Vol. 22, No. 2, Des 2020, Hlm. 289-304 E-ISSN: 2656 – 9124
Akreditasi Sinta3 SK No. 23/E/KPT/2019 http://jurnaltsm.id/index.php/JBA
DIAN KRISTIYANI
HAMIDAH
Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No.4, Airlangga, Kec. Gubeng, Surabaya, Indonesia
diankristiyaniunair123@gmail.com
Abstract: This study aims to find and describe the characteristics of fraud that occur in the public sector in the
digital era and develop models of application of Public Sector Accounting to prevent fraud that occurs in the public
sector in the digital age. The research carried out is a literature review study sourced from articles in accordance
with the research topic for further analysis. The results showed that the characteristics of fraud in the public sector
that occurred in the digital era include the use of misconceptions regarding the role of digital technology in the
implementation of public accounting tasks, the utilization of digital technology to optimize opportunities for fraud,
exploiting problems in human error and lack of knowledge in the use of technology. digital, using digital technology
products, to carry out fraud. Application of Public Sector Accounting can prevent fraud in the public sector in the
digital era if implemented by considering several factors that influence fraud, such as performance accountability,
and accompanied by the application of fraud prevention methods which include technical strategies, two paradigm
approaches, and preventive strategies.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan karakteristik fraud yang terjadi pada
sektor publik di era digital dan mengembangkan model penerapan Akuntansi Sektor Publik untuk mencegah fraud
yang terjadi pada sektor publik di era digital. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kajian literatur yang
bersumber pada artikel yang sesuai dengan topik penelitian untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik fraud pada sektor publik yang terjadi di era digital antara lain berupa pemanfaatan
miskonsepsi mengenai peranan teknologi digital terhadap pelaksanaan tugas akuntan publik, pendayagunaan
teknologi digital untuk mengoptimalkan kesempatan untuk melakukan fraud, memanfaatkan permasalahan dalam
human error dan kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan teknologi digital, menggunakan produk teknologi
digital, untuk melaksanakan fraud. Penerapan Akuntansi Sektor Publik dapat mencegah terjadinya fraud pada
sektor publik di era digital jika dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi
fraud, seperti performance accountability, dan melakukan strategi teknis, pendekatan dua paradigma, dan strategi
preventif.
Kata kunci: Fraud, akuntansi sektor publik, era digital, akuntansi keperilakuan
289
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
290
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
2%
31%
67%
Korupsi
Penyalahgunaan Aset
Kecurangan Laporan Keuangan
Gambar 1 Frekuensi Fraud di Indonesia tahun 2016
Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter (2017)
Berdasarkan data tersebut, ACFE IC juga menjadi jenis fraud yang paling merugikan,
menggambarkan estimasi kerugian yang disusul oleh penyalagunaan aset, dan
diakibatkan oleh masing-masing jenis fraud terakhir kecurangan laporan keuangan.
di atas. Sesuai dengan frekuensinya, korupsi
77%
19% 4%
Korupsi selain menjadi jenis fraud yang rekapitulasi tindak pidana korupsi yang
paling banyak terjadi, juga memiliki jumlah dihimpun oleh Anti Corruption Clearing
kejadian yang semakin meningkat dari tahun House KPK di bawah ini:
ke tahun. Hal ini sesuai dengan data
291
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
199
200 164 121
150 113 123 99
83 96 87
81 57 81
100
50
0
2018 2017 2016 2015
292
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
293
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
2018). Fraud merupakan suatu tindakan yang (pressure), kesempatan (opportunity), dan
dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan rasionalisasi (rationalization) (Abri,
karena kelalaian atau ketidak-tahuan, untuk Arumugam, & Balasingam 2019, Aksa 2018).
mendapatkan manfaat finansial dengan cara 1. Tekanan (Pressure)
berbuat curang (Peprah 2018, Zanaria 2017). Seseorang dapat melakukan fraud
Fraud sebagai tindakan aktif yang dilakukan karena adanya tekanan-tekanan yang
dengan tujuan untuk menipu pihak lain, diterimanya. Tekanan tersebut dapat
sehingga pihak yang tertipu tersebut dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
mengalami kerugian dan pihak yang menipu tekanan finansial, tekanan akan
mendapatkan keuntungan (Hantono 2018). kebiasaan buruk, tekanan pekerjaan,
Fraud dapat digolongkan menjadi tiga dan tekanan lainnya.
