Anda di halaman 1dari 5

KOMENTAR HASIL TUGAS 4 PSI DASAR

1. Pertanyaan nomor 1, mengenai peran sistem syaraf outonom dalam emosi, meminta mahasiswa
untuk menggambarkan peran sistem syaraf otonom dalam proses emosi. Informasi yang cukup,
tersedia di ppt terkait. Oleh karena itu, mahasiswa tinggal mencermati dan menuliskan kembali
untuk menjawaba pertanyaan ini.

Alhamdulillah secara umum telah dijawab dengan baik oleh para mahasiswa. Jika mahasiswa ingin
mengembangkan lebih jauh dengan menggunakan informasi dari buku sumber, akan lebih baik lagi.
Sebagian dari para mahasiswa menejawab seperti itu. Ada jawaban yang sangat baik karena
menggunakan informasi tambahan dari buku sumber. Berikut ini contohnya:

Saraf Sistem Otonom (SSO) menerima pesan dari dan untuk organ-organ internal tubuh, mengawasi
proses-proses seperti bernafas, denyut jantung dan pencernaan guna memasukkan oksigen lebih
banyak dan lebih mengefisienkan aliran darah ke otak serta kelompok otot-otot. SSO dibagi menjadi
dua yaitu sistem : sistem syaraf simpatetis dan saraf parasimpatetis.

Sarasf Sistem Simpatik (SSS) terlibat dalam rangsangan tubuh; sistem ini bertanggung jawab untuk
reaksi cepat terhadap sebuah sumber stress. SSS terlibat dalam peningkatan tekanan darah,
peningkatan detak jantung, peningkatan pernafasan guna memasukkan oksigen lebih banyak dan
lebih mengefisienkan aliran darah ke otak serta kelompok otot-otot. Semua perubahann tersebut
merupakan persiapan individu untuk melakukan st tindakan. Sisi lain tubuh menghentikan makan,
karena tidak diperlukan pada saat suatu kegiatan (misal; sebelum ujian, siswa biasanya tidak merasa
lapar).

SSP (sistem syaraf parasimpatis bekerja bila tubuh ingin rileks atau mengembalikan kondisi. Ketika
SSP bekerja, maka detak jantung dan dan tekanan darah turun, aktivitas pencernaan meningkat
serta nafas melambat.

Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem
saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang
otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat
menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi
pengaturan otonomik. Saraf sistem otonom (SSO) menerima pesan dari dan untuk organ-
organ internal tubuh, mengawasi proses-proses seperti bernafas, denyut jantung, dan
pencernaan guna memasukkan oksigen lebih banyak dan lebih mengefisienkan aliran darah
ke otak serta klp otot-otot. Salah satu pengendali otonom yaitu hipotalamus merupakan
pusat pengendali emosi, jadi apabila terjadi emosi akibat memori (memori sensorik, memori
jangka pendek, dan memori jangka panjang) maka akan diatur di hipotalamus dan diatur
oleh sistem saraf otonom ke efektor.
SSO merupakan sistem saraf involunteer yang kita tidak atau sedikit bisa kendalikan. SSO dibagi
menjadi dua yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, yang bekerja pada organ-
organ yang sama tetapi menghasilkan respons yang berbeda dan berlawanan agar tercapainya
homeostatis (keseimbangan). Sebagian besar organ viseral dipersarafi oleh serat syaraf simpatis dan
parasimpatis.
Saraf simpatik terletak di sumsum tulang belakang (medula spinalis) atau pada bagian toraks
dan lumbar. Sistem saraf simpatik adalah bagian sistem saraf motorik yang bertanggung jawab untuk
hemosotik. Sistem saraf simpatik akan memproduksi respons fight or flighting (lawan atau lari) yang
mempersiapkan tubuh untuk menghadapi keadaan krisis. Nantinya, sistem ini akan bekerja jika
sewaktu-waktu mendapatkan rangsangan dari lingkungan. Saraf simpatik juga memungkinkan tubuh
dalam menyesuaikan atau membangkitkan diri dalam beberapa kondisi seperti stres, cemas, marah,
dan rasa takut.
Sistem saraf parasimpatik adalah saraf yang mengontrol homeostasis dan tubuh saat
istirahat dan bertanggung jawab atas fungsi "istirahat dan cerna" tubuh. Saraf ini mengatur organ
visceral. Sambil memberikan kendali ke berbagai jaringan, sistem parasimpatik tidak pernah
mencoba untuk mengendalikan sistem pemeliharaan. Saraf dari sistem ini membantu ketika
istirahat, mencerna, dan mengurangi detak jantung. Saraf ini juga dikenal sebagai saraf kranial.

2. Pertanyaan nomor 2, mengenai teorinya James-Lange, meminta mahasiswa untuk lebih


menjelaskan tentang teori ini. Sebagian besar mahasiswa, memberi penjelasan secara cukup bagus,
artinya jawaban mengenaii teori ini menandakan bahwa para mahasiswa cukup mengerti. Masalah
timbul ketika berkaitan dengan komentar. Kebanyakan menjawab tidak atau kurang setuju.
Memang teori ini seolah bertentangan dengan pendapat umum orang (common sense) tentang
emosi. Letak permasalahannya adalah komentar terseebut kurang disertai penjelasan yang masuk
akal. Maka sebaiknya suatu komentar, tidak diarahkan ke setuju dan tidak setuju. Lihat jawaban
salah seorang mahasiswa berikut ini, sebagai contoh:

Teori James-Lange dikembangkan oleh William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange
(1885) dari Denmark pada saat yang hampir bersamaan. Menurut James dan Lange, emosi terdiri
dari respon fisik tubuh terhadap suatu lingkungan. Sebagai contoh, detak jantung meningkat tubuh
mulai berkeringat mulai bernapas dengan cepat. James terkenal menjelaskan teori dalam bukunya
The Principles of Psychology : “kita merasa kasihan karena kita menangis, marah karena kita
menyerang, takut karena kita gemetar”. Dengan kata lain reaksi emosional terjadi apabila ada
tindakan terlebih dahulu.

Opini saya mengenai teori james Lange : dapat disimpulkan bahwa teori ini menempatkan aspek
persepsi terhadap respon fisiologis, yang menyebabkan ketika ada rangsangan datang sebagai
pemicu emosi yang dialami oleh manusia. Dan itu wajar dikehidupan sehari-hari. Misalnya saat kita
terjatuh ditangga, respon pertama kali kita adalah mencari pegangan tangga sebelum kita sempat
menyadari adanya rasa takut. Dan setelah itu berlalu, barulah kita merasakan emosi berupa jantung
berdebar kencang, napas yang terengah-engah, perasaan lemas atau tangan kaki yang gemetar.
Dalam situasi ini membuat teori James-lange ini masuk akal.

Teori ini menyatakan bahwa emosi timbul setelah terjadi reaksi psikologik, misalnya merasa takut
karena lari setelah melihat harimau. Emosi merupakan hasil persepsi individu terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai macam rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya, saat seseorang melihat harimau akan timbul reaksi yaitu peredaran darah
semakin cepat karena denyut jantung semakin cepat, respons tubuh ini lalu dipersepsikan dan
timbullah rasa takut. Persepsi individu terhadap reaksi adalah dasar untuk emosi yang dialaminya,
sehingga pengalaman emosi yang dirasakan itu terjadi setelah adanya perubahan tubuh. Jadi
menurut teori ini, emosi akan terjadi jika ada tindakan terlebih dahulu.
Komentar: Menurut saya, teori ini tidak sepenuhnya dibenarkan maupun disalahkan. Dalam
beberapa kasus, teori ini dapat dibenarkan, dan dalam beberapa kasus lain teori ini juga dapat
disalahkan. Seperti dalam kasus seseorang merasa takut setelah ia lari karena melihat harimau,
seharusnya saat melihat harimau seseorang itu akan merasa takut terlebih dahulu baru kemudian ia
berlari. Karena emosi itu yang dapat memicu respons fisiologik tertentu yang berfungsi sebagai
‘sinyal’ bagi kita, sinyal itulah yang akan diberikan kepada otot untuk merespons keadaan tersebut
dengan berlari sekencangnya.
Dikemukakan oleh William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark
pada saat yang hampir bersamaan. Menurut teori ini, emosi adalah persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang
datang dari luar. Teori ini menyebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik,
misalnya seseorang merasa senang karena orang tersebut meloncat-loncat setelah melihat
pengumuman dan orang tersebut takut karena lari setelah melihat ular.
Menurut teori ini, persepsi seseorang terhadap reaksi adalah dasar untuk emosi yang dialami,
sehingga pengalaman emosi-emosi yang dirasakan terjadi setelah perubahan tubuh. Dengan kata
lain emosi akan terjadi apabila ada tindakan terlebih dahulu.

Komentar :
Menurut saya, teori ini masih kurang akurat. Karena teori ini lebih mengedepankan reaksi fisiologis
dalam menentukan jenis emosi yang akan ditimbulkan. Mendukung dari kritik Cannon terhadap teori
James-Lange, bahwa kecepatan kita dalam mengalami emosi tampaknya melebihi kecepatan respon
visera jadi bagaimana mungkin perubahan fisiologis menjadi sumber emosi. Karena ketika kita
bertindak, menurut saya kita pasti mengetahui apa yang terjadi atau emosi apa yang telah dirasakan.
Karena respon otak dalam mengidentifikasi dan menanggapi suatu kejadian itu bersamaan antara
emosi dan fisiologiknya.

3. Pertanyaan nomor 3, tentang teori Cannon – Bard, sama dengan pertanyaan sebelum ini, juga
meminta mahasiswa untuk menggambarkan teori ini dan komentarnya tenetang teori ini. Jawaban
mahasiswa umumnya cukup baik, artinya dalam menggambarkan teori ini benar. Namun juga
kurang dapat dijelaskan secara baik oleh mahasiswa, ketika membuat komentar. Persoalan setuju
dan tidak setuju, selalu menjadi pokok jawaban.
Teori ini sebenarnya lebih banyak diperdebatkan dari pada teori James dan Lange. Ada yang
mengatakan bahwa teori ini bertentangan dengan teori James-Lange, sehingga seperi pendapat
umum, pengalaman emosi dahulu, baru kemudian perubahan fisik. Tetapi ada juga yang
berpendapat, bahwa teori ini justru mendukung James-Lange Theory, karena secara sistem
neurologis, proses simultan ke otak dan ke syaraf kendali otot dan gerak, bersamaan tetapi
kecepatanya berbeda. Proses ke otak lebih lambat, sehingga kesadaran tentang pengalaman
emosional, lembih lambat juga. Prosesnya seolah menjadi: berlari dahulu, kemudian rasa takut
muncul.
Ada satu contoh jawaban yang komentarnya sangat bagus, berikut ini:

Teori Canon-Brad menjelaskan bahwa persepsi terhadap objek diproses secara simultan oleh syaraf
otonom dan cerebal cortex dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai
emosi yang dirasakan. Pengalaman emosi memang bisa didapatkan dari adanya perubahan tubuh,
tetapi pengalaman emosi tidak tergantung pada perubahan tubuh yang ada. Emosi (subjektif
psikologis) timbul bersama-sama dalam reaksi fisiologis. Misalnya saat jantung berdegup kencang
atau nafas terengah-engah terjadi bersamaan dengan emosi takut. Emosi adalah reaksi yang
diberikan oleh organisme dalam situasi darurat.
Opini saya mengenai teori Cannon-Bard : saya awalnya melihat teori ini bertentangan dengan teori
James-Lange. Dimana emosi psikologis terjadi lebih dahulu dibanding emosi fisiologis. Kesadaran
akan emosi melibatkan integrasi informasi tentang keadaan psikologis dan fisiologis. Kedua macam
informasi tersebut hanya berbeda dalam konteks kesinambungan waktu. Pada situasi dalam
keadaan bahaya, tanda-tanda awal teori cannon-brad ini mendahului aktifitas otonomi yang mana
pada akhirnya adalah wajar karena sama-sama bisa terjadi dalam kehidupan manusia.
Coba perhatikan jawban mahasiswa berikut ini dan renungkan.

Dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929) dan Philip Bard. Menurut teori ini, seseorang pertama
kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar, kemudian daerah otak yang lebih
rendah, seperti hypothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output
dalam dua arah yakni ke organ-organ tubuh dalam otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi
emosi tubuh, dan ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima
sebagai emosi yang dirasakan. Emosi tergantung pada aktivitas otak atau aktivitas sentral, karena itu
sering disebut teori sentral.

Komentar :
Melihat dari teori tersebut, teori ini mengartikan emosi merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam jasmani dan psikis. Oleh karena itu emosi juga meliputi perubahan-perubahan
kejasmanian. Saya mendukung teori ini, karena dikatakan bahwa emosi timbul bersama-sama
dengan reaksi fisiologik. Teori ini juga didukung oleh ilmu neurobiologis yang mengatakan bahwa
begitu peristiwa yang merangsang terdeteksi, informasi tersebut diteruskan ke amygdala dan
korteks otak pada saat yang bersamaan.

4. Pertanyaan nomor 4, mengenai Schachter – Singer Cognitive Theory, meminta mahasiswa untuk
menjelaskan teeori ini dan membuat komnetar tentang teori ini. Banyak mahasiswa menjawab
benar mengenai teori secara umum, tetapi kurang jelas dan tuntas. Terutama ketika mahasiswa
memberi contoh, masih mengambang. Selanjutnya ketika memberi komentar, menjadi kurang jelas.
Ini sebuah jawaban yang sangat jelas mengambarkan teori ini, dari jawaban seorang mahasiswa yang
saya edit dan tambah, aga lebih jelas.

Berbeda dengan teori terdahulu, teori ini menekankan peranan kognisi dalam menentukan
pengalaman subjekif dari emosi. Orang dikatakan memiliki pebedaan subjektif dalam emosi karena
perbedaan dalam cara mereka mengartikan atau mempersepsikan keadaan psikologis mereka. Saya
setuju karena perubahan emosi dalam teori ini dapat mencakup hal-hal seperti memiliki jantung
yang mulai berdetak lebih cepat, berkeringat dan gemetar.
Misalnya, jika Anda mengalami detak jantung lebih cepat, Anda mugkin melihat-lihat lingkungan
Anda unuk melihat apa yang menyebabkan itu. Jika anda disebuah pesta dengan teman-teman,
Anda akan lebih mungkin untuk menafsirkan perasaan ini sebagai kebahagiaan. Mungkikah Anda
dalam situasi pesta seperti itu mengatakan anda sedang sedih ? Berbeda jika hati Anda berdebar-
debar, sedang anda berada di situasi yang kacau, suara dentuman keras, bisakah Anda menegatakan
anda sedang bergembira ? Pikiran Anda akan menuntun Anda sedang mengalami emosi apa,
dikaitkan dengan kondisi lingkungan.
Contoh lain. Jika saya kedatangan seorang wanita cantik dan sambil tersenyum menyapa saya, di
ruang kantor saya. Ketika jantung saya berdebar lebih kecang, mungkinkah saya menilai saya sedang
takut sama wanita tersebut ? Logika saya akan mengatakan, saya sedang jatuh cinta. Berbeda ketika
datang di ruang saya seorang laki-laki, matanya memerah agak melotot, kemudian jantung saya
berdebar, yang paling logis, saya sedang mengalami rasa takut.

Berikut ini salah satu jawaban mahasiswa yang dapat dijadikan contoh.

Schachter-Singer Cognitive theory juga dikenal sebagai teori dua faktor, menyatakan emosi adalah
produk dari proses fisiologis dan kognitif. Menurut teori ini, emosi akan terjadi jika dan hanya jika
secara kognisi individu menyadari kondisi tersebut, kemudian muncul reaksi dari tubuh terhadap
timbulnya suatu emosi. Maka dari itu diartikan emosi adalah hasil dari dua faktor, yakni proses fisik
dalam tubuh misalnya jantung berdetak lebih cepat, dan proses kognitif dimana orang mencoba
menafsirkan respon fisiologis ini dengan melihat lingkungan sekitarnya untuk melihat apa yang
dapat menyebabkan mereka merasa demikian. Misalnya, jika Anda memperhatikan jantung Anda
berdetak lebih cepat, Anda mungkin melihat sekeliling untuk mengetahui apa yang
menyebabkannya. Jika Anda berada di sebuah pesta dengan teman-teman, Anda akan lebih
cenderung menafsirkan perasaan ini sebagai kebahagiaan tetapi jika Anda hanya dihina oleh
seseorang, Anda akan cenderung menafsirkan perasaan ini sebagai kemarahan. Tentu saja, sering
kali proses ini terjadi dengan cepat (di luar kesadaran kita), tetapi proses ini bisa menjadi sadar
terutama jika tidak ada faktor situasional yang langsung jelas untuk menjelaskan perasaan kita.
Menurut saya, teori schachter-singer menggambarkan emosi sebagai hasil dari persepsi individu dari
suatu kondisi yang dibarengi dengan proses fisik dalam hal ini respon emosional atau perubahan
fisiologis individu dan dengan kesadaran kemudian individu dapat mengartikan suatu keadaan yang
cocok dengan situasi yang diterima. Perbedaan antara dua teori sebelumnya, teori ini
menggabungkan peranan kognisi dan fisiologis sehingga emosi dapat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai