PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Selain otak manusia juga dikenal sebagai makhluk dengan emosi yang teramat beragam.
Daniel Goldman, salah satu orang yang sangat tertarik atas kajian emosi, menyebutkan adanya
ratusan emosi yang dimiliki manusia. Atas emosi beraga ini Goldman memilahnya ke dalam
delapan jenis emosi, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan
malu.
Mengapa emosi perlu dikaji, dan apa manfaat dari pengetahuan itu, menjawab pertanyaan ini
munculah teori yang bernama Emotional Quoetient (EQ). Menurut teori ini, keberhasilan
seseorang dalam hidupnya bukan ditentukan oleh intellegentia, melainkan Emotional Quoetient
yangtinggi.
BAB 2
PEMBAHASAN
“EMOSI”
Respon emosional terdiri dari tiga komponen: perilaku, otonom, dan hormonal. Komponen
perilaku terdiri atas gerakan-gerakan otot yang sesuai dengan situasi yang memicunya.
Misalnya, seeokor anjing yang mempertahankan wilayahnya dari penyusup pertama-tama
menunjukkan postur agresif, geraman, dan seringai. Bila penyusup itu tidak pergi juga, anjing
pemilik wilayah itu akan berlari ke arahnya dan menyerang. Respon otonom memfasilitasi
perilaku dan menyediakan mobilisasi cepat energy untuk gerakan kuat. Dalam contoh ini,
aktivitas cabang simpatik meningkat sementara aktivitas cabang parasimpatik menurun.
Sebagai akibatnya, detak jantung anjing meningkat, dan perubahan ukuran pembuluh
darahnya mengalihkan peredaran darah dari organ-organ pencernaan ke otot.
1. Takut
Seperti yang telah kita lihat, respons-respons emosional melibatkan komponen perilaku,
otonom, dan hormonal. Komponen-komponen ini dikontrol oleh sistem neuron sendiri-
sendiri. Integrasi komponen-komponen takut tampaknya dikontrol oleh amigdala.
Hampir semua spesies hewan menunjukkan perilaku agresif, yang melibatkan gesture
mengancam atau serangan sungguhan yang diarahkan ke hewan lain. Perilaku agresifg
bersifat tipikal spesies; dengan kata lain, pola-pola gerakan ( misalnya, berpose, menggigit,
menyergap, dan mendesis) organisasi oleh sirkuit- sirkuit neuron yang perkembangannya
sebagian besar diprogram oleh gen-gen hewan tersebut. Banyak perilaku agresif terkait
dengan reproduksi. Misalnya, perilaku agresif untuk memperoleh akses ke pasangan,
mempertahankan teritori yang dibutuhkan untuk menarik pasangan, ataun menyediakan
tempat membnangun sarang, maupun mempertahankan anak dari penyusup dapat dianggap
sebagai perilaku reproduktif. Perilaku-perilaku agresif lain terkait dengan pertahanan-diri,
misalnya perilaku hewan yang terancam oleh pemangsa ataupun penyusup dari spesies
yang sama.
Perilaku agresif dapat terdiri dari serangan sungguhan, atau mungkin semata melibatkan
perilaku mengancam, yang terdiri atas pose atau gestur yang memperingatkan lawan untuk
angkat kaki atau ia akan menjadi sasaran serangan. Hewan yang diancam mungkin
menunjukkan perilaku defensif – perilaku mengancam atau serangan sungguhan terhadap
hewan yang mengancamnya atau mungkin menunjukkan perilaku submisif perilaku yang
mengindikasikan bahwa ia menerima kekalahan dan tidak akan menantang hewan
pengancamnya. Di alam, sebagian besar hewan lebih banyak menampilkan ancaman dari
pada serangan sesungguhan. Perilaku mnegancam berguna dalam memperteguh hierarki
sosial dalam kelompok – kelompok hewan yang terorganisasi atau dalam memperigatkan
para penyusup agar meninggalkan teritori hewan tersebut. Perilaku semacam itu memiliki
keuntungan yaitu tidak melibatkan pertarungan yaitu tidak melibatkan pertarungan
sungguhan, yang dapat membahayakan salah satu ataupun kedua petarung.
Pemangsaan (predasi) adalah serangan anggota salah satu spesies terhadap anggota
spesies lain.
B. PEYAMPAIAN EMOSI
Bagian sebelumnya menjabarkan emosi sebagai respons terorganisasi (perilaku, otonom,
dan hormonal) yang mempersiapkan seekor hewan untuk berhadapan dengan situasi-situasi
yang ada di lingkungan, misalnya peristiwa yag mengancam organisme tersebut. Bagi nenek
moyang pra-mamalia terawal kita, tak diragukan lagi hanya sebatas itulah yang Namanya
emosi. Namun lama-kelamaan respons-respons lain, dengan fungsi-fungsi baru, ber-evolusi.
Banyak spesies hewan (termasuk spesies kita sendiri) menyampaikan emosinya kepada orang
lain melalui perubahan pose, ekspresi wajah, dan suara-suara nonlisan (misalnya desahan,
erangan, dan geraman). Eksperesi-ekspresi ini menjalankan peran fungsi social yang berguna;
memberitahukan orang-orang lain mengenai apa yang kita rasakan dan lebih langsung ke
tujuannya apa yang yang mungkin kita lakukan. Misalnya, ekspresi tersebut memperingatkan
seorang lawan bahwa kita marah atau memberitahukan kepada teman bahwa kita sedih dan
ingin di hibur dan ditenangkan, ekspresi emosi juga bisa mengindikasikan bahwa mungkin
ada bahaya atau bahwa sesuatu yang menarik tampaknya sedang terjadi. Bagian ini mengkaji
ekspresi-ekspresi semacam itu serta penyampaian emosi.
Ekspresi Jijik
Rasa jijik adalah emosi yang dipicu oleh sesuatu yang terasa atau berbau tidak sedap
atau oleh tindakan yang kita anggap berselera buruk. Insula mengandung korteks gustatoris
primer, sehingga barangkali bukan kebetulan bahwa wilayah ini juga terlibat dalam
pengenalan “selera buruk”. Hasil dari sebuah survei daring yang digelar oleh situs web
British Broadcasting Corporation Science menunjukkan bahwa tampaknya kspresi jijik
bermula pada penghindaran penyakit. Survei itu menyajikan pasangan foto dan meminta
orang-orang mengindikasikan foto mana yang lebih menjijikan. Orang-orang yang
merespon mengindikasikan bahwa foto yang tampaknya mengandung potensi ancaman
penyakitlah yang lebih menjijikan. Misalnya, cairan kuning yang meresa ke tissue terlihat
lebih seperti cairan tubuh daripada cairan biru.
C. PERASAAN EMOSI
1. Teori James-Lange
William James (1842-1910), seorang psikolog Ameri, dan Carl Lange (1834-1900),
seorang fisiologi Denmark, secara terpisah mengajukan penjelasan yang serupa untuk
emosi, yang disebut secara kolektif sebagi teori James-Lange. Pada dasarnya teori ini
menyatakan situasi penghasil emosi memicu seperangkat respons fisiologis yang sesuai,
misalnya gemetar, berkeringat dan detak Jantung meningkat. Situasi-situasi tersebut juga
memancing perilaku misalnya mengepalkan tangan atau bertarung. Otak menerima umpan
balik sensori dari oto dan dari organ-organ yang menghasilkan respons-respons ini, dan
umpan balik inilah yang menyusun perasaan emosi kita.
James mengatakan bahwa perasaan emosi kita di dasari pada apa yang kita dapati diri
kita sendiri lakukan dan pada umpan balik sensoris yang kita terima dari aktivita otot-otot
dan organ-organ internal kita misalnya sewaktu kita mendapati diri kita gemetaran dan
merasa gelisah, kita mengalami rasa takut. Bila menyangkut perasaan emosi, kita aalah
pengamat diri.
Dalam salah satu dari segelintir uji terhadap teori James, Hohman (1966)
mengumpulkan data dari penderita kerusakan urat saraf tulang belakang. Ia menanyai
orang orang ini mengenai intensitas perasaan emosi mereka. Bila umpan balik penting, kita
apat menduga bahwa perasaan emosi akan berkurang bila cedera tinggi letaknya (dekat
dengan otak) daripada nilai cedera itu rendah letaknya, sebab cedera urat saraf tulang
belakang yang tinggi akan menjadikan seseorang tidak peka terhadap bagian tubuh yang
lebih besar. Semakin tinggi letak cedera semakin berkurang intesitas perasaan.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional.
Antara satu dengan yang lainnya saling menentukan. Daniel Goleman menggambarkan bahwa
otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan
intelektual.
DAFTAR PUSTAKA