Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PELATIHAN BT&CLS SMART EMERGENCY

NAMA : Wahyu Siska Lisiami, S. Kep., Ns

NO. ABSEN : 45

INSTANSI : Fresh Graduate

Setelah mempelajari materi yang disampaikan pada sesi learning (physical distanching),
peserta Pelatihan Basic trauma and cardiac life support diharapkan mampu menjawab
beberapa pertanyaan dibawah ini. Jawablah pertanyaan tersebut sesuai dengan pendapat
yang anda pahami setelah mengikuti pembelajaran. Setelah menjawab dan menyelesaikan
tugas, peserta wajib mengubah menjadi PDF dan mengunggah melalui link berikut ini:
http://www.bit.ly/tugas-pelatihan-btcls pada hari kedua maksimal pukul 21.00 WIB dengan
format file “No.absen_nama lengkap peserta”

1. Trauma Capitis
Pada kasus Trauma Capitis atau Kepala, ada berapa tingkat kesadaran dan GCS..?
Jelaskan masing-masing poin-nya..!!
Jawaban :
Tingkat Kesadaran
1) Compos mentis adalah kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon
pasien terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat
menjawab pertanyaan penanya dengan baik. Nilai GCS untuk compos mentis
adalah 15-14.
2) Apatis adalah kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan
terhadap lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
3) Delirium adalah kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai dengan
kekacauan motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami gangguan siklus tidur,
merasa gelisah, mengalami disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-
ronta. Nilai GCS adalah 11-10.
4) Somnolen adalah kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bisa
dibangunkan dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan tersebut
berhenti, maka pasien akan langsung tertidur kembali. Nilai GCS untuk
somnolen adalah 9-7.
5) Sopor adalah kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat
dibangunkan melalui rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri.
Meskipun begitu pasien tidak dapat bangun dengan sempurna dan tidak
mampu memberikan respons verbal dengan baik. Nilai GCS adalah 6-5.
6) Semi-koma atau koma ringan adalah kondisi penurunan kesadaran di mana
pasien tidak dapat memberikan respons pada rangsangan verbal dan bahkan
tidak dapat dibangunkan sama sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata
maka masih akan terlihat refleks kornea dan pupil yang baik. Pada kondisi ini
respons terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau hanya sedikit.
Nilai GCS untuk semi-koma adalah 4.
7) Koma adalah kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat dalam.
Dalam kondisi ini tidak ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak muncul
juga respons terhadap rangsangan nyeri. Nilai GCS untuk koma adalah 3.

Nilai GCS
1) Mata (Eye)
(4) : untuk mata terbuka dengan spontan.
(3) : untuk mata terbuka ketika diberikan respons suara atau
diperintahkan membuka mata.
(2) : untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri.
(1) : untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan rangsangan.
2) Respons verbal
(5) : untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap lingkungan
sekitarnya.
(4) : untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta
mengalami disorientasi atau tidak mengenali lingkungannya.
(3) : untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi
(2) : untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya mengerang
saja.
(1) : untuk tidak bersuara sama sekali.
3) Gerakan tubuh (Motorik)
(6) : untuk dapat mengikuti semua perintah yang diinstruksikan.
(5) : untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus ketika diberikan
rangsangan nyeri.
(4) : untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi stimulus
ketika diberi rangsangan nyeri.
(3) : untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal flexion) ketika
diberikan rangsangan nyeri.
(2) : untuk satu atau kedua tangan lurus (abnormal extension) ketika
diberikan rasa nyeri.
(1) : untuk tidak ada respons sama sekali.

2. Trauma Thorax and Abdoment


Pasien Tn. J diketahui umur 45 thn mengalami kecelakaan dan terdapat jejas di dada
sebelah kiri, terjadi peningkatan teknan JVP sebelah kiri, dan terjadi deviasi trakea
kesebelah kanan, RR 37 x/mnt, HR 125 x/mnt, TD 160/90 MmHg, pasien pucat, akral
dingin, CRT 4 dtk, ada jejas di Abdomen akibat trauma tumpul, dari data diatas
pasien mengalami kasus trauma dengan...? Jelaskan langkah-langkah yang anda
lakukan..!!

Jawaban :
Kasus yang dialami pasien Tn. J
Pasien Tn. J mengalami trauma thorax dengan Tension Pneumothorax hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya data:
1) Tn. J mengalami kecelakaan dan terdapat jejas di dada sebelah kiri (udara bocor
melalui dinding dada) sehingga udara terperangkap dalam kavum pleura
sehingga paru-paru colaps (RR= 37 x/menit)
2) Terjadi peningkatan tekanan JVP sebelah kiri
Peningkatan JVP dapat diakibatkan oleh terjadinya kolaps paru yang
menyebabkan terhambatnya pemompaan ventrikel sehingga isi jantung kurang
dan darah lebih banyak terkumpul pada sistem vena.
3) Terjadi deviasi trakea ke sebelah kanan
Pada rongga dada sebelah kiri terjadi peningkatan tekanan sehingga trakea
akan bergeser ke tekanan yang lebih kecil yaitu ke sebelah kanan

Pasien Tn. J juga mengalami trauma tumpul abdomen sehingga pasien dicurigai
mengalami internal bleeding hal ini dibuktikan dengan data bahwa pasien Tn. J
mengalami kecelakaan dan ada jejas di abdomen akibat trauma tumpul, HR= 125
x/menit, TD= 160/90 MmHg, pasien pucat, akral dingin, CRT 4 detik

Langkah yang harus dilakukan untuk Trauma Thorax (Tension Pneumothorax)


1) Mengkaji Airway dengan membebaskan jalan napas
2) Mengkaji Breathing dengan memberikan ventilasi yang adekuat (RR dan SPO2
normal)
3) Mengkaji Circulation dengan mengatasi syok: memasang IV Line 2 jalur dan
mengambil sampel darah
4) Mengkaji Disability dengan melakukan pemeriksaan GCS dan laterisasi pupil
(ukuran pupil, bentuk pupil, dan refleks kedua pupil terhadap cahaya)
5) Mengkaji eviserasi
6) Menghindari pemberian makan atau minum
7) Memasang Gaster Tube untuk pengosongan isi lambung dan pencegahan
aspirasi
8) Memasang Kateter urin untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin
yang keluar (perdarahan)
9) Tension Pneumothorax dapat ditangani secara darurat dengan dekompresi
jarum (needle decompression atau disebut juga needle thoracocentesis)
dengan cara memasukkan kateter jarum besar ke dalam ruang pleura
(kavum pleura). Lokasi penusukan di interkostal 4 atau 5 atau Axilla anterior.
Karena faktor tebalnya dinding dada, kekakuan kateter, dan komplikasi teknis
atau anatomis, dekompresi dengan jarum bisa gagal. Faktor ketebalan dinding
dada, misalnya pasien dengan otot dada tebal atau obesitas
mempengaruhi keberhasilan dekompresi needle. Selain itu, kesalahan
identifikasi ICS juga sering terjadi. Panjang needle 5 cm akan dapat
menembus kavum pleura >50%, sedangkan panjang needle 8 cm dapat
menembus kavum pleura >90%. Bukti terbaru mendukung penempatan kateter
needle ukuran besar di interkostal kelima (ICS V).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk Trauma Tumpul Abdomen (Dicurigai


mengalami Internal Bleeding)
1) Mengkaji Airway dengan membebaskan jalan napas
2) Mengkaji Breathing dengan memberikan ventilasi yang adekuat (sampai
mencamai nilai RR dan SPO2 yang normal)
3) Mengkaji Circulation dengan mengatasi syok: memasang IV line 2 jalur dan
mengambil sampel
4) Mengkaji Disability dengan melakukan pemeriksaan GCS dan laterisasi pupil
(ukuran pupil, bentuk pupil, dan refleks kedua pupil terhadap cahaya)
5) Mengkaji eviserasi
6) Menghindari pemberian makan atau minum
7) Memasang Gaster Tube untuk pengosongan isi lambung dan pencegahan
aspirasi
8) Memasang Kateter urin untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin
yang keluar (perdarahan)
9) Pembedahan atau laparatomi (trauma tumpul) jika terjadi rangsangan peritoneal:
syok, bising usus tidak terdengar, darah dalam lambung, buli-buli, rektum , udara
bebas intraperitoneal, lavase peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga
perut.

3. Trauma Thermal
Kasus 1:
Pasien laki-laki 40 th (65 Kg) masuk UGD dengan luka bakar 2 jam setelah kejadian
LUKA BAKAR Derajat II, luas luka bakar 20 %, Berapa jumlah cairan yang diberikan
sebagai resusitasi awal, jika kecepatan 15 Tetes/menit..?
Jawaban :
Kebutuhan cairan (Rumus Baxter)= 4 x LLB x KgBB
= 4 x 20 x 65
= 5.200 cc/24 jam
Resusitasi awal 8 jam pertama, karena kejadian berlangsung 2 jam yang lalu maka
resusitasi awal adalah 6 jam pertama setelah kejadian.
Resusitasi awal (6 jam pertama) = 5.200 cc : 2
= 2.600 cc
Kecepatan infus 1 cc adalah 15 tetes/menit, maka faktor tetesan infus 4
TPM 2 Jam yang lalu = Jumlah cairan : (4 x W)
= 2.600 cc : (4 x 6)
= 2.600 cc : 24
= 108,3 >>> 108 Tetes/menit

Kasus 2:
Pasien anak-anak 15 th (25 Kg) masuk UGD dengan luka bakar sesaat setelah
kejadian, LUKA BAKAR Derajat II, luas luka bakar 20 %, Berapa jumlah cairan yang
diberikan sebagai resusitasi awal, jika kecepatan 20 Tetes/menit..?
Jawaban :
Keb. cairan anak= (2 cc/KgBB/%LB/24jam) + Maintenance
= (2cc x 25 Kg x 20) + ((100 cc x 10) + (50 cc x 10) + (10cc x 5)
= 1.000 cc + (1.000 cc + 500 cc + 50 cc)
= 1.000 cc + 1.550 cc
= 2.550 cc/24 jam

Resusitasi awal (8 jam pertama)= 2.550 cc : 2


= 1.275 cc
Kecepatan infus 1 cc adalah 20 tetes/menit, maka faktor tetesan infus 3
TPM 2 Jam yang lalu = Jumlah cairan : (3 x W)
= 1.275 cc : (3 x 8)
= 1.275 cc : 24
= 53,1 >>> 53 Tetes/menit
4. Mechanism Of Trauma
Dalam Mechanism of Trauma terdapat beberapa klasifikasi trauma, tolong jelaskan
yang termasuk Klasifikasi Trauma Tumpul dan kemungkinan cidera yang terjadi..!!
Jawaban :
1) Fase 1
Kemungkinan Cedera
 Patah tulang paha karena menahan beban berlebihan
 Dislokasi sendi panggul
 Dislokasi lutut
2) Fase 2
Kemungkinan Cedera Abdomen
 Perlukaan/rupture pada organ
Kemungkinan Cedera Dada
 Patah tulang rusuk, patah tulang dada, paru-paru, jantung dan
aorta
3) Fase 3
Kemungkinan Cedera
 Cedera kepala
 Patah tulang leher
4) Fase 4
Kemungkinan Cedera
 Fraktur servikal – koksigis
 Patah tulang leher –> tanpa head rest
 Multiple trauma
Klasifikasi Trauma Tumpul
1) Tabrak belakang
Mengakibatkan whisplash injury yaitu kondisi cedera leher di mana leher
menjulur terlalu jauh ke belakang lalu secara cepat maju ke depan.
Kemungkinan cedera yang terjadi adalah fraktur servikal (koksigis), patah tulang
leher (tanpa head rest), dan multiple trauma.
2) Tabrakan samping (T-Bone)
Tabrakan samping terjadi saat sisi satu kendaraan terkena dampak dari depan
atau belakang kendaraan lain, membentuk huruf "T". Kemungkinan cedera yang
terjadi adalah fraktur servikal, fraktur iga, trauma paru, trauma hati atau limpa,
trauma pelvis, dan trauma skeletal
3) Terbalik (Roll Over)
Pada kendaraan yang terbalik, penumpangnya dapat mengenai atau terbentur
pada semua bagian dari kompartemen penumpang. Kemungkinan cedera yang
terjadi adalah multiole trauma, fraktur servikal dan tulang belakang.
4) Terlempar keluar (ejection)
Kemungkinan cedera yang dapat terjadi adalah multiple trauma, trauma kepala,
rauma organ dalam, dan fraktur servikal.
5) Tabrakan atau benturan organ
6) Benturan langsung
Trauma kompresi (paper bag effect) terjadi bila bagian depan dari badan
berhenti bergerak, sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Organ-
organ terjepit dari belakang oleh bagian belakang dinding thoraco abdominal dan
columna vertebralis dan didepan oleh struktur yag terjepit. Kemungkinan cedera
yang dapat terjadi adalah trauma organ dalam terjadi ketika benturan langsung
terhadap pelindung organ tersebut
7) Trauma karena sabuk pengaman
Bila dipakai dengan benar, sabuk pengaman dapat mengurangi trauma. Pada
kecepatan tinggi, sabuk pengaman sendiri dapat merupakan sumber trauma.
Kemungkinan cedera yang dapat terjadi adalah ruptur organ perut.
8) Trauma pada pejalan kaki
Terdapat tiga fase benturan yang dialami pejalan kaki
a. Benturan dengan bemper
Tingginya bemper versus ketinggian penderita merupakan factor kritis dalam
traumayang terjadi. Orang dewasa dengan posisi berdiri, benturan awal
dengan bemper biasanya mengenai tungkaidan pelvis. Trauma lutu
terjadisama seringnya seperti trauma pelvis. Anak-anak lebih mungkin
terkena dadadan abdomen. Dengan berubahnya desaihn kendaraan dimana
bemper lebih rendah, makapola cidera pun bergeser dimana baik pada
dewasa maupun anak, trauma ekstremitas bawah akan lebih menonjol.
Namun kecenderungan ini tidak berlaku bagi kendaraan truk, pick-up ataupun
kendaraan rekreasi yang sering dijalan raya.
b. Benturan kaca depan mobil dan tutup mesin
Trauma dada dan kepala merupakan akibat dari benturan dengan atap dan
kaca angin.
c. Benturan dengan tanah
Trauma kepala dan tulang belakang, terjadi karena penderita terjatuh ke
tanah atau mengalami akselerasi dan mengenai obyek lain sebagai
tambahannya. Trauma kompresi organ dapat terjadi pada keadaan ini.
9) Trauma pada pengendara roda dua: Frontal
Sumbu kendaraan terutama ialah sumbu depan dan titik berat kendaraan
adalah diatas titik ini dekat dengan kursi. Bila roda depan bertabrakan dengan
suatu obyek dan berhenti maka kendaraan akan berputar ke depan dengan
momentum mengarah ke sumbu depan. Momentum ke depan akan tetap,
sampai pengendara dan kendaraannya dihentikan oleh tanah atau benda lain.
pada saat gerakan ke depan ini kepala, dada atau perut pengendara mungkin
membentur stang kemudi. Bila pengendara terlempar ke atas melewati stang
kemudi maka tungkainya dapat membentur stang kemudi dan dapat terjadi
fraktur femur bilateral. Derajat trauma yang dialami selama tabrakan sekunder
bergantung pada tempat benturan, energy kinetik dari pengendara/motornya dan
interval waktu (lamanya) energy ini bekerja.
10) Trauma pada pengendara roda dua: Lateral
Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau tertutup
tungkai bawah, Crush Injury padatungkai bawah sering dijumpai. Kalau
pengendara sepeda/ sepeda motor ditabrak oleh kendaraan bergerak, maka
pengendara akan rawan untuk mengalami tipe trauma yang sama dengan
pemakai mobil yang mengalami tabrakan samping. Tidak seperti penumpang
dalam mobil, pengendara sepeda/motor tidak memiliki struktur kompartemen
bagi penumpang yang dapat mengurangi pemindahan energy kinetic benturan.
Pengendara menerima energy benturan secara penuh. Sebagaiman halnya
dalam benturan frontal, tabrakan trauma yang dialami selama benturan sekunder
yaitu benturan dengan tanah atau obyek-obyek statis lainnya.
11) Trauma pada pengendara roda dua: Rollover
Untuk menghindari terjepit antara kendaraan dan objek yang akan
ditabraknya, pengendara mungkin akan menjatuhkan kendaraannya ke samping,
membiarkan kendaraannya bergeser dan ia sendiri bergeser dibelakangnya.
Strategi ini dimaksudkan untuk memprlambat pengendara dan memisahkan
pengendara dari sepeda/motor. Disamping jenis-jenis trauma yang telah di
uraikan sebelumnya, bila jatuh dengan cara ini akan dapat terjadi trauma
jaringan lunak yang parah.

5. Konsep ECG

Irama : Teratur
HR : 150 x/menit (HR= 300: Jumlah kotak sedang R-R= 300:2=150 x/m)
Gel. P : Normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR : Normal (0,12 detik)
Gel. QRS : Normal (0,06 detik)
Detak jantung mengalami sinus takikardi (ST)

6. Acute Coronary Syndrome (ACS)


Pasien Tn. B umur 50 thn mengalami nyeri dada, nafas terasa sesak dan nyeri,
diketahui dari hasil ECG pasien tersebut mengalami STEMI, apa yang mendasari
bahwa pasien Tn.B mengalami STEMI dan terapy apa yang harus diberikan
sesegera mungkin dalam kurun waktu < 3 jam...? Jelaskan
Jawaban :
Dasar pasien Tn. B mengalami STEMI
1) Oklusi total arteri coroner (sumbatan 100%)
2) Gambaran EKG 12 lead berupa ST elevasi di dua atau lebih sandapan yang
menghadap arah jantung tertentu
3) Nyeri dada (angina pectoris)
4) Napas terasa sesak dan nyeri
5) Meningkatnya anzim jantung CK-MB dan Troponin T/I

Terapi Fibrinolitik
 Dengan onset gejala < 3 jam
 Strategi invasif bukanlah pilihan atau terlambat lebih dari 60 menit
- Door-ballon > 90 menit
- (Door-to-ballon) minus (Door-to-needle) is > 1 jam
 Tidak ada kontraindikasi fibrinolitik

7. Terapy Elektrik and Management Team


Apa itu Synchronize dan Unsyinchronize, dan irama apa saja yang termasuk
kedalam golongan Synchronize dan Unsyinchronize, serta Jelaskan cara kerja
Team Dynamic..!!
Jawaban :
Synchronize (Cardioversi)
Prosedur untuk memperbaiki irama jantung abnormal atau tidak tentu dengan
memanfaatkan energi listrik. Cardioversi dilakukan ketika gelombang R
muncul.
 VT dengan nadi
 SVT (Supra Ventrikular Takikardi)
 AF (Atrial Fibrilasi)
 Af (Atrial fluter)

Unsynchronize (Defibrilasi)
Prosedur untuk mengembalikan normalitas jantung. Prosedur defibrilasi tidak
selalu dilakukan pada gelombang R.
 VF (Ventrikular Fibrilasi)
 VT (Ventrikular Takikardi) tanpa nadi

Cara Kerja Team Dynamic


1) Peran dan tanggung jawab yang jelas
Pada kasus cardiac arrest terdapat:
a. Team leader: pemandu tim, membagi peran, decision maker, feed back
positif
b. Compressor: High quality CPR (change in 2 minute)
c. Airway: membuka jalan napas, ventilasi dengan BVM
d. Defibrilator: memasang monitor atau defibrilator, memberikan Electrical
Shock Theraphy
e. Administer: memasang infus, memberi obat atau terapi cairan
f. Timer: dokumentasi tindakan dan timer
2) Memahami keterbatasan masing-masing
a. Leader harus mengetahui keterbatasan setiap anggota tim
b. Anggota tim tidak boleh mencoba tindakan yang tidak dikuasai
3) Intervensi konstruktif: antara leader dan anggota tim terjadi komunikasi dua arah
4) Saling berbagi pengetahuan: saling berbagi informasi tentang perubahan kondisi
pasien
5) Review dan reevaluasi: observasi setiap perubahan yang signifikan
6) Closed Loop Communication: instruksi dilakukan dengan menyebut nama dan
anggota tim terkait mengulangi perintah yang dimandatkan
7) Informasi yang jelas: informasi disampaikan dengan tenang namun dengan
intonasi yang jelas
8) Saling menghormati
9) After action: anggota tim menyampaikan aspek teknis dan emosional atau
perasaan, perbaikan tindakan di sesi selanjutnya

8. TRIAGE
Pada kondisi bencana ada istilah START, Jelaskan istilah tersebut dan cara
pengaplikasian dari Metode START tersebut..!!
Jawaban :
START : Simple Triage and Rapid Treatment
Adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk memungkinkan paramedis
memilah korban dalam waktu yang singkat kira-kira 30 detik.

Penaplikasian metode START


0 : Awal
 Panggil semua korban yang dapat berjalan, dan perintahkan pergi ke
suatu tempat.
 Semua korban yang mengikuti instruksi ini dapat kartu hijau.
1 : Airway
 Penderita terdekat  masih bernapas atau tidak
 Tidak bernafas buka airway
 Tetap tidak bernafas : HITAM
 Bila kembali bernafas : MERAH
 Bernafas spontan tahap berikutnya
2 : Breathing
 Napas spontan
 > 30 x/menit : MERAH
 < 30 x/menit : tahap berikutnya
3 : Circulation
 Gelap capillary refill sulit dinilai, periksa nadi pergelangan tangan.
 Teraba kecil dan cepat : MERAH
 Teraba kuat : tahap berikutnya
 CRT > 2 detik : MERAH
 CRT < 2 detik : tahap berikutnya
4 : Kesadaran
 Tidak dapat mengikuti perintah : MERAH
 Dapat mengikuti perintah : KUNING

9. Evakuasi dan Rujukan


Moving Equipment adalah alat untuk memindahkan pasien, alat apa saja yang di
perbolehkan untuk memindahkan pasien dengan Suspect Trauma Spinal, serta
jelaskan protokol rujukan ke Rumah Sakit tujuan..!!
Jawaban :
Moving Equipment pada pasien dengan Suspect Trauma Spinal
 Neck collar
 Kendrick extrication device
 Head immobilizer
 Long spine board
 Log roll

Protokol Rujukan
1. Sebelum melakukan rujukan harus melakukan komunikasi dengan memberikan
informasi ke rumah sakit rujukan tentang
 Identitas penderita : nama, umur, jenis kelamin, dll.
 Hasil anamnesa penderita dan termasuk data pra rumah sakit
 Penemuan awal pemeriksaan dengan respon terapi
2. Sebelum rujukan
Sebelum dirujuk stabilkan terlebih dahulu
 Airway : pasang OPA bila perlu intubasi
 Breathing : tentukan laju pernapasan, oksigen bila perlu ventilasi
 Circulation :
- Hentikan perdarahan
- Pasang infus 2 jalur bila perlu
- Tentukan jenis cairan
- Perbaiki kehilangan darah, bila perlu teruskan selama transportasi
- Pemasangan keteter urin
- Monitor kecepatan dan irama jantung
 Disability :
- Nilai tingkat kesadaran (GCS)
- Nilai ulang / 30 menit – 1 jam
- Laporkan setiap ada penurunan GCS
3. Informasi untuk petugas pendamping
 Pengelolaan jalan napas
 Cairan yang telah atau akan diberikan
 Prosedur khusus yang mungkin diperlukan
 GCS, resusitasi, dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam
perjalanan
4. Pengelolaan selama transport
 Monitor tanda-tanda vital dengan pulse oxymetri
 Bantu kardio respirasi bila diperlukan
 Pemberian darah bila diperlukan
 Pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter atau sesuai protap
 Melakukan komunikasi dengan dokter selama transportasi
5. Dokumentasi
 Permasalahan penderita
 Terapi yang telah diberikan
 Keadaan penderita saat akan dirujuk dan selama dirujuk

~ Selamat Mengerjakan ~

Anda mungkin juga menyukai