Anda di halaman 1dari 10

PERANAN AKUNTANSI FORENSIK DI ERA 5.

0 DALAM MENGATASI TINDAKAN


FRAUD DAN KORUPSI DI LEMBAGA PEMERINTAHAN

THE ROLE OF FORENSIC ACCOUNTING IN THE ERA 5.0 COMBATING FRAUD


AND CORRUPTION IN GOVERNMENT INSTITUTION

Ayu Stya Ningrum


Nim : 212010300096
Putri I’id Maulidah
Nim : 212010300098
Etikakhul Jannah
Nim : 212010300116

RISET

Program Studi Akuntansi


Fakultas Bisnis, Hukum & Ilmu sosial
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Januari, 2024
PERANAN AKUNTANSI FORENSIK DI ERA 5.0 DALAM MENGATASI TINDAKAN FRAUD
DAN KORUPSI DI LEMBAGA PEMERINTAH

Ayu Stya Ningrum, Putri I’id Maulidah, dan Etikakhul Jannah


Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

ABSTRAK
Ayu Stya Ningrum (212010300096)
Di era 5.0 yang0ditandai oleh perkembangan teknologi digital, lembaga
pemerintaha0menghadapi tantangan yang kompleks terkait dengan tindakan fraud dan korupsi. Sulitnya
mencegah0dan0mengungkap tindakan korupsi di0lingkungan sektor publik0(pemerintah) membuat
banyak aksi pemberantasan terhadap kejahatan ini mulai banyak dilakukan, namun sampai saat ini masih
belum menunjukkan hasil yang optimal. Akuntan forensik menjadi0kunci dalam upaya0mengatasi
permasalahan kecuranngan dan korupsi. Penelitian0ini dilakukan
dengan0tujuan0untuk0mengatasi0tindakan korupsi0di lembaga0sektor publik (pemerintahan). Penelitian
ini menggunakan metode0kualitatif dengan teknik data menggunakan0literatur. Objek pada0penelitian ini
adalah data0sekunder yang0berupa tindalan kecurangan, seperti fraud dan korupsi. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa akuntan forensik di era 5.0 menjadi salah satu upaya untuk melakukan
pencegahan sejak dini terhadap0tindakan kejahatan korupsi di indonesia, dan dapat secara signifikan
mengurangi kecurangan0pada sektor publik dengan memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan
(AI) ,0analisis data besar (big data), dan teknologi blockchain0untuk mengumpulkan,0menganalisis dan
memvalidasi bukti digital. Hal ini memungkinkan penyelidikan yang lebih efisien dan akurat terhadap
tindakan0fraud0dan0korupsi.
Kata Kunci : akuntan forensik, era5.0, fraud, korupsi, pemerintahan

ABSTRACT
Ayu Stya Ningrum (212010300096)
In the era 5.0 marked by the0development of digital technology,0governmental institutions face complex
challenges related to fraud and0corruption. The difficulty in preventing and uncovering corruption within
the public sector0(government) has led to0numerous efforts to combat these crimes, yet results have not
shown optimal outcomes thus far. Forensic accountants play a pivotal role in addressing issues of fraud
and0corruption. This research0aims to tackle0corruption within the public sector (government
institutions).0Conducted using a qualitative method, this study employs literature as the data source,
focusing on secondary data related to fraudulent activities,0such as fraud and corruption. The findings
indicate0that forensic accountants in the era 5.0 are crucial in early prevention efforts against corrupt
practices in Indonesia.0they can significantly reduce fraud within the public sector (government) by
leveraging technologies such as artificial intelligence (AI), big data analytics, and blockchain to collect,
analyze, and validate digital evidence. This approach enables more efficient and accurate0investigations
into0acts0of0fraud0andcorruption.
Keywords : forensic accountant, era 5.0, fraud, corruption, government
PENDAHULUAN

Ayu Stya Ningrum (212010300096)

Di zaman modern saat ini, kecurangan (fraud)0di dalam pengelolaan keuangan di sektor publik
(pemerintah) merupakan bentuk kejahatan yang sering terjadi dan dilakukan oleh para
pejabat0pemerintahan. Kecurangan0itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tindak0penipuan yang
dilakukan secara sengaja oleh individu untuk memperoleh keuntungan pribadi yang dapat merugikan
banyak pihak. Dengan adanya perubahan teknologi digital saat ini saat memungkinkan untuk
bertambahnya jenis kecurangan (fraud) yang terjadi di dunia audit forensik. apalagi di era sekarang ini
yang0lebih tepatnya di era industri 5.0 atau post digital, era dimana0segala macam0informasi telah tersaji
secara0elektronik. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan0seperti dunia0kerja, pendidikan,0ekonomi dan lainnya. Sumber daya manusia (SDM)
yang0kompeten0menjadi salah satu faktor penentu0keberhasilan transformasi0di era digital ini.0Hal ini
mendorong para0akuntan forensik untuk0bertindak secara proaktif, dan harus mulai menggunakan data
analitik dalam memecahkan suatu masalah0guna membantu suatu perusahaan atau instansi untuk terus
mengikuti perkembangan digital di era 5.0 saat ini.

Tindakan korupsi adalah bentuk dari tindakan kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh oknum
yang tidak bertanggung jawab0sehingga dapat merugikan banyak pihak.0Tindakan korupsi yang0sering
terjadi ialah0seperti penyalahgunaan0wewenang, pungutan liar, kasus penyuapan,0pemerasan pemberian
uang pelicin, penggelapan aset pemerintah daerah maupun negara. Berdasarkan data empirik yang telah di
peroleh beberapa tahun terakhir,0pemerintah daerah dengan0sektor keuangan daerah menjadi salah satu
lembaga yang memiliki0tingkat kecurangan (fraud) dan korupsi paling dominan terjadi berkaitan dengan
sistem pengadaan publik yang menjadi sumber utama kebocoran anggaran sebuah negara (Wuysang et al,.
2016). Salah satu yang menjadi penyebab tindakan korupsi dikalangan pemerintah adalah dengan adanya
otonomi daerah (Pramesti & Hariyanto, 2019). Dalam otonomi0daerah, pemerintah daerah memiliki
wewenang0untuk mengurus semua hal-hal yang berkaitan dengan keuangan sektor publik daerah
tersebut,0seperti penganggaran, pengadaan serta0perpajakan di0daerah tersebut. Sehingga didalam
otonomi daerah, besarnya jumlah anggaran negara yang dipercayakan kepada pemerintah0daerah
membuat0oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menggunakan kesempatan tersebut untuk
melakukan0tindakan fraud seperti korupsi ( Sommaliagustina, 2019).

Menurut Transparency International Indonesia,0indonesia saat ini berada diperingkat ketiga


sebagai negara yang memiliki tingkat0korupsi yang tinggi0di Asia dimana India0berada ditingkat pertama
dan kamboja berada ditingkat kedua. Fakta tersebut ditemukan0oleh lembaga Transparancy International
Indonesia berdasarkan survey yang dilaksanakan pada0bulan juni hingga bulan september 2020 terhadap
20 responden yang ada di 17 negara Asia. Hal ini membuktikan0bahwa hukuman dan sistem hukum
terkait kasus korupsi di negara Indonesia masih lemah. Sehingga tingkat korupsi berada di level tinggi di
asia. Dengan hal ini berbagai upaya telah dilakukan0oleh Pemerintah Indonesia untuk mengurangi tingkat
korupsi yang tinggi seperti melakukan0pemberdayaan semaksimal mungkin kepada lembaga-lembaga,
seperti Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian. Akan tetapi, tidak sedikit dari lembaga-lembaga penegak
hukum yang telah dipercayakan oleh Pemerintah Indonesia tersebut, juga terdeteksi melakukan tindak
kecurangan atau korupsi (Gressi, 2016). Hal ini mendorong perlunya lembaga atau pihak pemeriksa
yang0independen untuk mengatasi masalah fraud di sektor publik (pemerintah), sehingga profesi Akuntan
Forensik yang mempunyai keahlian dalam menginvestigasi indikasi adanya korupsi atau fraud pada
perusahaan atau instansi negara,0sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya tindakan kecurangan
(fraud) yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di Indonesia (Mursalin, 2013).

Akuntan Forensik merupakan pihak independen yang memiliki0gabungan dari keahlian di bidang
akuntansi,0audit,0dan hukum0yang0memiliki0tujuan0untuk0membuktikan0adanya0tindakan kecurangan
(fraud) yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Akuntan Forensik harus memiliki
sertifikat0CFE (Certified Fraud Examiners) sebagai pembuktian atas pengetahuan0dan pengalaman yang
sudah dimiliki. Pemegang sertifikat tersebut sebagai seorang profesional di bidang anti-fraud.0Hasil
temuan menunjukkan bahwa Akuntan Forensik digunakan sebagai alat bukti dalam proses
persidangan,0namun sifatnya tidak mengikat penyidik. Hal0ini disebabkan0karena0penyidik berwenang
untuk0menggunakan atau tidaknya laporan akuntan forensik (Gardida, 2018).

Berdasarkan0uraian0yang sudah dijelaskan diatas, maka0penelitian ini dilakukan dengan0tujuan


untuk mengungkap peranan Akuntan Forensik di era 5.0 dalam mengatasi tindakan kecurangan (fraud)
dan korupsi di lembaga sektor publik (pemerintahan).0Selain itu penelitia ini diharapkan
mampu0memberikan manfaat0bagi pembaca, baik secara teoritis dan praktis.0Dalam manfaat teoritis,
penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan tambahan referensi bagi penelitian yang akan membahas
bagaimana peran Akuntan Forensik di era 5.0 dalam mengungkap0kasus kecurangan (fraud) dan korupsi.
Selain itu, tulisan ini juga0diharapkan mampu menjadi salah satu kontribusi pemikiran bagi pemerintah
dalam memperoleh solusi yang tepat untuk mengatasi tindakan kecurangan (fraud) dan korupsi.0Dalam
manfaat praktis,0penenelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang
berwenang dan bertanggung jawab dalam pengambilan kebijakan dalam memberantas0korupsi di negeri
ini,0terutama pada sektor pemerintahan.

METODE PENELITIAN

Etikakhul Jannah (212010300116)


Penelitian0menggunakan0metode0kualitatif0dengan0metode0pengumpulan data menggunakan
studi literatur. Objek0pada0penelitian0ini0adalah data sekunder yang berupa kecurangan, seperti korupsi
dan fraud. Dengan0menggunakan dokumen atau beberapa jurnal-jurnal0pendukung0dengan tema
kecurangan (fraud) dan korupsi. Sementara0metode penelitian kualitatif diartikan sebagai suatu alat ukur
atau alat kualitatif yang dilakukan untuk merefleksi topik atau objek penelitian (Hughes, 2008). Data
literatur0yang0dikumpulkan0dan0dianalisis dengan pemahaman interprestasi dari penulis yang
menggambarkan0peranan Akuntan Forensik dalam mengatasi masalah korupsi di lembaga pemerintahan.

Penelitian0kualitatif ini menggunakan metode analisis content analysis yang bertujuan