jenis perbuatan, yaitu (Antarwiyati & 2. Kesempatan (Opportunity)
Purnomo 2017, Sihombing, Erlina, Rujiman, Kesempatan adalah faktor eksternal
& Muda 2019): yang menyebabkan seseorang
1. Penyalahgunaan aset, merupakan terdorong untuk melakukan fraud.
bentuk fraud yang paling mudah Faktor ini umumnya muncul ketika
dideteksi karena dilakukan dalam terdapat mekanisme pengendalian
bentuk penyalahgunaan atau yang lemah, seperti kurangnya
pencurian aset, sehingga dapat pengawasan atau audit, sehingga
dihitung atau diukur kerugian yang membuat seseorang melihat adanya
diderita akibat tindakan fraud celah dan memanfaatkannya untuk
tersebut. mendapatkan keuntungan pribadi.
2. Pernyataan palsu, merupakan fraud 3. Rasionalisasi (Rationalization)
yang dilakukan dalam bentuk Faktor ketiga ini berasal dari dalam
rekayasa keuangan dalam penyajian diri seseorang berupa pemikiran yang
laporan keuangan perusahaan untuk menganggap bahwa tindakan fraud
menutupi kondisi keuangan yang dilakukan adalah hal yang wajar
perusahaan yang sebenarnya. dan dapat diterima secara moral.
3. Korupsi, merupakan jenis fraud yang Selain teori fraud triangle, terdapat
sulit untuk dideteksi karena juga teori fraud diamond yang memiliki satu
dilaksanakan melalui kerjasama faktor tambahan selain tiga faktor yang
dengan pihak-pihak lain dalam suatu disebutkan dalam fraud triangle, yaitu faktor
jaringan yang terorganisir dan kapasitas (capacity). Menurut Ruankaew
memiliki cara kerja sistematis. Jenis (2016), kapasitas merujuk pada posisi atau
fraud ini umumnya banyak terjadi di fungsi seseorang dalam suatu perusahaan
negara-negara berkembang dengan yang dapat memberinya kemampuan untuk
penegakan hukum yang masih lemah menciptakan atau mengeksploitasi peluang
dan banyaknya pihak yang kurang fraud yang tidak tersedia bagi orang lain.
menyadari pentingnya tata kelola Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
perusahaan yang baik. diketahui bahwa untuk dapat melakukan
fraud, maka seseorang perlu memiliki
Menurut teori Fraud Triangle yang kapasitas, berupa sifat dan kemampuan yang
dikembangkan oleh Donald R. Cressey, fraud diperlukan untuk mengenali peluang
dapat terjadi karena disebabkan oleh tiga penipuan dan dapat memanfaatkannya untuk
faktor utama, yaitu adanya tekanan mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri
294
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
(Sujeewa, Yajid, Azam, & Dharmaratne oleh berbagai pihak yang memiliki
2018). Sifat-sifat dan kapasitas yang dimiliki kepentingan untuk digunakan sebagai acuan
individu untuk dapat melakukan penipuan dalam pengambilan keputusan strategis.
antara lain: Oleh karena itu, informasi yang dimuat dalam
1. Posisi atau fungsi otoritatif dalam laporan keuangan harus memiliki kualitas
organisasi; misalnya, CEO yang yang baik sesuai dengan karakteristik yang
memiliki kemampuan untuk ditetapkan oleh pemerintah. Laporan
mempengaruhi dan melaksanakan keuangan disusun dengan tujuan untuk
fraud secara terus menerus. memberikan informasi mengenai posisi
2. Memiliki kecerdasan untuk keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
mengeksploitasi kelemahan sistem entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
akuntansi dan pengendalian internal, kalangan pengguna laporan keuangan dalam
serta memahami bagaimana sistem pembuatan keputusan ekonomi serta
tersebut bekerja untuk kemudian menunjukkan pertanggungjawaban
memanfaatkannya untuk manajemen atas penggunaan sumber daya
mendapatkan keuntungan. yang dipercayakan kepada manajemen
3. Ego dan keyakinan bahwa perilaku (Wahyuni & Budiwitjaksono 2017). Laporan
fraud yang dilakukan tidak akan keuangan mengungkapkan kondisi keuangan
terdeteksi. Keberhasilan atas fraud perusahaan dalam tiga cara, yaitu (Enyi
yang dilakukan akan semakin 2019):
meningkatkan kepercayaan diri untuk 1. Melalui neraca yang melaporkan
kembali melakukan fraud untuk aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik
mendapatkan keuntungan yang perusahaan.
semakin besar. 2. Melalui laporan laba rugi yang
4. Kemampuan untuk secara efektif menjelaskan mengenai keuntungan
mengatasi stres karena risiko dan kerugian perusahaan
tertangkap dan mengelola fraud 3. Melalui laporan arus kas yang
dalam jangka waktu yang lama. menyajikan informasi mengenai
sumber kas dan penggunaannya.
Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia METODE
(2016), laporan keuangan adalah bagian dari
pelaporan keuangan yang isinya terdiri dari Penelitian ini berjenis deskriptif
laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan dengan pendekatan kualitatif. Menurut
kedudukan keuangan, laporan dan catatan Creswell (2014), penelitian deskriptif
lain, dan isi penjelas atas konten laporan kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
keuangan. laporan keuangan adalah suatu untuk melakukan eksplorasi atas topik yang
laporan yang menunjukkan data keuangan diteliti hingga bisa diperoleh penjelasan rinci
perusahaan, yang diringkas dalam bentuk dan lengkap. Melalui pendekatan tersebut,
laporan laba rugi, neraca, dan laporan lain, peneliti berharap dapat memperoleh
yang dijadikan sebagai sumber informasi informasi yang mampu digunakan untuk
penting bagi pengambil keputusan dan pihak- mendeskripsikan variabel, gejala, atau
pihak terkait yang memiliki kepentingan. keadaan yang menjadi fokus penelitian.
Menurut Septarini & Papilaya (2016), Data penelitian berupa data sekunder
laporan keuangan merupakan sumber yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan,
informasi keuangan penting yang dibutuhkan yaitu dengan mengumpulkan teori, data
295
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
penelitian atau temuan pada penelitian efektivitas yang jauh lebih unggul. Jika
sebelumnya dengan berbagai sumber yang dipandang dari satu sisi saja, maka hal ini
berkaitan dengan topik penelitian yang akan merupakan dampak positif teknologi dalam
dikaji. Data yang telah dikumpulkan meringankan tugas akuntan, sehingga para
selanjutnya dianalisis menggunakan metode akuntan dapat berkosentrasi untuk
analisis kualitatif dengan 3 tahapan analisis menjalankan tugas lainnya yang masih belum
sebagai berikut (Bungin 2017): bisa digantikan oleh komputer (Rini 2019).
1. Reduksi data Namun dari sudut pandang lain hal ini justru
Peneliti menelaah data untuk menghadirkan tantangan dan ancaman baru
mengambil data-data yang relevan yang cukup laten, yaitu kemungkinan
dan mengesampingkan data yang terjadinya fraud dengan memanfaatkan
tidak sesuai dengan penelitian ini. teknologi digital dan dengan menjadikan
2. Penyajian Data alasan kebutuhan atas efektivitas dan
Setelah data yang didapat direduksi, efisiensi sebagai dasar untuk menutupi jejak
selanjutnya data tersebut disajikan fraud yang dilakukan serta menggiring opini
dalam bentuk uraian, bagan, terhadap keharusan penggunaan teknologi
hubungan antara kategori, flowchart digital yang memungkinkan fraud tersebut
dan sejenisnya, sehingga menjadi sulit terdeteksi dan berlangsung
memudahkan untuk dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
analisis dan interprestasi.
