LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi memiliki hubungan yang erat
3
fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AID atau setelah transplantasi organ), dan gestational diabetes mellitus
(Rahmasari, 2019).
1.5 Pathways
Ketidakseimb
angan kadar
glukosa darah
8
1.8 Penatalaksanaan
Dalam mengobati pasien DMT2 tujuan yang harus dicapai adalah
meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penatalaksanaan meliputi tujuan
penatalaksanaan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan penatalaksanaan
jangka pendek adalah menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan
rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Tujuan
10
1) Diet Diabetes
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi :
Sisanya, dibagi untuk waktu makan selingan di antara tiga waktu makan utama
tersebut. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sedapat mungkin perubahan
porsi dan pola makan ini dilakukan sesuai dengan kebiasaan pasien
sebelumnya. Untuk pasien diabetes yang mengidap penyakit lain, terapi nutrisi
disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
2) Komposisi Makanan
Persentase asupan karbohidrat yang dianjurkan untuk pasien DMT2
adalah sebesar 45-65% dari kebutuhan kalori total. Persentase asupan lemak yang
dianjurkan adalah sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori total. Asupan lemak ini
tidak diperkenankan melebihi 30% dari kebutuhan kalori total. Persentase asupan
lemak jenuh yang dianjurkan adalah kurang 7 % dari kebutuhan kalori total.
Persentase asupan lemak tidak jenuh ganda yang dianjurkan adalah kurang 10 %
dari kebutuhan kalori total. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah bahan
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain :
daging berlemak dan susu penuh (whole milk). Anjuran konsumsi kolesterol
adalah kurang 300 mg/hari. Persentase asupan protein yang dianjurkan adalah
sebesar 10 – 20% dari kebutuhan kalori total. Sumber protein yang baik adalah
seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Pada pasien dengan PGD
perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari atau sekitar 10% dari
dari kebutuhan kalori total. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes
sama dengan anjuran asupan natrium untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih
dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh) garam dapur. Pada pasien
DMT2 dengan hipertensi, pembatasan asupan natrium diperlukan yaitu tidak
lebih dari 2,4g garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Seperti halnya masyarakat umum penderita diabetes dianjurkan mengonsumsi
cukup serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang
baik untuk kesehatan. Anjuran konsumsi serat adalah sekitar 25 g/1000 kkal/hari.
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi.
Pemanis bergizi meliputi gula alkohol dan fruktosa. Gula alkohol antara lain
13
bahwa jenis kelamin, usia, dan latar belakang etnis merupakan faktor penting
dalam perkembangan komplikasi DM. Penderita diabetes memiliki risiko
komplikasi yang menyebabkan terjadinya kematian (Olokoba et al. 2012).
Secara umum komplikasi yang terjadi dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
g. Komplikasi akut metabolik, berupa gangguan metabolit jangka pendek seperti
hipoglikemia, ketoasidosis, dan hiperosmolar; dan
h. Komplikasi lanjut, komplikasi jangka panjang yang mengakibatkan
makrovaskular (penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer
dan stroke), mikrovaskular (nefropati, retinopati dan neuropati), dan
gabungan makrovaskular dan mikrovaskular (diabetes kaki). Penyebab
kematian pada orang tua penderita diabetes akibat degradasi makrovaskular
lebih banyak dibandingkan dengan mikrovaskular ( Mane et al. 2012, Pasquel
dan Umpierrez 2014, Rhee dan Kim 2015, Asmat et al. 2016, Kabel et al.
2017, Goguen dan Gilbert 2018).
Diabetes melitus sering menyebabkan komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular terutama didasari oleh karena adanya
resistensi insulin, sedangkan komplikasi mikrovaskular lebih disebabkan oleh
hiperglikemia kronik. Kerusakan vaskular ini diawali dengan terjadinya
disfungsi endotel akibat proses glikosilasi dan stres oksidatif pada sel endotel.
Disfungsi endotel memiliki peranan penting dalam mempertahankan
homeostasis pembuluh darah. Untuk memfasilitasi hambatan fisik antara dinding
pembuluh darah dengan lumen, endotel menyekresikan sejumlah mediator yang
mengatur agregasi trombosit, koagulasi, fibrinolisis, dan tonus vaskular. Istilah
disfungsi endotel mengacu pada kondisi dimana endotel kehilangan fungsi
fisiologisnya seperti kecenderungan untuk meningkatkan vasodilatasi,
fibrinolisis, dan antiagregasi. Sel endotel mensekresikan beberapa mediator yang
dapat menyebabkan vasokontriksi seperti endotelin-a dan tromboksan A2, atau
vasodilatasi seperti nitrik oksida (NO), prostasiklin, dan endotheliumderived
hyperpolarizing factor. NO memiliki peranan utama pada vasodilatasi arteri.
Pada pasien DMT2 disfungsi endotel hampir selalu ditemukan, karena
hiperglikemia kronis memicu terjadinya gangguan produksi dan aktivitas NO,
sedangkan endotel memiliki keterbatasan intrinsik untuk memperbaiki diri.
15
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
Rata-rata untuk tekanan darah sistolik 120 mmHg, rata-rata diastolik
80-90/mmHg, namun pada pasien diabetes terkadang juga diikuti
dengan hipertensi.
2) Nadi
Pada nadi jugularis, karotis, dan abdominal tidak akan terlihat.
Tekanan nadi meningkat, denyut melemah, nadi perifer berkurang,
frekuensi nadi 60-100 x/menit.
3) Respirasi Frekuensi Napas
Umumnya 12-20 x/menit, tidak ada gangguan dalam sistem
respirasinya.
4) Suhu
Pada umumnya suhu meningkat, karena adanya infeksi saat terdapat
gas gangren/ ulkus diabetikum.
1. Pengkajian Fisik Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, distribusi rambut normal, tidak ada
lesi dan jejas
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : posisi mata simetris, gerakan bola mata normal, sklera
anikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada kelainan bentuk, warna normal, tidak ada
gangguan pendengaran
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris,
lubang hidung normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa,
warna kulit hidung sama dengan warna di sekitarnya
22
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri
tekan
e. Mulut
Inspeksi : mulut simetris, tidak ada lesi dan jejas, mukosa bibir kering,
pasien bisa mengalami mual dan muntah, mukosa bibir pucat dan
kering
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi,
tidak ada benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit di
leher sama dengan warna kulit sekitarnya.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
g. Dada
Jantung
Inspeksi : tidak ada peningkatan JPV, tidak ada perubahan letak iktus
cordis
Palpasi : pada pasien tidak ictus cordis tidak teraba
Perkusi : bunyi jantung normal, batas jantung normal
Auskultasi: suara jantung reguler, tidak ada bunyi tambahan
Paru-Paru
Inspeksi : dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : pada saat dilakukan palpasi tidak teraba masa, vocal fremitus
tidak ada yang tertinggal
Perkusi : lapang paru berbunyi normal, sonor
Auskultasi: klien memiliki suara napas normal
h. Abdomen
Inspeksi : bisa tampak ada pembesaran pada abdomen, tidak ada luka,
tidak ada lesi.
Auskultasi : suara bising usus normal, peristaltik usus menurun
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen, terdapat distensi abdomen,
kembung.
Perkusi : suara timpani
23
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap : Leukositis sedang (akut), hematokrit, hemoglobin.
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah: Gula Darah Sewaktu lebih dari 200mg/dL, gula
darah puasa lebih dari 120mg/dL dan dua jam post prandial lebih dari
200mg/dL.
c. Pemeriksaan HbA1c
Dilakukan untuk mengukur kadar gukosa darah selama 120 hari yang
lalu (sesuai usia eritrosit), menilai perubahan terapi 8-12 minggu
sebelumnya, menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan
mencegah terjadinya komplikasi diabetes.
d. Urin
Pada pemeriksaan didapat adanya glukosa dalam urin. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urin: hijau(+), kuning (++), merah (++
+), dan merah bata (++++).
24
e. Kultur pus
Untuk mengetahui jenis kuman yang terdapat pada luka dan
memberikan antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
2 D.0077 Nyeri akut L.08066 Setelah dilakukan tindakan asuhan I.08238 1) Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
neuropati sensori diharapkan tindakan kesehatan agar (1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
perifer nyeri dapat berkurang, meliputi : durasi, frekuensi, kualitas, dan
Tingkat nyeri intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun dari (2) Identifikasi skala nyeri
nyeri berat menjadi nyeri ringan (3) Identifikasi respons nyeri non
Ttv dalam rentan normal verbal
GDA normal dari (4) Identifikasi factor yang
248mg/dL memperberat dan memperingan
nyeri
(5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik :
(6) Fasilitasi istirahat tidur
(7) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
(8) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
(9) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
3 Hipertermi b.d proses L.14134 Setelah dilakukan tindakan I.15506 Manajemen Hipertermi:
penyakit (infeksi) d.d keperawatan selama 3x24 jam Mandiri
suhu tubuh diatas diharapkan pengaturan suhu tubuh 1. Bina hubungan saling percaya
nilai normal, kulit pada klien dapat berada pada rentang dengan pasien dan keluarga
65
merah, terasa hangat, normal dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh dan tanda-tanda
takikardi, takipneu 1. Takipneu (5) vital
2. Takikardi (5) 3. Monitor warna kulit dan suhu
3. Kulit merah (5) 4. Monitor intake dan otput cairan
5. Selimuti pasien dengan selimut tipis
4. Suhu tubuh (5)
dan pakaian tipis
5. Suhu kulit (5) Promotif
6. Anjurkan pasien minum banyak air
(250 ml/2 jam)
7. Anjurkan pasien banyak istirahat,
bila perlu batasi aktivitas
Edukasi
8. Ajarkan cara melakukan kompres
hangat pada pasien saat pasien
demam tinggi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat
(antipiretik, antibiotik) atau cairan
IV
10. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, urin)
4 D.0129 Gangguan L.14125 Setelah dilakukan intervensi I.14564 Perawatan Luka
Integritas Kulit Observasi
keperawatan selama 1x24 jam,
b.d Perubahan 1. Monitor karakterisktik luka
Sirkulasi maka integritas kulit dan jaringan 2. Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik
meningkat dengan kriteria hasil :
2. Bersihkan dengan cairan NaCl
a. Elastisitas meningkat 3. Lepaskan balutan dan plester secara
65
perlahan
b. Kerusakan jaringan menurun
4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi,
c. Nyeri menurun jika perlu
5. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
d. Kemerahan menurun
dan drainase
6. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi pasien
7. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
8. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
9. Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
10. Kolaborasi prosedur debridement
11. Kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA