Anda di halaman 1dari 32

Perdarahan Pascasalin

MARISSA TASYA, DR, SPOG, MKES


Perdarahan Pascasalin

Pengenalan Pencegahan Penatalaksanaan


Pengenalan

 Perdarahan pascasalin, perdarahan postpartum, postpartum hemorrhage (PPH)


 Perdarahan pascasalin – kehilangan darah dari saluran genitalia >500ml setelah
melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan secara seksio sesarea
 Perdarahan pascasalin dini (primer) – dalam 24 jam pertama persalinan
 Perdarahan pascasalin lambat (sekunder) -- > 24 jam
Penyebab PPH Primer

4T
 Tonus
 Tissue
 Trauma
 Thrombin
Pencegahan

 Manajemen aktif kala 3


Penatalaksanaan Spesifik

 Atonia Uteri
Masase uterus  rujuk
Pemberian oksitosin 10 unit dalam RL 500 cc tetesan cepat (dapat diberikan sampai 3 liter dengan tetesan 40
tetes/menit) dan ergometrin IV/IM 0,2 mg (dapat diulang lx setelah 15 menit dan bila masih diperlukan dapat
diberikan tiap 2-4 jam IM/IV sampai maksimal 1 mg atau 5 dosis) atau misoprostol 400 mikrogram
perektal/peroral (dapat diulang 400 mikrogram tiap 2-4 jam sampai maksimal 1200 mikrogram atau 3 dosis).
Bila setelah pemberian dosis awal ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin/misoprostol diteruskan, bila tidak
ada perbaikan lakukan kompresi bimanual atau pemasangan tampon balon.
Jika kontraksi tetap buruk, lakukan laparotomi. (lakukan ligasi arteri uterina atau hipogastrika atau teknik B-lynch suture
untuk pasien yang belum punya anak, jika tidak mungkin lakukan histerektomi)
Perhatian pada cold chain oksitosin
 Laserasi jalan lahir  Segera lakukan penjahitan laserasi

 Ruptur uteri  Rujuk, di tempat rujukan akan dilakukan stabilisasi keadaan umum dan segera
lakukan laparotomi. Rencana histerorafi atau histerektomi.

 Inversio uteri  Rujuk, di tempat rujukan akan dilakukan reposisi manual setelah syok teratasi.
plasenta belum lepas, sebaiknya jangan dilepaskan dulu sebelum uterus direposisi
karena akan mengakibatkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasil, diberi drip oksitosin.
Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi manual
tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif.
 Retensio plasenta  rujuk
Dilakukan pelepasan plasenta secara manual. Jika plasenta sulit dilepaskan, pikirkan
kemungkinan plasenta akreta. Terapi terbaik pada plasenta akreta komplit adalah histerektomi.

 Sisa plasenta  rujuk


Dilakukan kuretase dengan pemberian uterotonika dan transfusi darah bila diperlukan.
Jika terjadi pada masa nifas, berikan uterotonika, antibiotik spektrum luas dan kuretase. Jika
kuretase tidak berhasil, lakukan histerektomi.

 Gangguan koagulopati  rujuk


Pemasangan Kondom Kateter
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KONDOM KATETER

CARA MERAKIT KONDOM KATETER

LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN

MONITORING

CARA PELEPASAN

KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI

TANDA-TANDA KEGAGALAN PENATALAKSANAAN DENGAN KONDOM KATETER


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KONDOM KATETER

INDIKASI KONTRAINDIKASI

Perdarahan postpartum karena atonia, pada saat Kasus-kasus yang memerlukan tindakan
masase, pemberian uterotonika, dan kompresi histerektomi
bimanual tidak dapat menghentikan perdarahan Anomali uterus
Infeksi uterus
DIC
Tindakan yang dilakukan sebelum merujuk ke Tidak mampu melakukan pemasangan
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
CARA MERAKIT KONDOM KATETER
Langkah 1. Persiapan

 Letakkan kateter Folley di dalam kondom, sisakan sedikit bagian kondom

 Ikat kondom dan kateter Folley dengan benang. Ikatan harus kuat untuk mencegah kebocoran cairan, namun
jangan terlalu keras sehingga dapat mencegah aliran cairan
 Pastikan uterus bersih dari sisa plasenta, tidak ada
laserasi

 Rakit kondom kateter

 Pasang spekulum Sims, jepit serviks anterior dengan


Langkah 2. fenster clamp

Pemasangan
 Masukkan kondom yang sudah terhubung dengan
kateter ke dalam rongga uterus dengan metoda aseptik

 Pastikan seluruh bagian kondom masuk melewati


canalis servikalis dan ostium internal
Langkah 2. Pemasangan
Langkah 3. Inflasi

• Hubungkan outlet kateter Folley dengan kateter


intravena (selang infus) yang sebelumnya telah
disambungkan dengan cairan infus.

• Melakukan inflasi kondom dengan cairan Nacl kira-kira


300-500 mL

• Klem kateter jika volume yang diinginkan sudah


tercapai atau perdarahan sudah berhenti

• Jika perdarahan tidak dapat dikontrol dalam 15


menit  intervensi operatif/surgikal secepatnya

• Alat tamponade kondom tetap terpasang saat


dilakukan rujukan
 Pertahankan alat 12-24 jam

 Pantau keadaan umum, tanda vital, dan perdarahan


Langkah 3.
Inflasi  Beri tanda tinggi fundus dengan menggunakan
bolpen/spidol

 Berikan uterotonika 6-8 jam


Langkah 4. Deflasi

 Jika tidak ada lagi perdarahan dan pasien stabil


dalam waktu 12 jamdeflasi dengan perlahan

 Keluarkan 200 mL cairan tiap 1 jam

 Reinflasi ke tingkat sebelumnya jika terjadi


perdarahan ketika deflasi Pertimbangkan
intervensi surgikal
Lanjutkan monitoring ketat

• Setiap 15 menit selama 2 jam pertama


• Setiap 30 menit pada jam ke-3 dan 4
• Setiap 1 jam pada jam ke-5 dan 6

Monitoring Apa saja yang harus dimonitor?

• tanda vital
• output urine
• tonus uterus
• perdarahan pervaginam
 Kehilangan darah sebelum dan sesudah
pemasangan tamponade uteri
 Waktu pemasangan tamponade uteri dan jumlah
cairan yang dimasukkan
 Waktu mulai dilakukannya deflasi dan waktu
Dokumentasi pelepasan tamponade uteri
 Petugas yang memasang
 Hasil pemasangan
Cara Kerja CARA KERJA

 Meningkatkan tekanan intrauterin  menekan pembuluh darah kapiler

 Kompresi tempat perdarahan oleh kondom yang terinflasi

 Timbulnya kontraksi karena adanya kondom yg mengembang di dalam uterus


THANK YOU
Pertanyaan

Bagaimana tanda2 syok hipovolemik


(objektif dan subjektifnya)?

Bagaimana penatalaksanaan awalnya?


 Rapid intravenous bolus administration of undiluted
oxytocin results in relaxation of vascular smooth
muscle, which can lead to hypotension
 The intravenous route is contraindicated in known
hypersensitivity or profound hypotension. It is
therefore best given intramuscularly or by dilute
intra- venous infusion.

Anda mungkin juga menyukai