OLEH:
ADEK SHELCIA METRA
(NIM: PO71250210030)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yakni sebesar 43,4% pada tahun 2007 meningkat menjadi 53,2% pada tahun
karies. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari gigi berlubang, gigi yang
hilang, dan gigi yang ditambal. Prevalensi karies yang diukur berdasarkan
akumulatif pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas
substrat dan ditambah faktor waktu. Selain itu, faktor resiko yang
kesehatan gigi. Dari faktor-faktor tersebut semua orang baik anak-anak maupun
anak usia dibawah 12 tahun sebesar 41,4%, dimana angka tersebut megalami
peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan RISKESDAS tahun 2013
karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi, sukrosa dari
sisa makanan, dan salah satu hasil metabolisme bakteri yaitu asam laktat
ditangani, peyakit ini dapat menyebabkan nyeri, dan jika dibiarkan tanpa disertai
perawatan dalam kurun waktu tertentu akan bertambah parah (Hasanah dan
Khasanah, 2018).
kerusakan gigi permanen yang pernah dialami seseorang baik berupa Decay/
D (gigi karies atau gigi berlubang), Missing/ M (gigi dicabut karena karies),
Filling/ F (gigi ditumpat karena karies).4Ada tiga faktor yang menjadi peran
penting dalam karies yaitu faktor hostatau tuan rumah, mikroorganisme atau
agen, substratatau diet. Jika tidak ada interaksi antara tiga faktor tersebut,maka
karies gigi tidak akan terjadi. Kondisi setiap faktor tersebut harus saling
masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi adalah penyakit infeksi yang bersifat
progresif pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum hingga meluas
ke arah pulpa. Proses terjadinya karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
pada jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Faktor utama
penyebab karies yaitu host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat
atau diet dan faktor waktu. Karies terjadi jika keempat faktor tersebut ada, bila salah
satu faktor tidak ada maka karies tidak akan terbentuk. Hal ini disebabkan keempat
faktor tersebut merupakan lingkaran yang saling terkait (Pratiwi et al., 2016).
Masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami peningkatan pada abad terakhir
tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang
Indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,25 dengan angka
menduduki urutan pertama sebagai penyebab timbulnya karies gigi. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah adalah perilaku
menyikat gigi yang belum baik. Sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada
saat mandi pagi maupun mandi sore (76,6%), pada hamenyikat gigi yang benar adalah
setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Di Indonesia ditemukan hanya 2,3% yang
Dharma, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jambi. Berdasarkan survei
awal yang diperiksa pada 10 orang murid dengan kasat mata bahwa murid tersebut
Berat badan, Mata, Telinga pada seluruh kelas. Pihak sekolah juga mengatakan
belum pernah ada penyuluhan bahkan pemeriksaan gigi dan mulut pada seluruh
Murid. dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
"Gambaran Status DMF-T pada Murid Kelas IV SDN 216 Kota Jambi tahun 2023”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Status DMF-T Pada murid kelas IV di SDN 216 Kota
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata DMF-T Pada murid kelas IV di SDN 216 Kota Jambi
Tahun 2023.
D. Manfaat Penelitian
kelas IV di SDN 216 tersebut dan dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan
remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Wala, H. C. (2014). Gambaran status karies gigi anak usia 11-12 tahun pada
karies gigi dengan indeks DMF-T pada siswa kelas V SD Negeri Walitelon
Akbar, F. H., Pratiwi, R., & Multazam, A. (2016). Hubungan status karies gigi
dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut anak usia 8-10 tahun. Pros
Balidental Sci Exhib, 242-254