,0998 M dimana hasil ini nilainya mendekati
dengan konsentrasi sebelum distandarisasi, yaitu sebesar 0,1 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar asam askorbat yang diklaim oleh produsen sebesar 0,320 %w/v sesuai dengan kadar asam
askorbat hasil perhitungan, yakni 0,3263 %w/v. Kesalahan realtif yang diperoleh dari perbedaan kadar
asam askorbat tersebut adalah 1,9688%.

Referensi : 8 (1999 - 2014)


Kata kunci : asam askorbat, titrasi redoks iodometri, tablet holisticare, larutan iodin, larutan
tiosulfat
I. Tujuan Praktikum :
1. Memahami prinsip dasar titrasi redoks iodometri.
2. Menentukan kadar asam askorbat di dalam tablet vitamin C.

II. Teori/ Hipotesis :


Vitamin C adalah gugus L-asam askorbat yang tergolong vitamin yang tidak larut
dengan lemak. L-asam askorbat (AA) memiliki gugus seperti karbohidrat dengan rumus
molekul C6H8O6. AA bersifat sangat polar sehingga dapat dengan mudah larut pada pelarut
polar seperti air. AA dapat ditemukan pada banyak jenis buah-buahan dan sayuran. AA pada
bentuk larutan bersifat tidak stabil dan dapat bereaksi dengan superoksida anion (O 2-). Reaksi
ini menghasilkan dehydro-ascobic acid (DHAA). Isomer lainnya yang dimiliki oleh AA
adalah D-AA, D-isoAA, dan L-isoAA.

Gambar 1.1
Sumber: Google

Namun ketiga isomer tersebut hanya memiliki aktivitas Vitamin C sebesar 5%


(Caballero, B., Trugo, L., dan Finglas, P. 2003). Selain tersebar dengan isomernya pada
berbagai produk makanan, Vitamin C juga tersebar dalam bentuk AA dan DHAA dengan
konsentrasi DHAA yang jauh lebih sedikit sehingga Vitamin C dapat dihitung sebagai
konsentrasi dari L-AA pada berbagai makanan (Caballero, B., Trugo, L., dan Finglas, P.
2003). Penentuan kadar AA dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti HPLC, reaksi
penurunan (derivatization), dan juga titrasi redoks.
Titrasi redoks iodometri dan iodimetri memiliki beberapa perbedaan diantaranya,
yakni dalam titrasi redoks iodometri, titrasi berjalan secara tidak langsung karena ion iodida
berlebih ditambahkan pada suatu agen pengoksidasi untuk membebaskan iodin yang
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat, sedangkan dalam titrasi redoks iodimetri, titrasi
berjalan secara langsung dimana titrasi dilakukan langsung dengan iodin (I 3-) dan iodin ini
bertindak sebagai agen pengoksidasi (Day, R.A., Underwood, A.L. 2002).
Titrasi redoks iodometri dapat digunakan sebagai penentu kadar AA pada tabel
vitamin C Holisticare yang digunakan sebagai sampel penelitian dalam praktikum ini. Prinsip
dari titrasi redoks iodometri sendiri adalah penambahan analit yang teroksidasi pada iodida
untuk menghasilkan iodin yang berlebih yang akan di titrasi dengan S 2O3 (Harris, DC, 2010).
Pada titrasi, dilakukan proses in-situ atau menghasilkan iodin pada sampel AA. Proses
tersebut dilakukan dengan mencampurkan KIO 3 pada larutan sampel yang akan mengoksidasi
I- yang didapat dari padatan KI yang juga dicampurkan ke larutan. Hasil dari pengoksidasian
tersebut adalah I3- dengan reaksi sebagai berikut.

IO3- + 6H+ + 8I- → 3I3- + 3H2O

I3- yang dihasilkan kemudian akan mendehidrogenasi AA menjadi DHAA dan


menyisakan iodin berlebih. Pada proses ini, kita memantau perubahan warna yang terjadi
yaitu saat AA bereaksi dengan iodin maka menghasilkan warna coklat kemerah-merahan atau
coklat gelap. Reaksi tersebut dapat dituliskan dengan persamaan berikut.

C6H8O6 + I3- → 3I- + 2H+ + C6H6O6

Setelah reaksi tersebut maka akan terbentuk iodin sisa yang ditandai dengan warna
yang coklat terang dengan indikasi kuning pucat. Namun, larutan masih memiliki iodin sisa
yang harus kembali dititrasi dengan standar tiosulfat untuk mengetahui jumlah / konsentrasi
dari iodin sisa tersebut. Pentitrasian ini menggunakan bantuan larutan pati / starch yang
dijadikan sebagai penentu titik akhir titrasi. Pati akan membentuk kompleks dengan ion iodin
sisa dan menghasilkan warna biru gelap. Setelah tidak ada lagi iodin yang berlebih, maka
larutan tidak lagi berwarna biru gelap melainkan tidak berwarna atau putih keruh. Reaksi
kembali antara iodin sisa dengan standar tiosulfat dapat dituliskan dalam persamaan berikut.

I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-

Dari ketiga runtutan reaksi yang terjadi, maka dapat ditentukan besar konsentrasi
maupun kadar asam askorbat (Vitamin C) dalam suatu sampel. Pada persamaan reaksi
pertama terdapat ion H+ yang diperoleh dari senyawa H2SO4. Ion H+ digunakan untuk
memberikan suasana asam dalam reaksi agar iodin dapat bereaksi dengan tiosulfat. Larutan
tiosulfat sendiri harus dalam keadaan steril karena dapat terdekomposisi menjadi sulfur dan
ion hidrogen sulfit apabila terdapat pengaruh dari pH larutan, adanya mikroorganisme, ion Cu
(II), dan cahaya.
Holisticare Ester C adalah produk vitamin Indonesia yang mengandung vitamin C
kompleks dan kalsium, serta flavonoids. Tablet Holisticare diyakini dapat mencegah gejala
flu dan dapat berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk tubuh.

III. Prosedur Kerja :


Prosedur kerja telah sesuai dengan apa yang tertulis pada modul praktikum 03, namun
sampel yang digunakan hanya Holisticare (Ester C) dan standarisasi natrium tiosulfat
dilakukan triplo.

IV. Hasil dan Diskusi :


● Massa KIO3 = 4 gram
Volume KIO3 = 1 L
Konsentrasi KIO3 = 0,0187 M
● Konsentrasi H2SO4 = 0,5 M
Volume H2SO4 yang digunakan = 10 mL
● Massa KI yang digunakan = 2 gram
● Volume pati yang digunakan = ± 2 mL
● Holisticare yang digunakan = 1 tablet
● Volume akuades yang dicampurkan dengan bubuk Holisticare = 200 mL
● Konsentrasi awal Na2S2O3 yang tertera pada botol = 0,1 M
● Standarisasi Na2S2O3
Tabel 1.1 data standarisasi (simplo)
Volume

Awal 0,00 mL

Sebelum ditambahkan pati 26,95 mL

Sesudah ditambahkan pati 28,70 mL


M Na2S2O3 = 0,0977 M

Tabel 1.2 data standarisasi (duplo)


Volume

Awal 0,00 mL

Sebelum ditambahkan pati 25,85 mL

Sesudah ditambahkan pati 27,50 mL


M Na2S2O3 = 0,1020 M

Tabel 1.3 data standarisasi (triplo)


Volume

Awal 0,00 mL

Sebelum ditambahkan pati 26,25 mL

Sesudah ditambahkan pati 28,15 mL


M Na2S2O3 = 0,0996 M

● Titrasi tablet Holisticare


Tabel 2.1 data titrasi (simplo)
Volume

Awal 0,00 mL

Sebelum ditambahkan pati 22,50 mL

Sesudah ditambahkan pati 24,49 mL


Massa C6H8O6 = 0,3175 gram
Kadar Vit C = 0,3175% (w/v)

Tabel 2.2 data titrasi (duplo)


Volume

Awal 0,00 mL

Sebelum ditambahkan pati 22,32 mL

Sesudah ditambahkan pati 24,29 mL


Massa C6H8O6 = 0,3351 gram
Kadar Vit C = 0,3351% (w/v)

Pada percobaan ini dilakukan titrasi redoks iodometri. Titrasi redoks iodometri
merupakan titrasi secara tidak langsung, dimana iodin yang digunakan dalam titrasi
merupakan sisa iodin berlebih dari reaksi sebelumnya. Sebelum melakukan titrasi redoks
iodometri untuk menganalisis kadar asam askorbat atau vitamin C dalam sampel tablet
Holisticare, praktikan melakukan standarisasi larutan Na 2S2O3 terlebih dahulu agar
mendapatkan nilai konsentrasi yang sebenarnya. Standarisasi dilakukan karena larutan
Na2S2O3 merupakan larutan standar sekunder, bukan primer. Larutan standar sekunder adalah
larutan yang masih butuh untuk distandarisasi karena larutan ini mudah berinteraksi dengan
senyawa lain di udara.
Standarisasi larutan Natrium Tiosulfat dilakukan dengan pentitrasian menggunakan
larutan kalium iodat atau KIO3. Sebelum dititrasi, larutan KIO 3 ditambahkan padatan KI
sebesar 2 gram dengan tujuan untuk memperbesar kelarutan iodium yang sebetulnya sukar
larut dalam air dan juga KI dapat mereduksi KIO 3 sehingga dapat dijadikan larutan standar.
Padatan KI harus dijaga dengan cara ditutup pada tempat tertentu atau dengan cepat langsung
dimasukkan ke dalam larutan dan dititrasi agar tidak teroksidasi saat bertemu dengan udara.
Terpaparnya padatan KI dengan udara dapat menyebabkan galat terhadap hasil percobaan
yang didapat. Selain ditambahkan padatan KI, 10 mL larutan H 2SO4 0,5 M juga turut
ditambahkan ke dalam larutan KIO3 dalam labu erlenmeyer. Penambahan larutan asam sulfat
bertujuan untuk membentuk suasana asam dengan pH kurang dari 7 sehingga iodin dapat
bereaksi dengan larutan tiosulfat selama titrasi dilakukan, serta digunakan sebagai katalisator
untuk mempercepat reaksi. Sementara itu, larutan yang terdapat pada buret adalah larutan
Na2S2O3 yang ingin distandarisasi. Peletakkan larutan ini ke dalam buret dilakukan menjelang
dimulainya titrasi untuk meminimalisir kemungkinan larutan tiosulfat untuk mengalami
dekomposisi menjadi sulfur dan ion hidrogen sulfit ketika berinteraksi dengan udara yang
mengandung mikroorganisme tertentu. Dekomposisi larutan tiosulfat sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pH larutan, mikroorganisme, dan cahaya. Oleh karena itu pula,
larutan tiosulfat diletakkan pada botol yang berwarna gelap untuk menghindari proses
dekomposisi tiosulfat.
Perubahan warna yang terjadi adalah pertama - tama larutan akan berwarna coklat yang
berasal dari warna iodin. Pada saat larutan berubah warna menjadi kuning pucat menyerupai
kuning minyak, larutan segera ditambahkan dengan indikator pati / starch. Perlakuan
penambahan indikator pati harus segera karena jika tidak iodin dalam larutan pada labu
