Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN : NYERI

OLEH:

SANG AYU MADE SIS FALENTINI


NIM. 209012513

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KENYAMANAN : NYERI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
a. Pengertian Rasa Nyaman
Nyaman adalah perasaan senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI, 2016). Kenyamanan fisik (status fungsional
tubuh) harus dipastikan dalam batas normal sebagai syarat operasi. Kenyamanan
psikospiritual mencakup kepercayaan diri dan motivasi agar pasien lebih tenang ketika
menjalani prosedur invasif yang menyakitkan. Kenyamanan lingkungan ruang rawat inap
juga penting karena dapat membangkitkan optimisme kesembuhan pasien (Rahmawati,
Widyawati & Hidayati, 2014).

b. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun (Smeltzer, 2001)
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat
subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi
rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak
menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar,
melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter , 2012).

c. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut pasti
untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan,
merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Manuaba,
2008)

d. Teori- Teori Nyeri


1. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)
Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan
bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur
neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013). Teori spesivitas
ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya
melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari
efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).
2. Teori Pola (Pattern theory)
Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini
menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di
rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi
reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo, 2013). Pada
sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk
menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan berkembangnya gaung
secara terus menerus pada spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat
hypersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat
mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam Andarmoyo, 2013).
3. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)
Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus
nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem
saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan
implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).
4. Endogenous Opiat Theory
Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa
terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi
ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).
Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan sebagai nyeri.
Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter maupun
neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).

2. Epidemiologi
Nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak membawa pasien keluar masuk untuk
berobat ke Rumah Sakit, diperkirakan prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi
dunia, di Eropa tercatat jumlah pasien nyeri sebanyak 55%. Prevalensi nyeri akut di
inggris mencapai 42% dengan angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita
sebanyak 25%. Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih dilaporkan
menderita nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan sebanyak 42% merasakannya setiap
hari (JMJ, 2014).

3. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
b. Iskemik jaringan, kurangnya suplai darah ke jaringan atau organ karena permasalahan
dengan pembuluh darah misalnya hasil kerusakan atau disfungsi jaringan.
c. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot
yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga
karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
e. Post operasi setelah dilakukan pembedahan. (SDKI, 2016)

4. Patofisiologis
Agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi dan agen pencedera fisik
menghasilkan stimus neurologik dan psikologis dimana kedua stimulus ini akan
melepaskan mediator biokimia (prostaglandin, bradikinin, histamin substansi P kemudian
reseptor nyeri menerima rangsangan dan rangsangan ditransmisi ke medulla spinalis,
thalamus dan korteks sensorik somatik baru akan menghasilkan nyeri. Nyeri dibagi
menjadi dua untuk diagnosa keperawatan yg pertama nyeri akut kemudian nyeri kronis,
tanda dan gejala dari kedua diagnosa ini adalah meringis kesakitan, merasa cemas dan
takut akan penyakitnya dan menghasilkan diagnosa baru yaitu gangguan rasa nyaman.
5. Pathway

Agen pencedera fisiologis Agen pencedera kimiawi Agen pencedera fisik

Stimulus neurologik Stimulus psikologik

Pelepasan mediator biokimia (prostaglandin,


bradikinin, histamine substansi P)

Nociseptor (reseptor nyeri)


menerima rangsangan

Rangsangan ditransmisi ke medulla spinalis,


thalamus, dan korteks sensorik somatik

Nyeri

Nyeri Akut Nyeri Kronis

Meringis kesakitan,
merasa cemas dan takut
akan penyakitnya

Gangguan Rasa Nyaman


6. Klasifikasi
Berdasarkan kategori durasi waktu yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal
ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan
mengajarkan pada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan;
nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu
bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama
enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat
berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis. Suatu episode
nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri kronis sebelum enam bulan telah
berlalu atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut secara primer selama
lebih dari enam bulan. Nyeri kronis dapat terjadi pada terapi kanker tetapi nyeri
jenis ini biasanya mempunyai penyebab yang diidentifikasi (Smeltzer, 2001).

Berdasarkan mekanisme neurofisiologik yaitu:

a. Nyeri nosiseptif disebabkan adanya kerusakan jaringan yang mengakibatkan


dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti
histamin dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi
inflamasi. Selanjutnya bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi P,
yang merupakan neurotransmitter kuat. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri
viseral dan nyeri somatik.
• Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga
abdominal dan rongga thoraks.
• Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatik dalam dan nyeri kutaneus.
Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon, sarafdan pembuluh darah,
sedang nyeri kutaneus berasal dari kulit dan jaringan bawah kulit.
b. Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf tepi,
dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau medula
spinalis.
c. Nyeri inflamasi
Nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan baik jaringan kulit, otot ,
contohnya pada penderita rematik.
d. Nyeri psikogenik
Nyeri yang disebabkan keabnormalan fungsi saraf namun tanpa kerusakan saraf
Contoh nyeri ini adalah fibromiyalgia, nyeri lambung (Smeltzer, 2001).

7. Gejala klinis
a. Tampak meringis
b. Mengeluh nyeri
c. Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
d. Gelisah
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Sulit tidur
g. Tekanan darah meningkat
h. Pola napas berubah
i. Nafsu makan berubah
j. Proses berpikir terganggu
k. Menarik diri
l. Berfokus pada diri sendiri
m. Diaforesis (SDKI, 2016)
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : meliputi kesan umum dan kesadaran
b. Tanda vital : meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
c. Keadaan fisik : meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah
dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

9. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
2) Pemeriksaan laboratorium, sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
3) Sinar – X (Rontgen), untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
4) CT-Scan (cidera kepala), untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
5) MRI
b. Parameter yang diperiksa
1) Skala nyeri
2) Tanda-tanda vital
3) Ekspresi wajah pasien
4) Respon pasien
c. Hasil Temuan (yang tidak normal) dan Interpretasi hasil
1) Skala numeric
Skala ini biasa digunakan untuk menilai berat ringannya rasa sakit atau nyeri
dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subjektif nyeri. Skala
numerik ini mulai dari 0-10, dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS).
Skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan). 4-6 (nyeri sedang), 7-9 (sangat nyeri
tetapi masih bisa dikontrol), 10 (sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol).
2) Skala wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, dimana dapat digunakan untuk mengekspresikan rasa
nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 tahun.

10. Therapy/Tindakan Penanganan


a. Penatalaksanaan Terapi
1) Farmakologi
a) Pemberian analgesic
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu dan memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika
digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada
fungsi vital,seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak
ditemukan dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi
nosteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok
rangsangan pada sentral dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak
obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan
antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
peredaran darah dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi.
Golongan asetaminofen sama seperti aspirin,akan tetapi tidak menimbulkan
perubahan kadar protombin dan jenis Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat
berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic
acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-lain.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa
nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
2) Non Farmakologi
a) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan setress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Contoh tindakan relaksasi adalah nafas dalam dan relaksasi otot.
b) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle, main catur).
c) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh
tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan
penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu klien
sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.
d) Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
e) Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren,
dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
f) Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara
ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa
dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve
stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
b. Penatalaksanaan Operatif
Dengan melakukan pembedahan atau pengangkatan pada faktor yang menyebabkan
nyeri.
c. Penatalaksaan dengan pemberian kompres hangat/dingin
1) Pemberian kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk
menghilangkan rasa sakit serta memebrikan ketenangan dan kesenangan pada
klien. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot,
perut kembung dan kedinginan.
2) Kompres dingin
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi
efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah
menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau trauma, mencegah kongesti kepala,
memperlambat denyut jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi
arus darah lokal. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung lokasinya.
Selama pemberian kompres, kulit klien diperiksa setelah 5 menit pemberian, jika
dapat di toleransi oleh kulit diberikan selama 20 menit. (Smeltzer, 2001).

11. Komplikasi
a. Oedema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Takikardi
g. Gangguan pola istirahat dan tidur. (Smeltzer, 2001).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status marital, pendidikan, alamat,
pekerjaan, suku bangsa, tanggal MRS, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medis.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mecari bantuan (nyeri)
Riwayat penyakit sekarang : apa yang dirasaka sekarag oleh pasien
Riwayat peyakit dahulu : apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini
atau sudah pernah
Riwayat kesehata keluarga : meliputi penyakit yang turun-temurun atau penyakit tidak
menular
Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’:
P (Pemicu): yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q (Quality) dari nyeri : seperti apakah nyeri dirasakan, apakah rasa tajam, tumpul,
tersayat atau seperti tertusuk-tusuk
R (Region) : yaitu daerah perjalanan nyeri
S (Severity/Skala) : keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) : waktu atau lama serangan nyeri

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eliminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, rasa aman dan nyaman,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : meliputi kesan umum dan kesadaran
• Tanda vital : meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
• Keadaan fisik : meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas
bawah dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik.
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi pasca trauma, kerusakan sistem saraf,
gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolik.
c. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, gangguan stimulus
lingkungan, efek samping terapi, ketidakadekuatan sumber daya (dukungan finansial,
sosial dan pengetahuan).
3. Rencana Tindakan atau Intervensi Keperrawatan

No Nama Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 komprehensif yang meliputi dan perkembangan nyeri yang
agen pencedera jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, durasi, dirasakan pasien
fisiologis, kimiawi, berkurang dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas atau
dan fisik hasil : beratnya nyeri dan faktor pencetus
1. Nyeri yang dilaporkan 2. Berikan prinsip-prinsip 2. Memberikan rasa nyaman
berkurang dengan skala manajemen nyeri seperti teknik kepada pasien
nyeri dengan rentang 0-10 relaksasi
2. Ekspresi wajah tidak 3. Edukasi klien dan keluarga klien 3. Untuk menambah pengetahuan
meringis dan merintih dengan memberikan informasi klien dan keluarga mengenai
3. Nadi kembali normal (80- mengenai nyeri seperti penyebab nyeri yang dirasakan oleh
100x/menit) nyeri dan antisipasi dari pasien
ketidaknyamanan akibat prosedur

