Anda di halaman 1dari 2

1.

Mampu mengetahui lingkup akuntansi forensik yang relevan dan sering digunakan
diIndonesia khususnya.

Menurut Singleton dan Singleton (2010) terminologi paling luas untuk profesi antifraud adalah
Akuntansi Forensik, yang mengacu pada penggabungan seluruh istilah yang terkait dengan
investigasi, termasuk fraud auditing, walaupun secara historis Akuntan Forensik disebut setelah
bukti atau kecurigaan fraud

Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif muncul ke permukaan melalui tuduhan, pengaduan atau
temuan. Oleh karena itu fraud auditing merupakan bagian dari Akuntansi Forensik. Fraud
investigation bisa dikatakan sama dengan fraud audit. Perbedaannya, fraud investigation lebih
banyak berhubungan dengan bukti non finansial (misalnya testimoni dari interview) dibanding fraud
audit. Fraud investigation mencakup fraud audit tetapi merupakan bidang yang lebih luas karena
terkait dengan pengumpulan bukti forensik non finansial. Litigation support (dukungan terhadap
proses pengadilan) merefer pada seorang akuntan forensik. Seorang akuntan forensik dapat
menerima penugasan fraud auditing dan mungkin dalam faktanya menjadi seorang fraud auditor,
tetapi ia juga akan menggunakan keterampilan akuntansi, konsultasi, dan hukum lainnya dalam
penugasan yang lebih luas. Selain keterampilan akuntansi dan investigasi yang tentunya harus ada
dalam fraud auditor, akuntan forensik membutuhkan pengetahuan yang baik tentang sistem hukum
dan keterampilan analisis dan komunikasi kuantitatif yang sangat baik untuk melaksanakan
kesaksian ahli di ruang sidang dan untuk membantu litigasi lainnya (Crumbley, 2009).

2. Mampu memahami bagaimana praktik fraud di sector pemerintahan serta swasta

Secara garis besar, praktik fraud di instansi pemerintahan dibagi menjadi dua yaitu: fraud di
level lower management dan fraud di level top management. Fraud di level lower
management merupakan fraud yang umumnya melibatkan PNS setingkat staff. Pada level
ini, nominal uang yang digelapkan biasanya tidak terlalu besar dan cara melakukan
penggelapan masih sangat sederhana.
Praktik fraud di level top management melibatkan para pejabat tinggi di suatu instansi
pemerintahan dimana nominal uang yang digelapkan jumlahnya lebih besar dan cara untuk
menggelapkannya lebih beragam. Salah satu contoh praktik fraud yang umumnya terjadi di
level top management adalah ketika kepala instansi tertentu mengeluarkan nota dinas
kepada bendahara pengeluaran untuk meminjamkan uang dengan alasan operasional
namun pada akhirnya uang tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan dan tidak pernah
dikembalikan.

Pada sektor swasta, kecurangan atau fraud auditing dapat berguna bagi sebagian besar kasus
kejahatan keuangan seperti: penggelapan, kekeliruan fakta keuangan, pembakaran nirlaba,
penipuan bank, suap dan penyuapan komersial, penipuan komputer, dan lain sebagainya. Banyak
penelitian telah mengurakan metode dan teknik penyelidikan akuntansi forensik. Mengenai
pemeriksaan laporan keuangan, alat yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan data klien
ialah Excel, CaseWare IDEA, dan ACL Software. Beberapa alat data mining tertentu dapat
mengungkapkan pola data transaksi penipuan seperti entri yang tidak biasa bagi transaksi, nilai
tinggi atau rendah dari variable, dan berbagai file transaksi akuntansi atau nilai-nilai yang tidak dapat
dijelaskan dari catatan.
3. Mampu menjelaskan perbedaan akuntansi forensik di sector pemerintahan dan swasta
Perbedaan signifikan presepsi antara akuntansi forensic di sector pemerintahan dan swasta mengenai
pentingnya keahlian audit forensic, dimana pemerintahan memiliki persepsi dimensi-dimensi yang
lebih penting dibandingkan dengan swasta.

Pentingnya keahlian forensic dimaa swasta memiliki persepsi dimensi yang lebih penting
dibandingkan dengan akuntansi forensic pemerintahan.

DAPUS:

2020. Akuntansi Forensik Dan Tahapan Penting Di Dalamnya. Accurate.id web

id. 2019. Peran Akuntansi Forensik. Ekonomi dan Keuangan Bahasan.id

Abidin, Fityan Izza Noor. "Analisis Persepsi Akademisi Dan Praktisi Terhadap Fraud Serta
Peran Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud." Media
Mahardhika 17.1 (2018): 153-164.

Hariyanto, Wiwit. "ANALISIS PERSEPSI AKADEMISI DAN PRAKTISI TERHADAP FRAUD


SERTA PERAN WHISTLEBLOWING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN FRAUD." GREENOMIKA 4.1 (2022): 50-61.

Anda mungkin juga menyukai