3. Penarikan Kesimpulan Tantangan dan ancaman pertama
Kesimpulan dalam penelitian yang sifatnya sangat mendasar adalah pada
kualitatif merupakan temuan yang pola pikir manusia itu sendiri yang
didapatkan dari analisis terhadap menganggap bahwa mesin dan teknologi,
data untuk menjawab permasalahan dalam hal ini teknologi informasi yang
penelitian. Analisis dilakukan secara menciptakan ranah digital, dapat menjadi
induktif dengan mengkedepankan pengganti manusia, khususnya profesi
pemikiran dan pemahaman peneliti akuntan, dalam melaksanakan fungsi
yang mengacu pada teori yang akuntansi (Cahyadi 2019). Padahal,
relevan. teknologi diciptakan untuk membantu
manusia melaksanakan perannya dengna
HASIL PENELITIAN lebih efektif dan efisien, sehingga sampai
kapanpun selalu terdapat kesempatan bagi
Era digital menghadirkan paradigma sumber daya manusia untuk berperan dalam
baru dalam dunia akuntansi, bahwa berbagai proses penting di seluruh bidang
perkembangan teknologi dengan segala kehidupan (Kruskopf et al. 2019). Namun
produknya dianggap mampu menandingi demikian, hal yang perlu dicermati adalah
peran penting akuntan dalam melaksanakan terkait dengan perlunya manusia untuk juga
beragam aktivitas akuntansi yang penting ikut mengembangkan kapasitas dirinya untuk
bagi perusahaan. Pencatatan keuangan selalu menjadi lebih baik melalui adaptasi
hingga analisis terhadap data keuangan terhadap perkembangan teknologi di
sebagian telah dipercayakan kepada aplikasi sekitarnya. Dalam artian, manusia harus
dan perangkat lunak komputer daripada secara aktif mampu menjadikan teknologi
mengandalkan kecermatan dan ketelitian sebagai instrumen pengembangan diri dan
seorang akuntan dengan alasan efisiensi dan karirnya dengan cara terus belajar
296
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
(Putritama, 2019). Dengan demikian, cara dapat disebabkan karena faktor kelalaian,
pandang yang positif terhadap kehadiran atau kurangnya kemampuan dalam
teknologi digital sangat penting untuk mengoperasionalkan teknologi, atau karena
menempatkan teknologi tersebut sebagai kesengajaan (fraud).
ancaman ataukah sebagai tantangan yang Produk teknologi digital yang dinilai
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan memudahkan terjadinya fraud salah satunya
kapasitas diri. adalah cryptocurrency, yaitu mata uang
Permasalahan yang mengemuka dari digital yang diterapkan menggunakan
adanya miskonsepsi tentang peranan teknologi kriptografi. Cryptocurrency memiliki
teknologi digital adalah pada adanya empat ciri utama, yaitu sifatnya yang
kesempatan untuk memanfaatkan hal tersedesentralisasi, bersifat anonim, tidak
tersebut demi mendapatkan keuntungan bisa dimanipulasi, dan tidak terdapat inflasi
pribadi dengan cara menipu pihak yang tidak dalam peredarannya (Pertiwi, 2018).
memiliki pengetahuan memadai mengenai Cryptocurrency memang
pemanfaatan teknologi digital dalam menawarkan beragam kelebihan
menunjang proses akuntansi. Hal ini sesuai dibandingkan mata uang fisik. Namun
dengan konsep fraud triangle dan fraud demikian, terdapat potensi besar
diamond mengenai adanya kesempatan penggunaannya untuk tujuan fraud, seperti
(opportunity) dan kapasitas (capacity) untuk untuk pencucian uang, atau untuk melakukan
melakukan fraud dengan memanfaatkan penipuan dengan cara menawarkan Initial
perkembangan teknologi digital dan tidak Coin Offering (ICO) palsu dan kemudian
meratanya pengetahuan dan kemampuan dilakukan penggelapan dana investor yang
untuk menggunakan teknologi tersebut pada telah membeli ICO tersebut. Fraud
sebagian perusahaan (Ruankaew 2016). menggunakan instrumen cryptocurrency
Kehadiran teknologi digital, terutama tersebut sangat sulit untuk dilacak karena
dengan produknya berupa big data dan cloud penggunanya yang dapat menggunakan
computing, maka terdapat kecenderungan akun dengan nama samaran, sehingga dapat
besar bahwa perusahaan yang menerapkan meloloskan diri dari pelaksanaan audit (Hadi
teknologi tersebut akan merubah metode 2018)
pengukuran asetnya dari yang semula Potensi fraud dengan memanfaatkan
dilakukan secara konvensional berubah teknologi digital telah disadari oleh Asosiasi
dengan memanfaatkan teknologi digital untuk Pemeriksa Fraud Tersertifikasi (Association
mengukur asetnya, sehingga seluruh of Certified Fraud Examiners/ ACFE
pekerjaan menjadi paperless dan sangat Indonesia Chapter atau ACFE IC), sehingga
tergantung pada peran aplikasi dan mendorong pelaksanaan National Anti Fraud
penyimpanan digital (Kementrian Riset dan Conference (NAFC) pada 2018 dengan
Teknologi Republik Indonesia, 2018). mengangkat tema fraud dalam kategori
Aplikasi teknologi digital tersebut memang cryptocurrency investigation sebagai salah
menawarkan efisiensi dan efektivitas yang satu bahasan pokok dalam konferensi
jauh lebih tinggi, namun juga diiringi oleh tersebut (CNBC Editorial 2018). Lebih lanjut,
terciptanya potensi terjadinya fraud karena ACFE IC juga menyebutkan beberapa model
seluruh informasi aset ditentukan oleh proses fraud yang pelaksanaannya semakin mudah
input data. Sedikit saja terdapat kesalahan dengan pemanfaatan teknologi digital
dalam input data, maka akan berdampak (Association of Certified Fraud Examiners
pada seluruh informasi yang dihasilkan oleh (ACFE) Indonesia Chapter, 2018), yang
aplikasi. Dalam hal ini, kesalahan tersebut pertama adalah hacking, yaitu dengan
297
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
mencuri akses terhadap data keuangan Namun sesuai dengan penjelasan dari ACFE
maupun data penting lainnya oleh para IC, maka kehadiran teknologi digital dengan
hacker, yang selanjutnya digunakan untuk beragam produknya berpotensi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi. Berikutnya menyebabkan terjadinya pengembangan
adalah malware, yaitu dengan menggunakan pada metode melakukan fraud pada ketiga
virus untuk merusak sistem akuntansi dalam jenis fraud tersebut (Association of Certified
perusahaan. Kemudian social engineering, Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter,
yaitu memanfaatkan teknologi digital untuk 2018). Oleh karena itu, sesuai dengan
menggali informasi rahasia mengenai konsepsi perlunya pengembangan kapasitas
keuangan perusahaan. Adapula berupa keilmuan Akuntansi Sektor Publik untuk
previlege missuse, yaitu berupa mengimbangi perkembangan teknologi
penyalahgunaan akses yang diberikan digital, maka diperlukan juga perumusan
terhadap informasi penting milik perusahaan, model implementasi Akuntansi Sektor Publik
dan phsycial intrusion, yaitu mengakses data yang dapat digunakan untuk mencegah fraud
perusahaan dengan tanpa izin dan tanpa di era digital.
memiliki kewenangan untuk akses tersebut. ACFE IC mengemukakan strategi
Berkaitan dengan penerapan dasar untuk mengatasi terjadinya fraud yang
akuntansi sektor publik untuk mencegah dapat diterapkan oleh sektor publik
fraud merujuk pada pelaksanaan tujuh khususnya maupun sektor usaha lainnya.
elemennya yang mencakup perencanaan Strategi tersebut berfokus pada upaya untuk
publik, penganggaran publik, realisasi mencegah kehilangan data (Association of
anggaran publik, pengadaan barang dan jasa Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia
publik, pelaporan keuangan publik, audit Chapter, 2018). Bentuk strategi yang dapat
sektor publik, dan pertanggung jawaban dilakukan adalah menggunakan jasa privacy
publik (Bastian, 2015). Pelaksanaan ketujuh officer yang memahami teknologi dan hukum,
elemen tersebut tidak dapat terlepas dari memiliki program kerja, mampu menetapkan
risiko fraud, sebagaimana penjelasan Free kebijakan keamanan data, berikut teknologi
(2015) mengenai fraud triangle, bahwa fraud dan instrumen yang dibutuhkan untuk
dapat terjadi karena adanya tiga faktor menjaga data perusahaan tetap aman,
penyebab, yaitu kesempatan, tekanan, dan memahamkan pentingnya kerahasiaan data
rasionalisasi. Ditambah lagi dengan pelanggan dan data perusahaan, mengelola
kehadiran teknologi digital yang seolah konektivitas data dengan internet untuk
memberikan kesempatan lebih besar serta memastikan kebermanfaatan internet of
menambahkan faktor kapasitas (capacity) things (IoT) dan mencegah terjadinya
sebagaimana disebutkan dalam teori fraud penggalian data perusahaan dari pihak
diamond (Ruankaew, 2016; Sujeewa et al., eksternal, menentukan tingkat kerahasiaan
2018). Kapasitas yang dimaksud dalam hal data perusahaan beserta peringkat
ini adalah adanya kemampuan untuk wewenang untuk akses data, menetapkan
melakukan fraud dengan memanfaatkan jadwal pelaporan dan memprioritaskan
beragam produk teknologi digital. ketepatan waktu pelaporan, dan
Fraud pada dasarnya dapat melaksanakan pemantauan dan
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu dalam pengendalian data secara real time.
