Abstrak
Akuntansi Forensik memegang peranan penting dalam mengungkap kejahatan-
kejahatan financial terutama yang dilakukan oleh mereka yang profesional,
berpendidikan dan berilmu pengetahuan (white collar crime). Distorsi Akuntansi
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan kerah
putih. Distorsi akuntansi dapat dilakukan dengan cara akuntansi yang dirancang
(accounting designed) melalui rekayasa akuntansi yang dapat dijadikan cara untuk
melakukan manipulasi informasi keuangan.
Makalah ini membahas dua faktor yang yang memicu pentingnya akuntansi
forensic yaitu faktor akuntansi yang dirancang (accounting designed) dan faktor fraud
(kecurangan). Faktor akuntansi yang dirancang (accounting designed) terkait dengan,
rekayasa akuntansi yang dapat dijadikan cara untuk melakukan manipulasi informasi
keuangan melalui pemilihan metode-metode, prosedur akuntansi dan prosedur penyajian
informasi yang sengaja “diatur”. Sedangkan yang dimaksud dengan fraud adalah
tindakan illegal yang dapat dituntut secara hukum dan dianggap sebagai kejahatan
(crime).
Faktor akuntansi yang dirancang yang dapat digunakan untuk memanipulasi
penyajian pelaporan keuangan meliputi manajemen laba, income smoothing dan
kreativitas akuntansi. Fraud dapat dibagi dalam beberap kategori yaitu kecurangan
korporat, Kecurangan kerah putih, kecurangan pelaporan keuangan, Kecurangan
dalam hubungan dengan pekerjaan (occupational Fraud) dan kecurangan melalui sistem
akuntansi (fraud within accounting systems). Akuntansi yang dirancang dan Fraud
merupakan dua faktor yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan keuangan yang
pada akhirnya memerlukan akuntansi forensik untuk mengungkap kejahatan-kejahatan
tersebut baik yang diselesaikan dipengadilan mupun diluar pengadilan
1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini akuntansi forensik semakin diperlukan seiring dengan maraknya
kejahatan dalam bidang ekonomi dengan metode-metode yang semakin canggih dan
dilakukan oleh orang-orang professional dan berilmu pengetahuan. Mereka dengan
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki secara sengaja melakukan berbagai rekayasa dan
manipulasi keuangan dengan cara-cara yang tidak legal (melanggar hukum) untuk
Dwi Fitri Puspa
kepentingan individu, kelompok dan kroni-kroni mereka. Kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang terpelajar (educated people) ini disebut sebagai kejahatan kerah putih (white
collar crime). Pada awalnya akuntansi forensik diperlukan untuk memecahkan masalah-
masalah keuangan yang sederhana seperti menyelesaikan sengketa warisan dalam suatu
keluarga (Tuanakotta, T.M, 2010). Seiring dengan perkembangan bisnis yang sangat
pesat, ragam kejahatan ekonomi yang dilakukan kelompok kerah putihpun semakin
meningkat pula. Perbuatan tercela para pelaku fraud ini tidak jarang merugikan
perusahaan dalam jumlah besar bahkan sampai mengalami kebangkrutan. Demikian juga
dalam penyelenggaraan Negara banyak ditemukan kasus korupsi yang mengakibatkan
Negara mengalami kerugian trilyunan rupiah, suatu bilangan yang tidak kecil (material).
Akibat banyaknya masalah-masalah kecurangan (fraud) yang terjadi baik diperusahaan
maupun dipemerintahan, yang berujung kepada tuntutan hukum maka keberadaan
akuntansi forensik menjadi sangat penting penting.
Dalam kaitan dengan penyelesaian hukum yang memerlukan disiplin akuntansi
forensik maka keberdaan Akuntan forensik juga semakin meningkat untuk menjadi saksi
ahli dipengadilan. Kesaksian Akuntan Forensik dipengadilan menjadi referensi bagi
penegak hukum dalam memutuskan perkara hukum yang terkait dengan crime
(kejahatan) keuangan. Untuk menjadi akuntan forensik maka akuntan perlu menjadi
akuntan spesialis yang lebih khusus lagi dari hanya sekedar menjadi auditor laporan
keuangan yang biasanya melakukan audit umum (general audit) atas laporan keuangan
perusahaan. Spesialisasi yang dibutuhkan untuk menjadi auditor fotensik adalah pada
fraud. Salah satu yang termasuk dalam kategori fraud adalah korupsi. DiIndonesia
penyakit korupsi sudah menjadi penyakit kronis yang menggerogoti keuangan Negara
terutama terjadi pada sector pemerintahan. Banyaknya pelaku korupsi dari pejabat Negara
dan pejabat kepala daerah menunjukkan ada kesalahan mendasar dalam pengelolaan
keuangan Negara termasuk dalam sistim pengawasan internal keuangan Negara.
Apabila ditelusuri lebih mendalam mengapa akuntansi forensik diperlukan, hal
itu disebabkan akuntansi itu sendiri dapat dijadikan wadah untuk melakukan
penyimpangan (distorsi). Apabila penyimpangan itu dengan sengaja ditujukan untuk
menipu (illegal act), yang dapat berperkara hukum maka disiplin Akuntansi sebagai suatu
ilmu akan diperlukan untuk membongkar modus penipuan (fraud) yang mereka lakukan.
Makalah ini akan membahas akuntansi yang dirancang (designed accounting) dan Fraud
sebagai faktor yang memicu semakin-pentingnya akuntansi forensik dalam dunia praktek.
Ada dua faktor utama yang akan dibahas yaitu akuntansi yang dirancang (designed
accounting) dan Fraud. Akuntansi yang dirancang (designed accounting) adalah tindakan
yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan dengan cara
memilih prosedur, metode dan tekhnik akuntansi dan waktu penyajian yang dimanipulasi
agar laporan keuangan yang dihasilkan seperti yang diinginkan. Akuntansi yang
105
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
dirancang (designed accounting) dan Fraud (tindakan illegal) terjadi akibat akuntansi
dapat menjadi wadah untuk melakukan distorsi.
Sistematikan pembahasan makalah ini dimulai dengan menjelaskan sifat
akuntansi sebagai distorsi, pengertian akuntansi forensik, Faktor-faktor yang Memicu
Pentingnya Akuntansi Forensik dan pembahasan.
2. PEMBAHASAN
2.1. Akuntansi sebagai Distorsi (Accounting as Distortion)
Akuntansi merupakan ilmu multi paradigma. Sifat Akuntansi dapat digambarkan
dalam beberapa Imej (image). Salah satu sifat tersebut adalah akuntansi sebagai distorsi
(Belkaoui et al, 2004). Akuntansi sebagai distorsi adalah akuntansi dijadikan target bagi
mereka yang akan melakukan manipulasi informasi sehingga pesan yang sampai ke
pengguna inforamsi akan didistorsi. Terdapat 4 kelompok orang yang mempengaruhi dan
dipengaruhi pesan akuntansi yaitu mereka yang perilakunya akan tergambar dari pesan
akuntansi, akuntan yang menyiapkan data, akuntan yang menguji data dan penerima data.
Setiap kelompok ini bisa saja melakukan dysfunctional behavior. Metode yang dapat
digunakan untuk mendistorsi sistim informasi termasuk mendistorsikan pesan akuntansi
tersebut adalah smoothing (perataan), focusing (pemfokusan), gaming (permainan),
filtering (penyaringan), dan illegal act (tindakan illegal) ((Belkaoui et al, 2004).
Pada smoothing pendistorsian sistem informasi dilakukan dengan merubah arus
data yang sebenarnya tetapi tidak merubah aktivitas aktual perusahaan. Biasing adalah
informasi yang akan dihasilkan dibiaskan dengan cara dipilih informasi yang
kemungkinan besar akan diterima oleh pengirim. Permainan (gaming) adalah proses
pemilihan aktivitas oleh pengirim sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat terkirim.
Focusing adalah proses untuk memperkuat atau memperlemah aspek-aspek tertentu dari
seperangkat informasi. Sedangkan filtering melibatkan proses memilih aspek-aspek yang
menguntungkan dari satu set informasi melalui pengumpulan, penyajian, menahan, atau
menunda. Illegal act merupakan proses pemalsuan data yang memiliki konsekuensi
melanggar hukum. Pemalsuan informasi akan berdampak ke masalah hukum yang
melibatkan akuntansi forensik dalam penyelesaiannya baik dipengadilan maupun diluar
pengadilan (Belkaoui et al, 2004).
106
Dwi Fitri Puspa
107
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
108
Dwi Fitri Puspa
kas, misalnya dengan menggeser biaya dan atau pendapatan dari satu period eke
periode lain. Perataan laba dapat juga berbentuk perataan laba nyata dimana
sengaja memilih dan merubah waktu suatu transaksi yang dapat mempengaruhi
arus kas dan peristiwa ekonomi yang mendasari. Misalnya dengan sengaja
memilih dan mengubah waktu pembelian, penjualan dan lainnya, Dengan
demikian memang dengan sengaja dikendalikan peristiwa-peristiwa ekonomi
yang dapat mempengaruhi kas, sehingga dapat meratakan laba.
b. Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen berupaya untuk mencapai laba seperti yang diinginkan dengan cara
menggunakan fleksibilitas dalam memilih berbagai alternatif yang tersedia untuk
mencatat transaksi. Dengan memiliki kemampuan memilih pilihan yang tepat
dari berbagai alternatif yang disediakan akuntansi untuk menacatat transaksi
maka tingkat laba yang diharapkan dapat tercapai. Jadi laba tercapai bukan
karena prestasi manajer karena mampu meningkatkan volume bisnis tapi karena
kemampuannya memanipulasi pilihan-pilihan aturan akuntansi untuk mencatat
transaksi. Schipper menyatakan menajemen laba merupakan intervensi nyata
terhadap proses pelaporan eksternal agar dapat memperoleh keuntungan peribadi.
Dalam hal ini manajemen menggunakan metode-metode akuntansi sebagai media
untuk menacapai laba yang mereka inginkan.
c. Kreativitas dalam akuntansi (Creativity in Accounting)
Kreativitas akuntansi yang dimaksudkan disini adalah upaya menggambarkan
situasi yang lebih atau kurang optimis dari situasi yang sebenarnya dengan cara
secara bebas menginterpretasikan aturan-aturan akuntansi yang memungkinkan
dilakukannya pilihan-pilihan sehingga dapat memberikan gambaran yang berbeda
dari kenyataannya.
Kreativitas akuntansi ini dapat dibagi kedalam Big Bath Accounting dan
Akuntansi Kreatif.
c.1. Big Bath (mandi besar) adalah upaya yang dilakukan agar terlihat telah
terjadi peningkatan laba per lembar saham dimasa depan dengan cara
mengambil langkah-langkah menurunkan laba per lembar saham dimasa
sekarang. Upaya yang dilakukan misalnya menangguhkan pengakuan
pendapatan saat ini dan semakin mengurangi laba dengan menambah beban-
beban ke periode ini. Keuntungannya adalah pada masa datang pembebanan akan
lebih sedikit karena sudah dimasukkan ke periode sekarang, sehingga laba akan
lebih baik tampak meningkat di masa datang. Mandi dalam pengertian mandi
besar ini adalah pembersihan akun-akun neraca dengan tujuan menekan laba saat
ini sehingga laba masa depan terlihat meningkat (Healy, 1985).
109
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
110
Dwi Fitri Puspa
111
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
112
Dwi Fitri Puspa
3. PENUTUP
113
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
keuangan tidak terbaca. Distorsi akuntansi dilakukan oleh pihak-pihak yang akan
tergambarkan perilaku disfungsional mereka dalam laporan keuangan. Distorsi akuntansi
dilakukan dengan cara smoothing, focusing, gaming, filtering, dan illegal act. Distorsi
informasi yang dilakukan dengan kesengajaan melalui strategi-strategi tertentu sehingga
dapat menguntungkan manajemen, korporat ataupun orang-orang peribadi dengan
melanggar hukum privat maupun hukum publik menjadi penyebab atau pemicu semakin
diperlukannya akuntansi forensic dalam praktek. Dalam makalah ini dibahas Kreativitas
dalam akuntansi dan fraud (kecurangan) merupakan dua faktor utama pemicu pentingnya
akuntansi forensik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
114