Anda di halaman 1dari 9

BAB I

DEFINISI

Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira – kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ).
Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu, akan tetapi  seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2000). 
Masa nifas mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2004).
Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah
melahirkan bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, Lowdermilk& Jensen, 2005). 
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu  (Abdul Bari. 2002 : N-27). 
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
krisis baik ibu maupun bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan kunjungan
pada ibu nifas sesuai jadwal yaitu :
a. Kunjungan pertama : 6 jam – 2 hari post partum
b.   Kunjungan kedua : 3- 7 hari post partum
c.   Kunjungan ketiga : 8-28 hari post partum
d.   Kunjungan keempat : 29-42 hari post partum

1
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :(Ambarwati, E.R, dkk,
2009:3)
a. Early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)
Adalah masa nifas dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari
b. Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah persalinan).
Adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu. 
c. Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah persalinan
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan

2. Program dan Kebijakan Teknis Pelayanan Nifas


a. Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
c. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah,mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24
jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah kematian beberapa ini. (Saifuddin, 2006:122)

2
a. Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan nifas, yaitu :
Kunjungan pertama
Dilakukan 6 jam - 2 hari setelah persalinan dengan tujuan untuk
mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan berlanjut, memberikan konseling
pada ibu dan keluarganya bagaimana cara mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri, pemberian ASI, dan melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermia.
b. Kunjungan kedua
Hari ke 3- 7 hari setelah persalinan dengan tujuan untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
pusat, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu
mendapat cukup istirahat, makan dan cairan, memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,
memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari; menganjurkan
ibu untuk minum tablet darah sampai 40 hari setelah persalinan,
memberi penjelasan tentang Keluarga Berencana (KB) dan pencegahan
infeksi saluran reproduksi.
c. Kunjungan ketiga
Hari ke 8 - 28 hari setelah persalinan dengan tujuan sama dengan
kunjungan pada 3 hari setelah persalinan.
d. Kunjungan keempat
Hari ke 29-42 hari setelah persalinan dengan tujuan menanyakan kepada
ibu tentang penyulit yang dialami atau bayinya, memberikan konseling
untuk ber-KB secara dini (Saroha,2009)

PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS


1. Uterus .
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil  (Sarwono, P. 2002 : 237) 
Tabel Involusi Uterus

3
(Rustam Muchtar. 1998

2. Lochea 
Adalah cairan yang keluar dari vagina yang berasal dari tempat plasenta
dalam rahim setelah persalinan. Dan ini terjadi segera setelah plasenta
dikeluarkan  (Close, Sylvia. 1998 : 55). 
Macam – macam Lochea :
 Lochea rubra (Cruenta  ): berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium,
selama 2 hari post partum. 
 Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3 – 7 post partum.
 Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7 - 14 post partum
 Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.  (Rustam Muchtar.
1998 : 116).

TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS :


> Perdarahan berat pada vagina
> Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah
> Lochea yang berbau busuk
> Nyeri pada perut atau pelvis
> Pusing atau lemas yang berlebihan
> Suhu tubuh ibu > 38˚C
> Tekanan darah yang meningkat
> Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat b.a.k atau pada saat

4
pergerakan usus
> Tanda– tanda mastitis: payudara bengkak, kemerahan disertai rasa sakit.

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang
telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung
jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional
sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat
dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang
layanan kebidanan , ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan
akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-
masing.
Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
SyaratstandarPelayananKebidanan :
1.      Dapat diobservasi dan diukur
2.      Realistik
3.      Mudah dilakukan dan dibutuhkan

FORMAT STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


 Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
 Melindungi masyarakat
 Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
 Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan
praktek sehari-hari.
 Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan
dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN NIFAS
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
 Pernyataan Standar:
Petugas memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
5
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Tujuan adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu di
mulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan
infeksi. Dan hasil yang di harapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan
perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik
Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
 Pernyataan Standar:
Petugas melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan.
            Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang
bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan
kesehatan ibu dan bayi. Meningkatkan asuhan saying ibu dan saying
bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
 Pernyataan Standar:

Petugas memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan


rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.  Tujuannya adalah memberikan pelayanan
kepada ibu dan bayi sampai 42
harisetelahpersalinandanmemberikanpenyuluhan ASI eksklusif.

6
BAB III
TATA LAKSANA

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini ( 6 jam – 42 hari ) karena
merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya.
Pelayanan Kesekatan ibu nifas meliputi :
1. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum ( anamnese )
2. Pemeriksaanpadamukaibu (mataconjungtivapucat/tidak, sclera
ikterus/tidak, mukaudema/tidak.
3. Pengukurantanda vital sign (tensi, suhu, nadidanpernafasan)
4. Pemeriksaanpayudara kiri kanan
5. Pemeriksaan abdomen:
a. Periksabekaslukajikaoperasibaru.
b. Pemeriksaan kontraksi rahim.
c. Palpasiuntukmendeteksi tinggi fundus uteri(involusi uteri)
6. Pemeriksaangenetaliadantanda infeksi
7. Pemberian kapsul vit A 200.000 IU dan tablet tambah darah (bila
belum di beri setelah persalinan)
8. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
9. Konseling
10. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komlikasi
11. Memberikan nasehat tentang :
a) Gizi seimbang
b) Kebututan minum pada ibu menyusui
c) Kebersihan diri ( personal higiene )
d) Istirahat cukup
e) Cara menyusui yang baik dan benar
f) Perawatan bayi yang benar
g) Stimulasi dini pada bayi
h) KB pasca persalinan

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi pada pelayanan nifas meliputi :


1. Rekam medis pasien
2. Ceklist layanan nifas
3. Buku KIA
4. Kohord Nifas
5. Laporan bulanan
6. Penilaian kinerja puskesmas

8
Daftar Pustaka

–  Sarwono, P. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Saworno

Rustam, M. (1998). Sinopsis Obstetri I. Jakarta. EGC

Saifuddin, dkk. (2004). Buku Panduan Praktis Pelayanan Keseahatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yaysan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bobak, Lowdermilk, Jensen (2005). Maternity Nursing (4th ed), Maria A&


Piter I (2004). (Alih Bahasa), Jakarta : EGC

Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Dan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : YBPSP 

Sarwono Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBSP 

asakan diri untuk berperan sebagai ibu.

Anda mungkin juga menyukai