erlenmeyer dapat teroksidasi karena sifatnya yang tidak stabil jika didiamkan dengan udara
dan hanya pati yang baru saja disiapkan tanpa kontak langsung dengan udara yang boleh
dipergunakan (Barnes, J.D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K. 2000). Pada saat
ditambahkan indikator pati, larutan sudah mendekati titik akhir titrasinya, namun dikarenakan
akan sulit untuk melihat perubahan warna yang terjadi maka ditambahkan indikator pati untuk
memudahkan praktikan melihat perubahan warna dari biru menjadi bening / tidak berwarna.
Berdasarkan hasil standarisasi yang dilakukan oleh salah satu kelompok, diperoleh data
titrasi simplo, duplo, dan triplo. Masing - masing diperoleh besar konsentrasi Na 2S2O3 sebesar
0,0977 M; 0,1020 M; dan 0,0996 M. Besar konsentrasi Na 2S2O3 yang diperoleh dari hasil
perhitungan terbukti mendekati konsentrasi yang tertulis pada botol larutan, yakni 0,1 M.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa praktikan melakukan titrasi guna standarisasi Na 2S2O3
dengan cukup teliti. Dari hasil ketiga konsentrasi Na 2S2O3, praktikan selanjutnya akan
melakukan titrasi redoks iodometri untuk menentukan kadar asam askorbat dalam vitamin C
dengan menggunakan konsentrasi rata - rata dari Na 2S2O3 sebesar 0,0998 M.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh praktikan adalah melakukan titrasi redoks
iodometri untuk menentukan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C. Titrasi redoks
iodometri dipilih karena metode ini menggunakan larutan standar iodat dimana sifatnya lebih
stabil dibandingkan dengan larutan iodin jika ingin menggunakan titrasi redoks iodimetri.
Sampel yang digunakan berupa 1 tablet Holisticare dengan berat 800mg/tablet dengan
kandungan vitamin C dalam bentuk ester-C sebanyak 320 mg/tablet. Maka, konsentrasi AA
yang terdapat pada larutan adalah 320mg/100mL atau 0,320% (w/v). Kadar Vit C yang
didapatkan adalah sebesar 0,3175% (w/v) dan 0,3351% (w/v) dengan rata-rata 0,3263% (w/v)
dengan kesalahan sebesar 1,9688%. Data tersebut belum dapat dinilai keakuratanya hal ini
dikarenakan kandungan Vitamin C yang terdapat pada sampel Holisticare berupa ester-C
yang diklaim memiliki kemampuan lebih dari Vitamin C. Adapun kesalahan titrasi dapat
terjadi terhadap Vitamin C sampel adalah pemaparan terhadap oksigen dan terhadap cahaya
yang mampu mengoksidasi Vitamin C menjadi DHAA, meskipun praktik dilakukan pada
kondisi asam dan suhu ruang yang mampu menghambat terjadi pengoksidasian (Winarno,
F.G., 2008). Selain oksidasi, kehancuran vitamin C juga dapat dipicu dengan aktivitas logam
dan aksi dari enzim (deMann, M.J., 1999). Kandungan kesadahan pada akuades yang tidak
distandarisasi dapat memicu terjadinya perusakan vitamin C meskipun pada tingkat yang
rendah.

V. Kesimpulan :
● Titrasi redoks iodometri adalah salah satu jenis titrasi yang dilakukan terhadap zat - zat
oksidator secara tidak langsung, dimana I 3- diperoleh dari hasil reaksi terlebih dahulu
sebelumnya, kemudian baru dititrasikan dengan larutan natrium tiosulfat.
● Kadar vitamin C dalam sampel Tablet Holisticare didapat sebesar 0,3175% (w/v) untuk
data simplo dan 0,3351% (w/v) untuk data duplo. Sehingga diperoleh rata - rata kadar
sebesar 0,3263% (w/v). Kadar hasil perhitungan ini dapat dinyatakan sesuai dengan kadar
yang diklaim oleh produsen, yakni 0,320% (w/v) atau setara dengan 320 mg/tablet.

VI. Referensi :
● Barnes, J.D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K. 2000. Vogel's Textbook of
Quantitative Chemical Analysis (6th ed). UK : Pearson Education Limited.
● Caballero, B., Trugo, L., and Finglas, P. 2003. Encyclopedia of Food Science, Food
Technology and Nutrition (2nd ed). USA: Academic Press.
● Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (6th ed). Jakarta:
Erlangga.
● deMann, M.J. 1999. Principle of Food Chemistry (3rd ed). London: Springer.
● Harris, D.C. 2010. Quantitative Chemical Analysis (8th ed). New York: W.H. Freeman
and Company.
● Holisticare. Holisticare Ester C Tablet. http://www.holisticare.co.id/holisticare-ester-c-
tablet. Diakses pada 24 Mei 2015.
● Tim Dosen. 2014. Modul Praktikum Kimia Analitik (modul 03). Tangerang: Surya
University.
● Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.

VII. Appendix :
● Tugas Awal Praktikum
1. Titrasi iodometri dan iodimetri memiliki beberapa perbedaan. Pertama, titrasi
iodometri berjalan secara tidak langsung sedangkan titrasi iodimetri berjalan secara
langsung. Kedua, pada titrasi iodometri, KIO3 direaksikan terlebih dahulu dengan KI
untuk membentuk I3- yang selanjutnya digunakan untuk titrasi, sedangkan pada titrasi
iodimetri, titrasi langsung dilakukan dengan I 3- menghasilkan I-. Ketiga, pada titrasi
iodometri, analit yang digunakan adalah analit yang memiliki sifat sebagai oksidator,
sedangkan pada titrasi iodimetri, analitnya bersifat sebagai reduktor.
2. Iodin dapat digunakan sebagai indikator karena ketika iodin ditambahkan dalam
larutan pada labu erlenmeyer, maka larutan akan berwarna coklat pekat. Namun pada
saat asam askorbat sudah mendekati titik akhir titrasi, maka akan terbentuk warna
yang berbeda, yakni kuning pucat seperti warna minyak. Setelah itu, akan
ditambahkan pati / starch yang akan menimbulkan warna biru dimana iodin bereaksi
dengan pati tersebut. Kemudian, titrasi akan dihentikan ketika warna larutan sudah
berubah menjadi tidak berwarna.
3. M = n/v
n = m/Mr
n = (0,4283 g)/ (214 g/mol)
n = 0,002 mol
M = n/v
M = 0,002 mol/ 0,25 L
M = 0,008 M
4. n KI = m/Mr
n KI = (2 g)/ (166 g/mol)
n KI = 0,012 mol = n I-
n KIO3 = M . V
n KIO3 = 0,008 M . 0,025 L
n KIO3 = 0,0002 mol = n IO3-

IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O


M 0,0002 mol 0,012 mol -
R 0,0002 mol 0,0016 mol 0,0006 mol
S - 0,0118 mol 0,0006 mol
I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-
M 0,0006 mol x
x = 2 . 0,0006 mol = 0,0012 mol
Na2S2O3 → 2 Na+ + S2O32-
M y 0,0012 mol
y = 1 . 0,0012 mol = 0,0012 mol

M Na2S2O3 = n/v
M Na2S2O3 = 0,0012 mol/ 0,03002 L
M Na2S2O3 = 0,03997 M ≈ 0,04 M

5. IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O


M 0,0002 mol 0,012 mol -
R 0,0002 mol 0,0016 mol 0,0006 mol
S - 0,0118 mol 0,0006 mol
Total iodin yang terbentuk = 0,0006 mol
n S2O32- = M . V
n S2O32- = 0,04 M . 0,01581 L
n S2O32- = 0,0006 mol

I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-


M x 0,0006 mol
x = 0,5 . 0,0006 mol = 0,0003 mol
Total iodin yang tersisa = 0,0003 mol
Total iodin yang bereaksi dengan asam askorbat pada titrasi = 0,0006 mol - 0,0003
mol = 0,0003 mol
I3- + C6H8O6 → 3 I- + C6H6O6 + 2 H+
0,0003 mol y
y = 1 . 0,0003 mol = 0,0003 mol (mol asam askorbat dalam 10 mL)
M asam askorbat dalam 100 mL = M . V = (n/v 10 mL) . 100 mL = 0,003 mol
massa asam askorbat = n . Mr
massa asam askorbat = (0,003 mol) . (176 g/mol)
massa asam askorbat = 0,528 g (dalam 100 mL)
Kadar %w/v asam askorbat = (m/v) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = (0,528 g/100 mL) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = 0,528 %w/v

● Tugas Akhir Praktikum


1. Air harus dididihkan terlebih dahulu dalam pembuatan larutan standar tiosulfat
karena dalam suasana asam, larutan standar tiosulfat mudah untuk terdekomposisi
menjadi sulfur dan ion hidrogen sulfit. Reaksi dekomposisi ini dipengaruhi pula
dengan adanya CO2 ataupun bakteri yang terlarut dalam larutan standar tiosulfat.
Oleh karena itu, air harus dididihkan agar air sudah tidak lagi mengandung CO 2 dan
bakteri yang terlarut.
2. Penambahan asam sulfat dalam percobaan ini ditujukan untuk membuat suasana asam
dalam larutan. Suasana asam diperlukan agar larutan tiosulfat dapat bereaksi dengan
larutan iodin dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-
Selain alasan di atas, penambahan asam sulfat juga diperlukan untuk mempercepat
jalannya reaksi (sebagai katalisator).
3. Ketika tablet vitamin C dilarutkan, seringkali dijumpai bahwa tablet tidak seluruhnya
larut. Hal demikian dapat terjadi, namun tidak berarti bahwa vitamin C tidak ikut
terlarut. Tablet vitamin C digerus dengan tujuan agar memudahkan proses pelarutan
vitamin C dengan membesarnya luas permukaan dari tablet vitamin C. Jika terlihat
tablet vitamin C tidak seluruhnya larut, senyawa yang tidak larut tersebut adalah
senyawa lain selain senyawa asam askorbat yang tidak larut dalam air, sedangkan
vitamin C / asam askorbat sendiri memiliki sifat mudah larut dalam air. Jadi, jika
dijumpai tablet vitamin C yang telah digerus tidak larut sepenuhnya dalam air, maka
yang tidak larut itu adalah senyawa lain selain senyawa asam askorbat.
4. Indikator kanji harus ditambahkan menjelang akhir titrasi iodometri karena jika
ditambahkan pada awal titrasi iodometri, iodin akan langsung dan tetap terikat
dengan kanji bahkan hingga melewati titik ekuivalen. Sebagaimana seharusnya, kanji
diharapkan agar mengikat iodin yang berlebih / sisa sehingga tidak mungkin
ditambahkan pada awal titrasi dimana belum terbentuk iodin berlebih / sisa. Jika
demikian, maka titik akhir titrasi tidak dapat didapatkan.
5. Jika sampel asam askorbat ditambahkan terlebih dahulu ke dalam larutan KIO 3
sebelum penambahan H2SO4 dan KI, maka asam askorbat langsung bereaksi dengan
KIO3. Sedangkan, yang diinginkan adalah KIO 3 bereaksi terlebih dahulu dengan KI
dan H2SO4 untuk menghasilkan I3- yang berlebih.
6. Kadar vitamin C yang ditemukan dalam sampel adalah 320 mg/100 ml atau 0,320
%w/v dalam gram per liter. Sedangkan, kadar vitamin C yang ditemukan dalam
sampel percobaan adalah 0,3175 %w/v dan 0,3351 %w/v atau jika dirata - ratakan
diperoleh kadar vitamin C dalam sampel percobaan 0,3263 %w/v. Besar kesalahan
relatif yang terjadi dalam penentuan kadar vitamin C ini adalah 1,9688%. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kadar vitamin C yang ditemukan dalam sampel
sesuai dengan kadar vitamin C yang diklaim oleh produsen. Untuk penjelasan lebih
lanjut, dapat dilihat pada bagian pembahasan.

● Hasil Perhitungan Percobaan


1. Mol KIO3
n = m/Mr
n = (4 g)/ (214 g/mol)
n = 0,1869 mol = 18,69 mmol
2. Konsentrasi KIO3
M = n/v
M = 18,69 mmol/ 1000ml
M = 0,0187 M
3. Mol H2SO4
n=M.V
n = 0,5 M . 0,01 L
n = 5 . 10-3 mol = 0,005 mol
4. Standarisasi Na2S2O3
SIMPLO
n KI = m/Mr
n KI = (2 g)/ (166 g/mol)
n KI = 12,0482 mmol = n I-
n KIO3 = M . V
n KIO3 = 0,0187 M . 25 mL
n KIO3 = 0,4675 mmol = n IO3-

IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O


M 0,4675 mmol 12,0482 mmol -
R 0,4675 nmol 3,7400 mmol 1,4025 mmol
S - 8,3082 mmol 1,4025 mmol
I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-
M 1,4025 mmol x
x = 2 . 1,4025 mmol = 2,8050 mmol
Na2S2O3 → 2 Na+ + S2O32-
M y 2,8050 mmol
y = 1 . 2,8050 mmol = 2,8050 mmol

M Na2S2O3 = n/v
M Na2S2O3 = 2,8050 mmol/ 28,7000 mL
M Na2S2O3 = 0,0977 M

DUPLO
n KI = m/Mr
n KI = (2 g)/ (166 g/mol)
n KI = 12,0482 mmol = n I-
n KIO3 = M . V
n KIO3 = 0,0187 M . 25 mL
n KIO3 = 0,4675 mmol = n IO3-

IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O


M 0,4675 mmol 12,0482 mmol -
R 0,4675 nmol 3,7400 mmol 1,4025 mmol
S - 8,3082 mmol 1,4025 mmol
I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-
M 1,4025 mmol x
x = 2 . 1,4025 mmol = 2,8050 mmol
Na2S2O3 → 2 Na+ + S2O32-
M y 2,8050 mmol
y = 1 . 2,8050 mmol = 2,8050 mmol

M Na2S2O3 = n/v
M Na2S2O3 = 2,8050 mmol/ 27,50 mmL
M Na2S2O3 = 0,1020 M

TRIPLO
n KI = m/Mr
n KI = (2 g)/ (166 g/mol)
n KI = 12,0482 mmol = n I-
n KIO3 = M . V
n KIO3 = 0,0187 M . 25 mL
n KIO3 = 0,4675 mmol = n IO3-

IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O


M 0,4675 mmol 12,0482 mmol -
R 0,4675 nmol 3,7400 mmol 1,4025 mmol
S - 8,3082 mmol 1,4025 mmol
I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-
M 1,4025 mmol x
x = 2 . 1,4025 mmol = 2,8050 mmol
Na2S2O3 → 2 Na+ + S2O32-
M y 2,8050 mmol
y = 1 . 2,8050 mmol = 2,8050 mmol

M Na2S2O3 = n/v
M Na2S2O3 = 2,8050 mmol/ 28,15 mL
M Na2S2O3 = 0,0996 M

RATA - RATA KONSENTRASI Na2S2O3


M Na2S2O3 = (0,09770977 M + 0,1020 M + 0,0996 M)/ 3
M Na2S2O3 = 0,0998 M
5. SIMPLO
IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O
M 0,4675 mmol 12,0482 mmol -
R 0,4675 nmol 3,7400 mmol 1,4025 mmol
S - 8,3082 mmol 1,4025 mmol
Total iodin yang terbentuk = 1,4025 mmol
n S2O32- = M . V
n S2O32- = 0,0998 M . 24,49 mL
n S2O32- = 2,4441 mmol

I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-


M x 2,4441 mmol
x = 0,5 . 2,4441 mol = 1,2221 mmol
Total iodin yang tersisa = 1,2221 mol
Total iodin yang bereaksi dengan asam askorbat pada titrasi = 1,4025 mmol - 1,2221
mmol = 0,1804 mmol

I3- + C6H8O6 → 3 I- + C6H6O6 + 2 H+


0,1804 mmol y
y = 1 . 0,1804 mmol = 0,1804 mmol (mol asam askorbat dalam 10 mL)
n asam askorbat dalam 100 mL = M . V = (n/v 10 mL) . 100 mL = 1,8040 mmol =
0,001804 mol
massa asam askorbat = n . Mr
massa asam askorbat = (0,001804 mol) . (176 g/mol)
massa asam askorbat = 0,3175 g (dalam 100 mL)
Kadar %w/v asam askorbat = (m/v) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = (0,3175 g/100 mL) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = 0,3175 %w/v

Kesalahan relatif kadar %w/v asam askorbat = [(%w/v observasi - %w/v literatur)/
%w/v literatur] . 100%
Kesalahan relatif kadar %w/v asam askorbat = 0,78%
DUPLO
IO3- + 6 H+ + 8 I- → 3 I3- + 3 H2O
M 0,4675 mmol 12,0482 mmol -
R 0,4675 nmol 3,7400 mmol 1,4025 mmol
S - 8,3082 mmol 1,4025 mmol
Total iodin yang terbentuk = 1,4025 mmol
n S2O32- = M . V
n S2O32- = 0,0998 M . 24,29 mL
n S2O32- = 2,4241 mmol

I3- + 2 S2O32- → 3 I- + S4O62-


M x 2,4241 mmol
x = 0,5 . 2,4241 mol = 1,2121 mmol
Total iodin yang tersisa = 1,2121 mol
Total iodin yang bereaksi dengan asam askorbat pada titrasi = 1,4025 mmol - 1,2121
mmol = 0,1904 mmol

I3- + C6H8O6 → 3 I- + C6H6O6 + 2 H+


0,1904 mmol y
y = 1 . 0,1904 mmol = 0,1904 mmol (mol asam askorbat dalam 10 mL)
n asam askorbat dalam 100 mL = M . V = (n/v 10 mL) . 100 mL = 1,9040 mmol =
0,001904 mol
massa asam askorbat = n . Mr
massa asam askorbat = (0,001904 mol) . (176 g/mol)
massa asam askorbat = 0,3351 g (dalam 100 mL)
Kadar %w/v asam askorbat = (m/v) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = (0,3351 g/100 mL) . 100%
Kadar %w/v asam askorbat = 0,3351 %w/v

Kesalahan relatif kadar %w/v asam askorbat = [(%w/v observasi - %w/v literatur)/
%w/v literatur] . 100%
Kesalahan relatif kadar %w/v asam askorbat = 4,72%

● Lampiran Foto Praktikum

Foto Keterangan
Penimbangan 4 gram KIO3.

Tablet Holisticare yang digunakan untuk


menentukan kadar asam askorbat.

Tablet Holisticare digerus hingga


menjadi serbuk halus dengan mortar dan alu.

Penambahan 20 mL akuades pada


bubuk Holisticare yang telah digerus.

Penteraan larutan Holisticare


hingga tanda batas 100 mL.
Hasil larutan Holisticare sebanyak
100 mL pada setiap labu ukur.

Pelarutan padatan KIO3 dengan


akuades dan ditera hingga tanda batas
pada labu ukur 1000 mL.

Hasil larutan KIO3 sebanyak 1 L.

Penimbangan 2 gram padatan KI.

KIO3 yang telah ditambahkan padatan KI,


larutan H2SO4, dan larutan Holisticare
kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Hasil titrasi yang dilakukan duplo. Titrasi dilakukan
hingga warna biru menghilang.

Hasil titrasi simplo pada standarisasi


larutan Na2S2O3.

Hasil titrasi duplo pada standarisasi


larutan Na2S2O3.

Anda mungkin juga menyukai