Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI EMOSI

Definisi emosi secara umum:

● Suatu keadaan mental yang timbul secara spontan melalui usaha sadar dan sering
disertai dengan perubahan fisiologis.
● Suatu pernyataan agitasi mental atau gangguan mood yang muncul sebagai respons
dari stress.
● Bagian dari kesadaran yang melibatkan perasaan dan kepekaan.

Emosi digambarkan sebagai respon diskrit (tidak saling ketergantungan) dan konsisten,
dengan peristiwa internal atau eksternal yang memiliki makna tertentu untuk organisme.
Emosi terdiri dari satu set tanggapan yang terkoordinasi, mencakup; mekanisme fisiologis,
perilaku, dan saraf.

Emosi memiliki sebuah komponen seperti kognisi (cara berpikir manusia dalam memperoleh
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar,
membayangkan dan berbahasa), perasaan, tindakan, dan perubahan fisiologis yang saling
berhubungan satu sama lain. Contohnya: “ini adalah situasi yang berbahaya” yang merupakan
komponen kognisi ; “saya merasa takut” perasaan ; “lari sekarang” tindakan ; dan perubahan
fisiologis seperti peningkatan laju jantung dan laju pernapasan.

Dalam bidang neuroscience afektif (ilmu saraf), emosi dapat dibedakan dari sejumlah
konstruksi serupa, yaitu:

● Perasaan, dipahami sebagai representasi subjektif dari emosi bagi individu yang
mengalaminya.
● Moods / suasana hati, biasanya berlangsung selama jangka waktu yang lebih lama
daripada emosi, dan juga biasanya kurang intens dibandingkan emosi.
● Hal-hal yang mempengaruhi topik emosi, perasaan, dan suasana hati bersama-sama.

GAIRAH OTONOM

Situasi emosional membangkitkan dua cabang sistem saraf otonom-simpatik dan


parasimpatik.

● Sistem saraf simpatik merangsang organ-organ penting untuk kegiatan "melawan atau
melarikan diri" yang kuat.
● Sistem saraf parasimpatik meningkatkan pencernaan dan proses-proses lain yang
menghemat energi dan mempersiapkan peristiwa-peristiwa selanjutnya.

Namun demikian, sebagian besar situasi membangkitkan kombinasi gairah simpatik dan
parasimpatik. Sebagai contoh, ketika menyadari adanya bahaya, manusia menjadi waspada
dan tidak aktif dengan penurunan denyut jantung.

Bagaimana sistem saraf otonom berhubungan dengan emosi? Akal sehat berpendapat bahwa
kita merasakan emosi yang dapat mengubah detak jantung kita dan meminta respons lain.
Sebaliknya, menurut teori James-Lange, aksi rangsangan dan kerangka otonom
didahulukan. Apa yang Anda alami sebagai emosi adalah label yang anda berikan untuk
respons anda: Anda merasa takut karena Anda melarikan diri, dan Anda merasa marah
karena Anda menyerang.

Pandangan Akal Sehat:

● Situasi yang menakutkan > KETAKUTAN > Melarikan diri, peningkatan detak
jantung,dll.

Teori James-Lange:

● Situasi sistem yang menakutkan > Melarikan diri, peningkatan detak jantung, dll >
Ketakutan

Mungkin sebagian besar dari kita keberatan:


“Bagaimana saya tahu saya harus melarikan diri sebelum saya takut?”
Emosi meliputi kognisi, tindakan, dan perasaan. Aspek kognitif didahulukan. Kita dengan
cepat menilai sesuatu sebagai baik, buruk, menakutkan, atau apa pun. Penilaian kita terhadap
situasi mengarah pada tindakan yang tepat, seperti melarikan diri, menyerang, atau duduk
tanpa bergerak dengan jantung berdebar kencang.

APAKAH GAIRAH FISIOLOGIS DIPERLUKAN UNTUK EMOSI?


Emosi tidak hanya bergantung pada umpan balik dari gerakan saja, ekspresi wajah dan
perubahan detak jantung juga bisa menjadi sebuah emosi yang dapat dideteksi. Implikasinya
adalah perubahan tubuh itu penting untuk merasakan emosi. Sebagai contoh:
Orang-orang dengan suntikan BOTOX yang melumpuhkan semua otot-otot wajah secara
sementara untuk menghilangkan garis-garis kerutan di wajah seseorang, melaporkan bahwa
tanggapan emosional mereka lebih lemah daripada biasanya.

APAKAH GAIRAH FISIOLOGIS CUKUP UNTUK EMOSI?


Respons fisiologis jarang mencukupi untuk dapat menghasilkan perasaan emosional,
tetapi respons tersebut dapat meningkatkan perasaan. Peningkatan denyut jantung
mengintensifkan peringkat emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, terutama
pada orang yang paling sensitif terhadap keadaan internal mereka.
Misalnya, jika kita menonton film horor di ruangan yang dingin, di mana suhunya
membuat kita menggigil, kita mungkin menilai film itu lebih menakutkan daripada yang kita
tonton di ruangan yang lebih hangat.

AREA OTAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN EMOSI


Secara tradisional, sistem limbik-daerah otak depan yang mengelilingi talamus telah
dianggap penting untuk emosi. Neuron dalam amigdala yang tampaknya spesifik untuk
merasakan emosi tertentu dalam ekspresi seseorang, tetapi dengan kemungkinan
pengecualian dari kebahagiaan, tidak ada area otak yang tampaknya spesifik untuk
mengalami suatu emosi yang khusus. Kurangnya hubungan yang konsisten antara perasaan
emosional dan respons fisiologis menunjukkan bahwa emosi mungkin bukan kategori yang
koheren.
Alternatif untuk gagasan emosi dasar adalah bahwa perasaan emosional bervariasi
sepanjang dua atau lebih dimensi yang berkelanjutan, misalnya dimensi penting seperti
aktivasi versus penghambat.
Kemampuan untuk merasa dan mengenali emosi dikendalikan oleh bagian-bagian
yang spesifik dari otak. Kedua sisi otak mempunyai tugas mengendalikan emosi yang
berbeda. Otak pada sisi kanan mempunyai peranan penting dalam mengenali ekspresi emosi
dan perasaan, sedangkan otak bagian kiri memegang peran penting dalam memproses makna
emosi.
Aktivitas belahan otak kiri, terutama lobus frontal dan temporal berhubungan dengan
sistem aktivasi perilaku (behavioral activation system-BAS), yang ditandai oleh rangsangan
otonom rendah hingga sedang dan kecenderungan untuk mendekati, yang bisa menjadi ciri
kebahagiaan.
Peningkatan aktivitas lobus frontal dan temporal belahan kanan dikaitkan dengan
sistem penghambatan perilaku (behavioral inhibition system-BIS), yang meningkatkan
perhatian dan gairah, menghambat aksi, dan merangsang emosi seperti ketakutan dan rasa
jijik.
Perbedaan antara belahan berhubungan dengan kepribadian adalah: Rata-rata, orang
dengan aktivitas yang lebih besar di korteks frontal belahan kiri cenderung lebih bahagia,
lebih terbuka, dan lebih menyenangkan. Orang dengan aktivitas kanan yang lebih besar
cenderung menarik diri secara sosial, kurang puas dengan kehidupan, dan rentan terhadap
emosi yang tidak menyenangkan.

FUNGSI DARI EMOSI


Emosi memberikan panduan yang bermanfaat ketika kita perlu membuat keputusan cepat.
Selain itu, ekspresi emosional membantu kita mengkomunikasikan kebutuhan kita kepada
orang lain dan memahami kebutuhan orang lain dan kemungkinan tindakan. Misalnya saja,
ketakutan mengingatkan kita untuk melarikan diri dari bahaya. Kemarahan mengarahkan kita
untuk menyerang penyusup. Rasa jijik memberitahu kita untuk menghindari sesuatu yang
dapat menyebabkan penyakit.

EMOSI DAN KEPUTUSAN MORAL


Dalam membuat sebuah keputusan penting, kita harus memperhatikan bagaimana kita
berpikir bahwa suatu hasil akan membuat kita merasakan sesuatu. Adapun 4 dilema yang bisa
menjadi gambaran dalam memilih sebuah keputusan, yaitu:
● Dilema Kereta. Sebuah kereta melaju dengan cepat menuju ke arah lima orang di trek.
Satu-satunya cara kalian dapat mencegah kematian mereka adalah dengan
mengarahkan kereta ke trek lain, yang akan membunuh satu orang. Apakah
merupakan keputusan yang tepat untuk menarik tuas pemindah trek tersebut?
● Dilema Jembatan. kalian berdiri diatas jembatan yang menghadap ke jalur kereta.
Sebuah kereta melaju dengan cepat menuju ke arah lima orang di trek. Satu-satunya
cara Anda dapat mencegah kematian mereka adalah dengan mendorong orang asing
dari jembatan dan ke lintasan, sehingga ia akan memblokir kereta. Apakah merupakan
keputusan yang tepat untuk mendorongnya?
● Dilema Sekoci. kalian dan enam orang lainnya berada di sekoci di perairan es, tetapi
kapal itu penuh sesak dan mulai tenggelam. Jika anda mendorong salah satu orang
keluar dari kapal, kapal tidak akan jadi tenggelam dan sisanya akan bertahan hidup.
Apakah merupakan keputusan yang tepat untuk mendorong seseorang tersebut?
● Dilema Rumah Sakit. kalian adalah seorang ahli bedah, dan lima dari pasien kalian
akan segera mati, kecuali mereka mendapatkan transplantasi organ. Masing-masing
membutuhkan transplantasi organ yang berbeda, sedangkan kalian belum dapat
menemukan donor organ untuk salah satu dari mereka. Seorang perawat masuk ke
kantor kalian: “Berita baik! Seorang pengunjung ke rumah sakit baru saja tiba, yang
memiliki tipe jaringan yang persis sama dengan kelima pasien anda! Kita bisa
membunuh pengunjung ini dan menggunakan organ untuk menyelamatkan lima
lainnya!” Apakah merupakan keputusan yang benar untuk melakukannya?

Dalam setiap dilema ini, kita dapat menyelamatkan lima orang dengan membunuh satu orang.
Namun, meskipun itu mungkin benar secara logis, keputusannya tidak terasa sama.
Kebanyakan orang mengatakan (ragu-ragu) bahwa hal yang tepat untuk menarik tuas dalam
kasus kereta, lebih sedikit mengatakan setuju dalam dilema jembatan dan sekoci, dan hampir
tidak ada yang mendukung membunuh satu orang untuk menyelamatkan lima orang lain
dalam dilema rumah sakit.
Ketika kita merenungkan situasi-situasi ini, kita bereaksi secara emosional karena kita
mengidentifikasi diri dengan orang yang penderitaan dan kematiannya mungkin disebabkan
oleh tindakan tindakan kita. Ketika kita membuat keputusan moral, kita membandingkan
aspek utilitarian (misalnya, lima orang mati versus satu orang mati) dan aspek emosional
(bagaimana perasaan kita tentang apa yang kita lakukan). Area otak tertentu menjadi aktif
ketika orang hanya merenungkan aspek utilitarian, area lain menjadi aktif ketika mereka
merenungkan hanya aspek emosional, dan bagian ventromedial dari korteks prefrontal
(ekspresi verbal, ingatan, abstraksi, dan kemampuan untuk memahami hubungan antara diri
dan lingkungan) menjadi aktif ketika mereka membandingkan aspek utilitarian dan emosional
untuk membuat keputusan.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SETELAH KERUSAKAN OTAK YANG


MEMPENGARUHI EMOSI

Orang dengan kerusakan pada korteks prefrontal ventromedial hanya sedikit


memperhatikan peristiwa yang menimbulkan emosi kuat dibandingkan orang lain pada
umumnya. Orang dengan kerusakan otak tidak memiliki bayangan akan rasa sedih atau
merasa bersalah dalam pengambilan keputusan. Contohnya saja ketika dihadapkan dengan
dilema moral yang baru saja kita bahas, mereka lebih cenderung memilih opsi utilitarian
untuk membunuh satu demi menyelamatkan lima orang. Beberapa orang dengan kerusakan
pada korteks prefrontal ventromedial dengan tenang mengatakan bahwa tidak masalah untuk
melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai