Anda di halaman 1dari 6

ARSA (Actual Research Science Academic)

Vol. 3 No. 2-Agustus 2018


ISSN 2548-3986 (Online)

Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Tunagrahita Usia
12-18 Tahun di SLB Negeri Widiasih Kecamatan Pari Kabupaten
Pangandaran
Karisma Noer Fitriani Hanifah, Culia Rahayu, Cahyo Nugroho, Hadiyat Miko

Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya


Jl. Tamansari Gobras No.210, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat 46115, Telp./Fax.0265-334790

Co Author: Hadiyat Miko


Email: drgmiko@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang: Anak tunagrahita memiliki kesehatan mulut dan oral
hygiene yang kurang dibandingkan dengan anak normal, hal ini disebabkan
karena anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk menjaga kesehatan gigi
mulutnya secara mandiri dan kurang aktifnya otot mulut untuk mendapatkan
pembersihan alamiah gigi yang baik dibuktikan dengan 60% anak tunagrahita di
SLB Negeri Patrang memiliki OHI-S dengan kriteria sedang. Tujuan: Mengetahui
gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita usia 12-18 tahun
di SLBN Widiasih kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif yang merupakan
rancangan penelitian sederhana berupa sampling survey dan merupakan rancangan
penelitian noneksperimental. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sample dan didapatkan sampel sebanyak 27 sampel yang
kemudian akan diperiksa status kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan
Oral Higiene Index Simplified (OHI-S) menurut Green dan Vermillion. Analisa
data menggunakan tabel frekuensi terhadap variabel dari hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan OHI-S pada anak tunagrahita ringan kriteria
terbanyak yaitu sedang 63,64%. OHI-S pada tunagrahita sedang seluruhnya
berkriteria sedang 100%, hal ini menunjukkan 70% anak tunagrahita ringan dan
sedang di SLB Widiasih Parigi Kabupaten Pangandaran berkriteria OHI-S sedang.
Kesimpulan: Gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada anak tunagrahita
ringan dan anak tunagrahita sedang di SLB Widiasih Parigi Kabupaten
Pangandaran memiliki kriteria OHI-S sedang, hal ini dikarenakan keberhasilan
orang tua dalam menanamkan kemandirian pada anak tunagrahita serta dalam
mendidik anak tunagrahita sejak usia dini untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut nya.

Kata Kunci: Tunagrahita, OHI-S, SLBN Widiasih

PENDAHULUAN hidup produktif secara sosial dan


ekonomis. Kesehatan yang perlu
Kesehatan adalah keadaan diperhatikan selain kesehatan tubuh
sehat, baik secara fisik, mental, secara umum, juga kesehatan gigi
spiritual maupun sosial yang dan mulut yang merupakan bagian
memungkinkan setiap orang untuk

10
ARSA (Actual Research Science Academic)
Vol. 3 No. 2-Agustus 2018
ISSN 2548-3986 (Online)

dari kesehatan tubuh secara Masalah kesehatan gigi dan


keseluruhan. Kesehatan mulut mulut yang paling sering untuk
penting bagi kesehatan dan penderita tunagrahita adalah penyakit
kesejahteraan tubuh secara umum jaringan gusi (periodontal), gigi
dan sangat mempengaruhi kualitas berlubang dan gigi tidak beraturan
kehidupan, termasuk fungsi bicara, (malokluksi). Kelainan ini juga
pengunyahan dan rasa percaya diri, ditambah dengan kesulitan anak
gangguan kesehatan mulut akan untuk dapat menjaga kesehatan gigi
berdampak pada kinerja mulutnya secara mandiri dan kurang
seseorang(2,3,11). aktifnya otot mulut untuk
Menjaga kesehatan gigi dan mendapatkan pembersihan alamiah
mulut yaitu dengan cara menggosok gigi yang baik(7).
gigi secara teratur 2 (dua) kali sehari Berdasarkan hasil penelitian
pagi sesudah makan dan malam yang dilakukan oleh Diska
sebelum tidur. Pencegahan dengan mahardika di SDLB Negeri Patrang
cara tersebut akan membebaskan gigi pada bulan Desember 2010 sampai
dan mulut dari sisa makanan dan Juni 2011 pada anak penderita
kumar yang merusak. Pemeliharaan tunagrahita menggambarkan
kesehatan gigi dan mulut harus kebersihan gigi dan mulut didapatkan
dilakukan pada semua kelompok, sampel sebanyak 15 anak
baik dari kelompok anak usia menunjukkan prosentase tertinggi
sekolah dasar, pra sekolah maupun terdapat pada kriteria klinis OHI-S
pada anak-anak yang menyandang sedang yaitu sebesar 60%, sedangkan
status keterbelakangan mental. Pada yang mempunyai kriteria klinis baik
anak cacat mental / keterbelakangan sebesar 40%, sedangkan WHO
mental memiliki kebersihan mulut merekomendasikan usia untuk
yang kurang salah satunya pasien pemeriksaan kesehatan rongga
anak tunagrahita. Mereka memiliki mulut, yaitu usia 12 sampai 18 tahun.
kesehatan mulut dan oral hygiene Usia tersebut direkomendasikan
yang jelek dibandingkan dengan sebagai usia untuk pemeriksaan
anak normal(4,5). karena gigi tetap yang menjadi
Pasien anak tunagrahita bisa indeks OHI-S telah bertumbuh
memperoleh perawatan gigi seperti seutuhnya(6,8).
skaling, penambalan gigi, TAF, Penelitian ini bertujuan untuk
tetapi dalam menerima tindakan- mengetahui gambaran status
tindakan khusus seperti anastesi lokal kesehatan gigi dan mulut pada anak
dan instrument - instrumen tunagrahita usia 12-18 tahun di
berkecepatan tinggi harus berhati- SLBN Widiasih kecamatan Parigi
hati dikarenakan hal ini tergantung Kabupaten Pangandaran.
tingkat pemahaman dan usia mereka.
Semakin meningkatnya usia,
meningkat pula masalah kesehatan
gigi dan mulut penderita tunagrahita METODE PENELITIAN
yang disebabkan oleh tunagrahita, Penelitian ini menggunakan
sehingga kebutuhan akan perawatan rancangan penelitian deskriptif yang
gigi dan mulut semakin meningkat merupakan rancangan penelitian
sejalan dengan usianya(6). sederhana berupa sampling survey

11
ARSA (Actual Research Science Academic)
Vol. 3 No. 2-Agustus 2018
ISSN 2548-3986 (Online)

dan merupakan rancangan penelitian c. Gigi indeks dianggap tidak ada


noneksperimental(9). Teknik pada keadaan-keadaan seperti gigi
pengambilan sampel dalam hilang karena dicabut, gigi yang
penelitian ini menggunakan merupakan sisa akar, gigi yang
purposive sample atau sampel merupakan mahkota jaket, baik
diambil menurut ketentuan tertentu yang terbuat dari akrilik maupun
dari seluruh siswa di SLBN Widiasih logam, mahkota gigi sudah hilang
Parigi Kab. Pangandaran dan atau rusak lebih dari ½ bagiannya
didapatkan sampel 27 orang, dengan pada permukaan indeks akibat
kriteria sebagai berikut : karies ataupun fraktur, gigi yang
a. Anak tunagrahita sedang. erupsinya belum mencapai ½
b. Anak tungrahita ringan. tinggi mahkota klinis.
c. Bersedia menjadi reponden. d. Penilaian dapat dilakukan
d. Usia 12-18 tahun minimal ada 2 gigi indeks untuk
Setelah sampel terkumpul dilakukan pemeriksaan(3).
maka penelitian dilakukan dengan Rentang skor penilaian baik
cara memeriksa status kebersihan debris indeks maupun kalkulus
gigi dan mulut dengan menggunakan indeks yaitu dari skor 0-3. Berikut
Oral Higiene Index Simplified (OHI- merupakan skor untuk debris indeks:
S) menurut Green dan Vermillion,
adapun gigi indeks yang digunakan 0 : Tidak ada debris atau stain.
yaitu: 1 : Debris menutupi tidak lebih
a. Gigi 16 permukaan bukal dari 1/3 permukaan servikal
b. Gigi 11 permukaan labial atau terdapat stain ekstrinsik
c. Gigi 26 permukaan bukal dipermukaan yang diperiksa.
d. Gigi 36 permukaan lingual 2 : Debris menutup lebih dari
e. Gigi 31 permukaan labial 1/3 tetapi kurang dari 2/3
f. Gigi 46 permukaan lingual permukaan yang diperiksa.
Jika gigi indeks tersebut tidak 3 : Debris menutupi lebih dari
ada maka dapat dilakukan 2/3 permukaan yang
penggantian gigi dengan ketentuan: diperiksa(3).
a. Jika gigi M1 tidak ada, penilaian
DI = ∑penilaian debris
dapat dilakukan pada gigi M2,
∑gigi yang diperiksa
jika gigi M1 dan M2 tidak ada
maka dapat dilakukan pada gigi
M3 akan tetapi jika M1, M2, M3 Sedangkan untuk penilaian
tidak ada tidak ada penilaian skor kalkulus indeks yaitu:
untuk segmen tersebut. 0 : Tidak ada kalkulus.
b. Jika gigi I1 kanan atas tidak ada 1 : Kalkulus supragingiva
maka dapat diganti degan gigi I1 menutupi tidak lebih 1/3
kiri, jika gigi I1 kanan bawah permukaan servikal yang
tidak ada maka dapat digantikan diperiksa.
dengan gigi I1 kiri bawah, tetapi 2 : Kalkulus supragingival
jika gigi I1 kanan dan kiri tidak menutupi lebih dari 1/3 tapi
ada maka tidak ada penilaian kurang dari 2/3 permukaan
untuk segmen tersebut. yang diperiksa atau ada
bercak-bercak kalkulus
subgingiva disekeliling

12
ARSA (Actual Research Science Academic)
Vol. 3 No. 2-Agustus 2018
ISSN 2548-3986 (Online)

servikal gigi. HASIL


3 : Kalkulus supragingiva
menutupi lebih dari 2/3 Tabel 1 menunjukkan
permukaan atau ada kalkulus penelitian dilakukan pada anak
subgipngiva yang kontinu tunagrahita ringan sebanyak 22 orang
disekeliling servikal gigi(3). dengan jumlah persentase 81,48%
dan pada anak tunagrahita sedang
CI = ∑enilaian kalkulus sebanyak 5 orang dengan jumlah
∑gigi yang diperiksa persentase 18,52%.
Tabel 1. distribusi frekuensi
Penilaian debris indeks dan berdasarkan kriteria
kalkulus indeks dapat dilihat pada tunagrahita
Kriteria Tunagrahita N (%)
gambar dibawah ini
Tunagrahita ringan 22 81,48
Tunagrahita sedang 5 18,52
Jumlah 27 100%

Tabel 2 menunjukkan tingkat


kebersihan gigi dan mulut pada
kelompok usia 12-18 tahun, kriteria
OHI-S baik sebanyak 4 orang
(14,81%), kriteria OHI-S sedang
sebanyak 19 orang (73,37%), kriteria
Gambar 1. Skor Nilai Debris Dan OHI-S buruk sebanyak 4 orang
Kalkulus Indeks (14,81%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi hasil
Menurut Green and vermillion, pengukuran OHI-S sampel
kriteria penilaian debris dan kalkulus penelitian pada kelompok
sama, yaitu mengikuti ketentuan umur 12-18 tahun
sebagai berikut : Kriteria Indeks
No N (%)
Baik : jika nilainya antara 0-0,6 Plak
1. Baik (0 – 1,2) 4 14,81
Sedang : jika nilainya antara 0,7-1,8 2. Sedang (1,3 – 3,0) 19 70,37
Buruk : jika nilainya antara 1,9-3,0 3. Buruk (3,1 – 6,0) 4 14,81
Setelah skor DI dan CI terkumpul Total 27 100 %
maka dilakukan perhitungan OHI-S
dengan cara: Tabel 3 menunjukkan tingkat
kebersihan gigi dan mulut pada anak
OHI-S = D I + CI tunagrahita ringan, kriteria OHI-S
baik sebanyak 4 orang (18,18%),
kriteria OHI-S sedang sebanyak 14
Kriteria untuk OHI-S yaitu: orang (63,64%), kriteria OHI-S
a. Baik : 0,0 - 1,2 buruk sebanyak 4 orang (18,18%).
b. Sedang : 1,3 - 3,0 Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil
c. Buruk : 3,1 - 6,0(3) pengukuran OHI-S sampel
Setelah data terkumpul maka penelitian pada anak
dilakukan analisa data menggunakan tunagrahita ringan
Kriteria Indeks
tabel frekuensi terhadap variabel dari No
Plak
N (%)
hasil penelitian. 1. Baik (0 – 1,2) 4 18,18

13
ARSA (Actual Research Science Academic)
Vol. 3 No. 2-Agustus 2018
ISSN 2548-3986 (Online)

2. Sedang (1,3 – 3,0) 14 63,64 memiliki kriteria kebersihan OHI-S


3. Buruk (3,1 – 6,0) 4 18,18 sedang.
Total 22 100 % Analisa hasil data tingkat
kebersihan gigi dan mulut pada anak
Tabel 4 menunjukkan tingkat tunagrahita ringan dan anak
kebersihan gigi dan mulut pada anak tunagrahita sedang dapat
tunagrahita sedang, kriteria OHI-S digambarkan bahwa anak yang
baik sebanyak 0 orang (0%), kriteria memiliki keterbelakangan mental
OHI-S sedang sebanyak 5 orang memiliki kebersihan gigi dan mulut
(100%), kriteria OHI-S buruk sedang yang diakibatkan oleh
sebanyak 0 orang (0%). beberapa faktor misalnya pola asuh
Tabel 4. Distribusi frekuensi hasil dari orang tua anak tunagrahita yang
pengukuran OHI-S sampel menunjukan keberhasilan orang tua
penelitian pada anak dalam menanamkan kemandirian
tunagrahita sedang pada anak tunagrahita serta dalam
Kriteria Indeks mendidik anak tunagrahita sejak usia
No N (%)
Plak
1. Baik (0 – 1,2) 0 0 dini menjaga kesehatan gigi dan
2. Sedang (1,3 – 3,0) 5 100 mulut nya.
3. Buruk (3,1 – 6,0) 0 0 Penelitian ini hampir sama
Total 5 100 % dengan penelitian Diska mahardika
di SDLB Negeri Patrang pada bulan
PEMBAHASAN Desember 2010 sampai Juni 2011
Indeks kebersihan gigi dan pada anak penderita tunagrahita
mulut (OHI-S) pada anak tunagrahita menggambarkan kebersihan gigi dan
ringan dan tunagrahita sedang usia mulut didapatkan sampel sebanyak
12-18 tahun di SLB Negeri widiasih 15 anak menunjukkan prosentase
Parigi Kabupaten Pangandaran rata- tertinggi terdapat pada kriteria klinis
rata dari 27 sampel penelitian berada OHI-S sedang yaitu sebesar 60%,
diantara rentang 0-1,2 dengan sedangkan yang mempunyai kriteria
kriteria baik sebanyak 4 orang klinis baik sebesar 40%. Keadaan itu
(14,81%), berada diantara rentang disebabkan oleh beberapa faktor
1,3-3,0 dengan kriteria sedang misalnya keberhasilan orang tua
sebanyak 19 orang (73,37%), berada dalam mendidik anak tunagrahita
diantara rentang 3,1-6,0 sebanyak 4 untuk mampu membersihkan
orang (14,81%). keadaan gigi dan mulut. Perawatan
Hasil penelitian ini sejak awal dari dokter gigi dan
membuktikan terdapat gambaran perawatan sehari-hari di rumah dapat
status kebersihan gigi dan mulut memungkinkan individu pada anak
pada anak tunagrahita ringan dan tunagrahita dapat merasakan manfaat
anak tunagrahita sedang di SLB mulut yang bersih dan sehat.
Widiasih Parigi Kabupaten Menurut penelitian Hardiani
Pangandaran , dengan hasil dkk (2012) menyatakan bahwa pola
pemeriksaan OHI-S yang mencapai asuh orang tua merupakan faktor
penentu perkembangan kemandirian.
70% anak yang memiliki
Kemandirian memiliki pengaruh
keterbelakangan mental khususnya
terhadap kemampuan anak dalam
anak tunagrahita ringan dan sedang
menjaga kebersihan dirinya. Edukasi

14
ARSA (Actual Research Science Academic)
Vol. 3 No. 2-Agustus 2018
ISSN 2548-3986 (Online)

kesehatan gigi dan mulut serta 5. Salim, M, Syafri Ahmad, 2006.


pelayanan kesehatan gigi sangat Reterdasi Mental Hubungannya
mempengaruhi kebersihan rongga dengan Praktek Kedokteran Gigi
mulut anak. anak. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas
KESIMPULAN Sumatera Utara : Medan.
Gambaran status kebersihan gigi 6. Mahardika, D. 2012. Gambaran
dan mulut pada anak tunagrahita Kebersihan Mulut dan Karies
ringan dan anak tunagrahita sedang Gigi pada Anak Penderita Down
di SLB Widiasih Parigi Kabupaten Syndrome Di SDLB Negeri
Pangandaran memiliki kriteria Patrang dan Slb Bintoro Jember.
kebersihan OHI-S sedang, hal ini Skripsi: Universitas Jember.
diakibatkan oleh beberapa faktor 7. Maulani, Ch., Enterprise, J.
misalnya pola asuh dari orang tua 2005. Kiat Merawat Gigi Anak.
anak tunagrahita yang menunjukan PT Elex Media Komputindo:
keberhasilan orang tua dalam Jakarta. Hal 60-65
menanamkan kemandirian pada anak 8. Departemen kesehatan RI, 2009.
tunagrahita serta dalam mendidik Siste Kesehatan Nasional.
anak tunagrahita sejak usia dini Depkes RI : Jakarta.
untuk menjaga kesehatan gigi dan 9. Budiarto, E. 2002. Metode
mulut nya. Penelitian Kedokteran. EGC :
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA 10. Hardiani, Karina A. Hubungan
Pola Asuh Orangtua dengan
1. Kementrian Kesehatan R.I., Kebersihan Rongga Mulut Anak
2012. Undang-Undang RI no 36 Reterdasi Mental di SLB-C
tahun 2009 tentang kesehatan, Yayasan Taman Pendidikan dan
Badan Pengembangan, dan Asuan Jember
Pemberdayaan Sumber Daya 11. Reieza Zulfahmi TAFTAZANİ1
Manusia. Kemenkes R.I : ,Muhammad Fiqih Sabilillah1 ,
Jakarta. Tetet KARTİLAH1 , Cahyo Nugroho1
2. KusumaWardani, E., 2011. , Hadiyat Miko, Effect of Dental
Buruknya Kesehatan Gigi dan Braille Education (Dbe) on Oral
Mulut. Siklus :Yogyakarta. Health Knowledge and Attitudes on
3. Putri, M. Herijulianti, E. Children with Visual Impairment.
Nurjannah, N. 2010. Ilmu Department of Dental Therapist,
Pencegahan Penyakit Jaringan Polytechnic of Health Tasikmalaya,
Keras dan Jaringan Pendukung West Java, Ergoterapi ve
Gigi. EGC : Jakarta. Hal 55, 77, Rehabilitasyon Dergisi, 5(1) 2017,
85, 93-97 (41-44)
4. Suwelo I.S., Herianti., Paritiwi
T., Cit Mc. Donald.,Weyman
dan Brown . 1983. Kebutuhan
Perawatan gigi dan mulut.
Jurnal Kumpulan Naskah Ilmiah
Kursus Penyegar dan Penambah
Ilmu kedokteran Gigi : Jakarta.
Hal 65

15

Anda mungkin juga menyukai