1. Latar belakang
Sebagian besar hidup kita diisi dengan emosi, kita tidak bisa bayangkan hidup kita
tanpa emosi. Kita akan hidup seperti robot, yang melakukan kegiatan tanpa adanya rasa
senang, sedih, bingung, kesal, marah, dan sakit hati. Emosi mengatur nada dari kehidupan dan
menjadikan hidup berharga. Tanpa kemampuan untuk bersedih, marah, senang dan cinta, kita
akan kesulitan mengenali diri kita sebagai manusia.
Emosi dapat diartikan sebagai pola-pola reaksi yang melibatkan perubahan psikologi,
ekspresi perilaku dan keadaan yang menyebabkan suatu tantangan. Reaksi emosi secara alami
mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai dan mengahadapi situasi-situasi tersebut
(Buck 1985). Emosi meliputi bermacam-macam perasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan
luar yang kita kurang mampu untuk mengontrolnya. Contohnya, kesedihan yang terlalu dalam
menyebabkan kita merasa bahwa dunia tidak berwarna dan ingin cepat melupakannya. Secara
khusus, emosi juga membawa pada perubahan fisik seseorang. Contoh dari Perubahan fisik
ini meliputi meningkatnya detak jantung karena didekat seseorang yang kita sukai, tangan
gemetar ketika berpidato untuk pertama kalinya. Dan pada akhirnya emosi dapat
mempengaruhi perilaku kita. Bayangkan seorang ibu yang melihat anaknya
Sedangkan kognisi adalah proses yang meliputi memori, perhatian, bahasa, problem
solving, and perencanaan. Banyak proses kognitif yang menakjubkan yang dilakukan oleh
manusia. Mereka sering juga mampu mengontrol proses kognisi yang telah dilakukan dengan
kognisi mereka sendiri (metakognisi), berfikir tentang cara yang terbaik untuk mengingat.
Kemampuan bahasa kita pun sangat menakjubkan. Kita mampu menyimpan kata-kata hingga
100000 kata dan kita mengeluarkan tiga kata per detiknya.
Hubungan antara emosi dengan kognisi telah menjadi hal yang menarik para psikolog
untuk diselidiki lebih lanjut. Selama lebih dari dua decade, keduanya dianggap merupakan
dua proses yang tidak saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pada makalah ini, akan dibahas tentang aspek-aspek fisiologi, behavioral dan
experimental dari emosi. Bahasan ini difokuskan pada isu-isu terkini dari beberapa studi
tentang emosi. Seperti peran dari perubahan fisik dalam memainkan pengalaman emosi
seseorang.
2. Rumusan masalah
2.1. Bagaimana emosi kita mempengaruhi perubahan fisik tubuh kita?
2.2. Bagaimana proses munculnya emosi pada diri kita?
2.3. Bagaimana hubungan antara kognisi dan emosi?
2.4. Bagaimana peran emosi dalam proses pembelajaran fisika?
3. Pembahasan
3.1. Emosi dan perubahan fisik
Sistem saraf autonomik mengatur kondisi internal tubuh dan bekerja secara tidak
sadar. Sistem ini tersusun atas dua divisi, simpathetik dan parasimpathetik, keduanya
terhubung pada hampir setiap otot pada organ dalam dan juga setiap pembuluh darah.
Divisi parasimpathetik bekerja dominan selama proses relaksasi dan dalam hal
pemulihan energi. Dia bekerja untuk menurunkan detak jantung, aliran darah yang
menuju pada otot-otot tulang, dan juga pencernaan. Sudah menjadi hal yang umum
bahwa sebagian besar dari perubahan fisik dihubungkan dengan emosi yang kuat, seperti
seringnya marah dan takut itu disebabkan oleh aktivitas dari divisi simpathetik.
Apa yang terjadi ketika sistem saraf nervous simpathetik teraktivasi? Bayangkan
pada pukul 2 malam, kita berjalan menuju ke mobil kita pada parkiran yang kondisinya
sepi, tiba-tiba seorang muncul dari lorong kecil untuk mengagetkan kita. Apa perubahan
fisik yang akan terjadi pada kondisi ketakutan ini?
a) Pembuluh darah kita yang menuju ke perut dan usus akan menyusut dan pencernaan
kita akan terhenti. Pada waktu bersamaan , pembuluh darah yang menuju pada otot-
otot tulang akan mengembang, dan mengalirkan oksigen dan nutrisi yang dibawa
darah ke bagian tubuh dimana darah diperlukan ketika kondisi tersebut.
b) Pancreas kita akan mengeluarkan hormone glikogen yang akan menstimuli hati untuk
melepaskan gula yang tersimpan dalam hati menuju ke aliran darah. Gula darah akan
menyediakan energi tambahan pada otot-otot tulang dimana mereka dibutuhkan.
Sebagai tambahan, kelenjar adrenalin akan mengeluarkan hormone epinefrin yang
membantu menopang banyaknya perubahan fisikal yang lain.
c) Pernafasan kita akan menjadi lebih dalam dan lebih cepat dan brokioolus akan
mengembang. Perubahan ini akan meningkatkan supply oksigen ke darah untuk
pembakaran gula darah pada otot-otot tulang.
d) Detak jantung akan meningkat bisa lebih dari dua kali lipatnya sehingga
mempercepat sirkulasi darah dan mempercepat pengiriman oksigen dan nutrisi pada
otot-otot tulang.
e) Pupil mata membesar dan sensitivitas penglihatan kita akan meningkat.
f) Kelenjar salivary akan berhenti bekerja, dan menyebabkan mulut menjadi kering,
g) Otot di bawah permukaan kulit akan berkontraksi, dan menyebabkan bulu rambut
berdiri.
Semua perubahan fisik ini diperlukan untuk mepersiapkan tubuh untuk bereaksi pada
potensi ancaman, seperti dengan menghadapinya dan lari darinya, fenomena ini dikenal
sebagai fight or flight respon
Segera sesudah situasi yang mengancam berakhir maka kondisi fisik kita kembali
dalam keadaan semula. Hal ini disebabkan System syaraf parasimpathetik akan mulai
memulihkan sendiri kondisi yang ditimbulkan oleh system syaraf simpathetik. Denyut
jantung, pernafasan, kelenjar hormone, aliran darah dan ketegangan otot akan kembali
normal. Lalu kondisi tubuh sebagai akibat ketakutan akan menurun.
Area hipotalamus dan area-area tertentu pada sitem limbik adalah area yang
terlibat dalam sejumlah reaksi-reaksi dari emosi, seperti marah, aggresif, ketakutan
(Pribram 1981). Hal ini dibuktikan dengan beberapa percobaan dengan menggunakan
hewan. Misalnya percobaan dengan menggunakan kucing telah menunjukkan bahwa
stimulus pada area tertentu pada hypothalamus dapat mempengaruhi dengan kuat aktivasi
dari system syaraf simphatetic dan tampilan emosi yang hanya dapat diintepretasikan
oleh jenis binatang kucing. Pupil mata kucing membesar, bulu belakangnya berdiri,
telinga yang bergerak turun, kuku yang keluar dari kaki-kakinya, desisan dan
mengeramnya secara intensif (Flynn et al,.1970). disamping itu pembedahan pada area
amygdala dapat mengahsilkan perilaku hewan yang sangat patuh. Untuk alasan ini,
beberapa hewan buas yang digunakan untuk pertunjukan sirkus bisa patuh dengan
pawangnya disebabkan oleh bagian dari amygdala ini yang telah dilakukan
pembedahan.
Penelitian terkini tentang otak menunjukkan bahwa emosi tidak hanya dikontrol
oleh bagian hypothalamus dan system limbik. Lebih dari itu, bagian otak yang disebut
kortek secara mendalam terlibat dalam mengatur emosi. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa peran kortek pada emosi adalah secara asimetris. Bagian kiri berkontribusi pada
lebih banyak perasaan positif, sedangkan bagian kanan berkontribusi pada lebih banyak
perasaan negatif. Orang-orang yang menderita kerusakan pada hemisphere cerebral kanan
akan sangat tenang dan riang dalam emosinya. Mereka mungkin menertawakan hal-hal
yang tidak lucu bagi orang lain dan membuat guyonan-guyonan yang tidak tepat. Hal ini
membuktikan bahwa emosi rasa senang adalah sebagian besar dipengaruhi oleh akivitas
otak kiri. Sebaliknya, orang-orang yang menderita kerusakan pada hemisphere kanan
akan mengalami rasa depresi yang akut dan tidak dapat mengontrol tangisannya. Emosi
negatif ini sepertinya lebih banyak dipengaruhi oleh hemisphere kanan (Gainotti, 1972;
Hecaen,1962; Sackeim et al.,1982). Hasil PET menunjukkan bahwa penderita depresi
lebih banyak mengaktifkan bagian hemisphere sebelah kanan dengan level yang tinggi
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak depresi. (Davidson, 1984)
Emosi adalah perasaan pribadi yang berasal dari suatu kondisi terkini dari status
internal, mood, lingkungan, konteks masa lalunya dan stimuli eksternal. Emosi erat
hubungannya dengan hasrat dan willingness. Hasrat adalah perasaan pribadi atau
keinginan untuk memiliki sesuatu, untuk melakukan interaksi dengan dunia luar atau
untuk mempersiapkan apa yang akan terjadi. willingness adalah keadaan pribadi yang
sadar, tenang dan pilihan dalam melakukan tindakan. Berdasarkan studi dari Fischer,
Shaver, and Carnochan (1990) and Wilson and Keil (1999), taksonomi dari emosi dapat
di uraian menjadi tiga level yang disebut sebagai subkategori, dasar dan level atas seperti
pada table. Menariknya emosi manusia dapat diklasifikasikan kedalam dua katagori yang
berlawanan: senang dan tidak senang. Variasi emosi pada dua kategori ini dapat
diklasifikasikan menjadi lima level berdasarkan kekuatan perasaan individu (Wang,
2005). Kita dapat mengenali Level-level emosi pada individu dengan memperhatikan
petunjuk verbal individu tersebut.
Level Deskripsi
level super Positif (senang) Negative (tidak senang)
Level dasar gembira (Joy) Cinta (love) Marah Sedih Takut (fear)
(anger) (sadness)
Level sub- bahagia (Bliss) Kegemaran Kejengkelan Sedih sekali Kengerian
categori bangga (Pride) (fondness) (annoyance) (Agony) (Horror)
kesukaan Tergila-gila Rasa Kesedihan Kecemasan
(contentment) (infatuation) Permusuhan (Grief) (worry)
(Hostility) Rasa bersalah
Rasa jijik (Guilt)
(Contempt) Kesepian
cemburu (loneliness)
(jealousy)
Level Deskripsi
0 No emotion -
1 Weak Senang (Comfort) Rasa aman (Safeness), kepuasan hati
emotion (contentment), kepuasan (fulfillment), percaya
(trust)
Takut(Fear) Cemas (Worry), sangat takut (horror), cemburu
(jealousy), ketakutan (frightening), terancem
(threatening)
2 Moderate Kegembiraan Sangat senang (Delight), senang (fun), ketertarikan
emosi (Joy) (interest), rasa bangga (pride)
Kesedihan Gelisah (Anxiety), kesepian (loneliness), rasa sesal
(Sadness) (regret), rasa bersalah (guilt), duka cita (grief),
duka cita karena menderita (sorrow), penderitaan
yang mendalam (agony)
3 Strong Senang (Pleasure) Kebahagiaan (Happiness), kebahagiaan (bliss),
emosi kebahagiaaa/kegemparan ( excitement),
kebahagiaan yang luar biasa (ecstasy)
Marah (Anger) kejengkelan (Annoyance), rasa permusuhan
(hostility), jijik (contempt),sangat marah
(infuriated), membuat marah sekali (enraged)
4 Strongest Cinta (Love) Rasa akrab (Intimacy), keinginan (passion),
emosi amorousness, kegandrungan (fondness), tergila-
gila (infatuation)
Benci (Hate) Muak (Disgust), benci (detestation), ngeri
(abhorrence), sangat brenci (bitterness )
Ekman dan Koleganya mengembangkan penelitaan ini lebih jauh lagi. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan otot wajah disebabkan oleh system syaraf autonomic,
yang mengontrol detak jantung, pernafasan, organ tubuh yang lainnya. Dengan memakai
karakterisrik dari ekspresi wajah seseorang, kita dapat memicu respon fisik dari orang
tersebut. Contohnya Eksman And Koleganya melakukan penelitian dengan meminta
seseorang untuk mengangkat alis mata atau kening, mengangkat kelopak mata bagian
atas, mengerutkan kelopak mata bawah, menurunkan rahang dan meregangkan kelopak
mata bawah. Sementara gelombang otak, detak jantung, nafas, suhu tubuh orang tersebut
di monitoring. Ekman mengira bahwa kontraksi dan relaksasi dari otot muka memicu
respon khusus pada system syaraf yang tugasnya untuk memproduksi hormone yang
mampu untuk merubah mood kita.
Pada tahun 1927 Walter Cannon mempublikasikan kritik yang tajam pada
teori James-Lange. Pertama ide tentang reaksi tubuh karena emosi dipertanyakan
tentang perkiraan waktu proses terjadinya. Seringkali kita merasa emosi berubah
sangat cepat dan meluncur tanpa kendali. Kita terkadang menemukan teman kita
tiba-tiba emosinya riang lalu sedih. Kedua, percobaan yang dilakukan oleh
Gregorio maranon (1924) membuktikan teori James-lange dengan menyuntikkan
hormon epinefrin pada subyek penelitian. Penelitian ini menghasilkan bahwa
sekitar 71 % dari subtek penelitian mengalami hanya gejala-gejala fisik seperti
detak jantung meningkat, tenggorokan kering, tanpa mengalami perubahan emosi
yang berarti.
Segera setelah itu, teori Cannon-Bard ini didukung oleh ahli anatomi tubuh
james Papez (1937). Dia mengusulkan peran kritis dari hypothalamus dan bagian
dari system limbik. Hypothalamus ini adalah bagian yang utama dari daerah otak
yang memicu adanya gejala fisik. Dan system limbik adalah bagian yang utama
dari daerah otak yang mengatur emosi seseorang. Pandangan ini adalah yang
paling banyak diterima oleh para psikolog untuk menggambarkan proses
terjadinya emosi. Sinyal ke kortek menghasilkan
pengalaman emosi
Sebagai contoh, pada salah satu penelitian dengan subyek penelitian yang
diperlihatkan dua video, yang satu berisi konten netral dan yang lainnya berisi
konten emosional (Cahill et al., 1996). Meskipun kedua tipe video tersebut
diambil dari sumber yang dan level pemahaman yang sama, subjek didapati
mengingat lebih baik dari video yang berisi konten emosional dibandingkan
dengan yang netral setelah dilakukan tes kurang lebih 3 minggu setelah subjek
melihat video tersebut. Pada penelitian lain (Bradley et al., 1992) menggunakan
beberapa gambar yang mengandung konten emosional dan netral. Gambar dengan
konten emosional yang tinggi dingat lebih baik dibandingkan dengan gambar-
gambar konten emosionalnya rendah. Pada manusia, ada beberapa dugaan yang
mendukung bahwa peningkatan memori dikarenakan sebab utama dimensi arousal
(pembangkitan) dari konten emosi (Phelps, 2006), dugaan ini ditemukan dengan
melakukan penelitian pada hewan (McGaugh, 2004).
Daftar pustaka
http://www.psychologymania.com/2011/07/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan.html
http://www.hrepic.com/Teaching/GenEducation/nonverbcom/nonverbcom.htm
http://www.psychologytoday.com/basics/emotional-intelligence
www.psypress.co.uk/ek5/resources/pdf/chap18.pdf
Artini, N. P. J., dkk, 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap
Kecerdasan Emosional Siswa, e-Journal Program Pascasarjana : Universitas Pendidikan
Ganesha
Yingxu Wang, 2007 On the Cognitive Processes of Human Perception with Emotions,
Motivations, and Attitudes, Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence, University of Calgary,
Canada