Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Kendali Diri

Akhir-akhir ini kita dikabarkan dengan berita adu jotos di Munas Hipmi XVII di Solo,
bahkan beberapa hari yang lalu kita juga diberitakan dengan kacaunya kongres PMII sampai-
sampai cak Imin dan wapres diamankan. Kericuhan semacam ini bahkan kerap kita jumpai
ditingkat lebih kecil semisal pemilihan ketua himpunan mahasiswa jurusan, bahkan di tingakt
masyarakat dalam pemilihan ketua karang taruna.

Ada kekecewaan muncul ketika kericuhan tersebut dilakukan oleh orang berpendidikan.
Seolah-olah ketika pendidikan seseorang tinggi maka harusnya kendali dirinya juga baik.
Tapi ternyata hal itu adalah dua keadaan yang berbeda. Sistem pendidikan kita memang lebih
berfokus pada apa yang disebut oleh Paulo Fereire sebagai banking education. Tempat
menampung pengetahuan saja. sehingga disinilah masalahnya. Menampung pengetahuan itu
hanya menfungsikan satu bagian otak.

Apalagi sistem pendidikan di Indonesia tidak memberikan perhatian yang besar terhadap
ilmu otak atau neurosains. Padahal untuk membuat orang cerdas atau ketika ingin mendidik
maka seharusnya paham cara kerja otak. Otak ini kan sistem kendali semua fungsi-fungsi
vital tubuh, termasuk fungsi vegetatif (kerja organ tubuh otomatis) seperti denyut jantung,
pergerakan pupil mata dll, termasuk berpikir (rasional) dan merasa (emosi). Jadi otak
manusia itu fungsinya bukan cuma untuk berpikir.

Apa itu Emosi dan Otak Emosi?

Kerap kita anggap emosi itu sama dengan marah, kita anggap orang emosian berarti orang
yang mudah marah. Akan tetapi menurut pengertiannya emosi adalah ekspresi perasaan,
dimana perasaan itu bukan melulu tentang marah, ada juga senang, bahagia, sedih, sakit hati,
dll jadi apapun ekpresi perasaan kita, itulah emosi.

Menurut informasi dari wikipedia kata “emosi” berasal dari kata bahasa Prancis, emotion dari
emouvoir, ‘kegembiraan’ dari bahasa latin emovere dari e-(varian eks-) ‘luar’ dan movere
‘beregrak’. Kebanyakan ahli meyakini bahwa emosi lebih cepat berlalu dari suasan hati.
Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens
kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam
suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enakan untuk beberapa jam.

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi juga
merupakan reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa
senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, maupun takut terhadap sesuatu.3

Nah dalam struktur otak, terutama otak manusia ada bagian yang mengatur emosi ini.
Namanya bagian sistem limbik atau lebih sepesif lagi bernama amygdala. Konon dalam
perkambangan evolusi otak, bagian yang pertama aktif ketika kita masih bayi adalah bagian
sistem limbik ini yang membuat kita bisa bertahan hidup dan mengenali emosi orang lain.
Maka wajar saja semua hal yang bersifat emosional, terutama usia lima tahun pertama ikut
berkontribusi terhadap pembentukan dasar emosi kedepannya. Maka di usia ini perlu
diberikan emosi yang bervariasi dan positif.
Sistem limbik (amygdala) atau biasa disebut sebagai otak emosi, selain mengatur hal-hal
yang bersifat emosional, ia juga menyimpan memori emosional dan termasuk mengambil alih
tugas otak berpikir yang sering dilakukan. Misalnya, diawal saat kita belajar menyetir, otak
berpikir yang berfungsi karena semua dilakukan dengan sadar. Akan tetapi ketika kita sudah
mahir menyetir maka kita tidak perlu lagi berpikir seperti waktu belajar. Semua berjalan
otomatis. Nah otomatis ini, tanda bahwa otak yang bekerja adalah otak emosi. Betapa penting
peran otak emosi dalam kehidupan. Karena ia men-drive semua aktivitas bawah sadar
manusia.

Pentingnya Kecerdasan Emosi dalam Kehidupan

Ada dua tugas penting yang diemban oleh otak emosi seperti yang dijelaskan diatas yaitu
mengatur emosi dan men-drive aktivitas otomatis atau aktivitas bawah sadar manusia. Nah
kali ini kita fokus pada fungsi pertama yaitu mengatur emosi.

Adam Smith bapak ekonomi dunia pernah mengatakan bahwa, pengambilan keputusan
ekonomi itu didasarkan pada kalkulasi untung rugi atau dengan kata lain berdasarkan
pertimbangan rasional. Teori ini kemudian dibantah oleh seorang psikolog bernama Daniel
Kahneman, ia berdasarkan pada riset neurosains mengatakan bahwa banyak pengambilan
keputusan kita itu ternyata disadarkan pada faktor kedekatan, kenyamanan dan karena kita
kenal orang atau bisnis tersebut atau dengan kata lain berdasarkan petimbangan emosi. Teori
ini kemudian diganjar dengan nobel ekonomi pada tahun 2002.

Dalam “The Expression of the Emostions in Man and Animal”, Charles Darwin menyatakan
bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah.
Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar
dapat bertahan hidup. Tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat
berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku.
Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.

Kecerdasan adalah kemampuan spesies untuk bertahan hidup selama yang dimungkinkan.
Artinya orang cerdas adalah orang yang fleksibel dan mampu menggunakan segala
potensinya untuk tetap bertahan hidup selama mungkin. Berarti kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk mengendalikan emosi agar bisa mendapatkan keuntungan pada interaksi
sosial maupun pribadi.

Dalam menjalani kehidupan ini, kita pasti memiliki kebutuhan dan kebutuhan itu salah
satunya bisa terpenuhi ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Memahami dan mengerti
orang lain sangat penting dalam kehidupan. Hampir selalu orang yang cerdas secara emosi
adalah orang-orang sukses dalam kehidupan.

Melatih Kecerdasan Emosi untuk Belajar Kendali Diri (Self Control)

Setelah tahu betapa pentingnya kecerdasan emosi dalam kehidupan, pertanyaan kemudian
bagaimana caranya agar bisa cerdas secara emosi untuk bisa belajar kendali diri? Ada dua
cara, pertama adalah menunda aktivitas 2 -10 detik. Apapun aktivitasnya. Misalnya mau
minum teh, tunda dulu 2-10 detik kemudian minum. Latihan ini memberikan jeda atau waktu
ketika ingin mengambil keputusan. makin sering kita latihan, maka makin baik. jeda dan
waktu inilah yang membentuk jarak terhadap kebiasaan yang tertanam dalam alam bawah
sadar kita. Sehingga kita punya pilihan untuk mengambil keputusan terbaik.

Kedua adalah puasa. Puasa membantu kita mengendalikan diri. Konsepnya dengan yang
pertama memang sama yaitu menahan diri. Akan tetapi puasa selain bersifat religius, juga
memberikan dampak spiritual bagi pribadi yang menjalankannya. Ketika tidak berpuasa,
maka kita menjadi bebas dan tanpa batasan tapi ketika kita puasa kita melatih diri untuk
menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks sampai waktu yang ditetapkan.
Dampak jauhnya membuat kita belajar untuk mengendalikan diri.

Anda mungkin juga menyukai