Anda di halaman 1dari 24

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH

AKUNTANSI FORENSIK

Dosen Pengampu : Dr. OYONG LISA.,CMA.,Ak.,CA.,CIBA.,ACPA

PROPOSAL

Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi

Dalam Mendeteksi Fraud Di Lingkungan Digital

Oleh
Dian Suluh Kusumastuty_NIM : 20024010

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Kwandi (2006:16) Penanganan kasus cyber crime saat ini masih cukup sulit
dilakukan karena teknologi di Indonesia masih belum memadai dan kurangnya
pengetahuan terhadap teknik digital. Metode dan cara yang digunakan untuk memanipulasi
perusahaan sangat banyak jumlahnya, dan kemungkinan untuk mendeteksi seluruh fraud
yang ada melalui komputer hanya impian belaka. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud)
dan akuntansi forensik merupakan bidang studi yang lagi hangat-hangatnya. Dengan
adanya pemberitaan media massa mengenai berbagai kasus kecurangan yang terjadi telah
meningkatkan minat masyarakat terhadap akuntansi forensik dan audit investigasi terutama
di kalangan mahasiswa program profesi akuntansi. Menurut Tuanakotta (2010 : 4)
akuntansi forensik ialah “penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing,
pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan”.
Sejalan dengan perkembangan yang pesat dengan dunia teknologi dan telekomunikasi dan
teknologi komputer menghasilkan internet yang mutliguna. Perkembangan ini membawa
kita ke revolusi dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuan
manusia dengan cara berpikir yang tanpa batas dengan percepatan teknologi yang semakin
lama semakin canggih, menjadi sebab perubahan yang terus menerus dalam semua
interaksi dan aktivitas masyarakat informasi.

Teknologi juga membantu dalam berbagai pelayanan akuntansi forensik termasuk


penilaian, perselisihan pemegang saham, dan kebangkrutan. Kebutuhan untuk
memperoleh, mengelola, dan menganalisa data digital penting untuk keberhasilan
akuntansi profesional di masa depan. Selain itu, justru teknologi juga menjadi sarana untuk
melakukan tindakan penipuan. Oleh karena itu, pemahaman tentang alat-alat digital dan
teknik tampaknya diperlukan untuk menghindari tindakan penipuan. Menurut Institute of
Internal Auditors (IIA) yang dikutip dalam Sawyer et al (2006 : 339) menyebutkan
kecurangan (fraud) adalah “meliputi serangkaian tindakan-tindakan tidak wajar dan ilegal
yang sengaja dilakukan untuk menipu”. Belakangan ini kasus fraud yang sering terjadi di
Indonesia yaitu kejahatan teknologi informasi (cyber crime), kejahatan kerah putih (white-
collar crime). Belakangan ini kejahatan cyber crime semakin lama semakin meningkat.
Penanganan kasus cyber crime saat ini masih cukup sulit dilakukan karena teknologi di
Indonesia masih belum memadai dan kurangnya pengetahuan terhadap teknik digital.
Metode dan cara yang digunakan untuk memanipulasi perusahaan sangat banyak
jumlahnya, dan kemungkinan untuk mendeteksi seluruh fraud yang ada melalui komputer
hanya impian belaka. Hanya sejumlah kecil dari kasus yang terjadi dapat terungkap
sedangkan kasus yang terjadi angkanya sangat mengejutkan.
Menurut Kwanadi (2006 : 16) dalam istilah ini, kegiatan yang melakukan kejahatan dalam
dunia internet tersebut ialah cyber crime, yang merupakan “suatu tindakan yang merugikan
orang lain atau pihak-pihak tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan
perangkat-perangkat digital”.

Selain cyber crime, white-collar crime termasuk kejahatan yang sedang marak-
maraknya di Indonesia. White-collar crime terbatas pada kejahatan yang dilakukan dalam
lingkup jabatan mereka dan karenanya tidak termasuk kejahatan pembunuhan, perzinaan,
perkosaan, dan lain-lain yang lazimnya tidak dalam lingkup kegiatan para penjahat
berkerah putih. Menurut Kamus terbitan the Federal Bureau of Justice Statistics (Dictionary
of Criminal Justice Data Terminology) dalam Tuanakotta (2010 : 213) mendefenisikan
white-collar crime sebagai : kejahatan tanpa kekerasan demi keuntungan keuangan yang
dilakukan dengan penipuan oleh orang yang pekerjaannya adalah wiraswasta, profesional
atau semi profesional dan yang memanfaatkan keahlian dan peluang yang diberikan oleh
jabatannya; juga kejahatan tanpa kekerasan demi keuntungan keuangan yang dilakukan
dengan penipuan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus dan pengetahuan
profesional mengenai bisnis dan pemerintahan, meskipun ia tidak terkait dengan
pekerjaannya.

Salah satu penyebab sulit terdeteksinya fraud di Indonesia dikarenakan


perkembangan ilmu akuntansi forensik yang sangat lambat dan tidak adanya ahli-ahli yang
dapat mengungkapkan fraud tersebut, sehingga penanganannya sulit dilakukan. Lulusan
akuntansi yang berprofesi sebagai akuntan atau auditor, suka atau tidak suka harus
memahami akuntansi forensik. Oleh karena itu, disiplin ilmu akuntansi dituntut untuk
melakukan perubahan dan mengikuti tren permasalahan masa kini terutama yang terkait
dengan isu-isu fraud. Dengan begitu, kalangan akademisi bisa lebih tanggap terhadap
kasus-kasus fraud baik di dalam lingkungan digital maupun di luar lingkungan digital yang
kerap terjadi sebagai indikasi korupsi di negara ini. Tetapi dalam mendeteksi fraud tidak
hanya akuntansi forensik yang dibutuhkan untuk membedah kasus tersebut. Pelaksanaan
audit investigasi juga harus dilakukan untuk membuktikan adanya fraud yang
kemungukinan terjadi yang sebelumnya telah diindikasikan oleh berbagai pihak.
Pelaksanaan audit investigasi lebih mendasarkan kepada pola pikir bahwa untuk
mengungkapkan suatu fraud auditor harus berpikir seperti pelaku fraud itu sendiri, dengan
mendasarkan pelaksanaan prosedur yang ditetapkan baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan hingga tindak lanjut pemeriksaan.

Istilah investigasi muncul dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menjelaskan
bahwa “audit investigasi termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan
kinerja”. Audit investigasi adalah serangkaian kegiatan mengenali (recognize),
mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta
yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk
mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan
suatu entitas. Sebelumnya penelitian audit investigasi terhadap fraud telah dilakukan oleh
beberapa peneliti yaitu Zulaiha (2008) dan Hartini (2010). Adapun sumber untuk
memenuhi penelitian adalah kumpulan jurnal-jurnal akuntansi yang terdapat di jurnal
internasional. Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai fraud yang terdapat pada lingkungan digital. Oleh karena
itu penulis memberi judul penelitian ini “Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit
Investigasi Dalam Mendeteksi Fraud Di Lingkungan Digital (Survey Pada Media
Elektronik Di Indonesia)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
adalah :

1. Bagaimana akuntansi forensik dan audit investigasi diterapkan dalam mendeteksi


fraud di lingkungan digital?
2. Mengapa akuntansi forensik dan audit investigasi dalam mendeteksi fraud di
lingkungan digital perlu diterapkan?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana akuntansi forensik dan audit investigasi diterapkan


dalam mendeteksi fraud di lingkungan digital.
2. Untuk mengetahui mengapa akuntansi forensik dan audit investigasi dalam
mendeteksi fraud di lingkungan digital perlu diterapkan.

1.4. Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti
Untuk lebih memahami mengenai penerapan akuntansi forensik dan audit investigasi
dalam mendeteksi fraud di lingkungan digital.
2. Peneliti selanjutnya.
Penelitian ini berguna sebagai acuan untuk penelitian dan pengembangan
selanjutnya.
3. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan
pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuntansi Forensik


Akuntansi forensik muncul karena pesatnya perkembangan fraud yang terjadi,
untuk mengungkapkan fraud tersebut diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik. Istilah
akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Menurut Meriam
Webster’s Collegiate Dictionary dalam Tuanakotta (2010 : 5) pengertian forensik dapat
diartikan “yang berkenaan dengan pengadilan” atau “berkenaan dengan penerapan
pengetahuan ilmiah pada masalah hukum”. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 179 ayat (1) menyatakan : “Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan”. Dalam praktek, kelompok ahli lainnya termasuk para
akuntan atau pelaksana audit investigasi yang memberi keterangan ahli demi keadilan.
Namun, mereka belum lazim dikenal sebagai akuntan forensik. Pada mulanya, di Amerika
Serikat, akuntansi forensik digunakan untuk menentukan pembagian warisan atau
mengungkapkan motif pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi untuk
memecahkan hukum, maka istilah yang digunakan akuntansi (bukan audit) forensik.
Praktik akuntansi forensik tumbuh tidak lama setelah krisis ekonomi melanda Indonesia
tahun 1997. Akuntansi forensik sesungguhnya bisa mempunyai peran yang efektif dalam
menegakkan hukum di Indonesia, namun perannya masih belum maksimal. Saat ini Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) berusaha untuk mengembangkan
akuntansi forensik yang mulai berkembang di Indonesia sejak krisis ekonomi 1997.

Menurut Hopwood et al (2008 : 3) yaitu “forensic accounting is the application of


investigative and analytical skills for the purpose of resolving financial issues in a manner
that meets standards required by courts of law.” Dengan terjemahan sebagai berikut,
akuntansi forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh pengadilan dan hukum. Menurut Tuanakotta (2010 : 4)
akuntansi forensik ialah “penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing,
pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan”.
Menurut Bologna dan Lindquist yang dikutip dalam Crumbley dan Apostolou (2002 : 17)
mendefenisikan akuntansi forensik sebagai “forensic and investigative accounting is the
application of financial skills and an investigative mentality to unresolved issues,
conducted within the context of the rules of evidence”. Dengan terjemahan sebagai
berikut, akuntansi forensik dan investigasi adalah aplikasi kecakapan finansial dan sebuah
mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak terpecahkan, yang dijalankan dalam
konteks rules of evidence”. Menurut de Lorenzo (1993 : 23) mendefenisikan akuntansi
forensik “forensic accounting could be described as the application of accounting
knowledge and skills to legal problems, though in today’s complex commercial
environment the meaning and use of the term is much broader”. Dengan terjemahan
sebagai berikut, penerapan pengetahuan akuntansi dan keterampilan untuk masalah
hukum, meskipun dalam kompleks lingkungan komersial dan penggunaan istilah tersebut
jauh lebih luas.

Dari beberapa pengertian akuntansi forensik di atas, dapat disimpulkan bahwa


akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi yang berdasarkan pada
keterampilan-keterampilan dalam menginvestigasi dan menganalisis yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah keuangan yang dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh hukum. Akuntansi forensik biasanya fokus pada area-area tertentu
(misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang diindikasikan telah terjadi tindak
fraud baik dalam laporan pihak dalam atau orang ketiga atau, petunjuk terjadinya fraud.

2.2. Audit Investigasi


Auditor juga harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep
keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan. Dan juga sangat penting bagi
auditor untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga orang-orang pada
umumnya dapat memahami apa yang dimaksudkannya. Menurut Tuanakotta (2007 : 49)
auditor investigasi adalah “gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif
(atau investigator)”. Audit Investigasi menurut Herlambang (2011) audit investigasi yaitu
suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur atau
teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan
terhadap suatu kejahatan Jack Bologna dan Paul Shaw yang dikutip dalam Amin Widjaja
(2005 : 36) mengatakan forensic accounting, sometimes called fraud auditing or
investigative accounting, is a skill that goes beyond the realm of corporate and
management fraud, embezzlement or commercial bribery. Indeed, forensic accounting
skill go beyond the general realm of collar crime Yang diterjemahkan sebagai berikut,
akuntansi forensik kadang-kadang disebut audit penipuan, adalah keterampilan yang
melampaui alam penggelapan dan penipuan manajemen perusahaan, atau penyuapan
komersial. Memang, keterampilan akuntansi forensik melampaui wilayah umum
kejahatan berkerah. Association of Certified Fraud Examiner seperti yang dikutip oleh
Widjaja (2005 : 36), mendefenisikan audit investigasi sebagai berikut : “fraud auditing is
an initial approach (proactive) to detecting financial fraud, using accounting records and
information, analytical relationship, and an awareness of fraud perpetration and
concealment efforts”. Dengan terjemahan sebagai berikut audit kecurangan merupakan
suatu pendekatan awal (proaktif) untuk mendeteksi penipuan keuangan, dengan
menggunakan catatan akuntansi dan informasi, hubungan analitis dan kesadaran perbuatan
penipuan dan upaya penyembunyian.

Secara garis besar audit investigasi mirip dengan istilah Fraud Examination
sebagaimana yang dimaksud dalam Fraud Examination Manual yang diterbitkan oleh
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Menurut panduan/manual para fraud
examiners tersebut, yang dimaksud audit investigasi yaitu methodology for resolving
fraud allegations from inception to disposition. More specifically, fraud examination
involves obtaining evidence and taking statements, writing reports, testifying findings and
assisting in the detection and prevention of fraud Yang artinya adalah metodologi untuk
menyelesaikan tuduhan-tuduhan penipuan dari awal sampai disposisi. Dari ketiga definisi
audit investigasi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit investigasi merupakan suatu cara
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa fraud terutama dalam laporan
keuangan yang kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu
dari seorang auditor (teknik audit).

2.3. Fraud
Fraud di Lingkungan Digital Fraud di lingkungan digital merupakan fraud yang
berkaitan dengan komputer atau teknologi informasi (IT). Komputer mempunyai
pengaruh yang besar dalam lingkungan masyarakat modern dan telah mengakibatkan
banyak perubahan dalam jangka waktu yang pendek. Setiap perusahaan juga tidak luput
dari penggunaan teknologi informasi tersebut. Keunggulan komputer berupa kecepatan
dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah
tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan melakukan kesalahan,
mengakibatkan masyarakat semakin mengalami ketergantungan kepada komputer.
Dampak negatif dapat timbul apabila terjadi kesalahan yang ditimbulkan oleh peralatan
komputer yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi pemakai (user) atau pihak-
pihak yang berkepentingan.
Dalam dunia sekarang ini, informasi adalah aktiva utama dan pengetahuan
adalah kekuasaan. Fraud di lingkungan digital bukanlah suatu mitos, sejumlah kasus
yang besar dan hebat banyak terjadi dikarenakan lingkungan IT tersebut.
Perkembangan kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer pun semakin
beragam. Untuk meminimalisir kasus fraud dalam lingkungan digital, kuncinya terletak
pada manajemen untuk mengembangkan sistem dan prosedur untuk mencegah atau
meningkatkan kemungkinan deteksiny
Seorang fraud auditor dapat melakukan pengujian atau pemeriksaan beberapa hal
yang berkaitan dengan subjek auditnya atau prosedur kerja dan organisasi dimana fraud
diduga terjadi dan orang yang bersangkutan. Untuk mencari jawaban suatu fraud tanpa
bukti yang lengkap, auditor perlu membuat asumsi tertentu.
Fraud menurut Black Law Dictionary adalah:
1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce
another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when
the conduct is willful) it may be a crime.
2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another
person to act.
3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material act, or
reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

Yang dapat diterjemahkan :


1. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang
disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain
untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya
merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara
disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.
2. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa
perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat
mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.
3. Suatu kerugian yang dapat timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau
penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau
penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk
berbuat atau bertindak yang merugikannya.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa pasal
yang mencakup pengertian fraud dalam Tuanakotta (2010 : 194 ) seperti : Pasal 362
Pencurian : mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Pasal 368
Pemerasan dan Pengancaman : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun
menghapuskan piutang. Penggelapan : dengan sengaja dan melawan hukum memiliki
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi
yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. Pasal 378 Perbuatan Curang :
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang. Pasal
369 : merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit. Pengertian lainnya
dikemukakan oleh Hopwood et al dalam Tunggal (2011 : 4) “fraud means by which a
person can achieve an advantage over another by false suggestion or suppression of
the truth”. Yang bisa diartikan bahwa fraud berarti dimana seseorang dapat mencapai
keunggulan atas yang lain dengan sugesti palsu atau penindasan kebenaran.

Fraud Faktor-faktor yang menyebabkan fraud terjadi yaitu pertama karena


adanya peluang (opportunity), dengan mempunyai pengetahuan pelaku dapat melihat
peluang mewajarkan aktivitas fraud mereka demi untuk mendapatkan kekayaan dan
keuntungan. Kedua, tekanan (pressure) dimana keadaan finansial atau non finansial
merupakan dorongan paling biasa untuk melakukan fraud. Ketiga, rasional
(rationalization) terjadi karena sikap iri hati, dendam, marah, ingin cepat kaya dan
percaya mereka hebat dapat menjadi pendorong untuk seseorang melakukan fraud.
Faktor-faktor ini lebih dikenal sebagai fraud triangle atau segitiga fraud.

Penyebab fraud yang dijelaskan Bologna dengan GONE theory dalam Soepardi
(2010 : 6) terdiri dari empat faktor yaitu :
1. Greed (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunity (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan fraud terhadapnya.
3. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu
untuk menunjang hidupnya yang menurutnya wajar.
4. Exposure (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang akan
dihadapi oleh pelaku fraud apabila pelaku ditemukan melakukan fraud.

Tanda-Tanda Terjadinya Fraud Fraud dapat sedini mungkin terdeteksi jika


manajemen atau internal auditor jeli melihat tanda-tanda fraud tersebut.
Tunggal (2011 : 114) menyatakan tanda-tanda fraud tersebut beberapa diantaranya
yaitu :
1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun
sebelumnya.
2. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
3. Seseorang menangani hampir semua transaksi yang penting.
4. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai.
5. Perkembangan perusahaan yang sulit.

Jenis-Jenis Fraud di Lingkungan Digital Secara umum computer fraud menurut


Tunggal (1993 :129) dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pencurian Data (Thefts of Data) : seperti program-program, daftar surat-surat,
catatan konfidensial.
2. Pencurian Peralatan (Theft of Equipment) : seperti perangkat keras atau lunak.
3. Pencurian Jasa (Service Theft) : pemakaian sumber daya komputer tanpa diotorisasi.
4. Kejahatan Property (Property Crime): pemakaian komputer secara tidak legal untuk
mengalihkan properti.
5. Kecurangan Finansial (Financial Fraud): pemakaian komputer untuk pemrosesan
finansial, pencurian, atau pengalihan dana.
6. Sabotase (Sabotage) : penyerangan fisik terhadap fasilitas komputer atau komponen
agar membuat sistem tidak dapat beroperasi.

Di samping bermacam-macam jenis fraud, terdapat juga beberapa penipuan dan


teknik penyalahgunaan komputer, yaitu :
1. Cracking (menjebol)
2. Data diddling (mengacak data)
3. Data leakage (kebocoran data)
4. Denial of service attack (serangan penolakan pelayanan)
5. Eavesdropping (menguping)
6. E-mail forgery and threats (pemalsuan e-mail)
7. Hacking (melanggar masuk)
8. Internet misinformation and terrorism (informasi yang salah di internet dan terorisme
internet)
9. Logic time bomb (bom waktu logika)
10. Masquerading or impersonation (menyamar atau meniru)
11. Password cracking (penjebolan password)
12. Piggybacking (menyusup)
13. Round-down (pembulatan ke bawah)
14. Salami technique (teknik salami)
15. Software piracy (pembajakan software)
16. Scavenging (pencarian)
17. Social engineering (rekayasa sosial)
18. Superzapping (serangan cepat)
19. Trap door (pintu jebakan)
20. Trojan horse (kuda troya)
21. Virus
22. Worm (cacing)
Menurut Tuanakotta (2007 : 159) ada ungkapan yang secara mudah ingin
menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud yaitu “fraud by need, by
greed, and by opportunity”. Maksud dari ungkapan tersebut adalah apabila kita ingin
mencegah fraud, hilangkan atau tekan sekecil mungkin penyebabnya.
Menurut Miqdad (2008 : 52) seorang auditor intern juga dapat melakukan
beberapa hal untuk mencegah terjadinya fraud antara lain :
1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian, dengan cara : review kinerja, pengolahan
informasi, pengendalian fisik, pemisahan tugas.
3. Meningkatkan kultur organisasi melalui implementasi prinsip-prinsip dasar Good
Corporate Governance (GCG).
4. Mengefektifkan fungsi internal audit.

2.4. Kerangka Konseptual


Semakin pesatnya perkembangan teknologi dapat mencetuskan ide baru bagi
pelaku fraud untuk melakukan tindakan penipuan melalui lingkungan teknologi yang
sering disebut sebagai Fraud in the Digital Environment. Kerangka pemikiran yang telah
diuraikan oleh penulis di atas dapat dilihat pada gambar kerangka konseptual, sebagai
berikut :

Akuntansi
Lingkungan
forensik & audit fraud
digital
investigasi
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian deskriptif yang merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi
tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa : individu, organisasional, industri
atau perspektif yang lain, dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakter
subjek yang diteliti, mengkaji beberapa aspek dalam fenomena tertentu dan
menawarkan ide masalah untuk pengujian atau peneliti selanjutnya.
2. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan peneliti dengan mempelajari
buku-buku yang memuat tentang judul penelitian serta dokumen lain yang berkaitan
dengan judul penelitian.

3.2. Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Kuncoro (2009
: 148) mengemukakan data sekunder adalah “data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain”.

3.3. Metode Pengumpulan


Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menginterpretasikan dan menganalisis data kualitatif, hal ini merupakan tugas yang
paling sulit dalam melakukan studi kasus. Pengumpulan data ini juga dilakukan secara
manual yaitu dengan mencari data melalui referensi pustakawan. Peneliti melakukan
studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan beberapa jurnal ekonomi dan
buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2010:11) metode penelitian study kasus merupakan suatu
metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya
(perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).
Nahruddien Akbar. M , Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi …. 165

IMPLEMENTASI AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI


DALAM MENDETEKSI FRAUD DI LINGKUNGAN DIGITAL
(Survey pada Media Elektronik Di Indonesia)

Oleh:
Nahruddien Akbar. M

Universitas Singaperbangsa - Karawang


kjasduc@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana akuntansi forensik dan audit investigasi di terapkan
dalam mendeteksi Fraud di lingkungan digita. Metode penelitian dengan metode kualitatif, Jenis data yang
digunakan primer, hasil wawancara dengan auditor internal dan investigasi untuk memperkuat hasil
penelitian, dilakukan wawancara kepada 3 auditor internal dan investigasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi forensik dalam mendeteksi Fraud di
lingkungan digital dapat dilakukan dengan Computer Forensic dan investigasi yang harus dilakukan
yaitu dengan membuat Copies dari keseluruhan log data, membuat Fingerprint dari data secara
matematis, membuat Fingerprint dari Copies, membuat Hashes Masterlist dan dokumentasi data
yang telah dikerjakan. Alasan akuntansi forensik dan audit investigasi diterapkan untuk mengamankan
dan menganalisa bukti digital. Alasan lain yaitu untuk membasmi Fraud di lingkungan digital.
Kata Kunci : Akuntansi Forensik, Audit Investigasi, Fraud, Lingkungan Digital

ABSTRACT
The purpose of this study to find out how forensic accounting and investigative audits applied in detecting
fraud in the environment Digita. The research method with qualitative methods, the primary type of data
used, the results of interviews with internal auditors and investigation to strengthen research, conducted
interviews with 3 internal auditors and investigations. Data analysis technique used is qualitative data
analysis techniques with descriptive approach.
The results of this study indicate that the forensic accounting in detecting fraud in the digital environment
can be made by Computer Forensic and investigation should be done is to make Copies of all log data,
create Fingerprint of the data mathematically, making Fingerprint of Copies, making Hashes Masterlist
and documentation of data has worked. Reasons forensic accounting and investigative audits applied to
secure and analyze digital evidence. Another reason is to eradicate fraud in the digital environment.
Keywords : Forensic Accounting, Audit Investigation, Fraud, Digital Environment

PENDAHULUAN dari konstruksi pengetahuan manusia dengan cara


berpikir yang tanpa batas dengan percepatan
Menurut Tuanakotta (2010:4) akuntansi
teknologi yang semakin lama semakin canggih,
forensik ialah “penerapan disiplin akuntansi
menjadi sebab perubahan yang terus menerus
dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah
dalam semua interaksi dan aktivitas masyarakat
hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau
informasi.
di luar pengadilan“. Sejalan dengan
perkembangan yang pesat dengan dunia teknologi Menurut Institute of Internal Auditors (IIA)
dan telekomunikasi dan teknologi komputer yang dikutip dalam Sawyer et al (2006:339)
menghasilkan internet yang multiguna. menyebutkan kecurangan (fraud) adalah
Perkembangan ini membawa kita ke revolusi “meliputi serangkaian tindakan-tindakan tidak
dalam sejarah pemikiran manusia bila di tinjau wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk
166 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019

menipu“. Belakangan ini kasus fraud yang sering


terjadi di Indonesia yaitu kejahatan teknologi
informasi (cyber crime).
Menurut Kwandi (2006:16) Penanganan
kasus cyber crime saat ini masih cukup sulit
dilakukan karena teknologi di Indonesia masih
belum memadai dan kurangnya pengetahuan
terhadap teknik digital. Metode dan cara yang
digunakan untuk memanipulasi perusahaan PRESSURE
sangat banyak jumlahnya, dan kemungkinan
untuk mendeteksi seluruh fraud yang ada melalui Segitiga Kecurangan (Fraud Triangel)
komputer hanya impian belaka. Faktor penyebab fraud yaitu GONE Theory.
Istilah investigasi muncul dalam Undang- Teori ini dikemukakan oleh John Balogna (dalam
Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Karyono, 2013:10) yang menjelaskan empat
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan faktor pendorong seseorang melakukan tindak
Negara yang menjelaskan bahwa “audit kecurangan yaitu :
Investigasi termasuk dalam pemeriksaan dengan
1) Greed (keserakahan). Berkaitan dengan
tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan yang dilakukan
perilaku serakah yang potensial ada dalam
dengan tujuan khusus, diluar pemeriksaan
diri setiap orang.
keuangan dan kinerja “. Audit investigasi adalah
serangkaian kegiatan mengenali (recognize), 2) Opportunity (Kesempatan). Berkaitan
mengidentifikasi (identify), dan menguji dengan keadaan organisasi, instansi,
(examine) secara detail informasi dan fakta-fakta masyarakat yang sedemikian rupa sehingga
yang ada untuk mengungkapkan kejadian yang terbuka bagi seseorang untuk melakukan
sebabnya dalam rangka pembuktian untuk kecurangan terhadapnya.
mendukung proses hukum atas dugaan
3) Need (Kebutuhan). Berkaitan dengan faktor-
penyimpangan yang dapat merugikan keuagan
faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk
suatu entitas.
menunjang hidupnya secara wajar.
4) Exposure (Pengungkapan). Berkaitan
Fraud Triangle dengan kemungkinan dapat diungkapnya
suatu kecurangan dan sifat serta beratnya
Penelitian tradisional tentang kecurangan hukuman terhadap pelaku kecurangan.
dilakukan pertama kali oleh Donald Cressey pada
tahun 1950 yang menimbulkan pertanyaan
mengapa kecurangan dapat terjadi. Hasil dari Fraud (Kecurangan)
penelitian itu memunculkan faktor-faktor pemicu
kecurangan yang saat ini di kenal dengan “ fraud Fraud (kecurangan) merupakan penipuan
triangle “. Dalam penelitian tersebut Cressey yang disengaja dilakukan yang dapat
memutuskan untuk mewawancarai pelaku menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh
kecurangan yang menjadi tahanan atas tindakan pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan
kecurangan berupa penggelapan. Cressey keuntungan bagi pelaku fraud. Dalam istilah
mewawancarai 200 pelaku penggelapan yang sehari-hari fraud diberi nama yang berlainan, seperti
sedang menjalain masa tahanan. Satu dari tujuan pencurian, penyerobotan, pemerasan, pengisapan,
utama penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap penggelapan, pemalsuan, dan lain- lain. Fraud
kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk
memenuhi tiga faktor penting sebagai faktor melakukan penyelewengan atau dorongan untuk
pemicu. memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap
tindakan tersebut. Salah saji terdiri dari dua
macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
Nahruddien Akbar. M , Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi …. 167

(fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan yang seluruhnya atau sebagiannya adalah
sesuai Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. kepunyaan orang lain tetapi yang ada dalam
70, demikian pula error dan Irregularities kekuasaannya bukan karena kejahatan.
masing- masing diterjemahkan sebagai
Pasal 387 Perbuatan curang : Dengan maksud
kekeliruan dan ketidakberesan sesuai PSA
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
sebelumnya yaitu PSA No.32.
lain secara melanggar hukum, dengan
Kecurangan adalah suatu pengertian umum memakai nama palsu atau martabat palsu,
yang mencakup beragam cara yang dapat dengan tipu muslihat ataupun rangkaian
digunakan oleh kecerdikan manusia, yang kebohongan, menggerakan orang lain untuk,
digunakan seseorang untuk mendapatkan menyerahkan sesuatu barang kepadanya atau
keuntungan dari orang lain melalui perbuatan supaya member utang maupun menghapus
yang tidak benar. Untuk lebih jelasnya, pengertian piutang.
fraud menurut Association of Certified Fraud
Examiner (ACFE) dalam Fraud Examiners
Manual 2006 : Cara Mencegah Fraud

Fraud is an intentional untruth or Menurut Tuanakotta (2007:159) ada


dishonest sceheme used to take deliberate ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan
and unfair advantage of another person or penyebab atau akar permasalahan dari fraud yaitu
group of person in inckuded any “fraud by Need, by Greed, and by
mean,such cheats another. Opportunity”. Maksud dari ungkapan tersebut
adalah apabila kita ingin mencegah fraud,
Dengan terjemahan sebagai berikut
hilangkan atau tekan sekecil mungkin
Fraud (kecurangan) berkenan dengan
penyebabnya. Menurut Miqdad (2008:52)
adanya keuntungan yang diperoleh
seorang auditor intern juga dapat melakukan
seseorang dengan menghadirkan sesuatu
beberapa hal untuk mencegah terjadinya fraud
yang tidak sesuai dengan keadaan yang
antara lain :
sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-
unsur surprise/tak terduga, tipu daya, licik, 1) Membangun struktur pengendalian internal
dan tidak jujur yang merugikan orang lain.) yang baik.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana 2) Mengefektifkan aktivitas pengendalian,


seperti yang dikutip oleh Tuanakota (2010:194) dengan cara : Review kinerja, pengolahan
menyebutkan pasal-pasal yang mencakup informasi, pengendalian fisik, pemisahan
pengertian fraud diantaranya: tugas.

Pasal 362 Pencurian : Mengambil barang 3) Meningkatkan kultur organisasi


sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian melalui implementasi prinsip-prinsip dasar
kepunyaan orang lain dengan maksud Good Corporate Governance (GCG).
dimiliki secara melawan hukum. 4) Mengefektifkan fungsi internal audit. Dalam
Pasal 368 pemerasan dan pengancaman : mencegah terjadinya fraud, Hartini (2010)
Dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa seseorang dengan Fraud di Lingkungan Digital
kekuasaan atau ancaman kekerasan untuk Fraud di lingkungan digital merupakan
memberikan barang sesuatu yang seluruhnya fraud yang berkaitan dengan komputer atau
atau sebagian adalah kepunyaan orang itu teknologi informasi (IT). Departemen
atau orang lain, atau supaya membuat Kehakiman Amerika Serikat mendefenisikan
maupun menghapuskan piutang. fraud komputer sebagai tindak ilegal apapun
Pasal 372 penggelapan : Dengan sengaja yang membutuhkan pengetahuan teknologi
melawan hukum memiliki barang sesuatu komputer untuk melakukan tindak awal
168 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019

penipuan, penyelidikan, atau pelaksanaannya. atau “ berkenaan dengan penerapan pengetahuan


Komputer mempunyai pengaruh yang besar ilmiah pada masalah hukum”. Kitab Undang-
dalam lingkungan masyarakat modern dan telah Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal
mengakibatkan banyak perubahan dalam jangka 179 ayat (1) menyatakan : “Setiap orang yang
waktu yang pendek. Setiap perusahaan juga tidak diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
luput dari penggunaan teknologi informasi kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
tersebut. Keunggulan komputer berupa kecepatan memberikan keterangan ahli demi keadilan”.
dan ketelitiannya dalam menyelesaikan Dalam praktek, kelompok ahli lainnya termasuk
pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah para akuntan atau pelaksana audit investigasi
tenaga kerja, biaya serta memperkecil yang memberi keterangan ahli demi keadilan.
kemungkinan melakukan kesalahan,
Definisi akuntansi forensik menurut
mengakibatkan masyarakat semakin mengalami
Hopwood et al (2008:3) yaitu :
ketergantungan kepada computer.
“Forensic accounting is the application
of investigative and analytical skills for the
Jenis-Jenis Fraud di Lingkungan Digital purpose of resolving financial issues in a
manner that meets standards required by courts
Secara umum computer fraud menurut Tunggal
of law.” Dengan terjemahan sebagai berikut,
(1993 :129) dapat dikategorikan sebagai berikut :
akuntansi forensik adalah aplikasi
1) Pencurian Data (Thefts of Data) : seperti keterampilan investigasi dan analitik yang
program-program, daftar surat-surat, catatan bertujuan untuk menyelesaikan masalah-
konfidensial. masalah keuangan melalui cara-cara yang
2) Pencurian Peralatan (Theft of Equipment) : sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
seperti perangkat keras atau lunak. pengadilan dan hukum. Menurut Tuanakotta
(2010:4) akuntansi forensik ialah “penerapan
3) Pencurian Jasa (Service Theft) : pemakaian disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk
sumber daya komputer tanpa diotorisasi. auditing, pada masalah hukum untuk
4) Kejahatan Property (Property Crime): penyelesaian hukum di dalam atau di luar
pemakaian komputer secara tidak legal pengadilan”.
untuk mengalihkan properti.
5) Kecurangan Finansial (Financial Fraud): Audit Investigasi
pemakaian komputer untuk pemrosesan
finansial, pencurian, atau pengalihan dana. Menurut Tuanakotta (2007:49)
perkembangan akuntansi forensik menjadi lebih
6) Sabotase (Sabotage) : penyerangan fisik kompleks yakni melibatkan satu bidang lagi
terhadap fasilitas komputer atau komponen yaitu audit. Berkembangnya kompleksitas
agar membuat sistem tidak dapat bisnis dan semakin terbukanya peluang usaha
beroperasi. dan investasi menyebabkan risiko terjadinya
fraud semakin tinggi. Mengacu ke berbagai kasus
baik di dalam maupun di luar negeri
Akuntansi Forensik menunjukkan bahwa fraud dapat terjadi di mana
Akuntansi forensik muncul karena saja. Dalam rangka memperkecil kerugian akibat
pesatnya perkembangan fraud yang terjadi, fraud dan memperbaiki sistem pengendalian
untuk mengungkapkan fraud tersebut diperlukan maka jika ada indikasi kuat terjadi suatu fraud,
ilmu mengenai akuntansi forensik. Istilah perusahaan diharapkan mengambil langkah yang
akuntansi forensik merupakan terjemahan dari tepat dengan melakukan audit investigasi.
Forensic Accounting. Menurut Meriam Menurut Herlambang (2011) audit
Webster’s Collegiate Dictionary dalam investigasi yaitu suatu bentuk audit atau
Tuanakotta (2010:5) pengertian forensik dapat pemeriksaan yang bertujuan untuk
diartikan “yang berkenaan dengan pengadilan ” mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan
Nahruddien Akbar. M , Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi …. 169

atau kejahatan dengan menggunakan mengedarkan kuesioner, test, wawancara


pendekatan, prosedur atau teknik-teknik yang terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak
umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan seperti dalam eksperimen).
atau penyidikan terhadap suatu kejahatan Jack
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011:250)
Bologna dan Paul Shaw yang dikutip dalam
studi kasus adalah suatu metode untuk memahami
Amin Widjaja (2005:36) mengatakan :
individu yang dilakukan secara integrative dan
“Forensic accounting, sometimes called komprehensif agar diperoleh pemahaman yang
fraud auditing or investigative accounting, is a mendalam tentang individu tersebut beserta
skill that goes beyond the realm of corporate and masalah yang dihadapinya dengan tujuan
management fraud, embezzlement or commercial masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
bribery. Indeed, forensic accounting skill go perkembangan diri yang baik.
beyond the general realm of collar crime Yang
Bimo walgito (2010:92) studi kasus
diterjemahkan sebagai berikut, akuntansi forensik
merupakan suatu metode untuk menyelediki atau
kadang- kadang disebut audit penipuan, adalah
mempelajari suatu kejadian mengenai
keterampilan yang melampaui alam penggelapan
perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi
dan penipuan manajemen perusahaan, atau
kasus ini di perlukan banyak informasi guna
penyuapan komersial”.
mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.
Metode ini merupakan integrasi dari data
diperoleh dengan metode lain.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan penelitian Pembahasan dengan Metode Kualitatif
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang di
Hasil analisis dalam penelitian ini
tunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-
menyatakan bahwa akuntansi forensik dan audit
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
investigasi berpengaruh signifikan dan dapat
maupun fenomena buatan manusia, fenomena itu
membuktikan Fraud di lingkungan digital.
bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan,, kesamaan, dan perbedaan Bagaimana penerapan akuntansi forensik dan
antara fenomena lainnya. audit investigasi dalam mendeteksi Fraud di
lingkungan digital ?
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo
dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak Hasil penelitian menyatakan akuntansi
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, forensik dan audit investigasi dapat mendeteksi
melainkan lebih pada menggambarkan apa Fraud. Artinya akuntansi forensik dan audit
adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. investigasi yang di lakukan oleh seseorang dapat
Namun demikian, tidak berarti semua penelitian mendeteksi Fraud (kecurangan) di lingkungan
deskriptif tidak menggunakan hipotesis. digital dengan beberapa cara untuk mengurangi
Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif resiko terjadinya Fraud (kecurangan) yang di
bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan lakukan oleh karyawan untuk memperkaya
bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang dirinya sendiri.
berarti sebagai alternatif dalam mengatasi Untuk memperkuat hasil data, penulis
masalah penelitian melalui prosedur ilmiah. melalukan observasi dan wawancara kepada
Penelitian yang digunakan adalah metode responden yakni auditor internal terkait akuntansi
penelitian study kasus. Menurut Sugiyono forensik dan audit investigasi terkait mendeteksi
(2010:11) metode penelitian study kasus Fraud (kecurangan) di lingkungan digital. Seperti
merupakan suatu metode penelitian yang yang diungkapkan oleh responden Nyakan Made
dilakukan untuk mendapatkan data dari tempat Jayendra ( Auditor ) : Ilmu akuntansi forensik
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi muncul karena perkembangan fraud yang
peneliti melakukan perlakuan dalam semakin lama semakin pesat. Akuntansi
pengumpulan data, misalnya dengan forensik adalah penggunaan keahlian di bidang
170 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019

audit dan akuntansi yang dipadu dengan lebih terperinci dengan melakukan computer
kemampuan investigasi untuk memecahkan forensics. Computer Forensics merupakan
suatu masalah atau sengketa keuangan atau penerapan teknik-teknik analitis dan investigasi
dugaan fraud yang pada akhirnya akan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
diputuskan oleh pengadilan/arbitrase/tempat memeriksa dan melindungi bukti atau
penyelesaian perkara lainnya. Banyaknya kasus informasi digital. Langkah utama yang harus
fraud yang terdapat di dalam lingkungan dilakukan dalam computer forensics yaitu :
digital maka kasus-kasus tersebut di analisis
komputer secara lengkap, tidak kurang tidak
1) Imaging
lebih. Imaging sangat penting karena
Suatu alat yang di hubungkan ke salah satu langkah-langkah tersebut hanya dilakukan
communication port (parallel port) dan alat pada hasil imaging dan bukan pada data
ini akan merekam seluruh data yang ada pada asli.
electronic storage media (hard disk) dalam

communication port storage media imaging


port) (hard disk)

2) Processing dihapus atau yang ditulis kembali dengan


Sesudah mendapatkan bayangan cermin current file. Dengan memulihkan image hasil
dari data aslinya, image tersebut harus kopian, files dan folders akan tampil seperti
diolah untuk memulihkan file yang terlanjur media penyimpanan data yang asli.

imaging file current file Result

3) Analyzing gagasan orisinal. Pelaku fraud dan


Langkah terakhir, investigator menunjukkan kejahatan umumnya menyimpan file mereka
keahliannya, kreativitasnya, dan penerapan dalam my documents atau my pictures.

Result Result

karyawan tersebut dengan cepat membuat sebuah


Fraud (kecurangan) di lingkungan digital.
PR (Purchases Reques) yang di buat dengan manual
Yang diungkapkan oleh responden Agung
dengan kode PR (Purchases Reques) yang sama
(Auditor) : Dalam menerapkan akuntansi forensik
dengan PR (Purchases Reques) yang telah di buat
dan audit investigasi terhadap fraud dalam
oleh perusahaan, maka dengan otomatis tagihan
lingkungan digital, dapat mengunakan fasilitas
yang ada pada PO (Purchases Order) menjadi Rp
system PR (Purchases Reques) dan PO (Purchases
30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) maka
Order ). Misalnya perusahaan ingin membeli 2
perusahaan harus membayar 3 buah komputer, pada
buah komputer Rp 20.000.000,- (dua puluh juta
awalnya perusahaan hanya membutuhkan 2
rupiah) pada toko komputer, perusahaan melaluli
komputer.
divisi pembelian membuat sebuah PR (Purchases
Reques) yang di teruskan dengan menerima PO Sedangkan akuntansi forensik dan audit
(Purchese Order) dari toko komputer, namun pada investigasi terkait mendeteksi Fraud (kecurangan)
saat yang bersamaan seorang karyawan juga ingin di lingkungan digital. Yang diungkapkan oleh
membeli 1 buah computer Rp 10.000.000,- (sepuluh responden Fandy (Auditor) : Dalam menerapkan
juta rupiah) karena karyawan tersebut mengetahui akuntansi forensik dan audit investigasi terhadap
bahwa perusahaan ingin membeli sebuah komputer, fraud dalam lingkungan digital pada media
Nahruddien Akbar. M , Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi …. 171

elektronik perlu adanya rekonsiliasi data antara 2 Langkah kedua yaitu processing dimana
departemen yang saling terkait (Departemen sesudah mendapatkan bayangan cermin dari data
otorisasi tayang dan departemen penjual) aslinya, image tersebut harus di olah untuk
maksudnya, setiap iklan yang akan di tayangkan di memulihkan file yang terlanjur dihapus atau yang
televisi departemen otorisasi berhak menanyakan ditulis kembali dengan current file.
kontrak jual beli iklan kepada departemen
Langkah ketiga, investigator dapat
penjualan yang berhubungan langsung dengan
menunjukkan keahliannya, kreativitasnya dan
client. Misalnya sebuah iklan yang akan di
penerapan gagasan orisinal. Investigasi
tayangkan pada televisi 1. Perusahaan susu dapat
diterapkan dengan cara : 1) membuat copies
mengeluarkan biaya Rp 50.000.000,- (lima puluh
dari keseluruhan log data, dan lain-lain yang
juta rupiah) untuk 1 hari tayang, untuk perusahaan
dianggap perlu pada suatu media yang terpisah.
rokok dapat mengeluarkan biaya Rp 70.000.000,-
2) membuat fingerprint dari data secara
(tujuh puluh juta rupiah) untuk 1 hari tayang,
matematis. 3) membuat fingerprint dari copies
sedangkan perusahaan minuman dapat
secara matematis. 4) membuat suatu hashes
mengeluarkan biaya Rp 60.000.000,- (enam puluh
masterlist. 5) dokumentasi yang telah dikerjakan.
juta rupiah) untuk 1 hari tanyang, jadi setiap
Selain itu, perlu dilakukan investigasi lanjutan
perusahaan dapat mengeluarkan biaya sekitar Rp
dengan metode search and seizure.
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk 1
bulannya.
Daftar harga tayang iklan di Metro TV Saran
Jam Tayang Tarif per 15-30 Detik
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mencoba
00.00 - 05.00 5 - 7 juta
memberikan saran sebagai berikut:
05.00 - 08.00 7 - 9 juta
08.00 - 12.00 6 - 8 juta 1) Bagi perusahaan, dalam meminimalisir
12.00 - 13.00 7 - 9 juta terjadinya fraud di lingkungan digital dapat
13.00 - 17.00 6 - 8 juta dilakukan pengamanan atas arus komunikasi
17.00 - 21.00 12 - 14 juta di dalam suatu organisasi. Teknologi
21.00 - 00.00 7 - 9 juta pengaman yang dimaksud berupa firewalls, e-
mail dan instant messaging. Suatu organisasi
Kesimpulan dapat meningkatkan pengendalian intern yang
kuno menjadi lebih modern untuk mencegah
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
terjadinya tindakan kriminal berkerah putih.
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
mengambil kesimpulan bahwa :
bagi karyawan sehingga tidak terdorong untuk
Pertanyaan penelitian pertama adalah melakukan tindakan kriminal. Perusahaan
bagaimana akuntansi forensik dan audit investigasi dapat menggunakan jasa psikolog untuk
diterapkan dalam mendeteksi fraud di menyeleksi penerimaan pegawai.
lingkungan digital. Dari hasil penelitian, dalam
2) Bagi akuntan forensik, tidak hanya
menerapkan akuntansi forensik dan audit
pemahaman hukum dan rules of evidence,
investigasi terhadap fraud dalam lingkungan digital
keterampilan investigasi kritis dan analitis,
audit internal dapat membuktikannya dengan
dan kemampuan berkomunikasi saja yang
melakukan computer forensics.
dibutuhkan untuk membuktikan terjadinya
Langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu fraud. Seorang akuntan forensik harus
imaging dimana suatu alat akan dihubungkan ke mampu mengoperasikan komputer untuk
salah satu communication port (parallel port) dan mendeteksi fraud yang terjadi dalam
alat tersebut akan merekam seluruh data yang ada lingkungan digital tersebut.
pada electronic storage media (hard disk) dalam
komputer secara lengkap, tidak kurang dan tidak
lebih.
172 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019

Daftar Pustaka Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metodologi Riset


untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi 3, Penerbit
Annisa Sayyid, 2004. Fraud Dan Akuntansi Erlangga, Jakarta.
Forensik ( Upaya Minimalisasi Kecurangan
Dan Rekayasan Keuangan ). Jurnal Kwanadi, Devina, 2006. “Cyber Crime yang
Akuntansi dan Auditing Indonesia terjadi di Indonesia dan Kebijakan yang
Diambil Pemerintah Indonesia dalam
Crumbley, D Larry dan Nicholas Apostolou, 2002. Menangani Kasus Tersebut”, Jurnal Sentris,
“Forensic Accounting : A New Growth Area Nomor 1 Tahun 3.
in Accounting”, Ohio CPA Journal,
Volume 61 Number 3, Pg16 Lawrence, B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer
dan James H. Scheiner, 2006.
de Lorenzo, Justin, 1993. “Forensic
Accounting”, In The Black, Volume 63 Audit Internal, Salemba Empat, Jakarta.
Number 2, Pg 23
Miqdad, Muhammad, 2008. “Mengungkap Praktek
Harris, Cindy K dan Amy M. Brown, 2000. Kecurangan (Fraud) Pada Korporasi dan
“The Qualities of a Forensic Organisasi Publik Melalui Audit Forensik”,
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3 Nomor 2.
Accountant”, Pennsylvania CPA Journal, Volume
71 Number 1, Pg 6. Ni Putu Sri Astuti, 2012. Peran Audit Forensik
dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di
Hartini, Siska Dwi, 2010. “Pengaruh Indonesia, Universitas Negeri Surabaya
Kemampuan Auditor terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit Investigasi Pearson, Timothy A dan Tommie W. Singleton,
dalam Pembuktian Kecurangan (Studi 2008. “Fraud and Forensic Accounting in
Kasus pada Badan Pengawasan Keuangan the Digital Environment”, Proquest,
dan Pembangunan Perwakilan Jawa Volume 23 Number 4, Pg 545.
Barat)”. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, Skripsi. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Hermiyatti. (2010). Pengaruh Penerapan
Pengendalian Internal terhadap Pencegahan Theodorus, M. Tuanakotta, 2007. Akuntansi
Fraud Pengadaan Barang. Jurnal Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Lembaga
dan Auditing Indonesia.Vol 14,No.2. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Fakultas : Ekonomi, STEKPI Indonesia, Jakarta. ,2010. Akuntansi
Jakarta.Hlm.263. Forensik & Audit Investigatif, Salemba
Empat, Jakarta.
Hopwood, William S., et al. 2008. Forensic
Accounting. By The McGraw-Hill Tuanakotta, Theodorus. M. (2010). Akuntansi
Companies, Inc., 1221 Avenue of the Forensik dan Auditor Investigatif. Edisi 2.
Americas, New York, NY,10020. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI).
Karni, Soedjono, 2000. Auditing, Audit Khusus,
dan Audit Forensik dalam Praktik, Tunggal, Amin Widjaja, 2011. Audit
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Kecurangan dan Akuntansi Forensik
Universitas Indonesia, Jakarta.
(Tanya-Jawab & Kasus), Harvarindo,, Jakarta.
Karyono.(2013). Forensik Audit. Yogyakarta:
Widjaja, Amin, 2005. Audit Kecurangan (Suatu
Penerbit Andi.
Pengantar), Harvarindo, Jakarta.
Kartini Kartono. (2009). Patologi Sosial. Jakarta:
Zulaiha, Siti, 2008. “Pengaruh Kemampuan
RajaGrafindo Persada.
Auditor Investigatif terhadap Efektivitas
Nahruddien Akbar. M , Implementasi Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi …. 173

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Badan Pemeriksa Keuangan Bandung)”.


Pembuktian Kecurangan (Studi Kasus pada Universitas Padjajaran, Bandung, Skripsi.
174 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai