Anda di halaman 1dari 16

JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI P-ISSN: 1410 – 9875

Vol. 22, No. 2, Des 2020, Hlm. 289-304 E-ISSN: 2656 – 9124
Akreditasi Sinta3 SK No. 23/E/KPT/2019 http://jurnaltsm.id/index.php/JBA

MODEL PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK UNTUK MENCEGAH


FRAUD PADA SEKTOR PUBLIK DI ERA DIGITAL

DIAN KRISTIYANI
HAMIDAH

Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No.4, Airlangga, Kec. Gubeng, Surabaya, Indonesia
diankristiyaniunair123@gmail.com

Abstract: This study aims to find and describe the characteristics of fraud that occur in the public sector in the
digital era and develop models of application of Public Sector Accounting to prevent fraud that occurs in the public
sector in the digital age. The research carried out is a literature review study sourced from articles in accordance
with the research topic for further analysis. The results showed that the characteristics of fraud in the public sector
that occurred in the digital era include the use of misconceptions regarding the role of digital technology in the
implementation of public accounting tasks, the utilization of digital technology to optimize opportunities for fraud,
exploiting problems in human error and lack of knowledge in the use of technology. digital, using digital technology
products, to carry out fraud. Application of Public Sector Accounting can prevent fraud in the public sector in the
digital era if implemented by considering several factors that influence fraud, such as performance accountability,
and accompanied by the application of fraud prevention methods which include technical strategies, two paradigm
approaches, and preventive strategies.

Keywords: Fraud, public sector accounting, digital era, behavioral accounting

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan karakteristik fraud yang terjadi pada
sektor publik di era digital dan mengembangkan model penerapan Akuntansi Sektor Publik untuk mencegah fraud
yang terjadi pada sektor publik di era digital. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kajian literatur yang
bersumber pada artikel yang sesuai dengan topik penelitian untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik fraud pada sektor publik yang terjadi di era digital antara lain berupa pemanfaatan
miskonsepsi mengenai peranan teknologi digital terhadap pelaksanaan tugas akuntan publik, pendayagunaan
teknologi digital untuk mengoptimalkan kesempatan untuk melakukan fraud, memanfaatkan permasalahan dalam
human error dan kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan teknologi digital, menggunakan produk teknologi
digital, untuk melaksanakan fraud. Penerapan Akuntansi Sektor Publik dapat mencegah terjadinya fraud pada
sektor publik di era digital jika dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi
fraud, seperti performance accountability, dan melakukan strategi teknis, pendekatan dua paradigma, dan strategi
preventif.

Kata kunci: Fraud, akuntansi sektor publik, era digital, akuntansi keperilakuan

289
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

PENDAHULUAN besar maupun kecil tidak dapat terlepas dari


potensi terjadinya fraud di dalamnya,
Teknologi yang terus mengalami sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
perkembangan membawa dampak yang perusahaan yang immune dari penyakit yang
signifikan terhadap berbagai proses dalam bernama fraud. Menurut teori fraud triangle,
kehidupan manusia. Dampak tersebut dapat fraud dapat terjadi karena adanya tiga faktor
berupa dampak positif, yang mendorong utama yang menyebabkannya, yaitu tekanan,
peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan kesempatan, dan rasionalisasi. Selanjutnya
manusia, atau justru dampak yang bersifat terdapat juga teori fraud diamond yang
negatif, yaitu dalam bentuk penyalahgunaan merupakan pengembangan dari fraud
teknologi untuk mendapatkan keuntungan triangle dengan satu faktor penyebab
pribadi dan menciptakan kerugian pada pihak tambahan, yaitu kapabilitas (Eyo Bassey,
lain. Dua sisi dampak teknologi ini menuntut 2018). Inti dari teori tersebut menyatakan
adanya perubahan paradigma terhadap bahwa seseorang yang melakukan fraud
teknologi yang didasarkan pada mendapatkan dorongan dari dua kategori
pertimbangan bijak demi memastikan bahwa faktor, yaitu faktor internal yang berupa
kemajuan teknologi benar-benar menjadi kapabilitas dan rasionalisasi, dan faktor
instrumen yang mempermudah manusia eksternal yang meliputi tekanan dan
dalam melaksanakan aktivitasnya. kesempatan.
Dampak yang diharapkan dari Apabila dikaitkan dengan kemajuan
kemajuan teknologi terhadap akuntansi teknologi yang telah sampai pada tingkat
sektor publik adalah berupa semakin mudah digital seperti saat ini, maka kapabilitas yang
dan cepatnya pelaksanaan berbagai proses dimiliki individu dalam mendayagunakan
akuntansi, serta semakin akuratnya informasi produk teknologi digital dapat menjadi
yang dihasilkan dari proses tersebut. Namun pendorong kuat untuk melaksanakan fraud.
demikian, hal ini hanya dapat dicapai jika Terlebih lagi, penerapan teknologi digital
para pihak yang terlibat dalam proses yang masih belum merata karena
akuntansi memiliki kapabilitas untuk pengetahuan dan kemampuan
mendayagunakan produk teknologi dengan pengoperasionalan teknologi tersebut yang
optimal dan dengan tujuan positif, yaitu untuk masih belum dimiliki oleh seluruh entitas
meningkatkan pelayanan kepada publik usaha, termasuk sektor publik, menghadirkan
(Kementrian Riset dan Teknologi Republik kesempatan besar untuk melakukan fraud.
Indonesia, 2018). Kapabilitas dan tujuan Fraud secara garis besar dapat
positif dari penggunaan teknologi dalam digolongkan ke dalam tiga jenis tindakan,
proses akuntansi akan mengarah pada yaitu penyalahgunaan aset, pernyataan palsu
efisiensi dan efektivitas yang semakin tinggi. dalam laporan keuangan, dan korupsi
Sebaliknya, kapabilitas yang disandingkan (Sihombing, Erlina, Rujiman, & Muda, 2019).
dengan tujuan yang negatif, yaitu untuk Menurut hasil survei yang dilakukan oleh
mendapatkan manfaat bagi diri sendiri, akan Association of Certified Fraud Examiners
menyebabkan terjadinya fraud. Indonesia Chapter (ACFE-IC), korupsi
Menurut Omar, Nawawi, & Salin merupakan jenis fraud yang paling banyak
(2016), fraud adalah suatu risiko usaha yang terjadi di Indonesia, disusul oleh
dapat muncul di setiap entitas bisnis, baik penyalahgunaan aset, dan terakhir adalah
pada lembaga negara maupun perusahaan kecurangan laporan keuangan.
milik swasta. Perusahaan yang berukuran

290
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

2%
31%

67%

Korupsi
Penyalahgunaan Aset
Kecurangan Laporan Keuangan
Gambar 1 Frekuensi Fraud di Indonesia tahun 2016
Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter (2017)

Berdasarkan data tersebut, ACFE IC juga menjadi jenis fraud yang paling merugikan,
menggambarkan estimasi kerugian yang disusul oleh penyalagunaan aset, dan
diakibatkan oleh masing-masing jenis fraud terakhir kecurangan laporan keuangan.
di atas. Sesuai dengan frekuensinya, korupsi

77%

19% 4%

Korupsi Penyalahgunaan Aset Kecurangan Laporan


Keuangan

Gambar 2 Fraud Paling Merugikan di Indoensia tahun 2016


Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter (2017)

Korupsi selain menjadi jenis fraud yang rekapitulasi tindak pidana korupsi yang
paling banyak terjadi, juga memiliki jumlah dihimpun oleh Anti Corruption Clearing
kejadian yang semakin meningkat dari tahun House KPK di bawah ini:
ke tahun. Hal ini sesuai dengan data

291
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

199
200 164 121
150 113 123 99
83 96 87
81 57 81
100
50
0
2018 2017 2016 2015

Penyelidikan Penyidikan Eksekusi

Gambar 3 Tren Peningkatan Jumlah Korupsi


Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia (2018)

Peningkatan jumlah fraud terutama Pendekatan teori yang digunakan


kasus korupsi sebagaimana data di atas untuk menjelaskan fraud dalam penelitian ini
kemungkinan besar memiliki keterkaitan adalah akuntansi keperilakuan, yaitu sebuah
dengan adanya teknologi digital yang teori yang menjelaskan hubungan antara
memberikan kapabilitas dan kesempatan sistem informasi akuntansi dengan perilaku
lebih besar bagi para pelaku fraud. Namun manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh
demikian, hal tersebut masih belum pernah Kutluk (2017), bahwa akuntansi keperilakuan
dikaji oleh peneliti terdahulu. Padahal, mempelajari perilaku manusia, baik yang
pemahaman mengenai karakteristik fraud berprofesi sebagai akuntan atau selain
yang terjadi pada sektor publik di era digital akuntan, berkaitan dengan pengaruhnya
akan sangat membantu dalam perumusan terhadap sistem akuntansi dan faktor
strategi untuk mengidentifikasi indikasi pembentuk perilaku tersebut yang berasal
terjadinya fraud serta strategi untuk dari sistem akuntansi. Pelaksana akuntansi
mencegah fraud di masa mendatang, serta keperilakuan, yang merupakan akuntan
dapat memudahkan dalam penerapan keperilakuan, memiliki tugas untuk
Akuntansi Sektor Publik guna mencapai menganalisis perilaku manusia dan persepsi
tujuan untuk menghasilkan informasi manusia terhadap pekerjaannya, tugasnya,
keuangan yang akurat. perusahaannya, maupun rekan kerjanya,
Akuntansi sektor publik merupakan untuk disampaikan kepada pengguna
mekanisme akuntansi swasta yang informasi keperilakuan sebagai dasar
diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi pengambilan keputusan dan perumusan
publik. Akuntansi sektor publik memiliki ruang prediksi mengenai perilaku manusia di masa
lingkup lembaga tinggi negara dan depan, serta untuk menentukan strategi yang
departemen yang berada di bawahnya, paling tepat untuk mengubah atau
seperti pemerintah daerah, yayasan, partai mengarahkan perilaku manusia sesuai
politik, maupun organisasi nirlaba lainnya dengan tujuan yang ingin dicapai.
(Halim, 2016). Dengan demikian, praktik- Hasil analisis keperilakuan mencakup
praktik akuntansi sektor publik adalah sama bagaimana manusia berperilaku dan faktor
dengan praktik akuntansi pada umumnya, yang mendasari terbentuknya perilaku
hanya saja terdapat batasan pada pemangku tersebut, serta rekomendasi untuk
kepentingannya yang merupakan pihak yang memperbaiki perilaku yang dianggap
berasal dari pemerintahan dan masyarakat disfungsional (Supriyono, 2018). Lebih lanjut
luas. dijelaskan oleh Supriyono (2018),

292
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

keterhubungan yang dikaji tersebut sifatnya Menurut Supriyono (2018), tujuan


timbal balik, dimana perilaku manusia dapat dari akuntansi keperilakuan antara lain:
memberikan pengaruh terhadap informasi 1. Menganalisis faktor yang
akuntansi beserta keputusan bisnis yang menjelaskan mengenai perilaku
diambil. Sebaliknya, informasi akuntansi juga manusia yang relevan dengan sistem
dapat mempengaruhi perilaku manusia serta akuntansi.
keputusan bisnis yang diambil. 2. Merumuskan dan menyampaikan
Berdasarkan penjelasan tersebut, informasi mengenai faktor
maka penelitian ini akan mengkaji mengenai keperilakuan tersebut kepada pihak
model penerapan akuntansi sektor publik pengambil keputusan.
untuk mencegah terjadinya fraud pada sektor 3. Melengkapi informasi yang relevan
publik di era digital. Kajian didasarkan pada dengan aspek keperilakuan manusia
teori akuntansi keperilakuan untuk yang dibutuhkan oleh pengambil
menemukan keterkaitan antara perilaku keputusan dan dituangkan dalam
negatif berupa fraud terhadap penerapan laporan keuangan.
akuntansi sektor publik pada sektor publik. Adapun lingkup dari Akuntansi
Keperilakuan adalah (Supriyono 2018):
Akuntansi Keperilakuan 1. Pengaruh dari perilaku manusia
Akuntansi keperilakuan mempelajari terhadap desain, penyusunan, dan
perilaku manusia, baik yang berprofesi penggunaan sistem informasi,
sebagai akuntan atau selain akuntan, dimana akuntansi keperilakuan
berkaitan dengan pengaruhnya terhadap menggambarkan keterkaitan antara
sistem akuntansi dan faktor pembentuk pandangan nilai dan sikap dari
perilaku tersebut yang berasal dari sistem manajemen suatu perusahaan dalam
akuntansi (Akay, Poputra, & Kalalo, 2016). mengendalikan proses akuntansi
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dengan fungsi dari setiap elemen
pelaksana akuntansi keperilakuan, yaitu dalam perusahaan.
akuntan keperilakuan, memiliki tugas untuk 2. Pengaruh dari sistem akuntansi
menganalisis perilaku manusia dan persepsi terhadap perilaku manusia, dimana
manusia terhadap pekerjaannya, tugasnya, akuntansi keperilakuan mengkaji
perusahaannya, maupun rekan kerjanya, pengaruh dari sistem akuntansi
untuk disampaikan kepada pengguna terhadap motivasi, produktivitas,
informasi keperilakuan sebagai dasar proses pengambilan keputusan,
pengambilan keputusan dan perumusan kepuasan kerja, dan kerja sama yang
prediksi mengenai perilaku manusia di masa terjalin antar anggota organisasi.
depan, serta untuk menentukan strategi yang 3. Memprediksi perilaku dan
paling tepat untuk mengubah atau merumuskan strategi untuk
mengarahkan perilaku manusia sesuai mengubah perilaku manusia, dimana
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil akuntansi keperilakuan menganalisis
analisis keperilakuan mencakup bagaimana peran dari sistem akuntansi terhadap
manusia berperilaku dan faktor yang perubahan perilaku manusia.
mendasari terbentuknya perilaku tersebut,
serta rekomendasi untuk memperbaiki Fraud
perilaku yang dianggap disfungsional Secara harfiah, fraud dapat diartikan
(Supriyono 2018). sebagai penipuan; kecurangan; atau
penggelapan (Said, Alam, Karim, & Johari

293
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

2018). Fraud merupakan suatu tindakan yang (pressure), kesempatan (opportunity), dan
dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan rasionalisasi (rationalization) (Abri,
karena kelalaian atau ketidak-tahuan, untuk Arumugam, & Balasingam 2019, Aksa 2018).
mendapatkan manfaat finansial dengan cara 1. Tekanan (Pressure)
berbuat curang (Peprah 2018, Zanaria 2017). Seseorang dapat melakukan fraud
Fraud sebagai tindakan aktif yang dilakukan karena adanya tekanan-tekanan yang
dengan tujuan untuk menipu pihak lain, diterimanya. Tekanan tersebut dapat
sehingga pihak yang tertipu tersebut dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
mengalami kerugian dan pihak yang menipu tekanan finansial, tekanan akan
mendapatkan keuntungan (Hantono 2018). kebiasaan buruk, tekanan pekerjaan,
Fraud dapat digolongkan menjadi tiga dan tekanan lainnya.
jenis perbuatan, yaitu (Antarwiyati & 2. Kesempatan (Opportunity)
Purnomo 2017, Sihombing, Erlina, Rujiman, Kesempatan adalah faktor eksternal
& Muda 2019): yang menyebabkan seseorang
1. Penyalahgunaan aset, merupakan terdorong untuk melakukan fraud.
bentuk fraud yang paling mudah Faktor ini umumnya muncul ketika
dideteksi karena dilakukan dalam terdapat mekanisme pengendalian
bentuk penyalahgunaan atau yang lemah, seperti kurangnya
pencurian aset, sehingga dapat pengawasan atau audit, sehingga
dihitung atau diukur kerugian yang membuat seseorang melihat adanya
diderita akibat tindakan fraud celah dan memanfaatkannya untuk
tersebut. mendapatkan keuntungan pribadi.
2. Pernyataan palsu, merupakan fraud 3. Rasionalisasi (Rationalization)
yang dilakukan dalam bentuk Faktor ketiga ini berasal dari dalam
rekayasa keuangan dalam penyajian diri seseorang berupa pemikiran yang
laporan keuangan perusahaan untuk menganggap bahwa tindakan fraud
menutupi kondisi keuangan yang dilakukan adalah hal yang wajar
perusahaan yang sebenarnya. dan dapat diterima secara moral.
3. Korupsi, merupakan jenis fraud yang Selain teori fraud triangle, terdapat
sulit untuk dideteksi karena juga teori fraud diamond yang memiliki satu
dilaksanakan melalui kerjasama faktor tambahan selain tiga faktor yang
dengan pihak-pihak lain dalam suatu disebutkan dalam fraud triangle, yaitu faktor
jaringan yang terorganisir dan kapasitas (capacity). Menurut Ruankaew
memiliki cara kerja sistematis. Jenis (2016), kapasitas merujuk pada posisi atau
fraud ini umumnya banyak terjadi di fungsi seseorang dalam suatu perusahaan
negara-negara berkembang dengan yang dapat memberinya kemampuan untuk
penegakan hukum yang masih lemah menciptakan atau mengeksploitasi peluang
dan banyaknya pihak yang kurang fraud yang tidak tersedia bagi orang lain.
menyadari pentingnya tata kelola Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
perusahaan yang baik. diketahui bahwa untuk dapat melakukan
fraud, maka seseorang perlu memiliki
Menurut teori Fraud Triangle yang kapasitas, berupa sifat dan kemampuan yang
dikembangkan oleh Donald R. Cressey, fraud diperlukan untuk mengenali peluang
dapat terjadi karena disebabkan oleh tiga penipuan dan dapat memanfaatkannya untuk
faktor utama, yaitu adanya tekanan mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri

294
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

(Sujeewa, Yajid, Azam, & Dharmaratne oleh berbagai pihak yang memiliki
2018). Sifat-sifat dan kapasitas yang dimiliki kepentingan untuk digunakan sebagai acuan
individu untuk dapat melakukan penipuan dalam pengambilan keputusan strategis.
antara lain: Oleh karena itu, informasi yang dimuat dalam
1. Posisi atau fungsi otoritatif dalam laporan keuangan harus memiliki kualitas
organisasi; misalnya, CEO yang yang baik sesuai dengan karakteristik yang
memiliki kemampuan untuk ditetapkan oleh pemerintah. Laporan
mempengaruhi dan melaksanakan keuangan disusun dengan tujuan untuk
fraud secara terus menerus. memberikan informasi mengenai posisi
2. Memiliki kecerdasan untuk keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
mengeksploitasi kelemahan sistem entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
akuntansi dan pengendalian internal, kalangan pengguna laporan keuangan dalam
serta memahami bagaimana sistem pembuatan keputusan ekonomi serta
tersebut bekerja untuk kemudian menunjukkan pertanggungjawaban
memanfaatkannya untuk manajemen atas penggunaan sumber daya
mendapatkan keuntungan. yang dipercayakan kepada manajemen
3. Ego dan keyakinan bahwa perilaku (Wahyuni & Budiwitjaksono 2017). Laporan
fraud yang dilakukan tidak akan keuangan mengungkapkan kondisi keuangan
terdeteksi. Keberhasilan atas fraud perusahaan dalam tiga cara, yaitu (Enyi
yang dilakukan akan semakin 2019):
meningkatkan kepercayaan diri untuk 1. Melalui neraca yang melaporkan
kembali melakukan fraud untuk aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik
mendapatkan keuntungan yang perusahaan.
semakin besar. 2. Melalui laporan laba rugi yang
4. Kemampuan untuk secara efektif menjelaskan mengenai keuntungan
mengatasi stres karena risiko dan kerugian perusahaan
tertangkap dan mengelola fraud 3. Melalui laporan arus kas yang
dalam jangka waktu yang lama. menyajikan informasi mengenai
sumber kas dan penggunaannya.
Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia METODE
(2016), laporan keuangan adalah bagian dari
pelaporan keuangan yang isinya terdiri dari Penelitian ini berjenis deskriptif
laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan dengan pendekatan kualitatif. Menurut
kedudukan keuangan, laporan dan catatan Creswell (2014), penelitian deskriptif
lain, dan isi penjelas atas konten laporan kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
keuangan. laporan keuangan adalah suatu untuk melakukan eksplorasi atas topik yang
laporan yang menunjukkan data keuangan diteliti hingga bisa diperoleh penjelasan rinci
perusahaan, yang diringkas dalam bentuk dan lengkap. Melalui pendekatan tersebut,
laporan laba rugi, neraca, dan laporan lain, peneliti berharap dapat memperoleh
yang dijadikan sebagai sumber informasi informasi yang mampu digunakan untuk
penting bagi pengambil keputusan dan pihak- mendeskripsikan variabel, gejala, atau
pihak terkait yang memiliki kepentingan. keadaan yang menjadi fokus penelitian.
Menurut Septarini & Papilaya (2016), Data penelitian berupa data sekunder
laporan keuangan merupakan sumber yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan,
informasi keuangan penting yang dibutuhkan yaitu dengan mengumpulkan teori, data

295
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

penelitian atau temuan pada penelitian efektivitas yang jauh lebih unggul. Jika
sebelumnya dengan berbagai sumber yang dipandang dari satu sisi saja, maka hal ini
berkaitan dengan topik penelitian yang akan merupakan dampak positif teknologi dalam
dikaji. Data yang telah dikumpulkan meringankan tugas akuntan, sehingga para
selanjutnya dianalisis menggunakan metode akuntan dapat berkosentrasi untuk
analisis kualitatif dengan 3 tahapan analisis menjalankan tugas lainnya yang masih belum
sebagai berikut (Bungin 2017): bisa digantikan oleh komputer (Rini 2019).
1. Reduksi data Namun dari sudut pandang lain hal ini justru
Peneliti menelaah data untuk menghadirkan tantangan dan ancaman baru
mengambil data-data yang relevan yang cukup laten, yaitu kemungkinan
dan mengesampingkan data yang terjadinya fraud dengan memanfaatkan
tidak sesuai dengan penelitian ini. teknologi digital dan dengan menjadikan
2. Penyajian Data alasan kebutuhan atas efektivitas dan
Setelah data yang didapat direduksi, efisiensi sebagai dasar untuk menutupi jejak
selanjutnya data tersebut disajikan fraud yang dilakukan serta menggiring opini
dalam bentuk uraian, bagan, terhadap keharusan penggunaan teknologi
hubungan antara kategori, flowchart digital yang memungkinkan fraud tersebut
dan sejenisnya, sehingga menjadi sulit terdeteksi dan berlangsung
memudahkan untuk dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
analisis dan interprestasi.
3. Penarikan Kesimpulan Tantangan dan ancaman pertama
Kesimpulan dalam penelitian yang sifatnya sangat mendasar adalah pada
kualitatif merupakan temuan yang pola pikir manusia itu sendiri yang
didapatkan dari analisis terhadap menganggap bahwa mesin dan teknologi,
data untuk menjawab permasalahan dalam hal ini teknologi informasi yang
penelitian. Analisis dilakukan secara menciptakan ranah digital, dapat menjadi
induktif dengan mengkedepankan pengganti manusia, khususnya profesi
pemikiran dan pemahaman peneliti akuntan, dalam melaksanakan fungsi
yang mengacu pada teori yang akuntansi (Cahyadi 2019). Padahal,
relevan. teknologi diciptakan untuk membantu
manusia melaksanakan perannya dengna
HASIL PENELITIAN lebih efektif dan efisien, sehingga sampai
kapanpun selalu terdapat kesempatan bagi
Era digital menghadirkan paradigma sumber daya manusia untuk berperan dalam
baru dalam dunia akuntansi, bahwa berbagai proses penting di seluruh bidang
perkembangan teknologi dengan segala kehidupan (Kruskopf et al. 2019). Namun
produknya dianggap mampu menandingi demikian, hal yang perlu dicermati adalah
peran penting akuntan dalam melaksanakan terkait dengan perlunya manusia untuk juga
beragam aktivitas akuntansi yang penting ikut mengembangkan kapasitas dirinya untuk
bagi perusahaan. Pencatatan keuangan selalu menjadi lebih baik melalui adaptasi
hingga analisis terhadap data keuangan terhadap perkembangan teknologi di
sebagian telah dipercayakan kepada aplikasi sekitarnya. Dalam artian, manusia harus
dan perangkat lunak komputer daripada secara aktif mampu menjadikan teknologi
mengandalkan kecermatan dan ketelitian sebagai instrumen pengembangan diri dan
seorang akuntan dengan alasan efisiensi dan karirnya dengan cara terus belajar

