Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMERIKSAAN GCS (GASGLOW COMA SCALE)

Dosen Pengampu : Suhardono, S.Kep, Ners, M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

1. HEYLDA PUTRI P. (20)


2. NISA DWI ARBIANTI (21)
3. HEMY YUNITA W. (45)
4. EKA PRASETYANINGSIH (46)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pancasila yang berjudul penerapan nilai – nilai pancasila dalam praktik keperawatan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Blora, 10 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 4

D. Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

A. Tingkat Kesadaran ......................................................................................................... 5

B. Jenis – Jenis Tingkat Kesadaran .................................................................................... 5

C. Cara Mengukur Tingkat Kesadaran ............................................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8

A. SIMPULAN ................................................................................................................... 8

B. SARAN .......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem persarafan berfungsi sebagai pengatur berbagai aktivitas tubuh. Sistem


persarafan terdiri atas saraf pusat dan saraf perifer. Dalam pengkajian sistem persarafan,
pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan fungsi kesadaran, mental ,dan gerakan
sensasi. Pengkajian terhadap riwayat cedera kepala, pembedahan pada persarafan,
pingsan, maupun stroke perlu ditanyakan. Gangguan persarafan dapat menyebabkan
gangguan dalam beraktivitas. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf
diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan
laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi :pemeriksaan kesadaran,
rangsang selaput otak, saraf otak, sistemmotorik, sistem sensorik refleks dan
pemeriksaan mental.
Pemeriksaan kesadaran pasien dapat dikaji dengan menggunakan cara yang mudah
yaitu denggan menggunakan Glasglow Coma Scale (GCS). Agar pembaca lebih
memahami tentang pengkajian tingkat kesadaran maka makalah ini akan menguraikan
bagaimana cara mengukur tingkat kesadaran pasien menggunakan GCS.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan
masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tingkat kesadaran?
2. Apa saja jenis-jenis tingkat kesadaran?
3. Bagaimana cara mengukur tingkat kesadaran?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari tingkat kesadaran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tingkat kesadaran
3. Untuk menjelaskan cara mengukur tingkat kesadaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tingkat Kesadaran


Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. Kesadaran
secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal atau
mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. (Padmosantjojo, 2000).Kesadaran
yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi dan reaksi terhadap apa
yang diserap (dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dan seterusnya) bersifat sesuai dan tepat.
(Mutaqqin, 2008).Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa tingkat
kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan.

B. Jenis-Jenis Tingkat Kesadaran


Berdasarkan penilaian kualitatif tingkat kesadaran dibagi menjadi :
1. Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).
C. Pemeriksaan GCS
Gasglow coma scale (GCS) adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata
(Eye), bicara (Verbal), gerakan (Motorik). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat
(score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

E : Eye (Respon membuka mata).

Score : (4) : Membuka mata spontan.

(3) : Mata membuka saat diajak bicara.

(2) : Membuka mata dengan rangsang nyeri (Tekan pada saraf supraorbital).

(1) : Tidak ada reaksi mata.

V : Verbal (Respon verbal)

Score : (5) : Baik dan tidak ada disorientasi (Dapat menjawab dengan kalimat yang
baik dan tahu dimana dia berada, tahu waktu, hari dan bulan).

(4) : Kacau (Dapat bicara dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu dan
tempat).

(3) : Tidak tepat (Dapat mengucapkan kata – kata, namun tidak berupa
kalimat dan tidak tepat).

(2) : Mengerang (Tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang).

(1) : Tidak ada jawaban.


M : Motorik (Respon Motorik)

Score : (6) : Menurut perintah (Misalnya disuruh angkat tangan)

(5) : Mengetahui lokasi nyeri (Berikan rangsang nyeri, missal menekan


dengan jari pada supraorbita). Bila pasien mengangkat tangannya sampai
melewati dagu untuk menepis rangsang tersebut berarti ia dapat
mengetahui lokasi nyeri.

(4) : Reaksi menghindar.

(3) : Reaksi fleksi (Dekortikasi) berikan rangsang nyeri, missal pada ujung
jari kuku. Bila terdapat gerakan siku yang fleksi abnormal maka terdapat
reaksi fleksi terhadap nyeri.

(2) : Reaksi ekstensi (Deserebrasi). Dengan rangsang nyeri terdapat reaksi


ekstensi abnormal pada siku. Ini selalu disertai fleksi spastic pada
pergelangan tangan.

(1) : Tidak ada reaksi. Sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus
diyakinkan bahwa rangsang nyeri memang cukup kuat diberikan.

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam symbol


E…V…M… Selanjutnya nilai – nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.Jika dihubungkan dengan kasus
trauma kapitis (benturan / cidera kepala) maka didapatkan hasil :

1. GCS : 14 – 15 termasuk CKR (Cidera Kepala Ringan).


2. GCS : 9 – 13 termasuk CKS (Cidera Kepala Sedang).
3. GCS : 3 – 6 termasuk CKB (Cidera Kepala Berat).
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengkajian tingkat kesadaran diperlukan untuk mendapatkan data objektif tentang
tingkat kesadaran pasien. GCS adalah pengkuran yang cukup akurat sebagai
pemeriksaan penunjang dalam pemantauan kondisi pasien. Pengkajian dilakukan sat
pasien baru dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien.

B. Saran
Diharapkan untuk pembaca dapat mengkaji tingkat kesadaran pada saat menjalani
praktik klinik dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yokyakarta: Gajah Mada University Press
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Persarafan . Jakarta: Salemba Medica
Padmosantjojo. 2000. Keperawatan Bedah Saraf. Jakarta: Bagian Bedah Saraf FKUI

Anda mungkin juga menyukai