mengungkap dan memahami realitas yang terjadi di lapangan secara menarik dengan mengkajinya secara
detail dan komprehensif melalui analisis dan penelitian (Harnovinsah, 2019). Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa penelitian ini dapat memberikan gambaran rinci tentang latar belakang, ciri-ciri, dan
ciri-ciri kejadian tersebut yang dapat dijadikan bahan pertimbangan umum (Nazir, 2007). Metode ini juga
menjadi suatu kesempatan untuk melakukan suatu analisa yang insentif dan mendalam mengenai unsur-
unsur khusus dan terperinci.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan sumber data berupa data
sekunder, terutama data yang diperoleh berupa bahan bacaan dan referensi yang berkaitan dengan topik
penelitian berupa jurnal, buku, bacaan online dan bahan referensi lainnya. Sedangkan metode analisis
yang dilakukan adalah berdasarkan analisis kualitatif atau analisis isi, yaitu suatu teknik untuk menguji
data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif serta menggeneralisasikannya untuk memperoleh hasil
data deskriptif (Mustori, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Putri I’id Maulidah (212010300098)
Akuntan Forensik di era 5.0 Dalam mencegah Fraud dan Korupsi
Konsep0revolusi industri 5.0 mengacu pada peningkatan0otomatisasi dan0digitalisasi teknologi.
Ketika0teknologi0dan0manusia0digabungkan,0konsep0ini0akan0mempermudah0kehidupan0manusia0da
n0meningkatkan produktivitas dan0efisiensi. Akibatnya, dengan memanfaatkan0otomatisasi proses0dan
teknologi0baru0seperti0kecerdasan0buatan0(AI)0dan0analisis0data,0akuntan0forensik0dapat0meningkat
kan produktivitas0dan0efisiensi0di berbagai bidang.0Baik0sektor0publik maupun0sektor privat
menggunakan akuntan0forensik, tetapi penggunaan di sektor0publik lebih terlihat dan menonjol
dibandingkan dengan sektor privat0karena0sebagian besar masalah yang dihadapi sektor
privat0diselesaikan0di luar jalur pengadilan (Jumansyah et al., 2005). Sebagaimana0diketahui, lebih
banyak kasus korupsi dan fraud terjadi di sektor publik0daripada di sektor privat. Indonesia menduduki
peringkat0tiga sebagai Negara Terkorup di0Asia, menurut Transparency International0Indonesia. Ini
menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan0korupsi yang lebih baik lagi. Akuntan Forensik
memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah atau0memperkecil tindakan korupsi. oleh (Fikri,
2018) yang mengatakan bahwa Akuntan Forensik merupakan salah satu upaya0pencegahan (preventif)
sejak dini terhadap kejahatan korupsi di0Indonesia. Serupa dengan penelitian yang0dilakukan oleh
(Jenitra & Prihantini, 2018) bahwa Akuntan Forensik dapat secara signifikan0mengurangi kecurangan
pada sektor publik. Penelitian (Mulyadi & Nawawi, 2020) pun mengungkapkan bahwa audit forensik
berpengaruh0positif terhadap pencegahan fraud. Apabila audit forensik dilakukan0dengan lebih baik,
pencegahan fraud dapat dilakukan dengan lebih0baik dan lebih efisien. Selain itu, akuntan forensik0dapat
merencanakan tindakan0preventif untuk mencegah korupsi terjadi. Untuk mencegah praktik0korupsi,
strategi pencegahan harus0dirancang dan diterapkan. Setiap sumber0korupsi yang diidentifikasi oleh
Akuntan Forensik sebelumnya harus dilakukan upaya pencegahan0untuk mengurangi sumber korupsi.
Selain itu, perlu dilakukan upaya0untuk meminimalkan kemungkinan0korupsi (Tuasikal, 2017).
Menurut0Teori Fraud Pentagon, lima komponen utama kecurangan dan korupsi harus diketahui
untuk membuat upaya0pencegahan: (1) Jika faktor pendorong adalah0tekanan (pressure), yang biasanya
berasal dari tekanan keuangan atau0non-keuangan, maka yang harus dilakukan adalah
menghilangkan0tekanan. Melakukan penegakan hukum dan sanksi yang berat0dapat mencegah penipuan.
(2) Jika faktor pendorongnya0adalah kesempatan (opportunity), maka langkah pencegahan yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan Sistem Pengendalian0Internal (SPI) di lembaga pemerintahan. Dalam
situasi di mana Sistem Pengendalian Internal dikenal dengan proses0dan prosedur yang bertujuan untuk
mencegah korupsi, metode ini merupakan tindakan0yang paling ideal dan tepat. Dengan demikian, dapat
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencegah dan menghalangi0terjadinya korupsi (membuat efek
jera). (3) Jika faktor pendorong adalah0rasionalisasi (rationalization), maka upaya pencegahan yang