bentuk penyalahgunaan aset, pernyataan Fraud diyakini terjadi karena adanya
palsu dalam laporan keuangan, dan korupsi kesempatan (opportunity) untuk
(Sihombing, Erlina, Rujiman, & Muda, 2019). melakukannya. Oleh karena itu, hal penting
298
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
yang dapat dilakukan untuk mencegah perusahaan (McMahon, Pence, Bressler, &
terjadinya fraud adalah dengan Bressler, 2016).
menghilangkan kesempatan tersebut dengan Muhtar, Sutaryo, & Sriyanto (2018)
cara meningkatkan penerapan sistem mengkaji mengenai fraud dalam bentuk
pengendalian internal, memanfaatkan jasa korupsi yang terjadi di lembaga publik di
internal maupun external auditing, Indonesia dengan mengacu pada teori fraud
melakukan fraud examination, serta triangle. Hasil penelitiannya menyatakan
memberlakukan forensic accounting, baik bahwa korupsi dipengaruhi secara signifikan
secara manual maupun dalam bentuk digital dan negatif oleh performance accountability,
(digital forensic accounting) (Kementrian artinya performance accountability yang
Riset dan Teknologi Republik Indonesia, semakin baik ditunjukkan oleh lembaga
2019). pemerintah akan menjadi salah satu
Fraud adalah tindakan yang dapat pendorong menurunnya fraud yang terjadi di
dilakukan secara individual maupun kolektif, sektor publik tersebut. Performance
dan keberadaannya dapat menjadi sebuah accountability yang baik akan menyebabkan
wabah atau penyakit mematikan yang menurunnya tekanan (pressure) yang
menular dalam suatu perusahaan. Oleh diterima sektor publik dari masyarakat dan
karena itu, selain harus menghilangkan seluruh stakeholder, sehingga hal ini akan
kesempatan yang memungkinkan seseorang menyebabkan niat untuk melakukan fraud
melakukan fraud, maka upaya kedua yang pada setiap anggota sektor publik menjadi
harus dilakukan adalah dengan menciptakan menurun.
kultur anti fraud atau kultur kejujuran dalam Terjadinya fraud di era digital
perusahaan (Kementrian Riset dan Teknologi semakin sulit untuk diketahui karena adanya
Republik Indonesia, 2019). Sebagaimana instrumen-instrumen baru yang dapat
dijelaskan dalam teori Akuntansi digunakan untuk melaksanakan tindakan
Keperilakuan, bahwa perilaku manusia tersebut. Ketika dampak negatif berupa
memiliki keterkaitan erat dengan sistem kerugian dalam skala besar telah dirasakan,
akuntansi, dimana perubahan yang terjadi baik dalam bentuk kerugian finansial maupun
pada satu sisi akan menjadi faktor pemicu kerugian dalam aspek lain, maka saat itu
perubahan pada sisi lainnya (Supriyono, perusahaan baru mengetahui adanya fraud.
2018). Oleh karena itu, jika perusahaan dapat Oleh karena itu, upaya untuk mencegah
menciptakan kultur anti fraud hingga mampu terjadinya fraud selalu mengutamakan pada
mengubah perilaku setiap anggota metode deteksi yang sifatnya preventif.
perusahaan, maka perubahan ini dalam Seiring dengan perkembangan
jangka panjang akan dapat menjadi teknologi digital, maka metode deteksi fraud
penghalang terjadinya fraud. Cara yang juga harus terus dikembangkan agar dapat
dilakukan adalah dengan menanamkan nilai diterapkan secara efektif dan dapat
kejujuran dan menjelaskan dampak negatif mendeteksi indikasi fraud yang
fraud terhadap setiap bagian dari memanfaatkan teknologi digital. Menurut
perusahaan. Penjelasan tersebut (Donning, Erikkson, Martikainen, & Lehner,
disampaikan kepada pihak dengan jabatan 2019), pengembangan sistem deteksi fraud
paling tinggi dalam perusahaan hingga ke bukan merupakan hal yang mudah untuk
staf pada tingkat paling bawah oleh akuntan dilakukan karena melibatkan teknologi baru
atau oleh staf privacy officer yang khusus dan membutuhkan dukungan finansial dari
menganalisis masalah fraud dalam perusahaan yang secara khusus
mengalokasikannya untuk keperluan
299
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
Performance
accountability Muhtar et.al. (2018)
Pendekatan dua
Strategi Teknis paradigma Strategi Preventif
ACFE (2018)
300
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
PENUTUP
REFERENCES:
Abri, A. F., Arumugam, D., & Balasingam, S. 2019. Impact of the Corporate Governance on the Financial Statement
Fraud: A Study Focused on Companies in Tanzania. International Journal of Recent Technology and
Engineering, 8(58), 336–341.
Akay, E. M., Poputra, A. T., & Kalalo, M. Y. B. 2016. Analisis Aspek Keperilakuan Terhadap Penerapan Sistem
Akuntansi Persediaan Pada PT. Surya Wenang Indah Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis
Dan Akuntansi, 4(1), 688–697.
Aksa, A. F. 2018. Pencegahan dan Deteksi Kasus Korupsi pada Sektor Publik dengan Fraud Triangle. Jurnal
Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi (JEBA), 20(4), 1–17.
Antarwiyati, P., & Purnomo, R. E. 2017. Motivasi melakukan fraud dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia, 12(2), 157–166.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. 2017. Survai Fraud Indonesia 2016. In Auditor
Essentials. Jakarta.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. 2018, August). Sewindu ACFE Indonesia.
Majalah ACFE Indonesia - Investigate.
Bastian, I. 2015. Lingkup Akuntansi Sektor Publik. In Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga.
301
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
302
P-ISSN: 1410 – 9875 Dian Kristiyani
E-ISSN: 2656 – 9124 Hamidah
Putritama, A. 2019. Peluang dan tantangan profesi akuntan di era big data. Jurnal Akuntansi, 7(1), 74–84.
https://doi.org/10.24964/ja.v7i1.758
Rini, Y. T. 2019. Mengurai Peta Jalan Akuntansi Era Industri 4.0. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi, 7(1), 58–
68.
Ruankaew, T. 2016. Beyond the Fraud Diamond. International Journal of Business Management & Economic
Research, 7(1), 474–476.
Said, J., Alam, M. M., Karim, Z. A., & Johari, R. J. 2018. Integrating religiosity into fraud triangle theory: findings on
Malaysian police officers. Journal of Criminological Research, Policy and Practice, 4(2), 111–123.
Septarini, D., & Papilaya, F. 2016. Interaksi Komitmen Organisasi Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial Unmus, VII(2), 100–116.
Sihombing, E., Erlina, Rujiman, & Muda, I. 2019. The Effect Of Forensic Accounting, Training, Experience, Work
Load And Professional Skeptic On Auditors Ability To Detect Of Fraud. International Journal of Scientific and
Technology Research, 8(8), 474–480.
Sujeewa, G. M. M., Yajid, M. S. A., Azam, S. M. F., & Dharmaratne, I. 2018. the New Fraud Triangle Theory -
Integrating Ethical Values of Employees. International Journal of Business, Economics and Law, 16(5), 52–
57. Retrieved from http://ijbel.com/wp-content/uploads/2018/08/ijbel5_216.pdf
Supriyono, R. A. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wahyuni, W., & Budiwitjaksono, G. S. 2017. Fraud Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan.
Jurnal Akuntansi, 21(1), 47.
Zanaria, Y. 2017. Pengaruh Aplikasi Teknologi, accounting reporting Terhadap Pencegahan Fraud dan serta
imlplikasinya terhadap reaksi investor. Jurnal Akuisisi, 13(1), 91–100.
303
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2 Desember 2020
304