Anda di halaman 1dari 10

“MODUL KEGAWATDARURATAN”

Primery survey dan langkah-langkah menilai jalan nafas


Primary survey  penilaian keadaan pasien dan priorotas terapi, didasarkan
jenis perlukaan, TTV, dan mekanisme trauma mencakup pemeriksaan ABCDE
(airway, breathing, circulation, disability, exposure)

 Airway – apakah jalan nafas pasien paten?


Dapat diperiksa dengan memperkenalkan diri kita, menanyakan identitas
pasien, apa yang terjadi?
 Jika respon pasien baik ( pasien merespon dengan suara normal) bisa
dipastikan tidak ada gangguan airway ( patent).
Obstruksi jalan nafas bisa partial maupun total.
Obstruksi partial  suara tambahan ( stridor, snoring, gargling dll),
upaya bernafas meningkat
Obstruksi total  tidak dapat berbicara, bernafas maupun batuk.
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

 Breathing – apakah nafasnya cukup?


Dapat diperiksa dengan memperkenalkan diri kita, menanyakan identitas
pasien, apa yang terjadi?
 Jika respon pasien baik (berbicara dengan lancar)  breathing tdk ada
gangguan (mampu mengalirkan udara nafas untuk berbicara).
Atau dengan LOOK, LISTEN, FEEL
- Look  dilihat kesadaran, agitasi, sianosis, nafas cuping hidung,
retraksi
“the talking patient”  pasien yang dapat berbicara berarti airway
bebas
- Listen  apakah ada suara tambahan?
- Feel  rasakan adakah aliran udara dari hidung atau mulut? Posisi
trachea
 Circulation – apakah sirkulasinya cukup?
Diperiksa capillary refill time, perubahan warna kulit, berkeringat,
penurunan kesadaran, denyut nadi, tekanan darah  apakah ada
penurunan perfusi
 Disability – bagaimana tingkat kesadaranya?
Dinilai dengan (A), voice responsive (V), pain responsive (P), or
unresponsive (U) atau GCS
AVPU
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

Cara menentukan kesadaran seseorang korban adalah dengan menilai respon korban
terhadap sentuhan atau panggilan dari penolong. Lakukan dengan metode AVPU,
dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata
(verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar
sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsiv) .

 A  Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V


 V Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di
telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
 P  Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital).
 U  Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

 Exposure  dilihat apakah ada luka dibagian tubuh yang lain


“MODUL KEGAWATDARURATAN”

International Journal of General Medicine


Initial assessment and treatment with the Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure (ABCDE) approach

Patofisiologi
Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah
(hipoksemia)  Hipoksia ( di jaringan otot – otot pernafasan,otak,jantung,dll) 
tubuh mengkompensasi dengan dua cara yaitu,meningkatkan Frekuensi napas
menjadi lebih cepat daripada keadaan normal yang tujuannya untuk
mempertahankan perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk
mempertahankan suplai darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan ini
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

berlangsung lama ( tidak di tangani dengan cepat) selama 3 – 4 menit 


menyebabkan kelelahan pada otot-otot pernapasan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2 darah dan jaringan  Gas
CO2 yang tinggi  akan mempengaruhi susunan saraf pusat ( medulla
oblongata ), dengan menekan pusat napas henti napas (respiratory arrest).
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan Berhentinya napas 
maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh  jantung tidak dapat
berkontraksi  akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung (cardiac
arrest).
Sumber: Agenda gawat darurat jilid 2, Rab,T

Macam-macam sumbatan jalan nafas


Sumbatan jalan nafas  total, partial

 Total
- Universal sign of choking
- Tidak dapat berbicara, bernafas, maupun batuk ( silent cough)
- Pada korban yang masih berusaha bernafas akan tampak sebagai
gerakan paradoksal dada perut (see-saw breathing), yaitu dada
bergerak turun ketika perut bergerak naik
 Partial
- Bernafas atau berbicara tidak adekuat
- Batuk.
- Terdengar suara nafas tambahan baik saat inspirasi maupun
ekspirasi

Penyebab :

- Penurunan kesadaran ( stroke, kejang, infeksi, keracunan, cedera


kepala, tenggelam)
- Trauma ( fraktur maksilofasial, cedera leher akibat benda tumpul
atau tajam, ruptur laringotrakeal dan bronkial, cedera dada, cedera
tulang belakang)
- Luka bakar ( daerah wajah dan leher, trauma inhalasi)
- Benda asing ( daerah supraglotik, trakea, bronkus, esofagus)
- Infeksi ( abses peritonsiler, abses retrofaring, epiglotitis, croup,
pneumonia)
- Inflamasi ( edema angioneurotik, menelan bahan kaustik, asma,
pneumonitis aspirasi, penyakit parenkim paru)
- Syok ( hemoragik, septik, anafilaktik, spinal)
- Tumor ( faring, laring, trakea, bronkus)
- Kelemahan umum ( neuropati, miopati)
- Kelainan kongenital ( cincin vaskular)
EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

Derajat Sumbatan Jalan Nafas


Pembagian Stadium:
- Stadium 1 : Tampak retraksi suprasternal, stridor saat inspirasi dan pasien
tenang
- Stadium 2 : retraksi suprasternal makin dalam, timbul retraksi epigastrik,
pasien mulai gelisah, stridor terdengar saat inspirasi
- Stadium 3 : tampak retraksi suprasternal, epigastrik, infraklavikula dan
intercostals, pasien sangat gelisah dan dispnea, stridor terdengar saat
inspirasi dan ekspirasi
- Stadium 4 :Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak
ketakutan dan sianosis. Jk berlangsung terus menerus  pasien kehabisan
tenaga, pusat pernapasan paralitik akibat hiperkapnea  pasien melemah
dan tertidur  asfiksia  meninggal
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FK UI

Interpretasi
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

( Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI )

1) Skor 14-15 : compos mentis


2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 11-12 : somnolent
4) Skor 8-10 : stupor
5) Skor < 5 : koma

Tingkat kesadaran

 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,


dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..

 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan


sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),


memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon


psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.

 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

Nilai Pulse Arti Klinis


Oxymetri
95-100% Dalam batas normal
90-95% Hipoksia ringan sampai sedang
85=90% Hipoksia sedang sampai berat
<85% Hipoksia berat yang mengancam jiwa

Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons


Committee on Trauma, 7th edition

Jenis –jenis suara tambahan


- Mengorok ( snoring)  terjadi akibat sumbatan lidah, dan
terdengar saat ekspirasi
- Gargling ( berkumur-kumur)  sumbatan oleh cairan, terdengar
saat inspirasi maupun ekspirasi
- Stridor (crowing) terjadi bila terdapat pembengkakan laring atau
trachea
EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam

Triple Airway Manuver


 Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh
dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu
telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi
tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

 Chin lift
Jari jemari diletakkan di bawah rahang, kemudian secara hati-hati
diangkat ke atas sehingga posisi dagu ke depan. Ibu jari menekan bibir
bawah untuk membuka mulut. Ibu jari juga bisa diletakkan di belakang
incisivus bawah dan secara bersamaan dagu diangkat.

 Jaw Thrust
Pegang angulus mandibulae kiri dan kanan, lalu dorong rahang bawah ke
depan.
“MODUL KEGAWATDARURATAN”

Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons


Committee on Trauma, 7th edition

Anda mungkin juga menyukai