296
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

(Putritama, 2019). Dengan demikian, cara dapat disebabkan karena faktor kelalaian,
pandang yang positif terhadap kehadiran atau kurangnya kemampuan dalam
teknologi digital sangat penting untuk mengoperasionalkan teknologi, atau karena
menempatkan teknologi tersebut sebagai kesengajaan (fraud).
ancaman ataukah sebagai tantangan yang Produk teknologi digital yang dinilai
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan memudahkan terjadinya fraud salah satunya
kapasitas diri. adalah cryptocurrency, yaitu mata uang
Permasalahan yang mengemuka dari digital yang diterapkan menggunakan
adanya miskonsepsi tentang peranan teknologi kriptografi. Cryptocurrency memiliki
teknologi digital adalah pada adanya empat ciri utama, yaitu sifatnya yang
kesempatan untuk memanfaatkan hal tersedesentralisasi, bersifat anonim, tidak
tersebut demi mendapatkan keuntungan bisa dimanipulasi, dan tidak terdapat inflasi
pribadi dengan cara menipu pihak yang tidak dalam peredarannya (Pertiwi, 2018).
memiliki pengetahuan memadai mengenai Cryptocurrency memang
pemanfaatan teknologi digital dalam menawarkan beragam kelebihan
menunjang proses akuntansi. Hal ini sesuai dibandingkan mata uang fisik. Namun
dengan konsep fraud triangle dan fraud demikian, terdapat potensi besar
diamond mengenai adanya kesempatan penggunaannya untuk tujuan fraud, seperti
(opportunity) dan kapasitas (capacity) untuk untuk pencucian uang, atau untuk melakukan
melakukan fraud dengan memanfaatkan penipuan dengan cara menawarkan Initial
perkembangan teknologi digital dan tidak Coin Offering (ICO) palsu dan kemudian
meratanya pengetahuan dan kemampuan dilakukan penggelapan dana investor yang
untuk menggunakan teknologi tersebut pada telah membeli ICO tersebut. Fraud
sebagian perusahaan (Ruankaew 2016). menggunakan instrumen cryptocurrency
Kehadiran teknologi digital, terutama tersebut sangat sulit untuk dilacak karena
dengan produknya berupa big data dan cloud penggunanya yang dapat menggunakan
computing, maka terdapat kecenderungan akun dengan nama samaran, sehingga dapat
besar bahwa perusahaan yang menerapkan meloloskan diri dari pelaksanaan audit (Hadi
teknologi tersebut akan merubah metode 2018)
pengukuran asetnya dari yang semula Potensi fraud dengan memanfaatkan
dilakukan secara konvensional berubah teknologi digital telah disadari oleh Asosiasi
dengan memanfaatkan teknologi digital untuk Pemeriksa Fraud Tersertifikasi (Association
mengukur asetnya, sehingga seluruh of Certified Fraud Examiners/ ACFE
pekerjaan menjadi paperless dan sangat Indonesia Chapter atau ACFE IC), sehingga
tergantung pada peran aplikasi dan mendorong pelaksanaan National Anti Fraud
penyimpanan digital (Kementrian Riset dan Conference (NAFC) pada 2018 dengan
Teknologi Republik Indonesia, 2018). mengangkat tema fraud dalam kategori
Aplikasi teknologi digital tersebut memang cryptocurrency investigation sebagai salah
menawarkan efisiensi dan efektivitas yang satu bahasan pokok dalam konferensi
jauh lebih tinggi, namun juga diiringi oleh tersebut (CNBC Editorial 2018). Lebih lanjut,
terciptanya potensi terjadinya fraud karena ACFE IC juga menyebutkan beberapa model
seluruh informasi aset ditentukan oleh proses fraud yang pelaksanaannya semakin mudah
input data. Sedikit saja terdapat kesalahan dengan pemanfaatan teknologi digital
dalam input data, maka akan berdampak (Association of Certified Fraud Examiners
pada seluruh informasi yang dihasilkan oleh (ACFE) Indonesia Chapter, 2018), yang
aplikasi. Dalam hal ini, kesalahan tersebut pertama adalah hacking, yaitu dengan

297
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

mencuri akses terhadap data keuangan Namun sesuai dengan penjelasan dari ACFE
maupun data penting lainnya oleh para IC, maka kehadiran teknologi digital dengan
hacker, yang selanjutnya digunakan untuk beragam produknya berpotensi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi. Berikutnya menyebabkan terjadinya pengembangan
adalah malware, yaitu dengan menggunakan pada metode melakukan fraud pada ketiga
virus untuk merusak sistem akuntansi dalam jenis fraud tersebut (Association of Certified
perusahaan. Kemudian social engineering, Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter,
yaitu memanfaatkan teknologi digital untuk 2018). Oleh karena itu, sesuai dengan
menggali informasi rahasia mengenai konsepsi perlunya pengembangan kapasitas
keuangan perusahaan. Adapula berupa keilmuan Akuntansi Sektor Publik untuk
previlege missuse, yaitu berupa mengimbangi perkembangan teknologi
penyalahgunaan akses yang diberikan digital, maka diperlukan juga perumusan
terhadap informasi penting milik perusahaan, model implementasi Akuntansi Sektor Publik
dan phsycial intrusion, yaitu mengakses data yang dapat digunakan untuk mencegah fraud
perusahaan dengan tanpa izin dan tanpa di era digital.
memiliki kewenangan untuk akses tersebut. ACFE IC mengemukakan strategi
Berkaitan dengan penerapan dasar untuk mengatasi terjadinya fraud yang
akuntansi sektor publik untuk mencegah dapat diterapkan oleh sektor publik
fraud merujuk pada pelaksanaan tujuh khususnya maupun sektor usaha lainnya.
elemennya yang mencakup perencanaan Strategi tersebut berfokus pada upaya untuk
publik, penganggaran publik, realisasi mencegah kehilangan data (Association of
anggaran publik, pengadaan barang dan jasa Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia
publik, pelaporan keuangan publik, audit Chapter, 2018). Bentuk strategi yang dapat
sektor publik, dan pertanggung jawaban dilakukan adalah menggunakan jasa privacy
publik (Bastian, 2015). Pelaksanaan ketujuh officer yang memahami teknologi dan hukum,
elemen tersebut tidak dapat terlepas dari memiliki program kerja, mampu menetapkan
risiko fraud, sebagaimana penjelasan Free kebijakan keamanan data, berikut teknologi
(2015) mengenai fraud triangle, bahwa fraud dan instrumen yang dibutuhkan untuk
dapat terjadi karena adanya tiga faktor menjaga data perusahaan tetap aman,
penyebab, yaitu kesempatan, tekanan, dan memahamkan pentingnya kerahasiaan data
rasionalisasi. Ditambah lagi dengan pelanggan dan data perusahaan, mengelola
kehadiran teknologi digital yang seolah konektivitas data dengan internet untuk
memberikan kesempatan lebih besar serta memastikan kebermanfaatan internet of
menambahkan faktor kapasitas (capacity) things (IoT) dan mencegah terjadinya
sebagaimana disebutkan dalam teori fraud penggalian data perusahaan dari pihak
diamond (Ruankaew, 2016; Sujeewa et al., eksternal, menentukan tingkat kerahasiaan
2018). Kapasitas yang dimaksud dalam hal data perusahaan beserta peringkat
ini adalah adanya kemampuan untuk wewenang untuk akses data, menetapkan
melakukan fraud dengan memanfaatkan jadwal pelaporan dan memprioritaskan
beragam produk teknologi digital. ketepatan waktu pelaporan, dan
Fraud pada dasarnya dapat melaksanakan pemantauan dan
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu dalam pengendalian data secara real time.
bentuk penyalahgunaan aset, pernyataan Fraud diyakini terjadi karena adanya
palsu dalam laporan keuangan, dan korupsi kesempatan (opportunity) untuk
(Sihombing, Erlina, Rujiman, & Muda, 2019). melakukannya. Oleh karena itu, hal penting

298
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

yang dapat dilakukan untuk mencegah perusahaan (McMahon, Pence, Bressler, &
terjadinya fraud adalah dengan Bressler, 2016).
menghilangkan kesempatan tersebut dengan Muhtar, Sutaryo, & Sriyanto (2018)
cara meningkatkan penerapan sistem mengkaji mengenai fraud dalam bentuk
pengendalian internal, memanfaatkan jasa korupsi yang terjadi di lembaga publik di
internal maupun external auditing, Indonesia dengan mengacu pada teori fraud
melakukan fraud examination, serta triangle. Hasil penelitiannya menyatakan
memberlakukan forensic accounting, baik bahwa korupsi dipengaruhi secara signifikan
secara manual maupun dalam bentuk digital dan negatif oleh performance accountability,
(digital forensic accounting) (Kementrian artinya performance accountability yang
Riset dan Teknologi Republik Indonesia, semakin baik ditunjukkan oleh lembaga
2019). pemerintah akan menjadi salah satu
Fraud adalah tindakan yang dapat pendorong menurunnya fraud yang terjadi di
dilakukan secara individual maupun kolektif, sektor publik tersebut. Performance
dan keberadaannya dapat menjadi sebuah accountability yang baik akan menyebabkan
wabah atau penyakit mematikan yang menurunnya tekanan (pressure) yang
menular dalam suatu perusahaan. Oleh diterima sektor publik dari masyarakat dan
karena itu, selain harus menghilangkan seluruh stakeholder, sehingga hal ini akan
kesempatan yang memungkinkan seseorang menyebabkan niat untuk melakukan fraud
melakukan fraud, maka upaya kedua yang pada setiap anggota sektor publik menjadi
harus dilakukan adalah dengan menciptakan menurun.
kultur anti fraud atau kultur kejujuran dalam Terjadinya fraud di era digital
perusahaan (Kementrian Riset dan Teknologi semakin sulit untuk diketahui karena adanya
Republik Indonesia, 2019). Sebagaimana instrumen-instrumen baru yang dapat
dijelaskan dalam teori Akuntansi digunakan untuk melaksanakan tindakan
Keperilakuan, bahwa perilaku manusia tersebut. Ketika dampak negatif berupa
memiliki keterkaitan erat dengan sistem kerugian dalam skala besar telah dirasakan,
akuntansi, dimana perubahan yang terjadi baik dalam bentuk kerugian finansial maupun
pada satu sisi akan menjadi faktor pemicu kerugian dalam aspek lain, maka saat itu
perubahan pada sisi lainnya (Supriyono, perusahaan baru mengetahui adanya fraud.
2018). Oleh karena itu, jika perusahaan dapat Oleh karena itu, upaya untuk mencegah
menciptakan kultur anti fraud hingga mampu terjadinya fraud selalu mengutamakan pada
mengubah perilaku setiap anggota metode deteksi yang sifatnya preventif.
perusahaan, maka perubahan ini dalam Seiring dengan perkembangan
jangka panjang akan dapat menjadi teknologi digital, maka metode deteksi fraud
penghalang terjadinya fraud. Cara yang juga harus terus dikembangkan agar dapat
dilakukan adalah dengan menanamkan nilai diterapkan secara efektif dan dapat
kejujuran dan menjelaskan dampak negatif mendeteksi indikasi fraud yang
fraud terhadap setiap bagian dari memanfaatkan teknologi digital. Menurut
perusahaan. Penjelasan tersebut (Donning, Erikkson, Martikainen, & Lehner,
disampaikan kepada pihak dengan jabatan 2019), pengembangan sistem deteksi fraud
paling tinggi dalam perusahaan hingga ke bukan merupakan hal yang mudah untuk
staf pada tingkat paling bawah oleh akuntan dilakukan karena melibatkan teknologi baru
atau oleh staf privacy officer yang khusus dan membutuhkan dukungan finansial dari
menganalisis masalah fraud dalam perusahaan yang secara khusus
mengalokasikannya untuk keperluan

299
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

memerangi fraud. Namun demikian, mampu menyimpan informasi mengenai


penerapan sistem tersebut akan dapat metode dan karakteristik fraud yang telah
membantu perusahaan dalam memonitor, diketahui dan menganalisisnya untuk
menganalisis, mempelajari, dan melakukan menghasilkan indikator terjadinya fraud, yang
berbagai upaya cerdas untuk mendeteksi dan selanjutnya digunakan untuk mendeteksi
melawan fraud. Sistem deteksi fraud yang kecenderungan terjadinya fraud.
melaksanakan aktivitasnya dengan Secara keseluruhan, model
menggunakan tiga metode utama, yaitu penerapan akuntansi sektor publik dalam
machine learning algorithms, data mining, mencegah fraud yang terjadi pada Sektor
dan meta-learning dapat memiliki kecerdasan Publik di era digital dapat digambarkan
yang terus berkembang seiring dengan sebagai berikut:
proses yang dilaluinya. Sistem tersebut

Performance
accountability Muhtar et.al. (2018)

Penerapan Akutansi Sektor Ruankaew, (2016)


Publik Sujeewa et al.
Tekanan (2018)
1. Perencanaan Publik (Pressure)
2. Penganggaran Publik
3. Realisasi Anggaran Publik
4. Pengadaan Barang dan Jasa Publik Rasionalisasi
FRAUD
5. Pelaporan Keuangan Publik (Rationalization)
6. Audit Sektor Publik
7. Pertanggung Jawaban Publik Kesempatan
(Opportunity)
Bastian (2015)

Pendekatan dua
Strategi Teknis paradigma Strategi Preventif

1. Privacy officer 1. Pendekatan budaya Sistem deteksi Fraud


2. Internet of things (IoT) 2. Pengendalian internal 1. machine learning
3. Akses data. (internal dan external algorithms
4. ketepatan waktu auditing, fraud 2. Data mining
pelaporan 3. Meta-learning
examination, forensic
5. Pengendalian data real-
time accounting Donning et.al. (2019)

ACFE (2018)

Gambar 4 Model Penerapan Akuntansi Sektor Publik di Era Digital

300
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

PENUTUP

Simpulan penelitian adalah yang akses IoT, mengelola akses data,


pertama karakteristik fraud pada sektor menetapkan pelaporan yang tepat waktu, dan
publik yang terjadi di era digital antara lain pengendalian data secara real time.
berupa pemanfaatan miskonsepsi mengenai Pendekatan dua paradigma berorientasi
peranan teknologi digital terhadap untuk menciptakan kultur anti fraud dan
pelaksanaan tugas akuntan publik, menghilangkan kesempatan terjadinya fraud
pendayagunaan teknologi digital untuk melalui penerapan pengendalian internal.
mengoptimalkan kesempatan untuk Strategi preventif berupa pengembangan
melakukan fraud, memanfaatkan sistem deteksi fraud yang dijalankan dengan
permasalahan dalam human error dan metode machine algortithms, data mining,
kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan dan meta learning.
teknologi digital, menggunakan produk Temuan penelitian ini dapat
teknologi digital, seperti cryptocurrency, dikembangkan lebih lanjut dengan cara
untuk melaksanakan fraud. Selanjutnya menguji pengaruh dari penerapan Akuntansi
penerapan Akuntansi Sektor Publik dapat Sektor Publik terhadap fraud dengan
mencegah terjadinya fraud pada sektor publik menggunakan faktor strategi teknis, strategi
di era digital jika dilaksanakan dengan preventif, pendekatan dua paradigma, dan
mempertimbangkan faktor yang performance accountability sebagai variabel
mempengaruhi fraud, seperti performance moderator. Analisis dapat dilakukan
accountability, serta diiringi dengan menggunakan metode kuantitatif dengan
penerapan metode pencegahan fraud yang data primer untuk mendapatkan temuan
meliputi strategi teknis, pendekatan dua statistik yang akurat. Adapun objek penelitian
paradigma, dan strategi preventif. Strategi dapat dipilih salah satu sektor publik yang
teknis mencakup upaya pencegahan fraud rentan terhadap fraud sesuai dengan data-
melalui pemanfaatan jasa privacy officer, data riil yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.

REFERENCES:

Abri, A. F., Arumugam, D., & Balasingam, S. 2019. Impact of the Corporate Governance on the Financial Statement
Fraud: A Study Focused on Companies in Tanzania. International Journal of Recent Technology and
Engineering, 8(58), 336–341.
Akay, E. M., Poputra, A. T., & Kalalo, M. Y. B. 2016. Analisis Aspek Keperilakuan Terhadap Penerapan Sistem
Akuntansi Persediaan Pada PT. Surya Wenang Indah Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis
Dan Akuntansi, 4(1), 688–697.
Aksa, A. F. 2018. Pencegahan dan Deteksi Kasus Korupsi pada Sektor Publik dengan Fraud Triangle. Jurnal
Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi (JEBA), 20(4), 1–17.
Antarwiyati, P., & Purnomo, R. E. 2017. Motivasi melakukan fraud dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia, 12(2), 157–166.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. 2017. Survai Fraud Indonesia 2016. In Auditor
Essentials. Jakarta.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. 2018, August). Sewindu ACFE Indonesia.
Majalah ACFE Indonesia - Investigate.
Bastian, I. 2015. Lingkup Akuntansi Sektor Publik. In Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga.

301
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

Bungin, B. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar Interpretama Mandiri.


Cahyadi, I. F. 2019. Peranan Sistem Informasi Akuntansi dan Tantangan Profesi Akuntan di Era Revolusi Industri
4.0 (Sebuah Studi Fenomenologi). AKTSAR: Jurnal Akuntansi Syariah, 2(1), 69.
CNBC Editorial. 2018. Cryptocurrency Dibahas dalam Konferensi Anti-Fraud 2018. Retrieved January 10, 2020,
from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/news/20180719084159-4-
24288/cryptocurrency-dibahas-dalam-konferensi-anti-fraud-2018
Creswell, J. W. 2014. Research Design: Quantitative And Qualitative Approach. London: Sage Publishing.
Donning, H., Erikkson, M., Martikainen, M., & Lehner, O. M. (2019). Prevention and Detection for Risk and Fraud
in the Digital Age – the Current Situation. ACRN Oxford Journal of Finance and Risk Perspectives, 8, 86–97.
Enyi, P. 2019. Relational Trend Analysis: A Simple and Effective Way To Detect Financial Statements Fraud.
International Journal of Scientific and Research Publications (IJSRP), 9(2), p8669.
Eyo Bassey, B. 2018. Effect of forensic accounting on the management of fraud in microfinance institutions in cross
river state. IOSR Journal of Economics and Finance, 9(4), 79–89.
Free, C. 2015. Looking Through the Fraud Triangle: A Review and Call for New Directions. SSRN Electronic
Journal, (January 2015).
Hadi, R. 2018. Ini Bentuk Kecurangan Dan Korupsi Finansial di Era Digitalisasi. Retrieved January 10, 2020, from
Bukamata website: https://www.bukamata.co/berita/8506/ini-bentuk-kecurangan-dan-korupsi-finansial-di-
era-digitalisasi/
Halim, A. 2016. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Hantono. 2018. Analisis Pendeteksian Financial Statement Fraud Dengan Pendekatan Model Beneish Pada
Perusahaan Bumn. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 13(04), 254–269.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Revisi. Jakarta.
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. (2018). Menristekdikti: Profesi Akuntan Harus Beradaptasi
Dengan Revolusi Industri 4.0. Retrieved January 10, 2020, from Siaran Pers Kemenristekdikti website:
https://www.ristekbrin.go.id/kabar/menristekdikti-profesi-akuntan-harus-beradaptasi-dengan-revolusi-
industri-4-0/
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2019. Sesjen Kemenristekdikti Minta Calon Akuntan
Profesional Dibekali Kemampuan Deteksi Tindak ‘Fraud’ dan Korupsi di Era Digital. Retrieved January 10,
2020, from Siaran Pers Kemenristekdikti website: https://www.ristekbrin.go.id/kabar/sesjen-kemenristekdikti-
minta-calon-akuntan-profesional-dibekali-kemampuan-deteksi-tindak-fraud-dan-korupsi-di-era-digital/
Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia. 2018. Rekapitulasi Tindak Pidana Korupsi. Retrieved January 10, 2020,
from Anti Corruption Clearing House website: https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi
Kruskopf, S., Lobbas, C., Meinander, H., Söderling, K., Martikainen, M., & Lehner, O. M. 2019. Digital Accounting :
Opportunities, Threats and the Human Factor. Oxford Journal of Finance and Risk Perspectives, 8(Digital
Accounting), 1–15.
Kutluk, F. A. 2017. Behavioral Accounting and its Interactions. Accounting and Corporate Reporting - Today and
Tomorrow. https://doi.org/10.5772/intechopen.68972
McMahon, R., Pence, D., Bressler, L., & Bressler, M. S. 2016. New Tactics In Fighting Financial Crimes: Moving
Beyond The Fraud Triangle. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, 19(1), 16–25.
Muhtar, Sutaryo, & Sriyanto. 2018. Corruption in Indonesian local government: Study on triangle fraud theory.
International Journal of Business and Society, 19(2), 536–552.
Omar, M., Nawawi, A., & Salin, P. 2016. The Causes, Impact And Prevention Of Employee Fraud - A Case Study
Of An Automotive Company. Journal of Financial Crime, 23(4), 1012–1027.
Peprah, W. K. 2018. Predictive Relationships among the Elements of the Fraud Diamond Theory: The Perspective
of Accountants. Academic Research in Accounting, Finance, and Management Science, 8(3), 141–148.
https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v8-i3/4547
Pertiwi, P. 2018. Cryptocurrency dan Risiko Tindak Kecurangan. Retrieved January 10, 2020, from Integrity
Indonesia website: https://www.integrity-indonesia.com/id/blog/2018/03/02/cryptocurrency-dan-risiko-
kecurangan/

302
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah

Putritama, A. 2019. Peluang dan tantangan profesi akuntan di era big data. Jurnal Akuntansi, 7(1), 74–84.
https://doi.org/10.24964/ja.v7i1.758
Rini, Y. T. 2019. Mengurai Peta Jalan Akuntansi Era Industri 4.0. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi, 7(1), 58–
68.
Ruankaew, T. 2016. Beyond the Fraud Diamond. International Journal of Business Management & Economic
Research, 7(1), 474–476.
Said, J., Alam, M. M., Karim, Z. A., & Johari, R. J. 2018. Integrating religiosity into fraud triangle theory: findings on
Malaysian police officers. Journal of Criminological Research, Policy and Practice, 4(2), 111–123.
Septarini, D., & Papilaya, F. 2016. Interaksi Komitmen Organisasi Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial Unmus, VII(2), 100–116.
Sihombing, E., Erlina, Rujiman, & Muda, I. 2019. The Effect Of Forensic Accounting, Training, Experience, Work
Load And Professional Skeptic On Auditors Ability To Detect Of Fraud. International Journal of Scientific and
Technology Research, 8(8), 474–480.
Sujeewa, G. M. M., Yajid, M. S. A., Azam, S. M. F., & Dharmaratne, I. 2018. the New Fraud Triangle Theory -
Integrating Ethical Values of Employees. International Journal of Business, Economics and Law, 16(5), 52–
57. Retrieved from http://ijbel.com/wp-content/uploads/2018/08/ijbel5_216.pdf
Supriyono, R. A. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wahyuni, W., & Budiwitjaksono, G. S. 2017. Fraud Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan.
Jurnal Akuntansi, 21(1), 47.
Zanaria, Y. 2017. Pengaruh Aplikasi Teknologi, accounting reporting Terhadap Pencegahan Fraud dan serta
imlplikasinya terhadap reaksi investor. Jurnal Akuisisi, 13(1), 91–100.

303
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020

304

Anda mungkin juga menyukai