Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN STATUS DMF-T PADA MURID KELAS IV SDN

216 KOTA JAMBI TAHUN 2023

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
ADEK SHELCIA METRA
(NIM: PO71250210030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESESHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI KESEHATAN GIGI
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal
ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan Proposal
ini. Proposal berjudul “Gambaran Status DMF-T Pada Murid Kelas IV SDN 216
Kota Jambi Tahun 2023” ini disusun untuk memenuhi Laporan Proposal dari Karya
Tulis Ilmiah.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
Proposal ini, baik secara materi maupun penyampaian. Penulis juga menerima
kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat Proposal dengan lebih baik di
kesempatan berikutnya.

Jambi, Agustus 2023

ADEK SHELCIA METRA

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 menunjukkan

peningkatan persentase prevalensi karies aktif pada penduduk Indonesia

yakni sebesar 43,4% pada tahun 2007 meningkat menjadi 53,2% pada tahun

2013.3Indeks DMF-T menggambarkan tingkat pengala-man kerusakan gigi atau

karies. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari gigi berlubang, gigi yang

hilang, dan gigi yang ditambal. Prevalensi karies yang diukur berdasarkan

indeks DMF-T rata-rata sebesar 4,6 (Riskesdas, 2013)

Karies gigi ialah penyakit infeksi yang bersifat progresif serta

akumulatif pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,

dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas

ke arah pulpa. Faktor utama penyebab karies yaitu host, mikroorganisme,

substrat dan ditambah faktor waktu. Selain itu, faktor resiko yang

memengaruhi keparahan karies antara lain pengalaman karies, sosial

ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, geografis, dan perilaku terhadap

kesehatan gigi. Dari faktor-faktor tersebut semua orang baik anak-anak maupun

orang dewasa rentan terkena karies dan tingkat keparahannya di masing-

masing daerah dapat berbeda-beda (Wala, 2014).

Hasil RISKESDAS tahun 2018, menunjukkan prevalensi karies pada

anak usia dibawah 12 tahun sebesar 41,4%, dimana angka tersebut megalami
peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan RISKESDAS tahun 2013

yaitu sebesar 25,2% (Riskesdas, 2013; Riskesdas, 2018)

Karies merupakan penyakit pada jaringan keras gigi, proses terjadinya

karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi, sukrosa dari

sisa makanan, dan salah satu hasil metabolisme bakteri yaitu asam laktat

kemudian menyebabkan demineralisasi sehingga menjadi karies. Jika tidak

ditangani, peyakit ini dapat menyebabkan nyeri, dan jika dibiarkan tanpa disertai

perawatan dalam kurun waktu tertentu akan bertambah parah (Hasanah dan

Khasanah, 2018).

Indikator yang paling sering digunakan untuk mengetahui tingkat

karies gigi adalah indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari banyaknya

kerusakan gigi permanen yang pernah dialami seseorang baik berupa Decay/

D (gigi karies atau gigi berlubang), Missing/ M (gigi dicabut karena karies),

Filling/ F (gigi ditumpat karena karies).4Ada tiga faktor yang menjadi peran

penting dalam karies yaitu faktor hostatau tuan rumah, mikroorganisme atau

agen, substratatau diet. Jika tidak ada interaksi antara tiga faktor tersebut,maka

karies gigi tidak akan terjadi. Kondisi setiap faktor tersebut harus saling

mendukung yaitu hostyang rentan, mikroorganisme,substratyang sesuai dan waktu

yang lama (Hasanah dan Khasanah, 2018).

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan di

masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi adalah penyakit infeksi yang bersifat

progresif pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum hingga meluas
ke arah pulpa. Proses terjadinya karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

pada jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Faktor utama

penyebab karies yaitu host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat

atau diet dan faktor waktu. Karies terjadi jika keempat faktor tersebut ada, bila salah

satu faktor tidak ada maka karies tidak akan terbentuk. Hal ini disebabkan keempat

faktor tersebut merupakan lingkaran yang saling terkait (Pratiwi et al., 2016).

Masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami peningkatan pada abad terakhir

tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang

signifikan. Indeks DMF-T meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi

nasional Indeks DMF-T adalah 4,6 (Riskesdas 2013).

Indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,25 dengan angka

prevalensi sebesar 77%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan mulut

menduduki urutan pertama sebagai penyebab timbulnya karies gigi. Salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah adalah perilaku

menyikat gigi yang belum baik. Sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada

saat mandi pagi maupun mandi sore (76,6%), pada hamenyikat gigi yang benar adalah

setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Di Indonesia ditemukan hanya 2,3% yang

benar cara menyikat gigi (Riskesdas 2013).

SDN 216 beralamat di Kota Jambi tepatnya di Jalan Marsda Surya

Dharma, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jambi. Berdasarkan survei

awal yang diperiksa pada 10 orang murid dengan kasat mata bahwa murid tersebut

mengalami gigi berlubang. Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada


kepala sekolah bahwasanny SDN 216 tersebut wilayah kerja Puskesmas Kenali

Asam Bawah, tetapi pihak Puskesmas hanya melakukan pemeriksaantinggi badan,

Berat badan, Mata, Telinga pada seluruh kelas. Pihak sekolah juga mengatakan

belum pernah ada penyuluhan bahkan pemeriksaan gigi dan mulut pada seluruh

Murid. dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

"Gambaran Status DMF-T pada Murid Kelas IV SDN 216 Kota Jambi tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Status DMF-T Pada murid kelas IV di SDN 216

Kota Jambi tahun 2023.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Status DMF-T Pada murid kelas IV di SDN 216 Kota

Jambi Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata DMF-T Pada murid kelas IV di SDN 216 Kota Jambi

Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas agar lebih mengoptimalkan program usaha Kesehatan gigi

sekolah sehingga dapat mengetahui gambaran status DMF-T pada muridnya

untuk merencanakan upaya promotif, preventif, dan kuratif mengenai

Kesehatan gigi dan mulut secara berkesinambungan.


2. Bagi Pihak Sekolah dapat mengetahui gambaran status DMF-T Pada murid

kelas IV di SDN 216 tersebut dan dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan

program Kesehatan gigi dan mulut.

3. Bagi Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

dapat menambah literatur tentang gambaran status DMF-T Pada anak

remaja.

4. Bagi Pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap

masalah yang terkait dengan penelitian status DMF-T.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta; Laporan Nasional,


2013; p. 110-19

Wala, H. C. (2014). Gambaran status karies gigi anak usia 11-12 tahun pada

keluarga pemegang jamkesmas di Kelurahan Tumatangtang I Kecamatan

Tomohon Selatan. e-GiGi, 2(1).

Hasanah, S. N., & Khasanah, F. (2019). Hubungan antara tingkat pengetahuan

karies gigi dengan indeks DMF-T pada siswa kelas V SD Negeri Walitelon

Utara Temanggung. Journal of Oral Health Care, 7(1), 40-45.

Akbar, F. H., Pratiwi, R., & Multazam, A. (2016). Hubungan status karies gigi
dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut anak usia 8-10 tahun. Pros
Balidental Sci Exhib, 242-254

Anda mungkin juga menyukai