4. Kolaborasi dengan keluarga pasien 4. Memberikan rasa nyaman dan


dan tim kesehatan lainnya untuk mengurangi kegelisahan pasien
memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi
dan farmakologi sesuai kebutuhan
2. Nyeri Kronis Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 komprehensif yang meliputi lokasi, dan perkembangan nyeri yang
kondisi pasca trauma, jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, dirasakan pasien
kerusakan sistem berkurang dengan kriteria kualitas, intensitas atau beratnya
saraf, gangguan hasil : nyeri dan faktor pencetus
imunitas, gangguan 1. Nyeri yang dilaporkan 2. Berikan prinsip-prinsip manajemen 2. Memberikan rasa nyaman
fungsi metabolic berkurang dengan skala nyeri seperti teknik relaksasi kepada pasien
nyeri dengan rentang 0-10 3. Berikan individu penurun nyeri 3. Mengurangi rasa nyeri pasien
2. Ekspresi wajah tidak yang optimal dengan peresepan
meringis dan merintih analgesik
3. Nadi kembali normal (80- 4. Edukasi klien dan keluarga klien 4. Untuk menambah pengetahuan
100x/menit) dengan memberikan informasi klien dan keluarga mengenai
mengenai nyeri seperti penyebab nyeri yang dirasakan oleh
nyeri dan antisipasi dari pasien
ketidaknyamanan akibat prosedur
5. Kolaborasi dengan keluarga pasien 5. Memberikan rasa nyaman dan
dan tim kesehatan lainnya untuk mengurangi kegelisahan pasien
memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi
dan farmakologi sesuai kebutuhan
3. Gangguan Rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kulit terutama daerah 1. Mengetahui keadaan umum
Nyaman berhubungan keperawatan selama … x 24 tonjolan tubuh terhadap adanya pasien
dengan gejala jam diharapkan pasien merasa tanda-tanda tekanan atau iritasi
penyakit, gangguan lebih nyaman dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk 2. Memberikan rasa nyaman
stimulus lingkungan, hasil : memfasilitasi kenyamanan kepada pasien
efek samping terapi, 1. Relaksasi otot (misalkan gunakan prinsip-prinsip
ketidakadekuatan 2. Posisi pasien yang keselarsan tubuh, sokong dengan
sumber daya nyaman bantal, dan imobilisasi bagian
(dukungan finansial, tubuh yang nyeri)
sosial dan 3. Ciptakan lingkungan yang tenang 3. Memberikan rasa nyaman dan
pengetahuan) dan mendukung tenang kepada pasien
4. Edukasi klien dengan memberikan 4. Agar pasien dan keluarga
sumber-sumber edukasi yang mengetahui bagaimana cara
relevan dan berguna mengenai memaajemen peyakit sehingga
manajemen penyakit dan cidera menciptakan lingkungan yang
pada pasien dan keluarga nyaman
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi
No Hari/ Nama.Diagnosa Evaluasi Nama dan TTD
Tgl/Jam
1. Nyeri Akut S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O= Nyeri yang dilaporkan berkurang dengan skala nyeri
dengan rentang 0-10, Ekspresi wajah tidak meringis dan
merintih, Nadi kembali normal (80-100x/menit)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai
sebagian dan /atau tidak tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa:
pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi
intervensi
2. Nyeri Kronis S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O= Nyeri yang dilaporkan berkurang dengan skala nyeri
dengan rentang 0-10, Ekspresi wajah tidak meringis dan
merintih, Nadi kembali normal (80-100x/menit)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai
sebagian dan /atau tidak tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa:
pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi
intervensi
3. Gangguan Rasa S= Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
Nyaman O= Relaksasi otot, posisi pasien yang nyaman
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai
sebagian dan /atau tidak tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa:
pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi
intervensi
DAFTAR PUSTAKA

JMJ. 2014. Jurnal Online Medika Edisi 2 Vol XI 2014. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-


2014/edisi-no-02-vol-xi-2014/667-fokus/1503-pentingnya-aktualisasi-penanganan-nyeri-
kronis. (diakses 6 oktober 2020)

Smeltzer, C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.Jakarta:EGC

Bulechek, Gloria M,dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi ke-6.
Singapore:Elsevier
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-5. Singapore:Elsevier
Tim Pokja PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Kingdom:Elsevier
global rights
Rahmawati, I R., Widyawati, I Y & Hidayati, L. 2019. Kenyamanan Pasien Pre Operasi Di Ruang
Rawat Inap Bedah Marwah RSU Haji Surabaya. Critical Medical an d Surgical Nursing
Journal. https://e-journal.unair.ac.id/CMSNJ/article/view/12293 (diakses pada tanggal 6
oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai