Anda di halaman 1dari 7

TINGKAT KEGAWATAN

a. Prioritas nol (hitam) P0 / Expextant


Pasien meninggal meski mendapat pertolongan atau kondisi yang parah yang
jelas tidak mungkin untuk diselamatkan. Contoh :
-Luka bakar derajat tiga hamper seluruh tubuh
-Kerusakan organ vital
-Tidak ada pernafasan spontan
-Tidak ada bukti aktivitas jantung
-Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
b. Prioritas pertama (merah) P1/ Segerea
Setiap pasien dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan
dalam ukuran menit, harus ditangani segera. Pasien dibawa segera ke ruang
resusitasi, waktu tunggu nol menit.
Penderita sakit berat atau cidera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya
gagal ginjal, henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah dan cidera kepala
berat
c. Prioritas kedua (kuning) P2 / Kasus Sedang
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya dapat
ditunda, pasien ini mendapat pertolongan dengan prioritas penanganan kedua
Pasien memerlukan bantuan namun dengan sakit atau cidera dengan tingkat
yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam
waktu dekat
misalnya :
Contoh :
- Cedera tulang belakang
- Patah tulang terbuka dengan perdarahan terkontrol
- Trauma capitis tanpa gangguan kesadaran
- Luka bakar < 30%
- Apendisitis akut
- Fraktur tertutup pada ekstremitas
- Trauma thorax non asfiksia
- Hipertensi
- Penderita typoid

d. Prioritas ketiga (hijau) P3 / Kasus ringan


Pasien tidak gawat dan tidak darurat, kondisi cukup ringan dan pasien dapat
berjalan. Pasien dengan cidera minor atau tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak
menimbulkan kecacatan
-Luka lecet
-Luka memar
-Fraktur ekstremitas atas
-Demam
-Luka bakar superficial
-Abses
-Common cold

KEADAAN UMUM/ TINGKAT KESADARAN


1. Kompos Mentis, merupakan kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon
pasien terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Nilai GCS untuk kompos mentis adalah 15-
14
2. Apatis, ,merupakan kondisi dimana seseorang tidak peduli atau merasa segan
terhadap lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12
3. Delirium, merupakan kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai
dengan kekacauan motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami gangguan siklus
tidur, merasa gelisah, mengalami disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-
ronta. Nilai GCS adalah 11-10
4. Somnolen, merupakan kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bias
dibangunkan dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan tersebut
berhenti, maka pasien akan langsung tertidur kembali. Nilai GCS untuk
somnolen adalah 9-7
5. Stopor, merupakan kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat
dibangunkan melalui rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri. Meskipun
begitu pasien tidak dapat bangun dengan sempurna dan tidak mampu
memberikan respon verbal dengan baik. Nilai GCS adalah 6-5
6. Semi-koma atau koma-ringan, merupakan kondisi penurunan kesadaran dimana
pasien tidak dapat memberikan respons pada rangsangan verbal dan bahkan
tidak dapat dibangunkan sama sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata maka
masih akan terlihat reflex kornea dan pupil yang baik. Pada kondisi ini respons
terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau hanya sedikit. Nilai GCS
untuk semi-koma adalah 4
7. Koma, merupakan kondisi penuruna tingkat kesadaran yang sangat dalam.
Dalam kondisi ini tidak ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak muncul
juga respons terhadap rangsangan nyeri. Nilai GCS untuk koma adalah 3

MENGUKUR TINDKAT KESADARAN ORANG DEWASA


1. EYE / MATA
 Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan
 Nilai (3) unutk mata terbuka ketika diberikan respons suara atau
diperintahkan membuka mata
 Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri
 Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diiberikan rangsangan
2. VERBAL / RESPON VERBAL
 (5) : berbicara mengoceh seperti biasa
 (4) : menangis lemah
 (3) : menangis karena diberi rangsangan nyeri
 (2) : merintih karena diberi rangsangan nyeri
 (1) : tidak ada respon
3. MOTORIK/ GERAKAN TUBUH
 (6) : bergerak spontan
 (5) : menarik anggota gerak karena sentuhan
 (4) : menarik anggota gerak karena rangsangan nyeri
 (3) : fleksi abnormal
 (2) : ekstensi abnormal
 (1) : tidak ada respon

TANDA-TANDA VITAL
AIRWAY

 SNORING ( Mendengkur)
 GARGLING (Suara seperti berkumur)
 STRIDOR, adalah suara kasar atau serak bernada tinggi atau rendah, yang
muncul setiap tarikan atau hembusan napas

BREATHING

1. SUARA NAPAS
 VESIKULER. Bunyi vesikuler adalah bunyi yang lemah dan nadanya
rendah, biasanya bisa didengar di semua bagian parenkim paru. Panjang
inspirasi lebih panjang dibandingkan ekspirasi.
 BRONCHOVESIKULER. Bunyi bronkovesikuler bisa dikatakan adalah
campuran dari bunyi bronkial dan bunyi vesikuler. Panjang ekspirasi dan
inspirasinya sama panjang. Biasanya dapat didengar pada sela iga
pertama dan kedua di dada depan dan jika ingin mendengar di dada
belakang maka dengar di antara skapula. Bunyi ini berada di dekat karina
dan bronkus utama.
 WHEZING, adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang
terdengar di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran
respiratorik distal.
 RONCHI/ MENGI, mendengkur
2. POLA NAPAS
 APNEU atau henti napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses
pernafasan dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua
menit) tetapi dapat juga terjadi dalam jangka panjang.
 DYSPNEU, adalah istilah medis untuk sesak napas
 BRADIPNEU, adalah kondisi yang menandakan kecepatan bernapas
menjadi berkurang dan melambat sehingga total napas per menit jauh di
bawah angka rata-rata normal
 TAKIPNEU, adalah pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per
merit.
 ORTHOPNEU, adalah suatu gejala kesulitan bernapas yang terjadi ketika
seseorang berbaring telentang. Biasanya, ketika berbaring Anda akan
susah bernapas hingga batuk dan suara mengi muncul. Gejala sulit
bernapas akan langsung membaik ketika berubah posisi menjadi duduk
ataupun berdiri.
LUAS LUKA BAKAR

Tingkat Luka Bakar

Ada tiga tingkat utama luka bakar: tingkat pertama, kedua, dan ketiga. Setiap tingkat
didasarkan pada tingkat keparahan kerusakan pada kulit, dengan tingkat pertama yang
paling kecil dan tingkat ketiga yang paling parah. Kerusakan meliputi:

 Luka bakar tingkat pertama: merah, kulit tidak melepuh


 Luka bakar tingkat dua: melepuh dan beberapa penebalan kulit
 Luka bakar tingkat tiga: ketebalan meluas dengan kulit tampak putih dan kasar
 Ada juga luka bakar tingkat empat. Jenis luka bakar ini mencakup semua gejala
luka bakar tingkat tiga dan juga meluas hingga ke luar kulit menjadi tendon dan
tulang.
Nilai Tingkat Kesadaran GCS pada Bayi dan Anak

Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS pada bayi/anak:

1. Eye (respon membuka mata) :


(4) : spontan
(3) : membuka mata saat diperintah  atau mendengar suara
(2) : membuka mata saat ada rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
2. Verbal (respon verbal) :
(5) : berbicara mengoceh seperti biasa
(4) : menangis lemah
(3) : menangis karena diberi rangsangan nyeri
(2) : merintih karena diberi rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
3. Motorik (Gerakan) :
(6) : bergerak spontan
(5) : menarik anggota gerak karena sentuhan
(4) : menarik anggota gerak karena rangsangan nyeri
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon

Metode AVPU :

Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat

A = Alert/Awake : sadar penuh

V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah

P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri

U = Unresponsive : tidak bereaksi

PUPIL

 MIOSIS/ penyempitan pupil mata.


 MIDRIASIS/ pelebaran pupil
 ISOKOR adalah keadaan dimana kedua pupil sama besar dan bentuknya.
 ANISOKOR adalah keadaan dimana kedua pupil TDK sama besar dan
bentuknya.

Anda mungkin juga menyukai