harus dilakukan adalah dengan meningkatkan moral0dan etika setiap orang di pemerintahan
sehingga0menjadi lebih berintegritas. Dengan peningkatan moral dan0etika, setiap orang di pemerintahan
diharapkan dapat berpikir lebih baik dan0lebih jelas, serta tidak mencari pembenaran terhadap
tindakan0korupsi yang akan dilakukan. (4) Pelaporan keuangan adalah salah satu0faktor yang
memengaruhi kecurangan. Ini melibatkan kemampuan (competence). Kemampuan didefinisikan0sebagai
posisi atau peran seseorang dalam organisasi, baik di sektor publik0maupun privat. Untuk mencegah
hal0ini terjadi, orang dapat internalisasi konsep moral agama0dan budaya mereka. Ini akan
memungkinkan0mereka menggunakan kemampuan mereka dengan cara yang sesuai dengan
aturan0agama dan budaya mereka. (5) Faktor terakhir adalah arogansi (arogance). Arogansi dapat
didefinisikan sebagai0kesombongan, keangkuhan, superioritas, atau sifat congkak pada seseorang yang
merasa0benar dalam hal apa pun yang ia lakukan, meskipun ia menyadari bahwa
tindakannya0melanggar0aturan0dan0melanggar0hukum. Memberikan0arahan0untuk
mengubah0kepribadiannya adalah cara terbaik untuk mencegah hal ini terjadi. Jika tidak berhasil,
pimpinan memiliki wewenang untuk mengganti orang tersebut dengan orang yang lebih bermoral
dan0berpengalaman. Mereka yang berwenang untuk0menerapkannya di sektor publik harus diberitahu
tentang kelima faktor tersebut dan upaya pencegahan yang0menyelesaikannya. Karena menurut penelitian
(Agustina & Pratomo, 2019) menunjukkan bahwa tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan,
dan0arogansi semuanya dapat sangat memengaruhi kecurangan0pelaporan keuangan.
Akuntan Forensik Dalam Mendeteksi Fraud Dan Korupsi
Berdasarkan Teori Fraud Pentagon, seorang Akuntan Forensik harus0melakukan dua hal:
mendeteksi korupsi dan mencari tahu jika0korupsi sudah terjadi. Ini karena Akuntan Forensik sudah
mengetahui dan menguasai metode yang digunakan0untuk mendeteksi fraud dan korupsi. Studi (Ihulhaq
et al., 2019) menemukan bahwa akuntan forensik0membantu mendeteksi penipuan. Pendeteksian korupsi
dilakukan untuk membantu organisasi menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menguntungkan
dengan mencegah dampak dan kerugian material yang lebih besar yang0disebabkan oleh korupsi. Dalam
pendeteksian, akuntan forensik memeriksa aset dan0laporan keuangan perusahaan. Deteksi korupsi
dilakukan melalui investigasi yang memeriksa laporan keuangan yang mencantumkan transaksi yang
telah dilakukan0dan melakukan investigasi pidana untuk menyelidiki modus motif, atau niat pelaku
korupsi tersebut.
Sebuah penelitian (Rizki et al., 2017) menemukan bahwa akuntansi forensik membantu
mendeteksi white collar0crime. Artinya, jika akuntan forensik memiliki keahlian forensik dan
menerapkannya0dengan benar, maka pendeteksian white collar crime akan0meningkat. Terdapat tiga
jenis kecurangan utama: korupsi, penyalahgunaan aset, dan kecurangan0laporan keuangan. Ketiga jenis
kecurangan ini dapat merusak ekonomi, keuangan, atau negara0secara keseluruhan. Oleh karena itu,
peran akuntan forensik sangat penting dalam pengusutan kasus kecurangan0karena mereka dapat
menemukan petunjuk awal (indikasi kecurangan) bahwa kecurangan telah0terjadi dalam suatu organisasi
atau lembaga. Selain itu, akuntan forensik0dapat membantu polisi dalam penyelesaian kasus hukum
dengan mengembangkan berbagai metode investigasi0dan mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk
digunakan di pengadilan. Selain itu, akuntan forensik memiliki0kemampuan untuk melakukan
pemeriksaan dari dalam perusahaan dengan menggunakan metode audit0prosedural. Ini membuat lebih
mudah untuk menemukan kecurangan dibandingkan dengan penyelidikan yang dilakukan oleh0kepolisian
(Lidyah, 2016). Dalam konteks strategi detektif, Akuntan Forensik telah0menerapkan prosedur
investigasi yang unik dan inovatif dalam konteks strategi detektif. Mereka melakukan ini dengan
memeriksa bukti keuangan yang mendukung transaksi dan tindakan pidana dengan tujuan
untuk0mengamati niat atau modus operandi pelaku, sehingga kecurangan dapat dideteksi dengan cepat
dan mudah (Mursalin, 2013). Akuntan Forensik sangat penting untuk menemukan korupsi0dan fraud di
perusahaan sektor publik dengan menggunakan prosedur investigasi mereka. Hal ini sejalan
dengan0penelitian (Jenitra & Prihantini, 2018) yang menyatakan bahwa akuntansi forensik berfungsi
sebagai alat untuk menemukan dan mencegah0kecurangan di sektor publik. Selain itu, penelitian (Wiharti
& Novita, 2020) menunjukkan0bahwa penerapan akuntansi forensik memiliki efek yang signifikan
terhadap tingkat kecurangan0yang ditemukan dalam pengadaan barang dan jasa di sektor publik.
Akuntan Forensik Dalam Mengungkap Fraud Dan Korupsi
Dari waktu ke waktu, peran akuntan forensik semakin0meningkat dalam mengungkap kasus
kecurangan dan korupsi di sektor publik, terutama di Indonesia. Pendapat hukum dalam pengadilan
adalah tanggung jawab0akuntan forensik. Selain itu, akuntan forensik juga berpartisipasi dalam bidang
hukum di luar pengadilan, seperti membantu0merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, mencoba menghitung bagaimana pemutusan atau pelanggaran kontrak0berdampak pada suatu
instansi, dan membuat perhitungan ganti rugi untuk kasus tertentu. Salah satu jenis audit
atau0pemeriksaan yang bertujuan untuk menemukan dan mengungkap kecurangan (korupsi)0adalah audit
investigatif. atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur, dan0teknik audit yang berbeda
dengan pendekatan, prosedur, dan teknik audit yang digunakan0dalam audit keuangan, audit kinerja, atau
audit untuk tujuan lain (Anggraini et al., 2019).
Teori Fraud Pentagon menyatakan bahwa0akuntan forensik dapat dengan mudah mengungkap
kasus kecurangan (fraud) karena mereka sudah mengetahui dan memahami0faktor-faktor utama yang
menyebabkan fraud terjadi. Akuntan forensik juga dapat0melakukan audit investigasi tindak kriminal dan
memberikan keterangan kepada saksi ahli—juga dikenal sebagai saksi pendukung0kasus—di pengadilan.
Berikut adalah tujuan audit penyelidikan, menurut Gressi (2016) : (1) menanggapi dan0menganalisis
laporan deteksi, (2) menemukan bukti bahwa penipuan0benar-benar terjadi atau sedang terjadi, (3)
menemukan tersangka, modus fraud, dan0menghitung kerugian karena fraud, (4) menggunakan
metode0investigasi.Akuntan Forensik harus menetapkan0tujuan dan sasaran yang tepat untuk
mengungkap kasus kecurangan saat melakukan audit investigatif. Menurut Gressi (2016), target dan
sasaran audit0investigatif adalah (1) subjek, yakni0pelaku, sanksi, dan ahli. (2) objek, yaitu yang menjadi
sasaran0audit investigasi ialah hasil kecurangan dan sarana yang dipakai untuk melakukan0tindak
kecurangan dan (3) modus operandi atau cara melakukan kecurangan, yang mengungkap0urutan atau
proses kecurangannya, unsur pelanggaran hukum atau aturan, kapan dan0dimana terjadi.
KESIMPULAN
Putri I’id Maulidah (212010300098)
Departemen forensik di sektor publik jauh lebih efisien dan transparan daripada sektor swasta
karena banyaknya masalah yang muncul di sektor swasta yang diselesaikan di luar ruang pengadilan. Para
ahli di bidang forensik memiliki wawasan penting dalam mendeteksi atau meminimalkan korupsi. Jika
audit forensik dilakukan sebaik mungkin, maka deteksi penipuan juga dapat dilakukan dengan sebaik
mungkin dan optimal. Para ahli di bidang forensik juga memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan
pencegahan untuk menghentikan korupsi sebelum dimulai. Akuntan Forensik di era 5.0 tak hanya
menginvestigasi untuk menemukan bukti dan mencari fakta yang relevan guna membuktikan kejahatan
digital. “Peran seorang Akuntan Forensik perlu juga mencegah (prediktif) ancaman kejahatan yang
sekiranya akan terjadi. Ada juga yang disebut preskriptif, mengetahui apa yang perlu dilakukan jika
kejahatan terjadi,” ungkap Budi.
Jika korupsi sudah terjadi, maka tugas yang harus diselesaikan oleh Tim Forensik adalah mengidentifikasi
korupsi. Karena para ahli forensik telah menguasai dan memahami beberapa teknik untuk mendeteksi
penipuan dan korupsi, mereka dapat mendeteksinya dengan lebih mudah. Tujuan deteksi korupsi adalah
untuk membantu organisasi dalam mencapai hasil yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan dalam
lingkungannya dengan mencegah kerusakan material yang lebih signifikan dan degradasi akibat korupsi
yang telah terjadi. Dalam penyelidikan forensik, pekerjaan yang dilakukan oleh Unit Ilmu Forensik
adalah untuk memeriksa item yang lebih erat terkait dengan bukti dan catatan keuangan organisasi atau
