Definisi : Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.
Gcs : 15-14.
Apatis.
Definisi : Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan terhadap lingkungannya.
Gcs : 13-12.
Delirium.
Definisi : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik serta siklus
tidur bangun yang terganggu.
Gcs : 11-10.
Somnolen.
Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang, tapi jika rangsangan itu
berhenti pasien akan tidur kembali.
Gcs : 9-7.
Sopor (stupor).
Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dalam.
Gcs : 6-5.
Gcs : 4.
Koma.
Definisi : keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak terdapat
respons pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan spontan.
Gcs : 3.
Berikut cara mudah untuk menghitung tetesan infus per menit (TPM) secara sederhana yang di
rumuskan oleh Puruhito adalah:
(dok,2015/Perbidkes.com).
Contoh soal :
Berapa Tetesan per menit bila infus yang masuk RL 500 cc habis dalam waktu 5 jam?
3 = Membuka mata dengan rangsang suara (menyuruh pasien untuk membuka mata).
2 = Membuka mata dengan rangsang nyeri (berikan rangsang nyeri, seperti menekan jari tangan
maupun kaki).
1 = Tidak ada respon.
5 = Melokalisir bagian nyeri (menjauhkan maupun menjangkau stimulus saat di beri rangsang nyeri).
4 = Menarik dari nyeri (menghindari /menarik tubuh menjauhi stimulus saat di beri rangsang nyeri).
3 = Fleksi abnormal (kedua maupun satu tangan posisi kaku di atas dada serta kaki jika di beri
rangsang nyeri).
2 = Ekstensi abnormal (kedua maupun satu tangan ekstensi di sisi tubuh dengan jari mengepal serta
kaki ekstensi jika di beri rangsang nyeri)
Nilai maksimal GCS adalah 15. Sedangkan nilai minimal GCS adalah 3.
Penjumlahan nilai respon merupakan asesmen tingkat kategori ketidaksadaran pasien, yang sudah
terbagi menjadi;
Kekurangan GCS salah satunya adalah kegagalan dalam mengukur nilai batang otak, walupun banyak
kekurangannya, GCS masih tetap digunakan untuk mengukur ketidaksadaran pasien.
Cara Melakukan Pemeriksaan Fisik Perut (Abdomen).
Tujuan dilakukan pemeriksaan fisik perut, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat kelainan di sistem
gastrointestinal, sistem ginjal, maupun sistem saluran kemih.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perut sebaiknya melakukan anamnesis terlebih dahulu supaya
dapat membantu menegakkan diagnosis.
Dalam melakukan anamnesis kadang akan kesulitan jika pasien mengalami penurunan kesadaran,
syok maupun gangguan emosi akibat trauma tersebut.
Riwayat trauma juga penting untuk menilai penderita yang cidera, seperti karena jatuh ketika
bermotor yang meliputi jenis benturan, kecepatan, posisi pasien saat kejadian.
Keterangan ini dapat di peroleh dari pasien, saksi maupun penumpang lain.
Sedangkan pembagian yang lebih rinci yaitu perut dibagi menjadi 9 bagian. (Lihat gambar 2).
Gambar 2. Pembagian daerah perut (9 regio).
Keterangan gambar 2.
1. Regio epigastrium.
2. Regio hipokondrium kanan.
3. Regio hipokondrium kiri.
4. Regio umbilicus.
5. Regio lumbal kanan.
6. Regio lumbal kiri.
7. Regio hipogastrium.
8. Regio iliaka kanan.
9. Regio iliaka kiri.
Melakukan pemeriksaan fisik perut harus dilakukan dengan teliti serta berurutan, yaitu
Inspeksi - auskultasi - perkusi - palpasi (IAPP).
Inspeksi (melihat).
Untuk melakukan inspeksi, pakaian pasien sekitar perut di buka (4 kuadran terlihat) agar dapat
melihat keseluruhan bagian perut.
Inspeksi perut bagian depan serta belakang apakah terlihat ada luka, memar, bekas luka, striae,
pergerakan dinfing perut, ukuran, bentuk, serta simetris /tidak.
Jika ingin memeriksa bagian belakang, pasien dapat dibalikkan dengan hati-hati.
Gambar 3. Stetoskop.
Auskultasi (mendengarkan).
Cara melakukan pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop untuk memeriksa,
diantaranya suara bising usus, mendeteksi obstruksi pada tingkat lambung. Untuk
memastikan adanya bising usus dengan waktu +- 30 detik.
Perkusi (mengetuk).
Perkusi perut dilakukan dengan kaki ditekuk & tidak secara langsung melainkan dengan
penekanan yang ringan serta ketokan dengan perlahan.
Perkusi dapat menunjukkan adanya bunyi redup (terdapat penimbunan cairan ke dalam
rongga peritoneum), timpani (penuh gas / akibat dilatasi lambung akut pada kuadran atas),
redup-pekak (tumor).
Suara perkusi perut normal adalah timpani. Kecuali, pada daerah hati suara perkusinya pekak.
Palpasi (meraba).
Palpasi dapat dilakukan dengan satu tangan, kecuali pasien gemuk dengan dua tangan.
Palpasi dapat menunjukkan adanya pembesaran pada hati, limpa, kandung empedu, mencari
apakah terdapat pembesaran tumor & apa ada nyeri tekan pada salah satu kuadran,