Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil analisa data yang diperoleh data dari hasil wawancara,

studi dokumentasi dan questioner adalah sebagai berikut:

A. Ketersediaan SOP Keperawatan

1. Proses SOP

Langkah-langkah proses pembuatan SOP khususnya di bidang pelayanan

keperawatan RS Al Islam Bandung sudah berjalan sesuai dengan SOP yang telah

ditetapkan. Bidang Pelayanan Keperawatan menyusun standar operasional

prosedur tindakan keperawatan yang akan ditinjau setiap 3 tahun dari revisi

terakhir atau bila diperlukan perubahan yang sifatnya mendesak, maka akan

dikeluarkan ketentuan tambahan / perubahan.

2. Jumlah SOP keperawatan di Darussalam 3 Anak

Ketersediaan SOP tindakan keperawatan di ruangan sangat memadai. Dari hasil

studi dokumentasi yang dilakukan peneliti, selama kurang lebih 1 pekan

didapatkan total ketersediaan SOP Darussalam 3 anak sebanyak 257 SOP, jumlah

ini diambil dari : buku SOP tindakan keperawatan yang tersedia di ruangan, buku

SOP Manajerial Keperawatan dan bundles / kumpulan arsip Darussalam 3 anak.

Sedangkan panduan – panduan yang berhubungan dengan SOP sebanyak 13

panduan.

3. Distribusi SOP ke Unit Rawat Inap


Proses distribusi SOP dari bidang pelayanan keperawatan ke seluruh ruangan

sudah sesuai dengan alur yang ada dan sesuai dengan panduan penyusunan

dokumen akreditasi KARS dan tidak ada kendala dalam pendistribusian SOP ke

ruangan rawat inap.

4. Sosisalisasi SOP

Proses sosialisasi SOP di Darussalam 3 anak belum berjalan dengan baik.

Sosialisasi bersifat insidentil, bila ada SOP baru dari bidang pelayanan

keperawatan atau bilamana sangat perlu terkait kondisi ruangan. Sehingga hal ini

dapat menyebabkan SOP tersebut tidak tersosialisasi dengan baik. Dari hasil

survey yang disebarkan, sebanyak 81 % perawat menyatakan perlu mereview

kembali SOP. Adapun SOP yang sangat perlu di review adalah SOP pemberian

kemotherapy.

B. Kepatuhan pelaksanaan SOP Keperawatan

1. Displin perawat dalam pelaksanaan SOP

Dari segi pelaksanaan SOP, perawat ruangan selalu melaksanakan SOP dengan

benar sebanyak 76,2 %. Apabila perawat tersebut lupa atau tidak tahu sebanyak

71,4 % akan bertanya kepada rekan sejawat. Sebanyak 90,5 % perawat

menyatakan akan melakukan SOP keperawatan dalam kondisi apapun . Dari segi

hambatan, perawat menyatakan ada hambatan dalam melakukan SOP

keperawatan ini sebanyak 33,3 %, hambatan yang dirasakan karena kondisi /

karakter sebagai anak sebanyak 93,8 %.

2. Pemahaman SOP keperawatan anak


3. Dalam memberikan implementasi keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang

diperhatikan dimana harus disesuaikan pertumbuhan dan perkembangan

karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak baik secara

fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri.

4. Dari hasil survey yang dilakukan kepada 21 responden yang merupakan

perawat pelaksana di ruangan Darussalam 3 anak diperoleh data bahwa

47,6 % perawat menyatakan ada perbedaan antara SOP keperawatan anak

dan keperawatan lainnya. Diantara perbedaannya adalah : cara

berkomunikasi, perbedaan karakter, usia, fleksibilitas/kondisional,

keterlibatan orang tua pasien dan cara pendekatan. Responden juga

menyatakan jumlah tindakan keperawatan anak yang sering dilakukan

adalah pemberian kemotherapy, pemberian tranfusi darah dan persiapan

obat injeksi (masing – masing sebanyak 19 %), namun perawat

menyatakan pula belum tersedianya SOP pemberian kemotherapy di

ruangan sebanyak 61,9 %, padahal ruangan sudah tersedia SOP tersebut.

C. Analisis Permasalahan

1. Faktor pendukung Implementasi SOP Keperawatan

a. Sumber daya manusia

Dari hasil survey kepada 21 perawat pelaksana di ruangan Darussalam 3 anak

didapatkan data bahwa 61,9 % perawat yang berusia 20-30 tahun. Usia tersebut

adalah usia produktif, dimana ruangan mempunyai SDM yang sangat bagus untuk
meningkatkan produktifitas, kreatifitas dan pengembangan kualitas keperawatan

yang lebih baik lagi. Dari segi lama bekerja di rumah sakit yang > 5 tahun

sebanyak 57,1 %. Dengan demikian, usia yang produktif dan pengalanan kerja

yang lebih lama adalah modal utama untuk menguatkan pengembangan

keperawatan anak di ruangan.

b. Lokasi Strategis

Darussalam 3 anak berada di lantai 3 yang mudah diakses menggunakan lift untuk

umum, terdapat jalur khusus evakuasi di sisi utara dan barat ruangan, mempunyai

tempat bermain yang cocok untuk usia anak dan juga ventilasi udara yang cukup

luas. Dengan demikian, lingkungan ini dapat mencegah hospitalisasi dan

traumatik pada pasien anak, sehingga SOP keperawatan anak masih tetap bisa

dilakukan sesuai dengan kondisi anak.

c. Jumlah tindakan keperawatan

Jumlah tindakan keperawatan yang dilakukan di Darussalam 3 anak cukup

bervaiatif. Dari hasil pengambilan data HIS Terra rumah saki Al Islam Bandung

didapatkan 4 tindakan yang sering dilakukan di ruangan selama 3 bulan terakhir

(bulan Juni – Agustus 2020) adalah : pemberian injeksi sebanyak 3054 kali,

pemasangan infus 798 kali, pemberian kemotherapy 784 kali dan pengambilan

darah vena sebanyak 668 kali.

2. Faktor Penghambat Implementasi SOP Keperawatan

a. Karakter pasien anak

Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, artinya

bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja melainkan sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan

menuju proses kematangan, sehingga dalam pemberian perawatan tidak

mengakibatkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Dalam pelaksanaan

implemntasi keperawatan pun harus selalu melibatkan keluarga (Family Centered

Care). Dari hasil survey, perawat menyatakan ada hambatan dalam melakukan

SOP keperawatan ini sebanyak 33,3 %, hambatan yang dirasakan karena kondisi /

karakter sebagai anak sebanyak 93,8 %.

b. Fasilitas

Pengaruh ketersediaan alat terhadap kepatuhan perawat pada pelaksanaan SOP

keperawatan sangatlah penting. Fasilitas yang tersedia hendaknya dalam jumlah

dan jenis yang selalu memadai dan selalu dalam keadaan siap pakai. Tidak

tersedianya fasilitas tindakan dapat mempersulit dan menimbulkan masalah dalam

pelaksanaannya, ketersediaan fasilitas termasuk dalam faktor pemungkin untuk

terbentuknya perilaku. Dari hasil survey, perawat menyatakan alasan penghambat

pelaksanaan SOP adalah karena fasilitas tidak lengkap sebanyak 6,2 %.

Anda mungkin juga menyukai