lembaga. Proses investigasi korupsi melibatkan melihat riwayat transaksi dengan laporan transaksi dan
melakukan penyelidikan pidana dengan melihat modus, motif, atau niat dari pelaku korupsi tersebut.
Dalam kesimpulannya, peran akuntansi forensik dalam mengatasi fraud dan korupsi di era 5.0 memiliki
peran yang sangat penting dan implementasinya dapat membantu menciptakan pemerintahan yang bersih,
transparan dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R. D., & Pratomo, D. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan
Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 3(1), 44–62.
https://doi.org/10.31955/mea.vol3.iss1.pp44-62
Anggraini, D., Triharyati, E., & Novita, H. A. (2019). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif dalam
Pengungkapan Fraud. Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING), 2(2), 372–380.
https://doi.org/10.31539/costing.v2i2.708
Fikri, H. J., Justitia, M., Hukum, F., & Suryakancana, U. (2018). Akuntan Forensik Salah Satu Upaya
Pencegahan (Preventif) Sejak Dini Terhadap Kejahatan Korupsi Di Indonesia. 4(2).
Gardida, A. A. A. 2018. (2018). PERAN AKUNTAN FORENSIK DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN FRAUD.
1–26.
Gressi, H. (2016). Peran Ilmu Audit Forensik Dalam Menangani Kasus Korupsi Pengadaan Alat Simulator
Surat Izin Mengemudi (Sim) (S4). Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana, 2(1), 1–120.
Harnovinsah. (2019). Metodologi Penelitian. Pusat Bahan Ajar Dan Elearning, 3–5
Hughes, R. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kopetensi Dan Praktiknya. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 287. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ihulhaq, N., Sukarmanto, E., & Purnamasari, P. (2019). Pengaruh Akuntansi Forensik dan Audit
Investigasi terhadap Pendeteksian Fraud. Prosiding Akuntansi, 5(2), 309–319.
Jenitra, I., & Prihantini, N. (2018). Akuntansi Forensik sebagai Alat untuk Mendeteksi dan Mencegah
Kecurangan pada Sektor Publik (Studi Pada Dinas Di Kota Semarang). Majalah Ilmiah Solusi, 16(1),
40–68.
Jumansyah, Dewi, N. L., & En, T. K. (2011). Akuntansi Forensik dan Prospeknya terhadap Penyelesaian
Masalah-Masalah Hukum di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional: Problematika Hukum Dalam
Implementasi Bisnis Dan Investasi (Perspektif Multidisipliner), 1–9.
Lidyah, R. (2016). Korupsi Dan Akuntansi Forensik. I-Finance: e: A Research Journal on Islamic Financ ,
2(2), 72–91.
Mulyadi, R., & Muhammad Nawawi. (2020). Pengaruh Audit Forensik, Audit Investigasi, Profesionalisme
terhadap Pencegahan Kecurangan. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 13(2), 272–294.
Mursalin. (2013). Peran Audit Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Jurnal Media
Wahana Ekonomika, 10(2), 43–58.
Mustari, M. (2012). Pengantar Metode Penelitian (Vol. 2, Issue January 2012).
Pramesti, L., & Haryanto, H. (2019). Akuntabilitas dan Tingkat Korupsi Pemerintah Kabupaten dan Kota
Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi Aktual, 6(2), 298–308.
https://doi.org/10.17977/um004v6i22019p298
Rizki, B. F., Purnamasari, P., & Oktaroza, M. L. (2017). Pengaruh Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi
terhadap Pendekteksian White Collar Crime. Prosiding Akuntansi, 3(2), 513–523.
Tuasikal, H. (2017). Akutansi Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Al Daulah :
Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 6(2), 199–205. https://doi.org/10.24252/ad.v6i2.4876
Sommaliagustina, D. (2019). Implementasi Otonomi Daerah dan Korupsi Kepala Daerah. Journal of
Governance Innovation, 1(1), 44–58. https://doi.org/10.36636/jogiv.v1i1.290
Wiharti, R. R., & Novita, N. (2020). Dampak Penerapan Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi dalam
Mendeteksi Fraud Pengadaan Barang/Jasa. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 10(2), 115.
https://doi.org/10.23887/jiah.v10i2.24698
Wuysang, R. V. O., Nangoi, G., & Pontoh, W. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Forensik Dan Audit
Investigatif Terhadap Pencegahan Dan Pengungkapan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Pada Perwakilan Bpkp Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing “Goodwill,”
7(2), 31–53. https://doi.org/10.35800/jjs.v7i2.13551

Anda mungkin juga menyukai