Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN P RAKTIKUM

BIOKIMIA

Dosen Pengampu : Farach Khanifah, S.Pd,M.Si

Anggota kelompok :
1. Afdhaliyah Ayu Putri Agustin (211310003)
2. Deviren Surya Dewi Putri (211310007)
3. Dila Rahmatu Sofia (211310008)
4. Kurnia Sari (211310014)
5. Lintang Orysa (211310015)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS & KESEHATAN INSAN
CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2021/2022
PRAKTIKUM 1 : Uji Protein

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida, suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi
berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari atom C, H, O dan N yang
membentuk unit-unit asam amino. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah oleh
sejumlah asam amino tertentu, urutan susunan asam amino dalam protein maupun hubungan
antara asam amino yang satu dan asam amino lainnya (Girindra, 1986).
Protein amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan
bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dilakukan praktikum Uji Protein
dengan berbagai metode untuk memberikan pemahaman serta menambah pengetahuan kita
tentang hal-hal yang berkaitan dengan biokimia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori
Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi mammalia,
termasuk manusia, yang mengandung karbohidrat (laktosa), protein, lemak, mineral dan
vitamin. Susu termasuk sumber gizi utama yang dibutuhkan oleh manusia dengan penyusun
utama dari susu sapi secara umum adalah air (87,10%), laktosa (4,8%), lemak (3,9%) yang
didominasi oleh lemak jenuh, protein susu (3,4%), dan kadar abu (0,72%).
Albumin merupakan salah satu protein sederhana dengan bentuk molekul protein
globular. Albumin mempunyai sifat dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan ammonium sulfat hingga
jenuh. Uraian tersebut merupakan pengertian umum tentang kedua sampel yang akan kami
pakai pada uji protein kali ini, yaitu Albumin yang kami dapat pada putih telur dan Laktosa
dari susu bubuk vanilla. Berikut merupakan dasar teori metode uji protein yang kami
gunakan:
1. Pengendapan dengan logam
Protein yang tercampur dengan logam berat akan terdenaturasi. Denaturasi merupakan
proses berubahnya struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Denaturasi dapat
dilakukan oleh berbagai bahan yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh,
biasanya dibarengi oleh fungsi-fungsi yang digunakan untuk berbagai fungsi sepeti fungsi
kelarutan. Denaturasi terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3
dan (CH3COO)2 Pb. Senyawa-senyawa tersebut akan memutihkan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan proteinat logam. Protein juga mengendap bila di
temukan garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein.
Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena
kemampuan ion garam terdehidrasi berkompetisi dengan protein untuk mengikat udara (Sri,
2012).
2. Pengendapan dengan alkohol
Penentuan protein metode pengendapan alkohol adalah kompetisi pembentukan antara
protein-air dengan alkohol-air. Alkohol dapat mengendapkan protein karena gugus
fungsional dari alkohol lebih kuat mengikat air sehingga kelarutan protein dalam ar
berkurang. Pada protein ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol
dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukan
oleh adanya endapan yang terbentuk (Rismaka, 2009).

3. Tes Biuret
Biuret memberikan warna ungu (violet) dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan
reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai
peptida dalam suasana basa. Beberapa protein yang mempunyai gugus – CS –NH–, –CH–
NH– dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif dengan biuret.

4. Tes Xantoproteat
Prinsip dari uji protein menggunakan tes xantoproteat adalah berdasarkan adanya
rekasi nitrasi intibenzena yang terdapat pada molekul protein sehingga menghasilkan
senyawa kompleks menjadi kuning jingga.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam, pengendapan
alkohol, tes biuret, dan tes xantoproteat
2. Mengetehui adanya ikatan peptida, ikatan belerang, dan inti benzena.

C. Alat dan Bahan


1. Alat : 2. Bahan :
- Tabung reaksi - Telur
- Rak tabung reaksi - Susu
- Pipet tetes - Larutan protein (laktosa dan
- Pipet ukur Albumin)
- Push ball - Kertas saring
- Beaker glass - NaOH 0,1 M
- HNO3 pekat
- Ch3COOH 3M
- HCl 0,1 M
- (CH3COO)2 Pb 0,2 M
- Etanol 95%
- Buffer ph 4,7

D. Cara kerja / Prosedur


a. Pengendapan dengan logam
1. Larutan protein 3 ml ditambahkan 5 tetes larutan (CH3COO)2 Pb 0,2M
2. Mengamati perubahan yang terjadi

b. Pengendapan dengan alkohol


Tabung Reaksi 1
1. Larutan protein 5 ml ditambahkan 1 ml Hcl 0,1 M
2. Menambahkan 6 ml etanol 95%
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Tabung Rekasi 2
1. Larutan protein 5 ml ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M
2. Menambahkan 6 ml etanol 95%
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Tabung Reaksi 3
1. Larutan protein 5 ml ditambahkan 1 ml Buffer asetat
2. Menambahkan 6 ml etanol 95%
3. Amati perubahan yang terjadi

c. Tes biuret
1. Larutan protein 1 ml ditambahkan 3 tetes larutan Cu(SO4)
2. Menambahkan 1 ml larutan NaOH
3. Mengamati perubahan yang terjadi

d. Tes xantoproteat
1. Larutan protein 1 ml ditambahkan 3 tetes HNO3
2. Memanaskan 2 menit pada penangas air
3. Setelah dingin, ditambahkan larutan NaOH 1 M setetes demi setetes
4. Mengamati perubahan yang terjadi
E. Hasil
Jenis Uji
No. Sampel Pengamatan Hasil Dokumentasi
Protein

Albumin
Terdapat endapan (+)
(Putih telur )
Pengendapan
1.
dengan Logam
Terdapat endapan
Laktosa (Susu) (gumpalan- (+)
gumpalan)

Albumin Terdapat lapisan


(+)
(Putih telur ) bening dan pekat

Pengendapan
2. dengan
Alkohol

Terdapat lapisan
Laktosa (Susu) bening dan putih (+)
susu

Perubahan warna
Albumin
3. Tes Biuret menjadi ungu (+)
(Putih telur )
muda (violet)
Terdapat lapisan
Laktosa (Susu) biru muda dan (+)
putih susu

Terbentuk lapisan
Albumin
berwarna kuning (+)
(Putih telur )
pekat
4. Tes
Xantoproteat
Terbentuk lapisan

Laktosa (Susu) berwarna kuning (+)


pekat
BAB III
KESIMPULAN

Uji protein dapat dilakukan dengan pengendapan logam, pengendapan alkohol, tes
biuret dan tes xantoproteat. Prosedur yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya protein
dalam sampel, jika melakukan dengan metode pengendapan logam maka harus
menambahkan 5 tetes larutan (CH3COO)2 Pb 0,2M, jika melakukan metode pengendapan
alkohol maka harus menambahkan etanol 95% dan larutan cenderung basa, cenderung asam,
dan netral. Jika melakukan tes biuret maka harus menambahkan Cu(SO4) dan larutan NaOH.
Jika melakukan tes xantoproteat maka harus menambahkan HNO3.
Berdasarkan uji protein yang telah dilakukan. Metode penggendapan logam sampel
albumin (putih telur) dan sampel laktosa (susu) hasil positif ditandai dengan adanya
endapan/gumpalan. Metode penggendapan alkohol sampel albumin (putih telur) hasil positif,
dan sampel laktosa (susu) hasil positif ditandai dengan adanya endapan. Metode tes biuret
sampel albumin hasil positif ditandai dengan perubahan warna menjadi violet, sedangkan
sampel laktosa hasil positif ditandai dengan adanya lapisan warna biru muda dan putih.
Metode tes xantoproteat sampel albumin hasil positif ditandai dengan adanya lapisan
berwarna kuning pekat, sedangan sampel laktosa hasil positif ditandai dengan adanya lapisan
kuning pekat juga.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2008. Jeroan bagi kesehatan. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Girindra, A. (1986). Biokimia I. Jakarta: PT. Gramedia.

Unimus. Bab 2 Kerang Hijau. Diakses pada 3 Juni 2022.


http://repository.unimus.ac.id/3209/4/Bab%202%20Kerang%20Hijau.pdf

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Kedua. Jakarta: UI Press

Farach K, Sri S. Panduan Praktikum Biokimia. ITSKes ICME Jombang


PRAKTIKUM 2 : Uji lipid

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau
manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Untuk memberikan
definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termsuk lipid tidak
mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga
berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa
organic yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang
disebut lipis (Poedjiaji, 1994).
Adapun sifat fisika yang dimaksud diatas adalah tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam satu atau lebih dari satu pelarut otganik, misalnya eter, aseton, kloroform, benzena,
yang sering disebut “pelarut lemak”. Yang kedua adalah ada hubungan dengan asam-asam
lemak atau esternya, mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup (Poedjiaji,
1994)
Istilah lipid kadang - kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga
meliputi molekul - molekul seperti asam lemak dan turunan – turunannya, termasuk tri-, di-,
dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol.
Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk
lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui
makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk melihat sifat lemak, yaitu molekul non-polar yang
hanya dapat larut dalam pelarut non-polar (khloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila
dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut. Derajat
kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat larut dalam sejumlah pelarut
pada suhu tertentu. Tingkat polaritas berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut.
Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik / terlarut dengan
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji
kelarutan yaitu berdasarkan pada kaidah “like dissolves like” yang mana senyawa polar akan
larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Kelarutan lipid baik lemak maupun minyak dapat
diuji dengan berbagai jenis pelarut untuk mengetahui derajat kelarutannya.
Reaksi uji Kelarutan lemak :

Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan dalam cairan lain dimana
keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, siperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antar kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupa protein, brom,
sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk
molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk
lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi
melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir
minyak satu sama lain.
Reaksi sabun dengan minyak :

Bagian sabun yang larut dalam minyak akan larut/masuk ke dalam lapisan lemak, bagian
sabun yang larut dalam air akan larut dalam air (pembentukan misel). Ekor sabun yang
berupa rantai karbon akan mengikat minyak/lemak, sedangkan kepala sabun yang berupa
gugus ionik akan berikatan dengan air karena mempunyai sifat yang sama yaitu senyawa
polar.

B. Tujuan
1. Mengetahui kelarutan lipida pada pengujian kualitatif lipida
2. Mengetahui pembentukan emulsi pada pengujian kualitatif lipida

C. Alat dan bahan


Alat : Bahan :
1. Tabung reksi 1. Minyak kelapa
2. Rak tabung reaksi 2. Sabun cair
3. Pipet ukur 3. Aquadest
4. Push ball 4. Etanol
5. Pipet tetes 5. Eter
6. Beaker glass 6. Na2CO3

D. Cara kerja / Prosedur


Uji Kelarutan Lipid
Tabung 1
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml aquadest
2. Lalu homogenkan
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Tabung 2
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml etanol
2. Lalu homogenkan
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Tabung 3
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml eter
2. Lalu homogenkan
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Tabung 4
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml Na2CO3
2. Lalu homogenkan
3. Mengamati perubahan yang terjadi

Uji Emulsi
Tabung 1
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml aquadest
2. Lalu homogenkan
3. Menambahkan 5 tetes larutan sabun cair
4. Lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan yang terjadi
Tabung 2
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml etanol
2. Lalu homogenkan
3. Menambahkan 5 tetes larutan sabun cair
4. Lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan yang terjadi
Tabung 3
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml eter
2. Lalu homogenkan
3. Menambahkan 5 tetes larutan sabun cair
4. Lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan yang terjadi
Tabung 4
1. Minyak kelapa 5 tetes ditambahkan 1 ml Na2CO3
2. Lalu homogenkan
3. Menambahkan 5 tetes larutan sabun cair
4. Lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan yang terjadi
E. Hasil

Jenis uji
No. Tabung Hasil Dokumentasi
lemak

Tabung 1 (minyak +
Heterogen
akuades)

Tabung 2 (minyak +
Uji Heterogen
ethanol 96%)
1. Kelarutan
Lemak Tabung 3 (minyak +
Homogen
eter)

Tabung 4 (minyak +
Heterogen
Na2CO3)

Tabung 1 (minyak + Homogen


akuades) (Emulgator)

Heterogen
Tabung 2 (minyak +
(Tidak
ethanol 96%)
Emulgator)
2. Uji Emulsi
Tabung 3 (minyak + Homogen
eter) (Emulgator)

Tabung 4 (minyak + Homogen


Na2CO3) (Emulgator)
BAB III
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu uji kelarutan lemak dan uji emulsi dapat
disimpulkan bahwa, sampel minyak dengan aquadest (tabung 1) hasil yang didapatkan adalah
heterogen (tidak larut), sampel minyak dengan etanol 96% (tabung 2) hasil yang didapatkan
adalah homogen (larut), sampel minyak dengan eter (tabung 3) hasil yang didapatkan adalah
heterogen (tidak larut), sampel minyak dengan Na2CO3 (tabung 4) hasil yang didapatkan
adalah heterogen (tidak larut). Sedangkan uji emulsi sampel minyak + aquadest dengan sabun
cair (tabung 1) hasil yang didapatkan adalah emulgator , sampel minyak + etanol dengan
sabun cair (tabung 2) hasil yang didapatkan adalah tidak emulgator , sampel minyak + eter
dengan sabun cair (tabung 3) hasil yang didapatkan adalah emulgator, sampel minyak +
Na2CO3 dengan sabun cair (tabung 4) didapatkan hasil emulgator.
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press: Jakarta

Ariyo P.H. Modul Praktikum Biokimia. Universitas Esa Unggul

Farach K, Sri S. Panduan Praktikum Biokimia. ITSKes ICME Jombang


PRAKTIKUM 3 : Uji Vitamin

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya bahan pangan
karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebut. Vitamin ini dalam proses
metabolisme dapat berperan sebagai koenzim dan lainnya. Berdasarkan sifat fisiknya vitamin
ini dapat dikelompokkan menjadi Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin
C. Vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A,D, E dan K . Dalam proses pengolahan
pada umumnya vitamin ini akan mengalami perubahan sehingga kadarnya menjadi
berkurang. Sebaliknya dengan proses fermentasi dakan dapat meningkatkan kandungan
vitaminnya yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Lehninger, 1998).
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu
penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada praktikum ini akan dilakukan pengujian
vitamin C melalui uji benedict.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
Vitamin C atau asam askorbat adalah jenis vitamin larut air yang banyak ditemukan
pada buah-buahan seperti jeruk, melon, delima dan cabai. Vitamin C mudah rusak ketika
bersentuhan dengan oksigen, dalam bentuk cair vitamin ini lebih mudah rusak dibandingkan
dalam bentuk padat (tablet). Keberadaan vitamin C dapat ditunjukkan dengan menggunakan
uji benedict, sedangkan untuk mengetahui kadarnya dapat menggunakan titrasi iodium.
Dasar teori reaksi untuk uji vitamin C dengan reagen benedict adalah bahwa vitamin
C mampu mereduksi tembaga sulfat dari reagen benedict sehingga menghasilkan endapan
berwarna merah bata.

B. Tujuan
Mengetahui cara identifikasi vitamin C pada sampel secara kualitatif

C. Alat dan Bahan


a. Alat :
- Labu ukur - Hot plate
- Tabung reaksi
- Beker glass b. Bahan :
- Mortar dan Stampfer - Vitamin C
- Neraca digital - Aquadest
- Batang pengaduk - Pereaksi benedict
- Pipet tetes - -
- - - -

D. Cara kerja / Prosedur


Penetuan Vitamin C
1. Menghaluskan dan menimbang vitamin C ipi sebanyak 1 gram
2. Melarutkan dengan aquadest tidak lebih dari 100 ml
3. Memasukkan 10 tetes larutan vitamin C ke dalam tabung reaksi
4. Menambahkan 30 tetes pereaksi benedict
5. Memanaskan diatas api kecil selama 2 menit
6. Mengamati endapan dan perubahan warna yang terjadi

E. Hasil

Jenis Uji
No. Sampel Pengamatan Hasil Dokumentasi
vitamin C

Terdapat lapisan
yang berubah
Uji
1. Vitamin C IPI warna menjadi (+)
benedict
merah bata
(coklat)
BAB III
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, uji kualitatif
terhadap kandungan vitamin C pada sampel IPI positif, ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah bata setelah ditetesi 30 tetes pereaksi benedict
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger A L 1989. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga

Mia. UJI KUALITATIF VITAMIN C PADA BERBAGAI MAKANAN DAN


PENGARUHNYA TERHADAP PEMANASAN.

Panji Tok.2014. UJI VITAMIN C DENGAN REAGEN BENEDICT.


https://www.edubio.info/2014/05/uji-vitamin-c-dengan-reagen-benedict.html. Diakses pada 3
Juni 2022, Pukul 10.

Farach K, Sri S. Panduan Praktikum Biokimia. ITSKes ICME Jombang

Anda mungkin juga menyukai