LANDASAN TEORI
dari emosi.14
13
Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya. (Malang, UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang, 2008), hal. 48
14
Ibid.., hal. 48
20
21
yaitu:
yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari
energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat
tersebut.15
tidak menggembirakan.
15
“Pengertian emosi/definisi emosi” dalam
https://lp2mkita.wordpress.com/2010/05/04/pengertian-emosi-dan-emosional/ diakses 16 Pebruari
2017
16
Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi. (Bandung; CV Angkasa,
2012), hal. 78
17
Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi, Psikologi Lintas..,hal. 48-49
23
atau benci.
berikut:19
pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Sifat marah dibagi
jika dia sudah terlihat tidak marah, maka kita berusaha lebih
kepada kita.
bersifat wajar dan ada pula yang tidak wajar. Ketakutan biasanya
menghadapinya.
h. Malu: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
informasi dan umpan balik pada diri individu dan orang lain
21
“Psikologi Emosi: Jenis Pengalaman Emosi” dalam
https://sites.google.com/a/uinjkt.ac.id/renalatifa/articles/psikologi-emosi diakses pada 27-03-2017
29
tertentu.Rasa
malujugadapathadirkarenaindividufocuspadakritikatautanggapanp
masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang
Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin
dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego
30
atau kebenaran.
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
22
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hal. 32
23
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 135
31
oleh Peter Salovey pada tahun 1990, yang kemudian dipopulerkan oleh
yakni:
32
dimata.26
24
Muallifah, Pysco Islamic Smart Parenting. (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), hal. 113-
114
25
Ibid., hal. 115
26
Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Alih Bahasa, T. Hermaya. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1996), hal. 7
27
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), hal. 62
33
lingkungan.” 28
pengaruh manusia.
Salah satu ciri orang cerdas emosinya adalah banyaknya kosa kata
itu dalam berhubungan dengan emosi dirinya sendiri dan orang lain.
28
Ibid., hal. 69
29
Uno, Orientasi Baru..., hal. 71
30
Ibid., hal. 93
34
maka proses belajarnya akan bertambah cepat dan hasil yang dicapai
kemempuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
emosinya.33
yang selanjutnya akan ditanyakan kepada diri adalah apakah kita jujur
pada diri sendiri, seberapa halus, dan cermat kita merasakan perasaan
terdalam pada diri kita. Seberapa sering kita peduli atau tidak
memperdulikan diri kita. Suara hati itulah yang menjadi pusat prinsip
kebijaksanaan.
31
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. (Jakarta: PUSTAKA
AL-KAUTSAR, 2006), hal. 10
32
Uno, Orientasi Baru..., hal. 72
33
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan..., hal. 18
35
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri yakni mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu
34
Iffatin Nur, Kecerdasan Spiritual dan Emosional di sajikan dalam jurnal dinamika
penelitian. (STAIN Tulungagung edisi 1 Juli 2007), hal. 22
35
Uno, Orientasi Baru..., hal. 71
36
Baharudin dan Elsa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010), hal. 77
36
b. Pengaturan diri
c. Motivasi
d. Empati
37
Djali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 101
38
Ibid., hal. 85
37
e. Ketrampilan sosial
bekerja sama dan bekerja dalam team. 39Menurut Combs dan slaby
39
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010), hal. 160
38
sosial dan dinilai oleh sebaya sebagai anak yang tidak memiliki
lingkungan.
40
Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional..., hal.18
41
Desmita, Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal.
170
39
masalah pribadi.
hidup.
b. Mengelola emosi
kemudian hari.
cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang
42
Uno, Orientasi Baru..., hal. 74
41
sebagainya.
43
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. 171
44
Uno, Orientasi Baru..., hal. 75
42
e. Membina hubungan
populer.
Karena betapa banyak yang kita jumpai siswa atau peserta didik,
mudah marah, mudah putus asa atau angkuh dan sombong, maka
45
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. 172
43
a. Faktor otak
46
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. 61
47
Muallifah, Pysco Islamic..., hal. 124
44
dan yang paling utama adalah orang tua. Jika orang tua salah dalam
terhadap anak.49
48
Ibid., hal. 125
49
Ibid., hal. 125
50
Ibid., hal. 126
45
menjadi baik atau jelek, budiman atau preman, pemurah atau pemarah,
dan sebagainya. 52
yang disebut dengan nafsu hewani, yaitu nafsu yang dimiliki binatang
rasa takut.
51
Ibid., hal. 127
52
Ibid., hal. 128
46
sehingga diri akan tertegun sebentar atau berhenti sama sekali dari
kondisi jiwa yang seimbang atau tenang seperti permukaan danau kecil
yang ditiup angin, akan jadi tenang, teduh, walaupun sesekali terlihat
riak kecil, nafsu mutmainnah juga berarti nafsu yang tenag dan tentram
dekat dengan-Nya. Seperti dalam firman Allah surat Al-Fajr ayat 27-
28:
ِ ِ ِ ِِ
ِ اضيةً َّمر ِ
﴾ ٢٨﴿ ًضيَّة ْ َ ﴾ ْارجعي إ َ َٰل َربِّك َر٢٧﴿ ُس الْ ُمطْ َمئنَّة
ُ ََي أَيَّتُ َها النَّ ْف
47
Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Hadid ayat 22-23:
ِ
َ اب ِم ْن قَْب ِل أَ ْن نَْب َرأ ََها إِ َّن ذَل
ك ٍ َض وال ِِف أَنْ ُف ِس ُكم إِال ِِف كِت
ْ َ ِ األر
ٍ ِ ِ ما أَص
ْ اب م ْن ُمصيبَة ِِف
َ َ َ
ُّ اَّللُ ال ُُِي
ب ُك َّل ُمُْتَ ٍال َ ) لِ َكْيال ََتْ َس ْوا َعلَى َما فَاتَ ُك ْم َوال تَ ْف َر ُحوا ِِبَا٢٢( اَّللِ يَ ِس ٌري
َّ آَت ُك ْم َو َّ َعلَى
53
Ibid., hal. 129
54
Al-Qur’an Terjemah (CV Menara Kudus:Kuus, 1999), hal. 435
55
Mualifah, Psycho Islamic Smart Parenting..., hal. 130
48
B. Hasil Belajar
dan sikap. Dari penjelasan dua kata tersebut dapat diambil kesimpulan
56
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 45
57
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran.
(Jakarta: Delia Press, 2004), hal. 77
58
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 22
49
pertumbuhan.
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
59
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2013), hal. 14
60
Nashar, Peranan..., hal.77
50
baik.
studi dicapai melalui 3 kategori yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.61
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada 5
sebagai berikut:
61
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 21
51
tingkah lakunya.
c. Kemampuan perseptual
e. Gerakan-gerakan skill
62
Ibid.., hal. 29-31
52
tertentu.63
pembelajaran di sekolah.
63
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 43-47
54
d. Ketrampilan berinteraksi. 64
maupun individu.
diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan
mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu
meliputi :66
pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting. Dalam hal ini
65
Ibid..., hal. 15
66
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi Perssindo,
2013), hal. 14-19
56
e. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini
f. Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap
yang meliputi :
perhatian.
puas, menikmati.
58
dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi
diri.
berikut:
59
suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim otot-
action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti
yang diamati. Dia mulai dapat membedakan antara satu set action
kontrol, teliti.
secara unit.
60
proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari
seberapa jauh yang dicapai dari hasil belajar siswa, disamping diukur
dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki
siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari pengukuran yang
dirumuskan sebelumnya
61
dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
diantaranya:
b. Faktor Eksternal
sekolah.
63
4) Faktor Waktu
67
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif. (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hal. 11-20
64
1) Kesehatan
untuk belajar.
pelajaran.
65
4) Cara Belajar
1) Keluarga
anak.
2) Sekolah
anak.
3) Masyarakat
belajar anak.
Menurut bahasa, kata akidah berasal dari bahas Arab yaitu - َ َ َع
ِ
ً ْ َع- ُ يَ ْعartinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat
dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat
watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
67
sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan
itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak baik
Al Qur’an.”
cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dan kitab itulah Allah
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan
Akidah Akhlak pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan
jenjang pembelajaran.
yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati
69
berkahlak mulia. 68
D. Penelitian Terdahulu
ajaran 2010/2011.
empiris (242) lebih besar dari mean teoritis (135), artinya bahwa
belajar menunjukkan mean empiris (135) juga lebih besar dari mean
E. Kerangka Berpikir
Y3