Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan secara tidak

langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta

meningkatkan usia harapan hidup, meskipun tidak sekaligus berarti

peningkatan mutu kehidupan yang pada gilirannya menimbulkan perubahan

sruktur penduduk dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia lanjut.


Usia tua hampir selalu datang bersama dengan kesengsaraan fisik,

psikis, sosial dan ekonomi. Kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka

berkurang kemunduran dan kelemahan yang diderita lansia antara lain :

pergerakan dan kestabilan terganggu, intelektual terganggu, isolasi diri,

inkontinensia dan impotensi, defisiensi imunologis, infeksi, konstipasi dan

malnutrisi (Arisman, 2009).


Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran fisik yang ditandai

dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat

dan figur tubuh yang tidak proporsional. Akibatnya aktivitas hidupnya akan

terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi ketegapan dan

kesigapan seseorang. Sekitar 30 – 50 % dari populasi lanjut usia mengalami

jatuh setiap tahunnya, mengalami inkontinensia urin 7 % pada pria dan 12 %

pada wanita. Sekitar 7 % lansia mengalami masalah tidur dan 30 % selalu

terbangun pada malam hari (Nugroho, 2010).


Untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, seseorang harus

selalu berusaha memelihara kesehatan dengan baik dan teratur agar tidak

1
mudah dihinggapi penyakit dan agar kemunduran faali berbagai organ tubuh

dapat diketahui sedini mungkin (Nugroho, 2010).


Keluarga sebagai pemberi asuhan informal, dalam melaksanakan fungsi

memberikan perawatan pada lansia melibatkan seluruh aspek yaitu fisik,

psikologis, emosional, sosial dan finansial. Berbagai dampak dapat timbul

sebagai respon dari interaksi keluarga dengan lanjut usia ketika pemberian

asuhan (Potter dan Perry, 2006).


Keluarga sebagai pemberi asuhan dalam merawat lansia dengan

ketergantungan tinggi di rumah dalam menjalankan perannya harus memiliki

pengetahuan yang baik tentang perawatan lansia (Sebern, 2008).


Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat, jumlah populasi lansia

berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan

diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050. Saat ini jumlah lansia akan

melebihi jumlah populasi anak (0 – 14 tahun) (Maryam, 2009).


Lansia Indonesia cenderung tinggal bersama keluarga. Karakteristik

keluarga Indonesia yang merupakan suatu kesatuan yang utuh, mempunyai

semangat gotong royong, ikatan keluarga yang erat, keluarga besar (Extended

family), dan sangat menghormati orang tua menyebabkan keluarga tinggal

bersama dan mengasuh lansia sampai akhir hayatnya (Efendy, 2004).


Seperti halnya megatrend dunia, penduduk Indonesia pun sedang dalam

proses menua. Jumlah dan persentase penduduk lansia di Indonesia telah dan

akan terus meningkat. Jumlah lansia di Indonesia menduduki nomor empat di

dunia. Populasi lansia mendekati 10 % dari jumlah penduduk yang mencapai

237,5 juta orang. Lansia yang terlantar sekitar 1,7 juta orang (Nurul, 2011).
Di Sulawesi Tengah dari 2.635.009 penduduk, terdapat 105,060 jiwa

lansia (Dinkes Provinsi Sulteng, 2014). Di Kabupaten Tojo Una – Una dari

2
140.358 penduduk, terdapat 8.165 jiwa lansia (Dinas Kesehatan Kabupaten

Tojo Una – Una, 2014).


Di Kelurahan Bailo dari 1.718 penduduk, terdapat 189 KK dan 83 KK

yang mempunyai lansia dengan masalah kesulitan hubungan antara usia lanjut

dengan keluarga, ketiadaan kemampuan keuangan ekonomi dari keluarga

untuk menjamin kehidupan secara layak, berkurangnya kesempatan keluarga

untuk memberikan pelayanan kepada usia lanjut (Kelurahan Bailo, 2015).


Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Gambaran Peran Keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan

Bailo Kecamatan Ampana Kota”.


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

peran Keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan Bailo Kecamatan

Ampana Kota?”.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peran keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan

Bailo Kecamatan Ampana Kota.


D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Kelurahan Bailo
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi pada pihak

Kelurahan sehingga dapat memberikan motivasi pada keluarga untuk

dapat berperan dalam perawatan lansia.


2. Untuk Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan informasi dan bahan bacaan di perpustakaan

Program Studi Keperawatan Poso.


3. Untuk Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Peran


Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh

orang di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individu yang

bersifat khas atau istimewa. Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku yang

berkenan dengan siapa yang memegang posisi tertentu. Posisi

mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

(Friedman, 2009).
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan sentuhan atau

tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah, dan

memperbaiki suatu sistem. Suatu sistem membutuhkan peran dari seseorang.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun dari luar dan

bersifat stabil (Ali, 2009).


B. Tinjauan Umum Tentang Keluarga
4
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Bailon, 2006).


2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.


b. Matrilineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.
e. Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri (Ali, 2009).


3. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek –

nenek), keponakan, dll.


c. Keluarga berantai (Serial family)
Terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.


d. Keluarga duda atau janda (Single family)
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal

mati.
5
e. Keluarga berkompoisi (Composite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabition)
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu

keluarga (Bailon, 2006).


4. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga kelompok dan masyarakat.


Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari anggotanya.


b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peran

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.
c. Peranan anak : anak melaksanakan peranan sebagai psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental sosial spiritual (Ali,

2009).
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
6
1) Memberikan rasa kasih sayang dan aman.
2) Memberikan perhatian diatara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Penganturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan

datang misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.


e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.


3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya (Fredman,

2009).
6. Tugas – Tugas Keluarga
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukan

masing-masing.
c. Sosialisasi antar anggota keluarga.
d. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
e. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
f. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
g. Membangkitkan dorongan semangat para anggota keluarga.
C. Tinjauan Umum Tentang Lansia
1. Pengertian Lansia
Definisi lanjut usia berbeda dari satu Negara dengan Negara yang lain,

dan definisi ini juga masih berubah oleh bentuk kegiatan ekonomi dan

7
perbedaan jenis kelamin suatu masyarakat tertentu. Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) yaitu meliputi :


a. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu antara 45 sampai 59 tahun,
b. Usia lanjut (Elderly) yaitu 60 – 74 tahun,
c. Usia lanjut tua (Old) yaitu antara 75 – 90 tahun,
d. Usia sangat tua (Very Old) yaitu diatas 90 tahun.
Lanjut usia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60

tahun atau lebih baik yang secara fisik masih berkemampuan (Potensial)

maupun karena sesuatu hal tidak lagi berperan secara aktif dalam

pembangunan (tidak potensial), (Anderson, 2006).


Menurut Jos Masdani (2009) lanjut usia merupakan kelanjutan dari

usia dewasa, kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian :


a. Fase iuventus = 25 – 40 tahun
b. Fase vertilitas = 40 – 50 tahun
c. Fase prasenium = 55 – 60 tahun
d. Fase senium = 65 tahun hingga tutup usia

2. Perubahan Biologis Akibat Penuaan


Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang

terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta

organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status

gizi pada masa tua, antara lain :


a. Masa otot yang berkurang dan masa lemak yang bertambah

mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang sehingga kulit

kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis

yang menetap.
b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga

dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.

Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan

kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Penurunan

8
indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf

pendengaran.
c. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal, mengakibatkan

gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan

gizi pada lansia.


d. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran

pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu

makan lansia. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah

buang air besar yang akan menyebabkan wasir.


e. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam

jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi hiponatremia

yang menimbulkan rasa lelah.


f. Inkontinentia urine adalah pengeluaran urin diluar kesadaran

merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering

diabaikan pada kelompok lansia, sehingga lansia yang mengalami

inkontinentia urine seringkali mengurangi minum yang dapat

menyebabkan dehidrasi (Nugroho, 2009).


3. Masalah – masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia (Nugroho, 2009).
a. Mudah lelah.
b. Kekacauan mental acut.
c. Nyeri dada.
d. Sesak nafas pada saat melakukan kerja fisik.
e. Berdebar – debar (Palpitasi).
f. Pembengkakan kaki bagian bawah.
g. Nyeri pinggang atau punggung.
h. Nyeri pada sendi pinggul.
i. Sering ngompol.
j. Gangguan pada ketajaman mata.
k. Gangguan pendengaran.
l. Pusing atau sakit kepala.
4. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia (Menurut stiligis dalam

Nugroho, 2009).

9
a. Gangguan sirkulasi darah seperti : Hypertensi, kelainan pembuluh darah

dan Ginjal.
b. Gangguan Metabolisme hormon seperti : Diabetes melitus.
c. Gangguan persendian seperti : Esteoporosis gout atritis ataupun

penyakit lainnya.
5. Perawatan sehari-hari yang harus dilakukan pada lanjut usia (Nugroho,

2009).
Perawatan yang harus dilakukan kepada klien lanjut usia terima

adalah yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yaitu antara lain :


a. Kebersihan mulut dan gigi merupakan kebersihan yang harus tetap

dijaga dengan penyakit gigi dan kumur-kumur secara teratur, meskipun

sudah ompong bagi yang masih aktif mempunyai gigi yang agak

lengkap dengan dapat menyikat giginya sendiri sekurang-kurangnya 2

kali dalam sehari, bagi lansia menggunakan gigi palsu dapat dipelihara

sebagai berikut :
1) Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan

kain kasa atau sapu tangan yang bersih, bila kesulitan dapat dibantu

keluarga atau perawat.


2) Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan dibawah air mengalir

sampai bersih.
3) Pada waktu gigi palsu dapat dipakai dan direndam air bersih didalam

gelas, jangan direndam pada air panas. Jika kondisinya lemah atau

lumpuh usaha untuk membersihkan mulut dan gigi perlu mendapat

bantuan keluarga atau perawat.


b. Kebersihan kulit dan badan mencerminkan kesadaran seseorang akan

pentingnya arti kebersihan kulit kerapian dalam berpakaian pada klien

lanjut usia perlu diperhatikan agar penampilan mereka tetap segar.

10
Usaha membersihkan kulit dapat dengan cara mandi setiap hari secara

teratur, paling sedikit 2 kali sehari dan pengawasan perlu dilakukan :


1) Ada tidaknya lecet.
2) Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar tidak

terlalu kering dan keriput.


3) Mempergunakan air hangat untuk mandi dalam usaha merangsang

peredaran darah dan mencegah kedinginan.


c. Kebersihan kepala dan rambut bertujuan membersihkan kepala untuk

menghilangkan debu-debu kotoran yang melekat dirambut dan kulit

kepala, klien lanjut usia harus aktif mencuci rambutnya sendiri.


Cara untuk mencuci rambut :
1) Sediakan air hangat secukupnya dibaskom.
2) Bilas rambut dengan air tersebut diberi atau dituangkan sampo

sedikit demi sedikit.


3) Lalu keringkan dengan handuk.

Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri

baik karena sakit atau kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat

mencuci rambut ditempat tidur dengan bantuan salah satu anggota

keluarga.

d. Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur dapat memberikan kenikmatan

atau perasaan nyaman pada waktu tidur sehingga perlu diperhatikan.

Jika kondisi fisik lansia yang masih aktif cukup diberikan pengarahan

cara membersihkan tempat tidur. Bagi lansia yang terus-menerus

istirahat di tempat tidur harus selalu diusahakan dapat istirahat atau

tidur dalam posisi yang menyenangkan dan nyaman.


Letak atau posisi tempat tidur dapat diatur antara lain :
1) Letak guling dibawah kedua lutut, usahakan agar kakinya tidak

tergelincir jatuh kesamping.


2) Untuk mencegah luka lecet tumit dan bokong diberi bantal.
11
3) Agar dapat tertidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus

hendaknya diberi papan dibawah kasur.


4) Posisi setengah duduk dibagian kepala ditempat tidur diberi

sandaran.
6. Perawatan terhadap lanjut usia yang mengalami gangguan mental antara

lain yaitu :
a. Perawatan lanjut usia yang menunjukan kemarahan.
1) Perawatan diri segera demi penyadaran sikap marah, mengurangi

atau bila perlu menghilangkan kemarahan fisik yang membahayakan

dengan jalan :
a) Beritahukan kepada kline lanjut usia bahwa anda tidak akan

membiarkan dirinya melanjutkan bertindak keras.


b) Luangkan waktu untuk kline lanjut usia, tanyakan kepadanya

kenapa marah.
c) Bantu diberikan dorongan pada kline untuk mengekspresikan

kemarahannya kedalam kata-kata, puji usaha kline lanjut usia

yang ikut bersama menggali kemarahan tersebut.


2) Peralihan keperasaan diri sendiri, mempermudahkan kline lanjut usia

untuk mengungkapkan perasaan-perasaannyaterhadap penyakit,

perawatan serta pengobatannya dengan cara :


a) Mengajak kline lanjut usia untuk turut serta dalam merancangkan

perawatan.
b) Melibatkan klien lanjut usia mengerjakan bagian perawatan yang

khusus.
c) Mengadakan penilaian terhadap tindakan perawatan bersama

klien lanjut usia sendiri.


d) Luangkan waktu setiap hari untuk klien lanjut usia.
3) Menolong sesama dengan tujuan membantu klien secara tepat :
a) Mempermudah kebutuhan lansia untuk mengungkapkan perasaan

positif maupun perasaan negatif.

12
b) Luangkan waktu bersama klien lanjut usia, orang lain yang dekat

klien lanjut usia untuk menerangkan kebutuhan akan perasaan

positif maupun perasaan negatif terhadap segala sesuatu yang

sedang menimpa dirinya.


7. Perawatan lanjut usia yang mengalami kecemasan.
a. Menyediakan waktu untuk tinggal bersama klien lanjut usia paling

sedikit 5 menit 3 x sehari.


b. Mendengarkan apa yang dibicarakan klien.
c. Memberikan penjelasan kepada klien secara jelas dan singkat tentang

apa yang terjadi.


d. Jangan coba memberikan lebih dari suatu informasi atau suatu

rangkaian penjelasan sekaligus.


e. Tanyakan pada klien lanjut usia apa yang dapat anda lakukan untuk

membuat perasaan lebih senang.


f. Identifikasikan bersama klien lanjut usia ketegangan-ketengangan dan

ketakutan yang menimbulkan perasaan cemasnya.


g. Meneruskan percakapan dengan klien lanjut usia secara teratur.
h. Melibatkan anggota keluarga atau teman dalam proses meyakinkan

kembali dan menjelaskan.


i. Uji dengan kata-kata kepada orang yang berminat bila memang

menunjukan keterlibatan dengan klien lanjut usia.


8. Perawatan lanjut usia yang mengalami kekacauan mental.
a. Mencari penyebab fisiologi kekacauan dan jika ada, dapat dihilangkan.
b. Tetap melibatkan klien dalam aktifitas.
c. Selalu memberitahukan kepada klien lanjut usia tentang segala sesuatu

yang akan dilakukan.


d. Mengurangi kerusakan indra yang dialami oleh klien lanjut usia.
e. Puji klien lanjut usia dalam usahanya untuk bersama dengan orang lain

dan ikut serta dalam lingkungannya.


f. Bersikap jujur kepada lanjut usia.
g. Jangan mempermalukan klien lanjut usia seperti anak kecil dan jangan

mencaci bila ia bersikap dewasa.

13
h. Tetap mengingatkan bahwa klien lanjut usia mempunyai kebutuhan dan

hasrat.
9. Perawatan lanjut usia mengalami depresi.
a. Adakan kontak dengan klien lanjut usia sesering mungkin baik secara

verbal maupun nonverbal.


b. Beri perhatian terus menerus, walaupun klien lanjut usia tidak mau dan

tidak dapat berbicara dengan nada.


c. Libatkan klien lanjut usia dalam menolong dirinya sendiri atau aktifitas

sehari-hari.
d. Teruskan meluangkan waktu untuk klien lanjut usia sehari-hari.
e. Gunakan pertanyaan yang terbuka untuk mengekspresikan perasaan

lanjut usia.
f. Jangan katakan pada klien lanjut usia bahwa ia tidak sesedih seperti apa

yang dirasakan, pendekatan ini hanya menguatkan perasaan klien lanjut

usia bahwa tidak seorangpun yang menolongnya.


g. Puji klien lanjut usia karena keterlibatannya dalam menolong dirinya

dengan aktifitas lainnya.


10. Perawatan lanjut usia yang mengalami ketakutan.
a. Berusaha mengenali sumber ketakutan yang khas atau spesifik.
b. Gunakan pertanyaan yang terbuka misalnya apa yang anda khawatirkan

selama ini.
c. Berikan keterangan dengan hati tenang semua yang terjadi dan terus

memberikan keterangan sebelum memberikan perawatan.


d. Setelah keterangan diberikan dianjurkan klien lanjut usia mengulangi

kembali keterangan yang anda berikan dengan kata-katanya sendiri dan

tanpa arti keterangan baginya.


e. Luangkan waktu bersama klien lanjut usia minimal 15 menit sehari.
f. Bantu klien lanjut usia baik secara verbal maupun nonverbal untuk

menanyakan tentang kemajuan dan hasil pengobatannya.

14
g. Berikan kesempatan teman-teman dan keluarganya untuk

mengekspresikan ketakutan mereka, maka akan memberikan dorongan

pada klien lanjut usia.


11. Perawatan lanjut usia yang mengalami gangguan sensorik atau indera dan

mengurangi derajat gangguan atau meningkatkan input indera

sebagaimana dibutuhkan.
a. Bicara langsung dengan klien lanjut usia gunakan isyarat-isyarat mata

untuk menciptakan kontak dengannya.


b. Penggunaan sentuhan, mengelus punggung, memijat, mengubah posisi,

menyisir rambutnya dan sebagainya.


c. Berikan perhatian dengan teratur, jangan mengasingkan klien yang

lanjut usia baik secara jasmani maupun rohani, bicarakan kepada klien

lanjut usia setiap hari masuk atau meninggalkan kamarnya.


d. Hati-hati dalam lingkungan sekitar.
e. Berikan kesempatan istirahat bagi klien lanjut usia sehingga ada

selingan dan jangan memberikan rangsangan secara terus menerus.


f. Memberitahukan apa yang akan anda kerjakan setiap kali bertemu

dengan klien lanjut usia.


g. Beberapa gangguan disebabkan karena posisi tidur, maka beri

kesempatan untuk duduk, berdiri atau sedikit tegak, berikan latihan

pasif maupun aktif.


h. Perasaan bingung yang bersifat fisiologis tak dapat dikontrol dengan

pendekatan tingkah laku. Walaupun demikian sangat penting untuk

mengadakan pendekatan pada klien lanjut usia dan memberikan

dorongan.
12. Perawatan rehabilitasi dasar pada klien lanjut usia yang mengalami

kelumpuhan yaitu hilangnya fungsi bagian tubuh yang terkena trauma,

15
misalnya karena kecelakaan atau jatuh tergelincir dan nontrauma misalnya

akibat radang, gangguan pembuluh darah otak stroke, terkena darah tinggi.
a. Perawatan bagi kline lanjut usia yang mengalami kelumpuhan memang

memerlukan dan menghabiskan waktu yang lama dan sulit.


Perawatan secara umum :
1) Tujuan perawatan pada klien lanjut usia yang mengalami

kelumpuhan yaitu mengurangi beban penderitaan yang dialaminya

serta memulihkan kembali fungsi bagian yang lumpuh.


2) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pada klien lanjut

usia yang lumpuh adalah bagian-bagian badan yang tertekan posisi

tidur perlu berubah-ubah untuk mencegah timbulnya luka yang lecet

pada kulit yang terus menerus mengalami tekanan, posisi tidur

dianjurkan :
a) Posisi tidur yang terlentang yaitu :
1. Letak kepala, kepala diletakan dibagian yang tidak sakit dan

diberi bantal sebagai penahan.


2. Letak bahu, bahu diberi bantal dibawahnya untuk menghindari

ketegangan otot.
3. Letak tangan dan pergelangan tangan diletakan melebar keluar

dan dibawahnya diberi bantal dengan posisi bagian dalam arah

keluar dan pada tangannya diberi gulungan kain untuk

menghindarkan terjadinya atropi.


4. Punggung, bagian punggung kanan dan kiri diberi bantal dan

bagian bawah lutut yang lumpuh diberi bantal agar tidak kaku

atau jatuh.

b) Posisi tidur miring yaitu :


1. Sebaiknya di kepala diberikan bantal yang lunak untuk

memberikan rasa nyaman.


16
2. Lengan atas kedepan dan letakan diatas bantal dengan sudut 15

derajat dan tangan diberikan kain gulugan untuk mencegah

atropi.
3. Kaki juga diarahkan kedepan dan diberi bantal dibawahnya.

Serta lutut ditekuk kurang lebih 15 derajat.


c) Posisi tidur telungkup yaitu :
1. Kepala diarahkan kesamping dalam keadaan nyaman.
2. Bagian dada dibawahnya diberi bantal untuk menahan tubuh

dan memberikan kebebasan bergerak bagian kepala dan leher.


3. Tangan, diletakkan lurus dengan bentuk 30 derajat.
4. Kaki, diberi bantal dibawanya untuk memberi posisi lekuk

(Fleksi) pada lutut.

13. Perawatan rehabilitasi dasar yaitu :

a. Perawatan saluran pernafasan dapat dilakukan secara aktif dan pasif.


b. Latihan menggerakan sendi-sendi setiap hari.
c. Melatih otot-otot sehingga dapat memperkuat otot-otot yang terganggu.
D. Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia
Pada masyarakat tradisional yang umumnya terdiri dari keluarga-

keluarga luas, memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka cukup

aman karena anak (dan saudara-saudara lainnya) masih merupakan jaminan

yang paling baik bagi orangtuanya dengan ikatan yang kuat dan berhubungan

secara kekeluargaan dengan tetangga dan teman-teman mereka. Anak masih

merasa berkewajiban dan mempunyai loyalitas menyantuni orangtua mereka

yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai yang masih berlaku

memang anak wajib memberikan kasih sayangnya kepada orangtuanya

sebagaimana pernah mereka dapatkan pada waktu masa kanak-kanak. Bahkan

mendapat peranan tersendiri baik dalam keluarga maupun masyarakat. Para

usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai orang yang

17
“dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya

pengetahuan.
Dalam kondisi fisik yang lemah dan mungkin sakit-sakitan, dalam

kesepian, dalam kebosanan, dalam penderitaan potspower syndrome, dalam

keadaan menganggur, anak-anak bertanggung jawab dengan penuh loyalitas

dan hormat mengasuh, membiayai, mendidik dan mengawasi orang tua

sebagaimana pernah mereka lakukana terhadap anak-anaknya. Mempunyai

orang tua dalam keluarga, adalah sama halnya dengan mempunyai anak-anak

yang dicintainya. Orang tua tidak perlu merasa mengganggu keluarga

anaknya atas keberadaannya diantara mereka.


Tempat yang terbaik bagi usia lanjut untuk mendapatkan perawatan

adalah tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga lainnya perawatan

yang dilakukan oleh anak sendiri lebih memberikan rasa nyaman dan aman

karena mereka lebih mahfum atau toleran terhadapnya dibandingkan kerabat

atau orang lain (Sudiro, 2009).


E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep atau

terhadap konsep yang lainnya dari yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka dalam penulisan ini

terdapat beberapa variabel, yaitu variabel terikat (Dependen) dan variabel

bebas (Independen).
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Perawatan Lansia
Peran Keluarga

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan maksud

untuk memberikan gambaran secara rinci dari variabel yang diteliti tanpa

membuat suatu perbandingan atau hubungan dengan variabel lain

(Notoatmodjo, 2010). Gambaran yang dimaksud dalam penelitian yaitu

gambaran tentang peran keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan Bailo

Kecamatan Ampana Kota.


B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juli 2015.
2. Tempat Penelitian

19
Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana

Kota.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga

yang memiliki lansia yang tinggal di Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana

Kota yang berjumlah 83 keluarga.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling adalah seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian yaitu berjumlah 83 keluarga.


D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran peran keluarga dalam

perawatan lansia.
2. Definisi Operasional
Peran keluarga
Perilaku – perilaku keluarga dalam memberikan perawatan pada lansia
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : Aktif berperan  62,5%
Tidak aktif berperan ˂ 62,5%
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner peran

keluarga terdiri dari 20 item. Kuesioner menggunakan skala Likert yang

terdiri dari pilihan jawaban sangat sering 4, sering 3, kadang-kadang 2,

tidak pernah 1.
2. Data Sekunder

20
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang diambil dari data

yang di peroleh melalui catatan yang ada di Dinas Kesehatan dan

Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota yang menunjang latar belakang

dalam penelitian ini.


F. Pengolahan Data
Agar data-data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna atau

berarti, maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum

disajikan. Adapun tahap-tahap pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :


a. Editing yaitu : Memeriksa kembali data-data yang telah

dikumpulkan apakah ada kesalahan atau tidak.


b. Coding yaitu : pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban

yang bersifat kategori.


c. Cleaning yaitu : Membersihkan data dengan melihat variabel-

variabel yang digunakan apakah data-datanya

sudah benar atau belum.


d. Tabulating yaitu : Penyusunan atau perhitungan data berdasarkan

variabel yang diteliti.


e. Describing yaitu : Menggambarkan atau menjelaskan data yang

sudah dikumpulkan (Notoatmodjo, 2010).

G. Analisa Data
Dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai peran keluarga dalam

perawatan lansia. Penggunaan teknik analisa data diolah berdasarkan rumus

menurut Nursalam (2007) sebagai berikut :

P = x 100 %

Keterangan :

21
P : Persentase

N : Jumlah Sampel/Jumlah Soal

F : Frekuensi/Jumlah jawaban benar

H. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota. Luas

wilayah Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota 250 Ha. Batas-batas

wilayah Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota:

a. Sebelah utara berbatasan dengan teluk Tomini.


22
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Padang Tombuo

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Labia Bae

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bailo Baru

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota tahun 2015

adalah sebanyak 2018 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.045 jiwa, perempuan

973 jiwa.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini didapatkan tentang gambaran peran keluarga dalam

perawatan lansia dan distribusi responden disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Distribusi gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia


Di Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota

No Peran F %
1 Aktif berperan 56 67,5
2 Tidak aktif berperan 27 32,5
Jumlah 83 100
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi gambaran

peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu terbanyak aktif berperan

sebanyak 56 responden (67,5%) dan terendah tidak aktif berperan

sebanyak 27 responden (32,5%).


23
C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi gambaran peran keluarga

dalam perawatan lansia yaitu terbanyak aktif berperan sebanyak 56 responden

(67,5%).

Hasil penelitian pada tabel 4.1 sejalan dengan pendapat Ali (2009), yang

mengatakan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan

sentuhan atau tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah,

dan memperbaiki suatu sistem. Suatu sistem membutuhkan peran dari

seseorang. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari

luar dan bersifat stabil.

Sesuai dengan pendapat Depdiknas (2002) yang mengatakan peran

adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang di

masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individu yang bersifat khas

atau istimewa.

Didukung juga pendapat dari Friedman (2005) yang mengatakan bahwa

peran diartikan sebagai perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang

posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam

suatu sistem sosial.

Menurut asumsi peneliti semakin aktif keluarga berperan dalam

perawatan lansia maka akan membantu memelihara kesehatan lansia.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Distribusi gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu

terbanyak aktif berperan sebanyak 56 responden (67,5%).

B. Saran

1. Bagi Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota

Peneliti mengharapkan pihak Kelurahan melalui petugas kesehatan yang ada

dapat terus memotivasi keluarga untuk dapat berperan dalam perawatan

lansia.

25
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan

bagi peneliti-peneliti selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel

yang lebih luas.

26

Anda mungkin juga menyukai