OLEH :
NI WAYAN SULASMI, S.KEP
(NIM. 209012557)
2. Epidemiologi
WHO (2016) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung
langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual bebas. Angka ini
menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan
sendi jika dibandingkan Negara-negara di Asia lainnya seperti Hongkong,
Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolic, cedera
sendi, pekerjaan dan olah raga.
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk penyakit sendi secara
nasional pravalensinya berdasarkan diagnosis dokter umur 65-74 tahun (18.6%),
umur >75 tahun (18.9%), berdasarkan jenis kelamin laki-laki (6.1%) perempuan
(8.9%). Penyakit sendi tertinggi tahun 2018 adalah Aceh (13.3%), diikuti
Bengkulu (12%), Papua (10.3%), dan Bali (11.7%). Prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis dokter menurut karakteristik tertinggi adalah
tidak/belumpernah sekolah (13.7%) dan petani/buruh tani (9.90%).
3. Etiologi
Penyebab Reumathoid Atritis masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum
dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai
faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa memengaruhi reaksi autoimun dan
lingkungan.
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab Reumathoid
Atritis, yaitu infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus,
endokrin, autoimun, metabolic, faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan.
Pada saat ini, Reumathoid Atritis diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II : faktor injeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Biasanya
respons antibodi awal terhadap mikroorganisme diperantai oleh IgG. Walaupun
respons ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami
RA mulai membentuk antibodi lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi
IgG awal.
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
menjadi nekrosis.
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain, terutama
akan menjadi kronis yang progresif. Proses ini secara lambat merusak sendi dan
5. Pathway
(terlampir)
6. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya bersifat bilateral atau simetris. Tetapi kadang – kadang hanya terjadi
pada satu sendi disebut atritis rheumatoid mono-artikular (Chairuddin, 2003).
Pasien-pasien dengan RA pada stadium awal akan menunjukan tanda dan gejala
seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pada stadium lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extra artikular :
1. Pada jantung :
a. Rheumatoid heard diseasure
b. Valvula lesion (gangguan katub)
c. Pericarditis (iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk
kantong yang melapisi jantung)
d. Myocarditis (peradangan atau inflamasi pada otot jantung)
2. Pada mata :
a. Keratokonjungtivitis (peradangan pada selaput konjungtiva dan kornea
yang bersifat kambuh – kambuhan atau musiman)
b. Scleritis (peradangab oada bagian sklera dari mata)
3. Pada lympa : Lhymphadenopathy (pembengkakan atau pembesaran
kelenjar getah bening)
4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. Pada otot : Myositis (peradangan pada otot yang menyerang serabut otot)
7. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artirits
reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk
melihat prognosis pasien, seperti :
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat
2. Tes faktor reumathoid biasanya positif pada lebih dari 75% pasien
artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai
pada pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan
sarkoidosis
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit
4. Trombosit meningkat
5. Kadar albumin serum turun dan globulin
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor
dari rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan
diagnosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen
menunjukkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut.
11. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
12. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
13. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning
( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi
SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
14. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
(Mansjoer, 1999 dan Rosyidi 2013).
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )
adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada
satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan )
pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis Reumatoid
yaitu :
a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada
klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.
Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-
metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan.
b. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a) Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x
1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl
b) Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya
c. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthtritis
reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin (yang paling
banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau), sulfasalazin,
garam emas (gold standard bagi DMARD), obat imunosupresif atau
imunoregulator, dan kortikosteroid.
d. Rehabilitasi, tujuannya yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup klien.
Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
a) Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit,
kursi roda, sepatu dan alat.
b) Terapi mekanik
c) Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
d) Terapi mekanik
e. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat, sehingga
dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman, 2009).
Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita berikan pada
klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut :
1. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang
berlebihan pada sendi, faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat
2. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup,
seperti melakukan senam rematik.
3. Kompres panas kering dapat mengatasi kekakuan
dan kompres dingin dapat membantu meredakan nyeri. Penggunaan
panas mempunyai keuntungan meningkatkan alirandarah ke suatu area
dan memungkinkan dapat turut menurunkan nyeri. Panas lembabdapat
menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat Reumatoid arthritis
(Smeltzer,2001)
4. Massage kutenus atau pijat
5. Pertahankan berat badan agar tetap normal
6. Bila nyeri, lakukan relaksasi dan anjurkan istirahat
untuk mengurangi sakit
7. Mengurangi dan menghindari makanan yang
mengandung purin, seperti bir dan minuman beralkohol, daging,
jeroan, kembang kol, jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan,
sayuran seperti daun singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai
efek kambuh yang sama pada setiap orang). Syarat diet atritis
reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan
mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari.
Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2,5 L/hari,
karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari
kebutuhan energi total.
8. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam
urat, memakan makanan seperti tahu untuk pengganti daging
9. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan
asam urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi
10. Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik
(Maryam, dkk., 2010)
10. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah
akan meningkat.
Pengkajian Fungsional
1. INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau
A BAK), berpindah, ke kamar kecil, mandi dan
berpakaian
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari
B
fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan
C
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
E berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
F berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
Lain dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Pengkajian Kognitif
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan
apa sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah)
(kota) (rumah sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk
mengtakan masing-masing. Beri 1 poin
untuk setiap jawaban yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Berganti eja
“kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek
di atas. Berikan 1 poin untuk setiap
kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika,
dan atau tetapi (1 poin)
Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu
bulan?
b. Ada atau banyak pikiran?
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)
Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada orang
lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien, dan lain-lain
Pengkajian Depresi (Menggunakan Geriatric Depression Scale)
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:
1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a. Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
b. Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d. Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e. Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
NO LANGKAH
Ket:
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dan mengungapkan
masalah dengan saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga saya
dan saya menyediakan waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH
Penilaian:
3. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
4. Evaluasi
1). Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
sulit tidur, tekanan darah dan nadi meningkat.
a. Melaporkan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
b. Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
c. Nadi pada rentang normal (60 – 100x/menit)
d. Pola nafas pasien teratur dan dalam rentang normal (12 – 20x/menit)
2). Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuluskeletal ditandai dengan nyeri saat bergerak, sendi kaku,
mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas.
a. Kekuatan otot dalam rentang normal
b. Rentang gerak membaik
c. Tidak ada keluhan nyeri, kaku sendi dan kelemahan fisik
3). Diagnosa 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuluskeletal, kelemahan ditandai dengan tidak mampu mandi,
menggenakan pakian, makan, toileting, berhiaas secara mandiri.
a. Kemampuan mandi pada skor 5
b. Kemampuan makan pada skor 5
c. Kemampuan pemenuhan toileting pada skor 5
a. Minat melakukan kebersihan diri meningkat
4). Diagnosa 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh ditandai dengan perubahan fungsi atau struktur tubuh.
a. Memberi penilaian positif pada diri
b. Mau melihat dan menyentuh bagian tubuh yang sakit.
a. Pasien tidak rendah diri atau merasa malu dengan kondisi fisiknya.
5). Diagnosa 5 : Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan merasa bingung, tampak gelisah dan tegang, sulit tidur,
merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi.
a. Perasaan khawatir akibat kondisi yang dihadapi dapat menurun
b. Perilaku gelisah dan tegang berkurang
a. Pola tidur dapat kembali normal
6). Diagnosa 6 : Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
a. Klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh
b. Mampu menunjukkan peerilaku pencegahan jatuh
c. Tidak terjadi kejadian jatuh
Pathway Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
Amid dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jakarta : MediAction
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit
edisi 6 volume II. ECG. Jakarta : 2006
Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. WLDENGAN
DIAGNOSA MEDIS RHEUMATOID ARTHRITIS
DI BR KAWAN BANGLI TANGGAL
10-13 AGUSTUS 2021
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.WL
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 70 tahun
Agama : Hindu
Status : kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Br. Kawan, Bangli
Diagnosa Medis : Rheumatoid Arthritis
Identitas Keluarga
Nama : Tn. WP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Br. Kawan, Bangli
Hub. Dengan Klien : Anak
B. Keluhan Utama: Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluhkan sakit pada kaki kanan nya sejak 3 hari yang lalu dan semakin parah sejak
kemarin pagi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tajam, skala nyeri 5 saat diam dan 6
saat bergerak. Nyeri dirasakan dari lutut kanan menjalar hingga ke tumit. Nyeri hilang timbul
bertambah parah terutama saat pagi hari. Klien mengatakan saat sakitnya kambuh pasien hanya
membiarkannya saja, kadang diberikan balsem. Klien mengatakan sakitnya ini membuat dia
susah beraktivitas sehari-hari. Klien mengatakan kadang membutuhkan tongkat untuk berjalan.
Klien tampak kesulitan saat melakukan aktivitas. Aktivitas pasien terbatas dan dibantu oleh
keluarganya. Klien mengatakan tidak mengetahui penyakitnya dan bagaimana perawatannya di
rumah.Klien tampak mengungkapkan ketidaktahuannya dan bertanya kepada perawat. Klien
mengtakan sudah sempat berobat ke Puskesmasdan mendapatkan terapi antinyeri. Klien tampak
meringis saat menggerakan kakinya. Pasien mengusap-usap kakinya yang sakit
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengtakan tidak pernah dirawat di RS atau dilakukan prosedur operasi. Klien
mengatakan mengalami nyeri pada kaki sejak 4 tahun yang lalu. Nyeri muncul hilang timbul.
Klien juga tidak ada menderita penyakit keturunan seperti asma, kencing manis, hipertensi dan
penyakit menular lainnya.
E. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
:Pasien
: tinggal satu rumah
: garis keturunan
Klien mengtakan tidak begitu ingat dengan riwayat kesehatan keluarganya. Menurut klien
didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular. Klien juga mengatakan
keluarganya tidak ada yang menderita DM, asma, hipertensi dan lainnya
G. Riwayat Pekerjaan
Klien mengtakan seorang ibu rumah tangga. Kesehariannya mengurus rumah dan merawat
cucunya
I. Riwayat Rekreasi
Pasien mengatakan jarang berekreasi. Kalau ada waktu luang klien biasanya berkumpul
dengan keluarga, menonton TV, atau bermain dengan cucu-cucunya
J. Sistem Pendukung
Klien mengatakan anak dan suaminya rutin memberikan uang untuk mengurus rumah. Bila
pasien sakit anaknya akan mengajak berobat ke puskesmas. Klien mengatakan jarang kontrol
kalau tidak ada keluhan sakit. Klien mengatakan memiliki kartu BPJS untuk berobat
K. Spiritual / Kultural
Pasien beragama Hindu biasa sembahyang di rumah sekali hari, atau kadang hari- hari
tertentu sembahyang ke pura.
L. Pemeriksaaan Fisik
Tinjauan Sistem
Inspeksi: conjungtiva kemerahan, bibir tampak lembab, bentuk hidung simetris, tidak
tampak secret pada hidung,tidak ada suara napas tambahan (gurgling). bentuk dada
simetris, tidak terdapat retraksi dada, tidak tampak adanya pembesaran paru.
Palpasi :tidak adanya nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada leher, tidak
adanya kelainan pada costa, tidak adanya celah pada strenum, vokal premitus (+),
ekspansi paru simetris, tidak teraba adanya pembesaran paru, tidak adanya nyeri tekan.
Perkusi :suara paru sonor
Auskultasi :suara paru vesikuler pada kedua paru-paru
7. Sistem Integumen
Kulit tampak agak kering dan terdapat perubahan tekstur serta tampak adanya kerutan di
beberapa bagian, terdapat beberapa bagian rambut yang mengalami perubahan warna atau
putih, kuku tampak sedikit mengeras terutama pada bagian kaki dan juga kulit pada
bagian kaki yang menebal di beberapa bagian seperti bagian tumit . turgor kulit tidak
ditemukan adanya kelainan seperti kemerahan atau bercak-bercak merah
8. Sistem Perkemihan
Inspeksi: tidak adanya kelainan bentuk punggung atau tulang belakang, tidak tampak
adanya ruam. Bentuk tangan dan kaki simetris antara kanan dan kiri, tidak adanya
kelainan pada pada bentuk tangan, tidak adanya clubing finger, tidak adanya jari tabuh,
kekuatan otot 5 kanan. Klien menggunakan alat bantu jalan dengan tongkat
Palpasi: tidak teraba adanya celah pada spina, tidak adanya teraba kelainan pada vertebra
posterior ataupun costa pada area posterior, tidak teraba adanya benjolan. Akral teraba
hangat. CRT <2 detik,turgor kulit baik, tidak adanya sianosis pada perifer.
M. Pengkajian Fungsional
1. Indeks KATZ
Skor Kriteria
N. Pengkajian Kognitif
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? 10 Agustus
√ 2 Hari apa sekarang? Selasa
√ 3 Apa nama tempat ini? Rumh saya
√ 4 Berapa nomor telepon Anda? Br kawan
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
√ 5 Berapa umur Anda? Sekitar 70 tahunan
√ 6 Kapan Anda lahir? lupa
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? jokowi
√ 8 Siapa Presiden sebelumnya? jokowi
√ 9 Siapa nama Ibu Anda? S
√ 10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya sampai bilangan 17, 14, 11
terkecil)
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini Mental Status
Exam (MMSE)
NO Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah klien mengalami kesulitan tidur? √
2 Apakah klien sering merasa gelisah? √
3 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri? √
4 Apakah klien sering was-was atau kuatir? √
P. Pengkajian Psikosial
Selama interaksi klien menunjukan sikap koperatif dan prilaku baik sesama teman sekitar.
Pasien mampu bersosialisasi dengan keluarga dan perawat cukup baik, Pasien sangat
kooperatif saat diajak komunikasi.
Q. Pengkajian spiritual
Klien beragama Hindu. Klien rajin sembahyang satu kali sehari
R. Pengkajian Depresi
5 Kognisi 0 √
Orientasi baik 0
Kesulitan mengerti 2
perintah 2
Gangguan memori 3
Kebingungan 3
Disorientasi
6 Pengobatan dan 1 √
Penggunaan Alat
Kesehatan 1
>4 jenis pengobatan 2
Antihipertensi/ 2
hipoglikemik/ 2
antidepresan
Sedative/
psikotropika/narkotika
Infuse/ epidural/ spinal/
dower catheter/ traksi
7 Mobilitas 1 √
Mandiri 0
Menggunakan alat bantu 1
berpindah 2
Kordinasi/ 3
keseimbangan 4
memburuk 4
Dibantu sebagian
Dibantu
penuh/bedrest/nirse
assist
Lingkungan dengan
banyak furniture
8 Pola BAB/BAK 0 √
Teratur 0
Inkotinensia urine/feses 1
Nokturia 2
Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas 0 √
Diabetes/ penyakit 2
jantung/ stroke/ ISK 2
Gangguan saraf pusat/ 3
Parkinson
Pasca bedah 0-24 jam
Total
skor
Keterangan
Risiko 0-7 3
Rendah
Risiko 8-13
Tinggi
Risiko ≥ 14
Sangat
Tinggi
Nama/
paraf
T. APGAR Keluarga
U. Informasi Penunjang
V. Analisa Data
Rencana Keperawatan
No.
Tujuan dan TTD
Dx Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah diberikan SIKI: Manajemen Nyeri (I. 08238)
intervensi 1 x Identifikasi karakteristik nyeri Mengetahui
pertemuan (PQRST) karakteristik nyeri
selama 60 menit yang dialami pasien Sulas
diharapkan nyeri mi
pasien terkontrol Identifikasi respon nyeri nonverbal Mengetahui reaksi
dengan kriteria pasien terhadap
hasil SLKI: nyeri secara
Tingkat Nyeri nonverbal
(L.08066):
Berikan tehnik non farmakologis, Mengurangi respon
Keluhan nyeri kompres hangat jahe (±100 gram nyeri tanpa terlalu
dari jahe dan iris tipis- tipis) setelah itu bergantung dengan
meningkat (1) masukkan irisan jahe ke dalam 1 obat
menjadi liter air, rebus irisan jahe sampai air
menurun (5) mendidih (1000 cc), tuang rebusan
jahe ke dalam baskom, tunggu
Meringis dari
hingga suhu rebusan jahe menjadi
meningkat (1)
hangat tanpa campuran air dingin
menjadi
(±40 cc).
menurun (5)
Memberikan
Sikap Jelaskan Strategi meredakan nyeri gambaran kepada
protektif dari pasien apa yang
meningkat (1) dilakukan saat nyeri
menjadi datang
menurun (5) Membantu
Delegasi pemberian analgetik, jika mengurangi nyeri
Frekuensi perlu dengan cepat
nadi dari
meningkat (1)
menjadi
menurun (5)
diharapkan
moblitas pasien Identifikasi toleransi fisik melakukan Menentukan latihan
mandiri dengan ambulansi sesuai toleransi
kreteria hasil pasien
SLKI: Mobilitas Monitor tanda vital sebelum memulai Mengetahui kondisi
fisik (L.05042) ambulasi fisik pasien sebelum
Pergerakan beraktivitas
ekstremitas dari Monitor kondisi umum sebelum Mengetahui kondisi
menurun (1) mobilisasi pasien sebelum
menjadi melakukan latihan
meningkat (5) mobilisasi
Kekuatan otot Mencegah pasien
Fasilitasi ambulasi dengan alat bantu
dari menurun jatuh
(1) menjadi Motivasi keluarga
Libatkan keluarga dalam membantu
meningkat (5) membantu
pasien
Rentang gerak kesembuhan pasien
dari menurun Meningkatkan
Ajarkan ambulasi sederhana
(1) menjadi kemampuan pasien
meningkat (5) secara bertahap
Gerakan Ambulasi dini
terbatas dari Anjurkan melakukan ambulasi dini mencegah kekakuan
meningkat (1) pada sendi
menjadi
menurun (5)
Nyeri dari
menurun (1)
menjadi
meningkat (5)
3 Setelah diberikan SIKI: Edukasi kesehatan (I. 12383)
askep 3x Identifikasi kesiapan dan kemampuan Untuk menentukan
pertemuan selama menerima informasi seberapa siap pasien Sulas
diharapkan informasi
pengetahuan pasien Identifikasi faktor-faktor yang dapat Mengetahui faktor-
meningkat dengan meningkatkan dan menurunkan faktor yang perlu
kriteria hasil motivasi perilaku hidup bersih dan ditingkatkan untuk
SLKI: Tingkat sehat meningkat motivasi
pengetahuan belajar
(12111) Sediakan materi media pendidikan Materi yang
Perilaku sesuai kesehatan memadai
anjuran dari meningkatkan
menurun (1) pemahaman pasien
menjadi Kegiatan terjadwal
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
meningkat (5) mempermudah
kesepakatan
Verbalisasi pasien mengatur
minat dalam waktu
belajar dari Perilaku sehat
Ajarkan perilaku hidup sehat
menurun (1) menjaga kualitas
menjadi hidup pasien
meningkat (5)
Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topik dari
menurun (1)
menjadi
meningkat (5)
Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
dari menurun
(1) menjadi
meningkat (5)
Pertanyaan
tentang masalah
yang dihadapi
dari meningkat
(1) menjadi
menurun (5)
Hari,
Dx Nama/
NO Tanggal, Implementasi Respon
Kep TTD
Jam
1 Rabu 1 Melakukan pengkajian nyeri DS: pasien mngeluh nyeri
11/8/2021 secara komprehensif termasuk pada kaki kanan, nyeri
16.00 lokasi, karakteristik, durasi, dirasakan seperti ditusuk- Sulasmi
frekuensi, kualitas dan faktor tusuk, dari lutut menjalar
presipitasi hingga ke tumit, skala nyeri
5 saat diam dan 6 saat
bergerak, nyeri hilang timbul
DO: pasien tampak menahan
sakit, pasien menunjukan
lokasi nyeri